Carles sudah membawa mobilnya melesat jauh dari kota Jakarta. Penyekatan yang mereka lakukan agaknya hanya sia-sia belaka.
“Mas, kita mau ke mana?” tanya Zahwa. Terlihat jalanan memang sudah cukup terjal dan gelap. Zahwa sangat takut dengan kegelapan.
“Aku akan mengajakmu ke Bogor. Kita menyusun strategi di sana.” Carles semakin cepat melajukan mobilnya. Beberapa titik sudah di sekat dalam rangka menghentikan aksi kabur itu. Tapi tentu Carles memiliki trik tersendiri dalam melarikan diri. Dia memakai trik yang canggih dengan mengelabuhi petugas. Rupanya Arsan menggendeng petugas setempat dengan dalih bahwa Damian sedang sakit dan frustasi dengan penyakitnya.
“Mereka segitunya ingin menghancurkan kita?” Zahwa memijit keningnya.
“Kau sudah tahu ‘kan sekarang? Bagaimana tabiat Arsan?” Dmian memeluk sang istri. Carles seperti biasa tidak melihat
Gelora Asmara terjadi Damian membara bersama dengan ijin Zahwa untuk menyentuhnya. Damian yang sudah menuju puncak mulai menurunkan baju Zahwa sehingga mulai terlihat bahu dari wanita. Damian mencium bahu sebelah kiri dan memberikan tanda merah, sehingga membuat Zahwa menggelinjang merasakan sakit sekaligus melayang. Rasa sejuk terasa sampai ke leher, ditandai dengan wanita itu yang berdesis karena merasakan gelora asmara yang telah menguasai dirinya. Damian mengibaskan rambut panjang Zahwa sehingga terlihat leher jenjangnya yang selalu membuat dia tergila-gila.Dia memberikan tanda merah di sana, sehingga rasa sakit dan rasa nikmat berbaur menjadi satu. Angin malam akan memberikan hikayat bahwa mereka harus melakukannya jauh lebih daripada sekedar melepas Rindu. Tangan Damian sedang melingkar di perut Zahwa dengan gerakan selintas dia menanggalkan seluruh gaun yang dipakai oleh wanitanya. Kini tinggal bagian dalam saja yang menutupi tubuh mole
Damian dan Zahwa memiliki rencana dahsyat untuk menyaingi rencana dari Arsan. Damian memiliki kuasa atas segala keuangan perusahaan. Baik pribadi atau milik keluarga. Ah, salah … bisnis keluarga juga sebenarnya miliknya. Baginya sungguh sangat mudah jika ingin menyingkirkan Arsan. Tapi tidak semudah itu, dia ingin bermain-main dahulu. Arsan mempermainkannya selama sepuluh tahun, maka jangan harap bisa lolos dengan rencana Damian. Balasan selalu lebih menyakitkan Ferguso!“Jadi begini, Sayang. Kamu akan muncul menjadi investor.” Damian duduk di depan Zahwa dan Carles. Saat ini Carles yang sedang menganalisa kemungkinan-kemungkinan.“Tapi aku takut,” gidig Zahwa.“Apa yang kamu takutkan, hem?” Seperti biasa Damian mulai merangkul sang istri.“Apakah kali ini dia akan mengenaliku? Aku merasa kita sering mengelabuhinya. Kali ini tentu dia akan sangat
Linda mengetuk pintu ruangan Arsan. Terdengar suara bariton menyapa untuk dia membuka pintu. Linda melakukannya dan terlihat lelaki necis dengan kemeja yang digulung sesiku memandang kea rah mereka.“Mohon maaf, Pak. Beliau adalah CEO dari Taylor Steel Corp Ibu Elina Guarantee.” Arsan memicingkan mata. Mengapa dadanya bergetar?“Oh, ya. Silakan duduk. Mohon maaf, saya permisi dulu, Pak. Nyonya?” Wanita jenjang itu balik badan kemudian keluar dari ruangan atasan.“Ini waktunya makan siang, mari kita ke restoran seberang saja, Nyonya. Agar ngobrolnya lebih santai,” tawar Arsan.“Tidak perlu, Pak Arsan. Langsung to the point saja karena satu jam lagi saya harus terbang ke Singapura.” Sejenak Arsan tertegun mendengar suara dari Elina tersebut.“Ya Tuhan, suara Nyonya Elina sangat mirip dengan Zahwa. Zahwa k
