"Kak Angel ....""Aku bisa berdiri di sini hari ini karena sudah melewati berbagai macam cobaan hidup, meski drama yang kumainkan nggak ada yang nonton, lalu aku nggak menjadi terkenal, itu berarti ada yang salah pada diriku. Di dunia hiburan ada banyak saingan, mungkinkah kita harus membenci semua orang yang lebih hebat dariku?""Bukan begitu, tapi Lisa itu mengandalkan orang lain ....""Nggak boleh menghina orang, jangan berkata seperti itu. Memangnya kamu nggak tahu aku orang yang seperti apa? Karena sudah pernah berada di jalan yang salah, maka sekarang aku harus lebih menghargai reputasiku."Angel sangat menghargai masa depannya.Dia paling tidak suka merasa iri pada orang lain, dia akan merasa bangga jika dirinya bisa membuahkan hasil.Dirinya dan Lisa dari awal memang sudah berbeda.Angel merangkak sedikit demi sedikit dari bawah, jadi dia tahu apa itu kesusahan.Sedangkan Lisa dari lahir sudah menjadi nona besar, sejak lahir saja keadaan mereka sudah tidak setara.Karena tidak
Dia tidak bisa bernapas di dalam air, saat ingin berenang ke atas, ada batu besar yang menimpanya, sehingga dia tidak bisa kabur.Dirinya hanya bisa mati.Saat dia mati, tidak ada seorang pun yang sadar, bahkan mayatnya tidak bisa diangkat."Aku nggak mau mati!" teriak Thasia sambil membuka matanya lebar-lebar."Nona, kamu sudah sadar."Mata Thasia terlihat berkaca-kaca, air sudah jatuh, saat bangun dia baru sadar dirinya tadi mengalami mimpi buruk, bantalnya basah oleh air mata.Thasia dibawa ke rumah sakit oleh seseorang.Dia baru bereaksi dan segera memegang perutnya. "Anakku ....""Nona, anakmu baik-baik saja, dia selamat." Suster memberitahunya, "Saat kamu dibawa ke sini bajumu basah semua, bahkan ada tanda-tanda keguguran, untungnya masih keburu diselamatkan, jadi anaknya baik-baik saja.""Syukurlah." Thasia menghela napas lega, untung anaknya baik-baik saja."Apakah kamu ingin memberi tahu keluargamu?" tanya suster itu lagi.Thasia melihat ke sekeliling, lalu bertanya rumah saki
Mendengar perkataan Thasia ini, mata Sabrina pun memerah, dia tidak pernah merasa sekasihan ini pada Thasia.Thasia harus mengalami semua ini sendirian, suaminya juga tidak peduli. Jika Sabrina jadi Thasia, dia sudah pasti tidak akan kuat.Dosa apa Thasia sehingga bisa mendapatkan pernikahan ini?Sabrina memeluknya, dengan sedih menepuk punggung Thasia. "Ada aku, semuanya akan baik-baik saja."Thasia bersandar di pelukan Sabrina, dia merasa sangat senang.Untung dia tidak benar-benar sendirian.Dia masih memiliki banyak orang.Hanya saja dia tidak memiliki Jeremy lagi.Selesai infus Thasia baru keluar dari rumah sakit.Dokter hanya berpesan dirinya tidak boleh terlalu lelah, juga jangan melakukan aktivitas berlebihan, maka tidak akan ada masalah.Sabrina menemaninya."Kamu mau ... pulang?" tanya Sabrina.Thasia berpikir sebentar, dia merasa harus bersiap-siap. "Pulang saja."Sabrina membantunya naik ke mobil, lalu dia mengemudi sambil berkata, "Baiklah, kalau begitu kamu harus sering m
"Pak Jeremy, kami masih belum menemukan Nona Thasia, hari ini angin sangat kencang, ombaknya juga besar, mungkin dia sudah dibawa pergi oleh ombak, kalau begitu harapannya akan sangat kecil."Setelah mendengar kabari ini, Jeremy merasa tidak tahan lagi, dia merasa seperti ada sebuah pisau yang menusuk hatinya.Dia meraih orang yang berbicara itu, lalu bertanya dengan dingin, "Kamu bilang apa? Nggak mungkin Thasia meninggal!"Orang itu berusaha untuk menenangkannya. "Pak Jeremy, aku tahu kamu merasa sangat cemas, tapi kamu harus tetap tenang, sebenarnya Nona Thasia nggak ditemukan juga merupakan hal baik, mungkin saja dia telah diselamatkan oleh orang lain. Kita hanya bisa berharap seperti itu, kita semua nggak mau terjadi sesuatu pada Nona Thasia.""Benar, dia mungkin telah diselamatkan oleh orang lain."Jeremy tidak berani memikirkan kemungkinan terburuk, dia tidak pernah berpikir Thasia akan meninggalkan dirinya dengan cara seperti ini.Thasia tidak mungkin sudah meninggal."Hari ini
