Hingga, berulang dan berulang, dunia hitam mereka dimulai, di atas tangis seorang istri yang selalu menanti dan menangis di sudut rumahnya. Tias menengadahkan tangan, agar suaminya baik-baik saja malam ini, kendari sudah menyakitinya. Setelah selesai berdo’a, wanita dengan mukena warna putih itu melenggang keluar, bermaksud melihat suaminya apakah masih ada. Kosong, hanya angin yang berseliwetan menerpa mukenanya yang masih melekat di tubuhnya. Bunyi benda jatuh terdengar di bawah meja, karena tersampar mukenanya.
“Apa ini?” Pertanyaan Tias terjawab sendiri, saat membukanya. Tias meneteskan air matanya, melihat kilatan cincin itu. Kenapa tak ada hentinya sang lelaki menyiksanya. Jika tujuannya adalah ingin memberi kejutan kepadanya, kenapa menyakitinya. Rasanya jiwa ini mau memberontak dan memporandakan seluruh jagad raya. Dia luruh ke lantai. Tangisnya meledak. Sampai kapan ini akan berlalu. Kenapa komunikasi antar mereka sel
“Kamu ini pikirannya kemana-mana. Kita di rumah sakit semalaman. Ya, aku jagain dia lah, emang mau ngapain lagi?” Tias memutar bola matanya malas dengar sahabatnya yang berkata ngawur itu.“Aku tidak tertarik dengan cerita rumah sakit. Aku lebih tertarik kamu cerita soal panggilan itu.” Lita berbunga-bunga ingin tahu lebih detail cerita dari pak menjadi mas.“Hah ... tau ah, lap. Kamu itu melebih-lebihkan. Itu hanya karena dia tidak mau merasa tua di panggil pak. BTW, kamu kemari ini sudah jam berapa? Emang suamimu nggak nyari?” tanya Tias.“Panggilan alam ...” cengir Lita.Wanita berambut sebahu yang di cat pirang itu, tidak menjawab pertanyaan Tias dan berjalan menuju toilet. Rupanya wanita itu sudah hafal letak dan desain rumah Tias. Dengan langkah sedikit gontai karena kekenyangan menuju ke toilet. Dengan tangan kirinya, memutar knop pintu, kemudian
“Yas, ceritakan sama aku. Apa yang sebenarnya terjadi?” Lita memberikan air putih yang baru diambilnya. Tias dengan kecepatan super jet meneguk air putih itu. Wanita dengan lesung di kedua pipinya itu terlihat mengatur nafas yang sangat bergejolak. Detak jantungnya juga sudah membara seperti mau hengkang dari tempatnya.“Ta, aku sering banget mimpi buruk. Dan ...” Kalimat Tias tercekat. Ada luka yang membayang di pelupuk matanya. Rasanya, sangat menusuk tajam. Bahkan Lita dapat merasakannya, sebelum Tias menceritakannya.“Dan? Dan kenapa?” Lita mencari jawaban lewat sorot mata Tias. tapi, tidak juga dapat menebak, apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu.“Hah ...” Terdengar sangat halus tarikan nafas Tias, tapi merasa lelah terdengar.“Ta, dua tahun lalu, mas Galih memaksaku berhubungan intim. Dari situ, aku sering banget mimpi buruk
“Minum dulu, Ta. Maafkan suami gue, ya?” ucap Tias.“Kenapa lo yang minta maaf? Suami lo memang sangat brengsek. Dia sudah putus otaknya tidak bisa berfikir,” umpat Lita.Dengan sekejap wanita itu sudah menghabiskan air putih yang diberikan oleh Tias. Lita menghembuskan nafas beratnya. Dia kembali bergidig ketika lelaki itu menggerayangi tubuhnya. Tangannya yang kekar memegang kedua bola besar yang ada di antara tulang iganya. Lita menggidigkan tubuhnya merasa jijik dengan perlakuan bajingan dari Galih.“Gue pulang, ya?” Lita bangun dan akan beranjak dari ruang makan itu.“Tidak bareng saja? Lagian gue bawa mobil pak Ilham. Harus menjemputnya juga. Aku tidak enak sendirian,” Tias memohon.“Ogah, gue mandi di sini. Suami lo sarap.” Lita sudah berjalan menuju pintu keluar.“Tunggu gue ganti