Sejak pertemuan itu, Arsan tidak berhenti memikirkan Elina. Wanita semampai dengan wajah cantik dan bulu mata yang lentik membuat dirinya sangat merindukan Zahwa. Kerlingan matanya, harum tubuhnya, mirip dengan wanita bernama Zahwa yang selalu membuatnya menggila. Keduanya bagai pinang dibelah dua. Tidak dapat dibedakan. Baik suaranya maupun tingkah gayanya. Hanya sayang tidak mungkin itu Zahwa karena Wanita pujaan hatinya itu, tidak memiliki perusahaan seperti layaknya Elina.Lelaki itu duduk termenung di meja kerjanya tanpa bisa mengerjakan sesuatu yang seharusnya. Pekerjaannya menjadi menumpuk tanpa bisa satupun yang dia kerjakan.“Mohon maaf, Tuan. Pukul 1.30 nanti, Anda akan bertemu dengan klien dari Kalimantan.” Wanita cantik dengan rok span pendek mendekatinya. Wanita dengan sepatu tujuh belas senti berwara hitam itu berdiri tegak di depannya sekarang.“Batalkan semua agenda. Aku hari
Zahwa pulang dengan bergegas dan memberikan laporan apa yang terjadi. Memang sepertinya Arsan sangat bimbang. Dia tahu bahwa suara itu milik Zahwa. Tetapi ternyata wajahnya bukan dia. Zahwa sengaja juga memasang CCTV yang sangat kecil, sehingga mudah untuk menangkap gerak-gerik Arsen tanpa harus menjelaskan pada suaminya tersebut.“Bagus, bagus. Lakukan terus. Kita akan merebut segalanya walaupun sebenarnya semuanya masih milik kita, masih di tangan kita.” Zahwa terlihat tidak suka dengan menjebaknya. Lalu, apa bedanya dia dengan Arsan dan antek-anteknya?“Mas, apakah itu perlu? Aku merasa kita sudah terlalu jahat padanya.” Damian mulai memicingkan mata.“Apakah kau mulai ragu? Sepertinya pikiranmu mulai melemah. Apakah kau lupa yang terjadi dengan kita? Apa kau lupa apa yang terjadi denganku?” Damian sedikit marah melihat istrinya kasihan kepada Arsan. Mungkinkah dia
Hari demi hari semakin Arsan semakin lengket saja dengan Elnina dia bahkan sering mengajaknya makan siang ataupun makan malam sekedar berbincang. Seperti malam ini, Arsan mengajak Elina untuk makan malam.Eliana sedang mengenakan make up untuk kemas-kemas karena akan pergi makan malam.“Jujur, aku cemburu, Rara. Kenapa kamu sering pergi dengan dia? Kamu itu aneh, Damian. Bukannya kamu yang inginkan ini? Aku sungguh tak menginginkannya. Apa kamu mau aku tidak menghadirinya?” Zahwa menghentikan menggunakan lipstick.Damian hanya menggeleng.“Terus hadiri saja. Aku hanya mengatakannya agar hatiku lega. Kau sangat cantik.” Damian memeluk istrinya dari belakang, saat Wanita itu sedang berhias.“Terima kasih. Apakah kau bermaksud menggodaku? Aku akan lakukan mala mini. Dia akan mengatakannya semua mala mini. Hanya satu yang aku inginkan.
Damian di seberang meja yang menyamar menjadi seseorang merasa cemburu melihat kelakuan Arsan pada istrinya. Sejujurnya dia tidak tahan. Ingin rasanya dia memotong tangan Arsen yang telah kurang ajar menggenggam tangan istrinya. Tapi dia harus bisa bertahan karena ini demi misinya. Malam ini, dia akan mengakhiri semuanya. Wanita bermata indah itu akan membuat Arsan mengakui semua kejahatan keluarganya. Iya, kali ini ini dia harus melakukannya dengan sangat baik.“Arian, apakah kamu pernah mencintai seorang wanita?” ucap Zahwa. Dia memandang mata Arsan sampai tidak berkedip.“Aku pernah mencintai seorang wanita.” Arsan memandang Zahwa dengan sangat dalam.“Benarkah? Siapa dia? Jangan membuat aku cemburu.” Elina mencoba menggoda Arsan dengan nada manjanya. Walau sebenarnya Arsan sudah tergoda tanpa dirayu.“Jangan j
“Bukan dia justru pemilik segalanya, Elina.” Arsan merasa sedikit bersalah, karena laki-laki itu memang pada dasarnya sangat baik.“Oh begitukah?” Eliana masih berusaha pura-pura untuk membuat Arsan percaya.“Ya aku sedang merebutnya tapi dia malah menghilang dan itu menyusahkanku.”“Oh begitu ya?” Akhirnya memang ketahuan kejahatan dari Arsan. Eliana merasakan bahw Arsan memang manusia yang sangat berbeda dari Arsan yang dia kenal. Arsan yang dia kenal begitu sangat lembut dan pengertian. Akan tetapi, Arsan yang di depannya begitu arogan dan egois. Bahkan kilatan mata yang dahulu sangat lembut, sekarang sungguh sangat menakutkan.“Elina, aku mau ke belakang dulu. Perut aku mulas.” Arsan bangkit dan menarik jas mahalnya yang kali ini berwarna biru, senada dengan gaun malam Elina.“Ya silakan.&rdqu
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat