Daniel merasa gelisah, sebab sudah dua hari ia sama sekali tidak berbicara dengan Ayana. Perdebatannya tempo hari membuat gadis itu menjadi cuek padanya, Ayana hanya akan berbicara ketika ia menanyai Daniel ingin makan apa. Atau lelaki itu ingin mandi dengan bunga apa.
Meski Ayana tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan tetap melakukan pekerjaannya seperti biasa. Namun Daniel merasa risih ketika harus berpapasan dengan gadis itu dan hanya menatapnya sekilas tanpa ada saling sapa.
Ayana itu sangat cerewet, melihatnya membisu seperti orang yang sedang sariawan sangat aneh dan tidak cocok.
Daniel sadar, sikapnya dua hari yang lalu memang terlalu berlebihan. Seharusnya ia bisa sedikit melonggarkan Ayana. Toh itu hanya prasangkanya saja, ia tidak tahu detailnya seperti apa. Supir yang mengantar Ayana waktu itu adalah salah satu bodyguardnya. Ia sengaja menyuruh sang bodyguard mengawasi ist
Hayuk yang nekat baca lalu senyum-senyum sendiri. Coba komen pake emoji senyum lebar Kalian suka konflik ringan, sedang atau berat? Siapa karakter favorit kalian di cerita ini?
Ayam saling berlomba berkokok, jendela balkon melambai-lambai karena tiupan udara di pagi hari. Dua anak manusia belum juga terbangun saat matahari sudah menyembul keluar dan menerangi semesta raya.Mungkin karena suhu ruangan yang terlalu dingin sehingga keduanya betah berlama-lama terbungkus selimut atau karena tubuh mereka yang saling menempel.Daniel dan Ayana tidur dalam satu kasur merupakan sebuah peningkatan luar biasa sejak mereka dipersatukan dalam ikatan tali pernikahan. Ciuman semalam memberikan efek luar biasa bagi keduanya.Meski tidak sempat menyicip gairah skadipapap oye alias berhubungan suami-istri. Keduanya cukup puas karena penyatuan bibir mereka. Apalagi Daniel, aksi brutal Ayana yang melumat bibir penuhnya tanpa aba-aba membuat lelaki itu hilang kendali. Tangannya dengan nakal terulur dan masuk ke dalam baju Ayana.Gundukan padat nan kenyal dari tubuh Ay
Sontoloyo. Fix! Daniel sudah menetapkan bahwa lelaki bernama Arlan-Arlan itu adalah musuh terbesar dalam kehidupan rumah tangganya bersama Ayana.Siapa yang tidak emosi jika dua puluh menit waktu Ayana diinvasi oleh telpon dari Arlan. Seharusnya istrinya itu tidak meladeni lelaki lain, semestinya waktu yang diambil Arlan bisa Daniel gunakan untuk bermanja-manja pada Ayana.Awas saja jika ia bertemu dengan Arlan itu, ia akan memotong kemaluannya dan memberikannya pada kucing tetangga.Astaga, Ayana juga. Tidakkah ia sadar jika Daniel sudah mencak-mencak sedari tadi. Bahkan saking keponya lelaki itu, ia sampai membuntuti Ayana hingga ke balkon. Telinganya ia pasang dengan baik, setiap perubahan air muka Ayana terekam oleh matanya.Ia kesal sekali jika istrinya itu tersipu malu saat menelpon dengan lelaki lain. Entah apa yang keduanya bicarakan, karena Daniel tidak bisa mendenga
Pagi-pagi sekali Daniel sudah merecoki Ayana. Lelaki itu merengek seraya tangannya memeluk kaki sang istri. Ayana jadi kesal karena tidak bisa bergerak dengan bebas.Bayangkan saja, bagaimana berat Daniel yang menggantung di kakinya seperti anak kecil yang melarang ibunya pergi bersenang-senang.Ayana bahkan harus menyeret kakinya agar bisa bergerak kesana kemari. Sungguh, gadis itu ingin memites kepala Daniel yang tak kunjung melepaskannya."Daniel!" Ayana marah, ia menarik paksa kakinya. Namun kekuatan Daniel sangat kuat mencengkeram kakinya."Tidak mau, Ay. Kamu tidak boleh pergi!" Daniel ingin menangis.Harus bagaimana lagi Ayana memberikan pengertian pada Daniel. Ia harus berangkat segera ke kampus. Ini adalah hari pertamanya ia menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswi. Dan gadis itu tidak ingin merusak harinya karena meladeni suami magerannya itu.Daripada ia emosi
Daniel melihat jam tangan vacheron constantin tour de I’Ile. Jam yang dibanderol dengan harga 1,5 juta USD itu diberikan Hamilton sebagai hadiah ulang tahunnya. Jarum pendek menunjuk pada angka dua sementara jarum panjang berada di angka sepuluhLelaki itu mulai uring-uringan, berputar kesana kemari. Sesekali tangannya membuka aplikasi chat, mungkin saja Ayana menghubunginya.Daniel menghempaskan tubuhnya di sofa, kakinya bergerak mengetuk-ngetuk lantai. Ia memijit keningnya, memejamkan mata sebentar lalu kembali membukanya dan kembali melihat jam tangannya.Tepat di menit kelima belas, Daniel berdiri. Ini sudah keterlaluan. Kemana sebenarnya Ayana? Hari sebentar lagi sore dan gadis itu belum juga kembali. Sudah dua kali gadis itu bertingkah mengkhawatirkan.Kakinya terayun menuju pintu, ia sudah memutuskan untuk menjemput sang is
Ayana menatap kosong meja dan kursi yang berjejeran di depannya, tangannya mengaduk-aduk menu makan siangnya tanpa ada niatan memasukkanya dalam mulut. Ia mendesah frustasi, matanya berkaca-kaca. Ia sedih harus memilih bahwa berpisah dengan Daniel mungkin keputusan yang tepat.Pernikahannya belum genap setahun, mungkin baru berusia seumur jagung. Jika saja Daniel ingin mengalah sedikit dan menekan keegoisannya. Mungkin Ayana akan bertahan. Sebenarnya gadis itu belum paham dengan permintaan Daniel yang ingin memiliki bayi.Apakah lelaki itu benar-benar ingin menjadi seorang ayah? Atau sebenarnya ada maksud lain. Kuliah? Apa yang salah dari itu? Mereka sudah membicarakannya dengan baik, tapi ketika Ayana sudah memulai. Kenapa Daniel menjadi uring-uringan dan terus berprasangka buruk dengannya? Sekali saja, ia ingin dimengerti oleh suaminya.Disaat Ayana sedang bergelut dengan pemikirannya, Arlan muncul di hadapannya membawa seb
Berkat keegoisan Daniel, kini Ayana terkurung di ruang bawah tanah. Benar kata gadis itu, suaminya itu memang benar-benar tidak waras. Bagaimana bisa ia dengan tega membiarkan istrinya terus menangis? Bahkan Ayana tidak pernah tidur karena dilanda ketakutan hebat. Sekitar matanya menghitam, wajahnya pucat, ditambah gadis itu terlihat kurus dan tidak terawat.Ayana sudah mencoba untuk kabur dari ruangan itu, tapi pintunya tidak bisa terbuka, seperti terkunci otomatis dan lagi Daniel terus mengawasinya melalui CCTV.Ayana sudah sangat lelah, tubuhnya lemas dan suaranya hampir habis karena terus berteriak."Daniel, tolong keluarkan aku," lirih Ayana.Gadis itu tertunduk dengan kedua kaki terlipat. Ia haus dan lapar. Namun, Ayana juga tidak ingin menyentuh makanan yang diberikan oleh Daniel.Memakan makanan yang diberikan suaminya itu hanya akan membuat Ayana seperti gadis yang menerima perlakuan s
Waktu berlalu dengan cepat, sudah lima hari Ayana menjalani kehidupannya tanpa Daniel. Semenjak Hamilton membawanya pergi, tepatnya di salah satu vila milik mertuanya yang ada di daerah Bandung. Gadis itu sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan sang suami.Kemarin Hamilton sudah membawakan surat perceraian untuk ia tanda tangani, namun ia tidak serta merta membubuhkan tanda tangannya. Ayana meminta pada Hamilton agar ia memberikan waktu untuk berpikir terlebih dahulu sebelum memutuskan semuanya.Perceraian, pernah terbesit di pikiran Ayana. Pernikahannya dengan Daniel hanya sebuah perjanjian, Ayana tetap di sisi lelaki itu dengan syarat ia bisa melanjutkan lagi pendidikannya. Namun, ternyata kesepakatan itu membuat hancur hidupnya, juga hidup Daniel.Ia juga tidak menyangka bahwa pernikahannya akan kandas secepat ini. Ayana ingin jujur, jauh di lubuk hatinya, dulu ia hanya menganggap Daniel sebatas majikannya. Ia punya
Biar aku sentuhmuBerikan 'ku rasa ituPelukmu yang duluPernah buatku'Ku tak bisa paksamu'Tuk tinggal di sisikuWalau kau yang selaluSakiti aku dengan perbuatanmuNamun sudah kau pergilahJangan kau sesaliKarena 'ku sanggup walau 'ku tak mauBerdiri sendiri tanpamuKumau kau tak usah raguTinggalkan akuHo-o ... kalau memang harus begituTak yakin 'ku 'kan mampuHapus rasa sakitku'Ku selalu perjuangkan cinta kitaNamun apa salahkuHingga 'ku tak layak dapatkan Kesungguhanmu