“Ta, suami lo nggak di rumah, ya?” tanya Tias.“Besok baru pulang. Dia kirim barang ke Malaysia.”Suami Lita memang sopir kapal tongkang pengirim barang. Mereka tidak bertemu setiap harinya. Karena pekerjaannya, paling cepat satu minggu baru suaminya pulang. Akan tetapi, keduanya sudah berkomitmen, untuk saling setia. Walau kenyataannya tidak banyak uang seperti Galih suami Tias. Lita bergidig lagi, ketika ingatannya meluncur ke dalam kejadian satu jam lalu.“Ayo, kita sudah ditunggu pak Ilham.” Tias sengaja memancing agar sahabatnya itu mau bicara. Jika menyangkut menjodohkan dirinya sama Ilham, Lita memang yang paling antusias. Tapi, kali ini Lita tidak bereaksi apapun. Tias menghembuskan nafas halus. Dia memutuskan untuk membawa sahabatnya itu ke psikiater nanti setelah kerja. Bagaimanapun, dia bertanggung jawab, karena yang menyebabkan adalah suaminya.Me
Lita dan Tias sudah sampai ke tempat psikiater. Setelah membayar dengan uang pas, kedua wanita itu turun. Lita pandangannya kosong tanpa ekspresi. Disanalah, Tias bangkit dan ingin menyelesaikan pernikahannya. Ya, suami yang di agungkan selama ini sudah membuatnya merasa jijik, karena membuat sahabatnya juga mengalami hal yang sama.Ida Zaskia, nama dokter psikologi, yang kini juga melakukan terapi untuk Tias. Wanita berperawakan sedang yang anggun dan murah senyum. Demikian kesan pertama yang terjadi.“Assalamualakum.” Sapa Tias.Wanita berhijab dengan jas warna putih itu tersenyum. Ya, salah satu yang di suka oleh Tias adalah dokter itu murah senyum dan membuatnya terasa nyaman.“Waalaikumsalam, Dok. Saya membawa teman saya.” Tias membantu Lita untuk duduk.“Tias, bisa tinggalkan kami, kamu tidak perlu menjelaskan apapun, aku akan mul
“Kok bisa?” bohong dokter Ida, yang sebenarnya sudah tahu.“Iya, saya sedang sholat,” Tias menunduk.Dokter Ida tersenyum. Ternyata, lebih mudah untuk memberikan rangsangan dari pada ekspektasinya. Tinggal eksekusi saja. Dia akan memberikan rangsangan, Agar Tias bisa melepaskan Galih selamanya. Lelaki itu memberikan pengaruh yang tidak sehat kepada Tias. Dengan perangainya dan sarkasmenya, bisa-bisa membuat Tias depresi.“Tias, percayalah. Lepaskan beban yang mengganggumu, jika kau ingin Lita baik-baik saja. Kau meu dengar pendapatku? Apakah kamu percaya padaku?” Dokter Ida memegang kedua pundak Tias, setelah wanita itu maju dan duduk tepat di kursi sebelah yang Tias duduki.Dokter Ida mencoba mempengaruhi pemikiran Tias. Wanita itu hanya terdiam sambil menunduk saja. Dia sedang menganalisa perkataan dari dokternya tersebut. Melihat Tias tanpa ekspresi, dokte
