Begitu Sean selesai dengan pekerjaan kantornya, dia lantas bergegas kembali ke rumah. Sudah cukup dia menahan dirinya sejak tadi. Dia sadar bahwa tidak ada gunanya memendam sesuatu, karena akhirnya hanya dia yang akan menyesal.Jika biasanya dia akan membiarkan Putra menyetir, maka kali ini tidak lagi. Dia sendiri yang mengemudikan mobilnya kali ini.“Hati-hati, boss,” ucap Putra begitu Sean mengambil alih mobilnya.Satu hal yang Putra ketahui saat itu, bahwa Sean sedang berusaha agar dia bisa menjelaskan semuanya pada Valerie secepat mungkin.“Entah kapan aku akan menjadi posesif seperti itu,” batin Putra.Sebenarnya kisah cinta Putra dan Sean tidak jauh berbeda. Hanya saja, Sean sudah lebih dulu menemukan sosok pendamping hidup dibanding Putra. Bahkan hingga saat ini, Putra masih belum bertemu dengan jodohnya.Jika di satu sisi Sean sedang menuju ke rumah mereka, maka di sisi lain ada Valerie
Begitu Valerie tiba di rumah Sean, dia tidak lantas bergegas masuk. Dia mematikan mobilnya dan duduk sebentar di sana. Pemandangan rumah Sean sangatlah mewah, dengan banyak lampu yang membuatnya semakin bercahaya.Tetapi siapa yang bisa menduga bahwa rumah seindah itu ternyata tidak seindah kehidupan pemiliknya. Rasanya begitu datar dan nyaris tidak ada yang berbeda bahkan setelah mereka menikah. Mungkin itulah yang selama ini Sean rasakan, kesepian.“Kenapa aku malah merasa kasihan?” ujar Valerie.Bukan, Valerie bukannya merasa kasihan pada Sean. Dia justru merasa kasihan pada rumah itu dan semua orang yang tidak merasa bahagia karena hidup di dalamnya. Dia tahu bahwa mereka seharusnya bisa memiliki kehidupan yang lebih berharga dibanding hanya melayani Sean dengan segala kebutuhannya.“Oh ayolah. Rumah ini tidak akan menjadi tempatku selamanya,” kata Valerie.Sebenarnya dia hanya ingin mengamati kehidup
“Ambilah,” ujar Valerie seraya menyodorkan nampan itu ke arah Sean.Sean yang tidak tahu harus bereaksi seperti apa itupun, hanya bisa terdiam. Melihat hal itu, Valerie menjadi kesal sendiri.“Begini, kamu belum makan sejak tadi, jadi aku membawakan makan malam untukmu,” ucap Valerie. “Ah, atau kamu membutuhkan hal yang lain?” lanjut Valerie.Sean yang sudah bisa mengontrol dirinya itupun juga merutuki dirinya sendiri. Dia seharusnya tidak membiarkan Valerie melakukan semuanya seorang diri.“Tidak,” balas Sean singkat sembari mengambil alih nampan yang masih dipegang oleh Valerie sejak tadi.Karena pria itu sudah mengambilnya, kini tugas Valerie sudah selesai. “Baiklah, selamat makan,” ucap Valerie.Baru saja dia hendak menjauh, Sean sudah lebih dulu mengatakan sesuatu sehingga Valerie menghentikan langkahnya.“Maksud saya,” ucap Sean y
“Wah, sebentar,” ucap Valerie yang kembali berusaha untuk mencerna semua perkataan Sean yang dia katakan barusan.Anggap saja bahwa Sean tidak sedang memikirkan apapun lagi, dan hanya ingin mencoba mengatakan pada Valerie bahwa keadaannya tidak baik-baik saja di rumah itu.“Jadi biar aku pastikan sebentar,” ucap Valerie yang kini mulai mengambil alih obrolan mereka. “Kamu tidak mau sarapan beberapa hari ini karena aku tidak ingin berbicara denganmu, dan aku juga berangkat ke kantor lebih awal?” lanjut Valerie.“Hmm,” balas Sean.Valerie sebisa mungkin mencoba untuk menahan tawanya saat itu. Dia masih belum menyelesaikan pertanyaannya, tetapi dia juga tidak bisa menahan diri ketika mendengar semua pengakuan itu.“Lihat, kamu malah tertawa sekarang,” ucap Sean.Tentu saja dia akan tertawa. Dia tidak pernah menyangka bahwa alasan Sean akan menjadi seaneh itu.
