Perkataan Shella membuat wajah Sisilia membeku, seketika dia tidak tahu harus menjawab apa.Berdasarkan pengertiannya terhadap Shella, gadis ini sangat polos, selama dia bersikap baik padanya, maka Shella akan bersikap baik padanya berkali-kali lipat.Sekarang Shella malah bertanya seperti ini.Namun, perkataannya cukup masuk akal.Saat mereka berada di luar negeri, Sisilia tidak tahu kalau Shella adalah cucunya Victor.Shella waktu itu masih sangat kecil, juga baru pertama kali tinggal di luar, dia masih tidak terbiasa dengan kebiasaan hidup di sana.Shella tidak betah, juga tidak ada teman, biasanya dia selalu sendiri dan tidak suka berhubungan dengan orang lain.Sisilia dengar dari orang lain bahwa Shella dari kecil sudah ditinggal orang tuanya.Shella kelihatannya sangat kecil dan kasihan, dia terlihat lebih menyedihkan dari yang lainnya.Sedangkan Sisilia berbeda, sejak kecil keluarganya sudah kaya, kehidupannya juga sangat mewah.Kehidupannya di luar negeri cukup menyenangkan.Sh
Dia dulu merasa Shella sangat penurut.Setelah kembali ke Kediaman Keluarga Normani, gadis itu berubah.Sorot mata Sisilia menjadi dingin, setelah mengatai Shella, dia mulai membenci Thasia.Jika bukan karena Thasia, Shella akan tetap patuh padanya, gadis itu akan mengikuti setiap perintahnya.Sekarang Thasia malah menghancurkan semua itu!...Selagi Jeremy berada di ruang kerja dan tidak berada di sisi Thasia, wanita itu segera membeli barang secara online.Dia membeli beberapa buku tentang pertumbuhan anak.Thasia menyentuh perutnya, meski masih belum terlihat, tetap saja dia tahu dirinya hamil, dia seakan-akan bisa merasakan perutnya sangat berat.Selama ada anak ini, dia merasa sangat tenang.Buku yang dia beli tidak dikirim ke alamat ini, dia mengirimnya ke rumah Sabrina.Nanti dia akan menyuruh temannya untuk menerima paket itu dulu, saat dia ada waktu, baru dia pergi membaca buku itu di tempat Sabrina.Dia mengirimi Sabrina pesan untuk memberitahunya hal ini.Sabrina membalas, "
Semakin Jeremy merasa curiga, Thasia semakin merasa panik, tanpa sadar dia mengepal tangannya, lalu menjelaskan, "Orang tuaku tahu aku suka makan itu, jadi setiap kali aku pulang mereka selalu memasakkan makanan itu, jadi aku bosan. Hari ini aku nggak ingin memakannya, kenapa kamu jadi peduli pada selera makanku?"Jeremy menatap Thasia, lalu mengelus rambut Thasia dengan lembut. "Nggak apa-apa, aku hanya merasa akhir-akhir ini kamu sangat berubah. Kalau kamu baik-baik saja, maka nggak masalah.""Tapi ... Thasia, jangan menyembunyikan sesuatu dariku."Melihat pria itu mengulurkan tangan dengan begitu perhatian, bahkan bertindak cukup intim dan sekarang bertanya dengan curiga, seketika Thasia merasa panik.Thasia menatap mata Jeremy yang terlihat gelap tidak berdasar, seakan-akan pria itu sudah tahu dirinya menyembunyikan sesuatu.Tidak mungkin.Kalau dia tahu, reaksinya tidak akan seperti ini.Biasanya Jeremy juga tidak akan terlalu memedulikannya.Tidak mungkin Jeremy curiga.Thasia be