*Flas Back On*Tias berjalan melewati lorong sekolah. Tiba-tiba, ada sekelompok anak-anak kelas 12 yang mengikutinya. Tias memang termasuk anak yang pendiam. Meskipun dia bisa bela diri, akan tetapi justru keahliannya tidak ditunjukkan. Sering kali anak-anak nakal membullynya, karena mengira dia tidak bisa melakukan papun, ketika dibully. Sering kali, orang lain menganggapnya lemah.“Hai anak udik, beliin gue jajan di kantin,” kata seorang anak bertubuh gempal. Dia adalah Desy kakak kelas Tias dari kelas XII F. Mereka memang terkenal suka bikin onar.“Maaf, Kak. Saya tidak bisa.” Tias beranjak dan pergi meninggalkan gank tersebut.“Heh, udik! Berani banget bacot lo ngebantah kita!Mau gue enyahkan, Lo?” teriak anak yang lain.Mereka berjumlah lima anak. Masing-masing memiliki karakter berbeda-beda. Misalnya si gempal, dia memiliki karekter domin
“Berani, Lo? Ini juga udah cepet.”Tiba-tiba, ada tangan kekar yang menarik tubuh Tias ke sebuah ruangan. Tias akan menjerit, akan tetapi dibekap oleh sang penarik agar tidak ketahuan. Mata mereka saling bertemu. Galih tersenyum mnelihat mata indah milik Tias.“Yah, kemana larinya? Si bos sih, pakai acara ngos-ngosan segala. Jadi lari ‘kan si kutu kucing?”Jelita mengeluh dan memonyongkan bibirnya. Desy tidak terima. Wanita itu mengata-ngatai Jelita hingga timbul rasa benci pada diri Jelita. Akan tetapi, dia tidak berani meninggalkan, juga tidak berani membalas anggota se-gank. Hanya menyimpan saja, dalam lubuk yang paling dalam.Sementara itu, Tias dalam dekapan lelaki itu terdiam. Sorot mata lelaki itu mampu mengunci ketakutannya, sehingga tidak menyeruak keluar dari benaknya. Ketakutan itu hanya tertahan di tenggorokannya saja. Dekapan lelaki itu membuat dirinya
“Sepertinya, sudah waktunya.”“Oh, Galih maaf, aku harus membawanya.” Ilham menggendong sang istri untuk keluar dari pesta itu dia sangat panik. Sedangkan orang-orang juga memandang ke arah kepergian mereka. Ada bisik-bisik doa dari mereka, semoga baik-baik saja.***Meyyis_GN***Ilham langsung memasukkan tubuh sang istri ke dalam mobilnya. Keringatnya bercucuran, karena merasa tegang. “Huff … aduhhh ….”“Tahan, Sayang. Kamu kesakitan begitu. Ya Allah, semoga ….”“Mas, konsen nyetir … hufff ….” Tias menarik napas dan mengembuskan dengan berlahan lewat muluah.“Ahh … sabar, Sayang. Papa sedang berusaha, kita ke rumah sakit, ya?” Tias mengelus perutnya dan menahan rasa sakit yang teramat hebat. Dia menggigit bibir bawahnya. Ahirnya, lelaki itu
“Kamu tidak perlu mengajariku, kamu tahu … Mas Galih tidak akan pernah menyukai gaya itu lagi. Aku akan selalu membuatnya puas, sehingga tidak akan ada waktu lagi untuk memikirkan hal lain selain diriku. Apalagi, memikirkan masa lalu yang menjijikkan.” Mira sepertinya bukan lawan yang sangat tanggung bagi Milea. Dia tersenyum dan mulai berbalik turun. Kepala Milea sudah panas dan berasap. Ingin dia meledak sekarang, tapi tunggu nanti, hingga seluruh orang fokus pada makanannya, itu akan lebih mudah.Milea turun. Dia mengambil gelas dan sendok dan menabuhnya. Mereka semua melihat ke arah Milea. “Mohon perhatiannya, permisi!” Galih sudah tidak tahan lagi, tapi Mira mencegahnya.“Jangan, Mas. Biarkan dia berbuat semaunya. Nanti dia sendiri yang akan malu.” Galih mengangguk.“Kalian tahu, kedua mempelai? Mereka adalah pembatu dan suamiku, ups aku lupa … tepatnya mantan.
