"Aku tetap akan mengingatnya, kalau nggak ingat maka aku akan menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, bagaimana aku bisa bertahan hidup ke depannya?" Karen orang yang murah hati.Jason tidak menolaknya lagi. "Baiklah, mari kita berteman."Mereka berbaur dengan sangat cepat.Setelah sampai di rumah Jason.Areanya cukup luas.Di bawah ada satpam yang berjaga 24 jam."Bagaimana?" tanya Jason pada mereka.Karen berkata, "Nggak buruk. Jason, kami bukan orang yang pemilih.""Kalau begitu malam ini kalian tinggal di sini saja, dulu aku tinggal di rumah ini, di dalamnya ada beberapa barang, kebetulan hari ini mau dibereskan.""Apakah nggak merepotkan?" tanya Thasia."Nggak, nanti juga tetap harus dibereskan, aku sudah menyuruh asistenku ke sini." Setelah Jason tahu apa yang terjadi pada mereka, dia ingin memberi mereka tempat yang aman.Jadi dia sudah meyiapkan semua ini dari awal."Baiklah." Thasia menatap Karen, dia tidak menolak bantuan Jason lagi."Kalian istirahat saja dulu." Jason se
Setelah mendengar ini Jason merasa terkejut. "Mana mungkin, orang yang dimaksud koran memang Thasia."Pada saat itu Jason memang menyukai Thasia.Karena terlalu peduli padanya, dia segera pulang malam itu juga.Asisten itu memegang korannya, dia merasa sangat bingung, dia kira dirinya yang salah. "Seingatku kamu dan Thasia satu angkatan, tapi gadis ini berada satu angkatan di bawahmu."Setelah mendengar ini Jason langsung merasa terkejut.Dia segera mendekat dan membaca koran itu dengan saksama.Di koran itu memang tertulis berbagai data, masih bisa terlihat dengan jelas.Judulnya juga terlihat dengan jelas, murid sekolah mana yang terlibat dalam kasus itu, berapa banyak yang meninggal, satu-satunya yang selamat ....Jason tertegun, dia merasa tidak percaya. Dia juga mengedipkan kedua matanya, takut bahwa dirinya yang salah lihat.Setelah itu, dia merasa koran ini seakan-akan berbeda dengan yang dia baca waktu itu.Di koran tertulis wanita yang berhasil selamat adalah Thasia, tapi gadi
Jason merasa bingung.Waktu itu dia sangat mengkhawatirkan Thasia, jadi dia melewatkan informasi paling penting, kemungkinan dia salah baca.Thasia benar-benar mengalami kejadian itu. Kenapa bisa jadi seperti ini?Mungkinkah koran itu yang salah cetak.Thasia melihat Jason termenung, dia pun merasa ada yang tidak beres. "Jason, apa yang sedang kamu pikirkan?"Jason menoleh. "Nggak apa-apa, sebaiknya kita pesan makan dulu.""Sudah pesan." Thasia berkata, "Bibi akan minum bir, kamu juga minum saja.""Oke."Mereka berdua berjalan keluar.Karen sedang duduk di sofa sambil menonton TV.Dia menonton TV untuk menghilangkan bosan.Sedangkan yang disiarkan oleh TV adalah makian yang memarahinya.Thasia berjalan mendekat, dia juga menonton TV, dia melihat Diana berada di bangsal. "Kameramen cepat ke sini, dia adalah Lisa yang menjadi korban. Lisa, apakah kamu bisa mendengarku?"Lisa sedikit menghindari kamera. "Jangan rekam lagi, aku nggak mau diwawancarai.""Nona Lisa." Diana sekali lagi memang
Tidak masalah.Hari-hari masih panjang.Suatu hari nanti dia pasti bisa menjadi nyonya rumah ini.Bukankah sekarang dia sudah selangkah lebih dekat dengan tujuannya?Lisa menoleh pada Tony yang datang bersamanya.Bagaimanapun Tony adalah orang kepercayaan Jeremy, jadi dia harus berhubungan baik dengannya, dia bertanya dengan ramah, "Pak Tony, apakah Jeremy sering tidur di sini?"Tony menjawabnya menggunakan ketikan di ponsel. "Akhir-akhir ini lumayan sering, tapi Pak Jeremy sudah berhari-hari nggak datang ke sini.""Dia nggak pulang ke Kediaman Keluarga Okson?"Lisa sudah lama tidak menghubungi Yasmin.Akhir-akhir ini Lisa sibuk bekerja, jadi dia tidak sempat menghubunginya.Yasmin sempat beberapa kali mengiriminya pesan, tapi Lisa terlalu sibuk sampai lupa."Terkadang." Tony sengaja berkata, "Nyonya nggak suka pulang ke Kediaman Keluarga Okson, jadi Pak Jeremy jadi jarang pulang ke sana."Lisa tanpa sadar mengepal tangannya, tapi ekspresinya malah terlihat biasa saja. "Kalau begitu ap