Suami istri itu sedang merasa panik.Yuri menatap wajah putrinya yang pucat dan sedang berbaring di ranjang dengan kondisi pingsan, dia langsung menangis, lalu terjatuh ke lantai. "Putriku, kenapa bisa seperti ini? Putriku yang malang, kalau tahu begini aku nggak akan kasih kamu ke sini, lihatlah kamu malah mengalami kesulitan seperti ini."Anton membantu Yuri untuk berdiri. "Putri kita akan baik-baik saja, jangan sedih. Kita harus membalas orang yang telah menyiksanya, kalau kamu menangis sampai sakit, bagaimana bisa kamu membela putri kita?"Setelah mendengar ucapan Anton, Yuri sudah tidak terlalu menangis lagi, dia berkata dengan tegas, "Putriku bisa jatuh ke laut pasti karena didorong seseorang."Di luar bangsal ada orang-orang PT Sintrom, juga ada Rina.Rina yang menyadari Sisilia jatuh ke laut.Rina awalnya ingin mencari Thasia, dia tahu Sisilia tadi berjalan mengikuti Thasia, dia takut terjadi sesuatu, jadi dia pergi mencari mereka.Pada akhirnya kedua wanita itu tidak ketemu.R
Rina belum pernah bertemu orang tua yang tidak masuk akal seperti ini.Tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, langsung memutuskan bahwa Thasia mencelakai Sisilia. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Thasia, maka orang tuanya harus meminta keadilan pada siapa?Begitu memikirkan hal ini, Rina merasa sedih.Rina merupakan pegawai yang dididik oleh Thasia, dia tahu Thasia sangat baik, tidak mungkin wanita itu mendorong Sisilia.Sedangkan Sisilia adalah orang yang sangat licik, tanpa bukti Rina juga yakin ini semua kerjaannya Sisilia.Bisa dibilang Sisilia jatuh ke dalam laut merupakan balasan karena Sisilia berpikir untuk mencelakai Thasia. Rasakan itu!"Memangnya kamu berhak berbicara di sini?" Anton melihat Rina masih melawan, dia berkata dengan nada dingin, "Pegawai PT Okson sungguh kurang ajar, seorang sekretaris saja berani menentang perkataanku!"Jeremy menatap Anton dengan tatapan tajam, tangannya yang berada di dalam saku berusaha untuk menahan emosinya, lalu dia
Tidak jauh dari sana, Thasia menatap sosok Jeremy sambil memanggilnya.Di sebelah Thasia ada SabrinaSabrina tidak tenang membiarkan Thasia pergi sendirian, jadi dia ikut ke sini, tapi pada akhirnya mereka malah melihat kejadian seperti ini di rumah sakit.Jeremy mendengar suaranya, tanpa sadar dia tertegun, lalu menoleh. Dia melihat Thasia berdiri di depannya tanpa terluka sedikit pun.Seketika Jeremy merasa sangat senang.Orang yang hampir saja hilang akhirnya kembali lagi ke sisinya, Jeremy tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.Jeremy segera berlari ke arah Thasia dan memeluknya.Thasia tidak menyangka Jeremy akan bereaksi seperti ini, wanita itu bahkan bingung harus meletakkan kedua tangannya di mana.Thasia merasa pria ini memeluknya dengan sangat erat, hampir saja membuatnya tidak bisa bernapas.Jeremy saat ini baru sadar dirinya sangat takut kehilangan Thasia.Jeremy tidak ingin kehilangan Thasia lagi!Jeremy akan membuat Thasia selalu berada di sisinya, selalu
"Kamu nggak dengar perkataan Thasia? Dia juga jatuh ke dalam laut, kenapa seakan-akan putrimu yang jadi korban? Thasia adalah korban, putrimu itu orang jahat, dia harus dituntut!" jawab Sabrina setelah mendengar perkataan Yuri yang tidak masuk akal itu.Yuri berkata lagi, "Putriku mana mungkin mencelakai orang, sekarang siapa yang masih berbaring nggak sadarkan diri di ranjang? Thasia jelas-jelas terlihat baik-baik saja, berarti dia yang mencelakai putriku, aku nggak percaya kalau putriku jatuh ke laut karena nggak sengaja! Mungkin demi menutupi kesalahannya ini, Thasia juga sengaja ikut-ikutan jatuh ke laut!"Yuri yakin bahwa Thasia pasti merasa iri pada putrinya, jadi dia mendorong Sisilia ke laut.Lagi pula, tidak ada saksi mata, jadi bisa saja Thasia berbohong."Susah sekali berbicara denganmu, kita lapor polisi saja, suruh mereka yang menyelidiki hal ini!" kata Sabrina."Oke, selidiki saja, aku ingin lihat dia bisa berpura-pura sampai kapan!" kata Yuri dengan galak.Thasia menatap