“Sudahlah, aku siap mendengarmu kapan saja. Tapi tidak sekarang, pengantin priamu sudah menunggu.” Mira bangkit dibantu oleh Tias. Mereka keluar menuju pelaminan. Karpet merah yang membentang menambah suasana dramatis, bagai ratu sejagad. Tias membantu memegang gaunnya, dengan anggun Mira melewati sejegkal demi sejengkal karpet merah itu. Kelopak mawar ditabur dari kanan dan kiri. Di ujung sebelum mencapai puncak Galih sudah siap menyambut pengantinnya dengan stelan jas tuxedo.***Meyyis_GN***Jangan lupa musik pengiring yang membuat suasana semakin sakral. Seluruh pasang mata berpusat ke arah kedatangan pengantin. Bisik-bisik terdengar, sehingga membuat suasana hati Milea semakin panas.“Kalian nora, pengantin ya cantik, tapi tidak alami.” Yang ada di sebelah Milea tersenyum sinis.“Kau iri? Makanya jangan berulah.” Milea yang sedang marah rasanya ingin meledak da
“Tidak ada, hanya sedikit merasa menekan perut.” Ilham menggangguk.“Mau makan apa? Biar aku ambilkan, sebelum pengantin wanita keluar dan kita akan sibuk memandangnya.” Tias mencubit pinggang suaminya.***Meyyis_GN***“Sepertinya aku mau sate saja. Tapi tolong lepaskan dari tusuknya, ya? Kata mama tidak boleh orang hamil makan langsung dari tusuknya.” Ilham tersenyum. Dia meninggalkan sang istri duduk sendiri dan mengambilkan makanannya yang sudah dipesan istrinya. Lelaki itu dengan elegan menuju ke tempat prasmanan.“Oh, mantan istrinya Mas Galih diundang semua ternyata?” Milea mendekati Tias. Tias tersenyum.“Sebagai mantan istri, tentu masih berkewajiban menjaga tali silaturahmi ‘kan? Bagaimana pun, pernah tidur satu ranjang, jadi tidak ada salahnya kalau berbaik hati mengucapkan selamat pada wanita yang menggantikan menemaninya t
“Satu minggu terasa sangat lama. Sabar ya, Sayang. Kamu akan puas setelah ijab-kabul.” Galih menunjuk miliknya dan tersenyum setelah tatanan rambut selesai. Siang ini, dia akan bermanja-manja dengan Mira. Dia memiliki energi baru untuk memulai sebuah kehidupan. Senyumnya merekah membuai siang yang terasa terik, namun baginya berbalut dengan kesejukan. Dia sduah merindukan sentuhan wanita, menyata kulitnya yang begitu sensitif dengan rangsangan.Galih mempersiapkan pernikahan ini dengan sangat baik. Dia menyewa jasa wedding organizer terbaik untuk mempersiapkan pernikahan ini. Di gedung hotel ternama, sudah disusun acara dengan sangat baik. Galih mengenakan stelan jan warna hitam, karena memang konsepnya internasional. Dia mengenakan tuxedo itu dan memandang penampilannya sendiri di depan cermin. “Ini untuk yang ke tiga kalinya aku mengucapkan ijab kabul. Semoga ini yang terakhir.” Galih berdoa salam hati. Dia membetulkan dasi kupu-k