"Sekarang! Sekarang aku akan bertemu denganmu!"Lisa langsung tersenyum.Dia tahu Yasmin pasti ingin bertemu dengannya.Lisa pun hanya perlu duduk manis dan menunggu.Setelah Lisa berjalan-jalan, dia penasaran dengan isi kamar utama, jadi dia membuka pintu kamar itu dan berjalan masuk.Sepertinya sudah cukup lama kamar ini kosong.Lisa membuka lemari baju di sana, di dalam terdapat banyak baju tidur wanita.Ada yang merknya sudah dirobek.Ada juga yang belum.Bahkan ada beberapa baju tidur yang seksi.Dia mengambilnya dan meletakkannya di depan tubuh, berputar sebentar di depan cermin.Dia ingin memakai baju ini dan berputar di depan Jeremy, pria itu pasti akan merasa dirinya cantik.Lisa tidak terlalu lama di sana, dia merasa bisa menunggu kesempatan itu.Dia melihat kasur di kamar itu, dia sudah membayangkan dirinya bergulat dengan Jeremy di atasnya.20 menit kemudian.Yasmin sudah tiba di Vila Anggrek.Setelah sampai di depan pintu, dia berteriak. "Lisa, Lisa!"Namun, Lisa masih tid
Karen tahu wanita ini akan meneleponnya, dia pun menjawab dengan sama kesalnya, "Aku melakukan apa? Lisa bilang apa padamu? Memang aku yang mencelakainya, kamu mau apa?""Kamu sekarang ada di mana?"Yasmin sekarang sangat ingin memberi Karen pelajaran."Kenapa aku harus memberitahumu? Kamu pikir kamu siapa?"Karen masih memakan kuacinya, kebetulan dia sedang bingung harus melampiaskan amarahnya pada siapa.Yasmin mendengus. "Kamu pasti takut, takut aku memberimu pelajaran. Aku tahu salon kecantikanmu telah dihancurkan orang, sekarang kamu malah bersembunyi seperti pengecut!""Aku takut? Selama bertahun-tahun ini memangnya aku pernah takut padamu? Kalau bukan karena kamu menikah dengan Vazon, aku nggak akan pernah mengakuimu sebagai anggota Keluarga Okson!" kata Karen dengan kasar."Oke, kalau begitu kamu keluar sini, kita bertengkar muka ketemu muka!" jawab Yasmin."Baiklah, Yasmin, kamu mau bertengkar denganku, maka aku juga akan meladenimu!"Setelah mengatakannya, Karen segera menutu
"Jadi sekarang kamu menggunakan segala cara untuk menghancurkan semua keluarga? Kamu sama sekali nggak pernah merasa bersalah!""Aku memang nggak bersalah!" Yasmin sudah emosi. "Kalian yang memaksaku!"Lisa, yang melihat mereka sudah mulai emosian pun berusaha melerainya. "Bibi Karen, jangan bertengkar dengan Bibi, dia hanya emosian saja, aku baik-baik saja, aku nggak menyalahkanmu. Bibi, kalian harus saling mengalah, jangan seperti ini.""Hal ini nggak ada hubungannya denganmu!" Karen menatap Lisa, lalu berkata dengan galak, "Kalau kamu nggak menyalahkanku mana mungkin kamu mengadu pada Yasmin, bukankah kamu ingin dia membelamu? Berpura-pura bersikap baik di depanku, aku paling benci orang sepertimu!"Melihat ini Yasmin segera mendorong Karen dengan jarinya. "Beraninya kamu memarahi Lisa, sudah tahu Lisa tuli, masih saja mengatainya, dasar orang nggak berpendidikan!""Aku lebih berpendidikan daripada dirimu!" Karen mendorongnya balik."Kamu berani mendorongku?" Yasmin memelototinya. "
"Jeremy."Saat sedang berkelahi dengan Karen, Yasmin menyadari kehadiran Jeremy, dia merasa sangat terkejut.Thasia juga menoleh, dia melihat Jeremy berdiri di belakangnya, tatapannya sangat dingin, dia tidak merasa terkejut mendengar percakapan mereka.Sebaliknya, dia dengan lapang dada menerima kenyataan ini.Karen, yang melihat sorot mata Jeremy merasa terkejut.Detik ini dia merasa menyesal karena tadi terlalu emosi, dia sampai mengatakan kenyataan bahwa Jeremy bukan anak kandungnya Yasmin.Bagi Jeremy, hal ini adalah sebuah pukulan besar.Karen merasa panik, dia menatap Jeremy. "Jeremy ...."Jeremy hanya diam saja.Jeremy tahu mereka datang ke pemakaman ini dan ingin ribut, jadi dia ke sini karena merasa khawatir.Yasmin seketika merasa lebih marah lagi. "Karen, apa yang kamu katakan? Kamu pasti sengaja ingin membuatku menderita, kamu benar-benar orang jahat!"Yasmin segera mendorong Karen.Karen masih fokus pada Jeremy, dia sudah tidak seemosi tadi lagi, dia bahkan berhenti menye