Keesokan harinya, Sean kembali menunggu Valerie di tangga. Meskipun mereka berdua sudah menikah dan tinggal dalam satu rumah yang sama, mereka tetap saja harus mencari satu sama lain agar dapat berbicara.Jika Sean yang ingin lebih dulu memulai percakapan, maka dia harus menunggu di tempat yang akan Valerie lewati nantinya. Sungguh aneh, tetapi itulah kenyataannya. Anggap saja mereka berdua seperti sepasang anak muda yang sedang jatuh cinta, namun tidak berani untuk mengungkapkan.Begitu Sean mendengar suara langkah kaki yang mendekat, dia lantas berusaha menegakkan tubuhnya. Dia juga tidak lupa merapikan penampilannya.Melihat keberadaan Sean yang seolah menunggu dirinya untuk berbicara di tangga, Valerie lantas tersenyum simpul. Mendapati bahwa pria itu ingin berbicara dengannya saja sudah membuatnya merasa senang.“Apa kamu menunggu seseorang?” tanya Valerie begitu dia dan Sean hanya berjarak tiga anak tangga.Jik
Malam harinya begitu Valerie sampai di rumah, dia lantas memarkirkan mobilnya. Tetapi belum sempat dia turun dari mobil, seseorang sudah lebih dulu mengetuk kaca mobil miliknya.“Aishh, apa sebenarnya masalah pria ini?” ujar Valerie ketika dia mendapati Sean sedang mengetuk kaca mobilnya.Meski merasa kesal, Valerie tetap saja turun meskipun dia harus menghadapi pria itu lebih dulu. “Kamu baru kembali?” tanya Valerie.“Seharusnya saya yang bertanya seperti itu. Kelihatannya saya sampai dua menit lebih cepat,” balas Sean yang terdengar memberikan penjelasan sekaligus perbandingan kali ini.Melihat mobil Sean yang terparkir tadi, Valerie mengira bahwa pria itu sudah kembali lebih awal. Tetapi ternyata dia salah, karena pria itu juga baru saja kembali.“Itu seperti tidak ada bedanya,” ucap Valerie.Valerie mengeratkan pegangan di tas tangannya dan berjalan dengan tergesa. &
Seperti kata Sean semalam, hari ini pria itu akan mengantar Valerie ke kantor. Entah apa yang membuatnya berubah pikiran sehingga dia menawarkan hal itu semalam. Valerie memeriksa penampilannya dan tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin. Ternyata penampilannya cukup menarik hari ini. Tidak ada salahnya memuji penampilan sendiri bukan? Setelah selesai, Valerie lantas bergegas untuk turun. Mungkin saja Sean juga sudah siap dan akan segera berangkat. Jadi Valerie tidak ingin membuat pria itu menunggunya. Tetapi begitu dia tiba di lantas dasar, bukan Sean yang pertama kali dia temui. Pagi itu, dia malah mendapati Putra yang sudah siap dengan pakaian kantornya. “Selamat pagi, nyonya,” sapa Putra dengan ramah layaknya pelayan yang lain di rumah itu. Tetapi bukannya senang, Valerie malah menjadi risih dengan sikap tersebut. “Kenapa kamu selalu formal sekali?” ujar Valerie. Valerie berjalan mendekat tetapi dia tidak menemukan keberadaan Sean di sana. “Apa kamu menunggu Sean?” tany
“Seharusnya kamu mengingatkan tentang meeting itu semalam,” ucap Sean. Saat ini, Sean dan Putra masih berkendara menuju tempat klien mereka. Sepanjang perjalanan itu, mereka masih juga beradu argumen satu sama lain. “Bukankah aku sudah mengingatkan itu kemarin?” balas Putra yang kini mulai berbicara dengan tidak begitu formal. Tampaknya Sean masih tidak menerima bahwa dia harus membatalkan janjinya dengan Valerie semalam. Padahal Sean sudah mengatakan hal itu dengan sangat percaya diri. “Lagipula, sejak kapan kamu melupakan janji? Biasanya tidak pernah seperti ini,” kata Putra lagi. Kali ini Putra mencoba untuk menggali informasi. Dia harus mengetahui alasan mengapa Sean tidak suka saat dijemput olehnya pagi ini. “Apa kamu membuat masalah dengan Valerie?” tanya Putra lagi. “Tentu saja tidak,” balas Sean cepat. Mereka berdua sama-sama terdiam karena jawaban Sean yang terlewat cepat ini. Dia seperti tidak ingin membuat kesalahan apapun karena lama memberikan jawaban. “Jadi apa