“Aku ingin lihat! Pertontonkan saja!” Galih mengatakannya tanpa menoleh, dia melenggang pergi. Milea terasa meledak. Dia mengumpat sejadi-jadinya dan membuang benda apa saja ke arah kepergian Galih. Galih merasa lega setelah ancaman kepada Milea tersebut terlaksana. Dia menjadi geli sendiri, pernah tergila-gila pada wanita sejenis itu. Galih menyetir mobilnya dengan cepat menuju ke rumah, harus memastikan kekasihnya baik-baik saja.Galih langsung berlari menuju ke dalam rumah. Dia melihat kekasihnya sedang menggendong putranya, membuat dirinya lega. “Ada apa? Ada yang tertinggal?” Galih menggeleng. Dia memeluk sang istri dari belakang.“Aku mengkhawatirkanmu.” Mira mengerutkan keningya.“Mengkhawatirkanku? Kenapa?” Karena Gibran sudah tenang, maka dia menurunkan anak itu ke lantai yang dilapisi karpet tebal.“Milea tadi datang ‘kan?” M
Mira luruh ke kursi. Dia menyadari, bahwa serangan dari Milea itu normal. Namun dia berpikir lagi, apakah yang dikatakan oleh Milea itu benar? Bahwa dirinya merebut Galih dari tangan Milea? Mira mengingat kembali, kapan mulai saling jatuh cinta dan menyesap indahnya ciuman nikmat.Milea pergi dari rumah Galih dengan tersenyum smirk. Dia yakin pasti Mira merasa tertekan. Dia mengenal Mira selama beberapa tahun, wanita itu berhati baik. Dia pasti akan merasa bersalah dengan tekanan yang diberikan oleh Mira.Sementara itu, Galih menyaksikan aksi manatan istrinya lewat CCTV yang memang sengaja dia pasang. Galih pernah menjadi manusia paling brengsek di muka bumi ini, jadi dia sangat hafal dengan trik brengsek yang dimainkan oleh Milea. Dia menarik napas untuk menenangkan syarafnya. Galih menyuruh ajudannya untuk menyiapkan mobil pribadinya. Dia akan mencari MIlea untuk memberinya pelajaran yang akan wanita itu sesali seumur hidupnya.
“Aku mencintaimu, apa pun yang kau inginkan akan aku lakukan. Apalagi hanya menemani tidur,” bisik Ilham. Lelaki itu tidak berapa lama kemudian terlelap ke alam mimpi menyusul sang istri. Terkadang memang bumil akan sedikit manja.***Meyyis_GN***Milea tidak terima dengan penolakan dari Galih. Dia mencari tahu penyebabnya, bahkan menyelidiki. Dia menemukan Mira sebagai pengasuh dari putranya yang dicintai Galih. Dia menunggu Galih pergi kerja. Pagi itu, terlihat Galih sedang berpamitan dengan Mira. Lelaki itu mencium kening Mira. Semakin terbakar hati Milea.“Kamu lihat nanti! Kalian terlalu enak menikmati masa pacaran, hingga lupa dengan aku yang sakit hati.” Milea menggenggam tanggannya dengan erat, hingga kukunya menancap ke telapak tangannya.“Sayang, jangan lupa kunci rumah. Jangan biarkan siapa pun masuk. Kecuali aku meneleponmu dan memperbolehkan dia masuk.
“Kan bisa mengingatkan baik-baik, kenapa harus teriak, sih?” protes Tias.“Aku nggak teriak, Sayang. Maaf, ih jangan nangis, dong!” Tias sudah hampir nangis karena ucapan Ilham yang agak bernada tinggi. Dasar bumil!Ilham meraih tubuh sang istri yang hampir bergoyang karena menangis. “Ah, seperti inikah orang hamil? Kenapa selalu saja sensitif,” batin Ilham.“Aku akan menggendongmu,” ucap Ilham. Lelaki itu memang sangat memanjakan sang istri. Walau Tias begitu sedikit ceroboh dan jorok, namun lelaki itu tidak masalah untuk membereskn kekacauan yang dibuat oleh istrinya. Terkadang, memang kekurangan pasangan kita yang menjadi dasar pemicu pertengkaran. Tapi tidak dengan Ilham. Dia menjadikan kekurang sang istri sebagai semangat. Terkadang, sepulang kerja dia harus rela membereskan beberapa kekacauan istrinya.Sebenarnya, kadang Tias sudah h