"Apa katamu? Masih menyukai Ananta kau bilang? Bagaimana mungkin?" Mikael terlihat begitu tidak percaya dengan tebakan Andrew.Andrew mengangkat bahu, "Mengapa tidak mungkin, Sir?"Mikael berpikir mungkin Andrew terlalu berbaik hati maka dia memikirkan hal-hal yang sebenarnya jelas tidak mungkin terjadi seperti itu."An, orang yang masih mencintai mantan tunangannya itu tidak mungkin akan menikahi adiknya, kau paham?"Andrew masih mencoba untuk menjelaskan masalah itu dari sudut pandang dirinya, "Tapi meskipun begitu, ada sesuatu yang membuat saya sedikit curiga, Sir."Mikael memutar bola matanya karena jengkel tetapi dia tetap menghargai pendapat Andrew dan membalas dengan raut wajah malas, "Apa lagi?""Saat kejadian itu, Alan dikabarkan sedang berada di luar negeri. Maksud saya, saat video itu bocor tiba-tiba saja Alan dikirim ke luar negeri. Keluarga besarnya memang mengatakan Alan sedang mengobati rasa patah hatinya dikarenakan berita video itu yang tentu saja melukai harga diri k
Ananta terkejut dengan reaksi Mikael yang seperti terlihat pada seorang ayah yang umumnya sedang mendapati putranya terkena masalah. Tetapi dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk bertanya lebih lanjut karena dokter yang sedang memeriksa Sean sudah keluar dari sana dan berjalan ke arah mereka. Dokter itu kemudian berkata, "Sean membutuhkan transfusi darah tetapi saat ini stok kami sedang tidak ada. Apakah ada-" "Saya bisa. Darah saya pasti cocok dengan Sean," ucap Mikael dengan segera. Ananta semakin kaget mendengar ucapan Mikael. Dia bahkan karena saking terkejutnya hanya bisa terbengong-bengong saat dokter menanyakan tentang beberapa hal yang jadi syarat pendonor pada Mikael yang menjawab dengan santai. Hal ini juga disaksikan oleh Andrew yang mengawasi setiap apa saja yang terjadi di sekitarnya itu tetapi dia hanya terdiam bagai patung merasa tidak berhak ikut campur. "Baiklah, kalau begitu sekarang ikut saya untuk pemeriksaan terlebih dulu," ucap dokter itu. Mikael p
Belum sempat Mikael mulai menjawab pertanyaan dari Ananta, dokter yang merawat Sean kembali keluar dari ruangan itu dan menemui dua orang yang sedang diliputi oleh kecemasan itu."Sean sudah melewati masa kritis dan sekarang akan segera dipindahkan ke ruang inap," ucap sang dokter.Ananta menghela napas lega begitu mendengar berita baik itu. Mikael juga tak bisa menahan rasa leganya sehingga dia pun buru-buru berkata pada dokter itu, "Terima kasih sudah menyelamatkan Sean, Dok."Mikael sangat jarang mengucapkan kalimat itu, tapi kali ini dia merasa harus mengucapkannya. Semua ini tentu saja demi sang putra."Tak perlu berterima kasih kepada saya, sudah menjadi tugas saya untuk menyelamatkan semua pasien."Mikael mengangguk sopan pada dokter itu. Ananta juga berucap hal yang sama. Sang dokter sebenarnya masih terheran-heran karena wajah Mikael yang jelas sekali membuatnya bertanya-tanya.Mikael bukanlah seorang keturunan campuran tapi wajahnya jelas sekali merupakan wajah khas pria ku
"Siap, Bu. Kami mengerti," ucap orang-orang itu terdengar sangat kompak. Bahkan, Handi meskipun dengan begitu enggan tetap membalas ucapan sang manager.Shirley pun kemudian membubarkan mereka dan para staff itu pun kembali ke tempat kerja mereka masing-masing.Tinggallah Handi dan Elena yang merupakan seorang staff yang kini juga menjadi bawahan Shirley. Gadis itu masih tak bisa menerima perkataan Shirley dan terlihat kesal karenanya tapi dia berusaha memendamnya."Bukankah yang kelihatan aneh itu dia? Ya enggak, Mas?" Elena bertanya pada Handi.Handi menganggukkan kepalanya dengan cepat, "Kelihatan kok kayaknya dia memang nggak terlalu suka dengan kabar ini.""Iya ya. Kenapa dia malah nggak suka kalau bawahannya yang sedang single itu kini bisa saja sedang menjalin hubungan dengan atasan di resort ini?" Handi mendengus kala mendengar pertanyaan yang terlontar dari Elena.Pria itu tidak menyangka bila Elena merupakan gadis yang sangat polos yang tidak akan mencurigai siapapun.Pada
