Happy ReadingDelia PovDua bulan kemudian Aku hampir terbiasa dengan iklim serta lingkungan yang ada di sini, garis-garis di perut ini mulai terlihat. Mau tidak mau Aku harus mengoleskan krim penghilang garis-garis itu. Aku baru menyadari mengapa seorang Ibu sangat mencintai anaknya melebihi dari apapun sebab dua jiwa mereka memang sudah terbentuk sedari mereka belum bertemu di dunia, seorang bayi tidak pernah salah memilih rahim untuk mereka hidup. Dan walaupun dari kesalahan Aku bahagia bahwa bayi ini memilih rahimku untuk bertumbuh.Setiap pagi rutinnya Aku sekarang harus cepat-cepat sarapan, dua minggu ini Aku tidak lagi merasakan mual-mual sewaktu awal kemarin hanya saja beberapa kali Aku merasakan kram di perut terutama ketika bulan lalu Aku mengonsumsi alkohol. Malam itu Aku baru saja tiba di Amerika, pikiranku benar-benar kacau alhasil Aku memutuskan ke club dan melupakan bayiku hampir saja Aku membunuhnya untung saja Dia sangat kuat itulah juga yang membuatku yakin bahwa me
Happy ReadingAuthor POVMengikuti semua kata hati tidak selamanya jalan yang baik untuk memutuskan pergi dan menghapus semua masa lalu, mungkin Delia bisa menghapuskan semua masa lalunya tapi tidak dengan realitanya. Bayi yang dikandung saat ini menjadi benteng dari masa lalunya tersebut. Bulan ini kandungan Delia masuk dua belas minggu rencananya sepulang dari kuliah Ia akan ke rumah sakit langsung tapi, mendadak teman-teman sekelasnya mengajak rapat.Rapat mengenai bazar bulan depan kebetulan inipun sudah akhir bulan tidak ada waktu yang banyak untuk mereka bersiap. Mereka semua sangat terbuka dengan argumen dari teman-teman sehingga tidak ada yang merasa diabaikan setiap argumen pun dibahas cocok atau tidak dengan bazar yang akan dilakukan sekaligus marketingnya.Setelah selesai barulah Delia berangkat ke rumah sakit saat di kelas tadi mereka sempat menanyakan."Kandunganmu sehat?""Sudah tahu atau belum jenis kelamin dari bayinya." Dan Delia juga sudah penasaran dengan bayi yang
Happy ReadingTania merengutkan wajahnya ketika melihat siapa yang baru pulang di jam dua dini malam, sambil melipat tangan Ia bersandar di kepala ranjang. Dion yang melihat Tania belum tidur itupun terkejut bukan main."Oh god ... heheh sayang kok belum tidur," kata Dion tersenyum manis dan menghampiri wanita itu tapi, sudah dihentikan Tania."Stop! Lo najis ...." tangan Tania dengan ringan mengusir Dion mau tidak mau Ia harus bersih-bersih terlebih dahulu.Tapi, sesekali saat di kamar mandi Ia melihat ke tempat tidur di mana Tania masih merengut. Pikirannya heran ada apa dengan perempuan itu. Wanita memang sudah di tebak ada saja salahnya menurut Dion. Selesai dengan bersih-bersih cepat-cepat Ia mengganti pakaian dan menghampiri Tania."Baby ... ada apa?" tanya Dion duduk di samping Tania wanita itu masih merengut di sentuh pun tak ingin.Dengan berat hati Dion bersabar dalam menghadapi Tania. Kadang memang mood perempuan itu tidak masuk akal, mudah berubah-ubah dan Dion masih kesul
Happy Reading"Beri Dia hukuman." tanpa berkata lagi Gara langsung memerintahkan bawahannya untuk memberi pelajaran pada wanita ini.Ia pikir bisa terlepas dari pantauan Gara, laki-laki itu sekarang semakin teliti dengan karyawannya sebab Gara tidak ingin kehilangan juga perusahaannya. Dan baru saja ingin kembali bekerja tiba-tiba seseorang datang ke dalam ruangannya."Tuan ada Nyonya besar," ujar bodyguard secara terpaksa Gara duduk manis dan membiarkan wanita itu masuk.Bersamaan dengan wanita paruh baya itu masuk karyawan Gara keluar. Dapat dilihat wanita itu terkejut dengan pegawai Gara. "Mau Kamu apakan pegawai Kamu?" tanya Bunda Gara menghampiri anak tunggalnya yang dingin ini."Tidak...," balas nya kembali masih dengan fokus pada pekerjaan.Bunda Gara dapat memaklumi perubahan dari anaknya ini sebab wajar saja jika Ia kecewa dengan bundanya sendiri yang turut menentang hubungan Dia dengan Delia. Tapi, selaku seorang Ibu sudah sepatutnya Bunda Gara mencarikan pasangan yang ide