Alan tidak tahu mengapa Vina menurutnya begitu sangat keras kepala.Tetapi, yang pasti dia pun hanya bisa memberi sebuah jawaban yang tidak akan pernah berubah pada wanita itu yakni, "Karena hatiku tidak akan pernah berubah dan kamu juga tahu siapa pemilik hatiku."Setelah mengatakan hal itu Alan segera berganti pakaian lalu malah meninggalkan apartemen yang ditinggali bersama dengan istrinya itu.Begitu Alan pergi, kebencian Vina pada kakak kandungnya itu pun semakin menggunung."Kenapa yang dicintai oleh Alan itu harus kamu, Mbak? Kenapa kamu?"Wanita itu tidak hanya benci pada Ananta yang telah merebut segalanya dari dirinya tetapi juga sangat ingin menghancurkan kakaknya itu."Sejak kecil kamu sudah merebut segalanya, Mbak. Lalu, kenapa Alan yang satu-satunya ingin aku miliki tapi juga kau rebut? Kenapa harus kamu yang dapat semuanya? Kenapa?"Tiba-tiba saja Vina seolah teringat akan masa-masa lalunya di mana saat itu Vina dan Ananta masih berstatus sebagai seorang pelajar.Bebera
Namun, apa yang mau dikata. Vina tetap saja tak pernah bisa menghancurkan hubungan antara Alan dan Ananta.Alan benar-benar begitu sangat setia kepada kakaknya itu, sementara sang kakak pun juga terlihat begitu mencintai Alan.Rasa irinya pun kemudian menjadi-jadi. Vina tetap tak bisa melepaskan Alan begitu saja meskipun dia tidak bisa berbuat apapun.Hingga pada akhirnya dia malah menjadi saksi di mana Alan melamar Ananta.Kala itu, suasananya begitu sangat romantis. Alan melamar Ananta di saat hari ulang tahun sang kakak."Aku tidak pernah bertemu dengan seorang wanita yang sangat sempurna sepertimu sehingga hati ini tidak pernah bisa rela jika kamu bersanding dengan pria yang lain."Para keluarga yang hadir di perayaan hari ulang tahun Ananta Wiriyo itu dibuat terkagum-kagum dengan pernyataan cinta Alan kepada Ananta."Maka dari itu izinkanlah aku untuk menjadi pendampingmu untuk selamanya," lanjut Alan dengan tatapan mata yang begitu penuh cinta pada Ananta.Ananta yang memang sam
Nyatanya cara Vina merayu kakaknya itu berhasil. Pada akhirnya Ananta pergi ke klub malam tersebut bersama dengan Vina dan memakai gaun merah seksi yang memperlihatkan belahan dadanya. Jelas sekali Ananta merasa sangat risih dengan penampilannya sendiri, tapi dia memilih untuk mengabaikan rasa tidak nyaman itu.Dalam hati, Vina sungguh benar-benar sangat iri terhadap Ananta yang hanya memakai gaun itu tanpa riasan saja saat itu sudah terlihat begitu sangat cantik dan luar biasa menawan.Terlebih lagi, Vina juga telah berhasil mendandani Ananta layaknya seorang ratu pesta di klub malam itu dengan perona bibir merah menyala yang warnanya sama dengan gaun yang dia kenakan.Tak heran begitu mereka berdua menginjakkan kaki mereka ke dalam tempat di mana orang-orang bebas menari dan mengekspresikan dirinya itu, Ananta langsung menjadi pusat perhatian.Begitu banyak sekali lelaki yang memandang dengan penuh ketertarikan pada Ananta yang pada saat malam itu terlihat begitu memukau dan sangat
Perkataan-perkataan keluarganya itu sungguh seakan sangat menampar Vina. Segala hal yang dia inginkan pun pupus seketika. Usahanya hancur lebur alias tak menghasilkan apapun selain kepergian Ananta.Dia tidak pernah menginginkan hal itu terjadi kepadanya. Bahkan, saat itu keluarganya dengan terang-terangan memintanya untuk secara tidak langsung menggantikan Ananta.Dia diminta untuk seolah menjadi Ananta. Dia diharuskan untuk mempelajari begitu banyak hal sampai dia sendiri tidak yakin dia memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu.Akan tetapi, setelah semua itu beruntungnya dia mendapatkan sebuah balasan yang membuat dirinya bisa tersenyum lebar."Keluarga Samudera meminta bantuan kepada kita." Alma berkata di suatu malam."Perusahaan mereka sedang berada di masa krisis dan hanya kita yang bisa menolong mereka," lanjut Alma sambil menatap semua anggota keluarganya.Johan tentu saja mengetahuinya karena dialah yang diajak berdiskusi sebelumnya oleh keluarga Samudera."Tapi, aku sudah
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s