Happy readingGara mendengus kasar melihat Dion berwajah melas masuk ke dalam ruangannya, laki-laki yang bertubuh tegap itu tampak sangat layu. Tak ingin mendengar Dion mengeluh Gara lantas mengambil jasnya dan ingin pergi."Lo mau ke mana? temenin Gue," pinta Dion menahan dengan kuat lengan Gara yang ingin pergi.Sampai laki-laki itu mendorong tubuhnya dan mereka pun terduduk di sofa."Gue ribut sama Tania," ungkap Dion padahal Gara tidak ada bertanya sama sekali.Raut wajah Dion tampak sangat kusut seperti rambut yang tidak dicuci selama sebulan. Dua orang laki-laki yang hampir bernasib sama itu menghela nafas berbarengan."Mangkanya jadi cowok jangan murahan," ujar Gara membalikkan kalimat Dion tempo lalu yang mengatakannya brengsek."Namanya juga cowok," timpal Dion tidak terima Ia 'kan hanya membuang sperma supaya tidak jadi penyakit. Ahh Dion terlalu goblok bukan seperti itu juga kali seharusnya Ia mengerti dan tidak melakukan kesalahan lagi setelah menikah."Lo aja kali," ujar
Happy ReadingTania mengerucutkan bibir ketika Dion masuk ke dalam kamar, laki-laki itu takut-takut untuk berjalan mendekat ke arah istrinya yang masih dalam keadaan marah."Dari mana saja?" tanya Tania dengan nada meninggi, usai ribut yang membuat Tania hampir bunuh diri Dio pergi ke kantor Gara.Sementara Tania tadi tidur menenangkan pikirannya, mendengar itu Dion pun harus memberanikan diri mendekat ke arah Tania. Ia tidak ingin masalah rumah tangganya ini menjadi berlarut - larut sebelum Tania melaporkan dirinya pada keluarga besar. Dion juga takut sebab orang tuanya sekarang sangat berpihak pada Tania, bahkan aset yang diberikan pada Dion berganti nama Tania.Wanita itupun bergeser sedikit dan tidak ingin mendekat pada suaminya tapi, Dion tetap mengalah dan yah tentu dengan rayuan."Aku habis dari kantor Gara sayang ... tolong maafkan Aku ya," keluh Dion memohon pada Tania seraya menangkupkan kedua tangannya seperti anak kecil.Dion selalu saja bisa membuat Tania luluh belum lagi
Happy ReadingDelia tersenyum saat membuka pintu apartemen dan siapa yang datang seraya membawakan sebuah paper bag. "Maaf ya telat," ujar laki-laki itu yang berdiri di depan pintu di luar padahal sedang turun hujan dengan deras tapi, Ia masih saja datang ke sini. "Baru beberapa hari saja, thankyou so much," ucap Delia menerima a gift dari laki-laki itu. "Ehh iya...gimana bayinya sehat?" tanya David tak sungkan lagi Ia langsung mengelus perut Delia yang membuncit itu. "Sehat dong...lihat Dia gerak-gerak," kata Delia memperlihatkan pergerakan dari bayinya itu. Kedua orang ini lalu tertawa bersama, Delia membawa hadiah dari David hingga ke ruang tamu, Ia juga sudah masak beberapa menu untuk menyambut David. Laki-laki yang selalu ada untuk Delia itupun selalu memberikan hadiah setiap kali Ia pulang dari luar kota. "Kalau lagi kayak gini, Aku sering sesak Dok," kata Delia Ia sudah terbiasa dengan sebutan dokter mau itu di dalam rumah sakit ataupun pribadi seperti ini. "Biasa itu...
Happy ReadingDavid beberapa kali menatap wajah Delia dengan teliti dari samping, mau berapa kalipun Ia menatap Delia. Wanita itu tetap saja membuatnya terpesona, sambil bersandar di sofa dengan sebuah buku di tangannya wanita yang sedang mengandung itu terlihat sangat seksi. Saat tengah asik mengamati wajah Delia, David dikejutkan oleh wanita itu langsung."Ada apa?" tanya Delia melihat ke arah David Ia pikir laki-laki ini juga fokus dengan bukunya tapi, seperti sedang menatap dirinya."Em...tidak, Aku hanya melihat siklus pernapasan Kamu." klise sekali jawabannya jelas-jelas Ia sedang menatap wanita itu tapi, tetap saja menyangkal.Delia pun mengangguk dan kembali melanjutkan bacaannya sesekali mengelus perut yang membuncit itu. David masih dengan kesenangannya yang mengamati wajah Delia.David merupakan lulusan Harvard University empat tahun di atas Delia, Ia juga pernah menjadi lulusan terbaik fakultas kedokteran yang langsung melanjutkan study spesialis di Colombia. Saat sedang s