Thasia mengembalikan kuncinya lagi. "Beri tahu dia nggak perlu."Tony terlihat sedikit tertekan, lalu memberikan kuncinya lagi kepada Thasia. "Kamu bawa saja, Pak Jeremy sudah mengatasnamakan mobil ini dengan namamu, kalau kamu nggak terima, aku juga yang repot nanti."Jeremy sudah bilang tidak peduli bagaimanapun Thasia harus membawa mobil ini nanti.Jika Thasia menolak, Tony yang akan disalahkan karena kerja tidak becus.Thasia menutup bibirnya, memegang kuncinya, lalu berpikir sambil melihat mobil baru itu.Apa maksudnya Jeremy?Jika Thasia membawa mobil bagus ke kantor, mungkinkah Jeremy ingin orang-orang berpikir Thasia memiliki seorang pendukung?Tony, yang melihat Thasia berpikir dengan keras pun berkata, "Sudah hampir jam kerja, biar aku saja yang bawa mobilnya, sekalian aku antar kamu ke kantor."Tony segera mengambil kuncinya dan duduk di kursi kemudi sambil menunggu Thasia.Thasia tidak mengerti apa yang dipikirkan Jeremy, tiba-tiba menyuruhnya membawa mobil yang begitu mewa
Mendengar nada bicaranya yang panik, Thasia segera menoleh.Lirikan mata Rina seakan-akan memberinya isyarat untuk pergi ke kantor Jeremy.Jika dulu, masalah yang ada di dalam kantor Jeremy, Thasia tidak akan menyuruh RIna mengurusnya.Kecuali masalah gosip yang beredar di rekan kerja mereka, maka Rina akan bersikap serius.Ternyata memang terjadi sesuatu di kantor.Terkadang jika dia bisa lebih peka saja, mungkin dia tidak akan berpikir dengan sembarangan, membuat dirinya jatuh ke dalam keadaan yang menyedihkan.Thasia tidak bergerak, jari-jarinya masih mengetik di depan layar komputer, lalu berkata dengan datar, "Untuk apa ke sana? Memangnya aku bisa mengurusi masalah Pak Jeremy?"Sebenarnya Thasia ingin memberi tahu Rina bahwa dia tidak peduli pada gosip-gosip itu.Rina melihat Thasia masih fokus ke layar dan kelihatannya tidak terganggu, dia pun berkata, "Lisa pagi-pagi sudah datang ke sini, Pak Jeremy menyuruhnya masuk ke ruang kantor, sampai sekarang masih belum ada yang keluar,
Karena sempat difoto oleh wartawan, maka akan sulit untuk menjelaskannya.Thasia hanya diam saja setelah melihat video itu, dia tidak berkomentar dan merasa tidak penting Lisa ada hubungan apa dengan aktor itu.Namun, Jeremy kelihatannya peduli sekali, bahkan sampai marah, apakah dia cemburu?Thasia tidak peduli apa yang mereka lakukan di dalam sana, untuk apa dia mengurusi Jeremy yang sedang marah-marah, bukankah itu sama saja dengan cari masalah sendiri?Jadi dia berusaha menenangkan diri, menyuruh dirinya untuk tidak berpikir yang tidak-tidak.Sedangkan Rina dan Maurin mulai membicarakannya, Jeremy dan Lisa telah melakukan banyak hal, sebenarnya mereka ada hubungan apa?Pintu ruang kantor itu terbuka lagi, kali ini Lisa yang membuka pintu.Rina dan Maurin pun terdiam."Jeremy, aku nggak ada hubungan apa-apa dengannya, mereka hanya sembarangan memotretnya saja. Hal seperti ini nggak akan terjadi lagi, jangan marah, ya?" kata Lisa sambil merayu Jeremy.Rina merapatkan bibirnya, wanita
Lisa merasa terhina, maksud Thasia drama yang dia perankan itu merupakan drama yang tidak ada apa-apanya?Awalnya Lisa mau pamer, saat menjadi penyanyi dia bisa terkenal, saat menjadi artis juga malah semakin terkenal.Namun, Thasia malah menghinanya.Dia merasa kesal dan ingin membalas kata-kata Thasia.Hanya saja Jeremy ada di sini, jadi dia hanya bisa menahan amarahnya."Aku merasa posterku itu cukup bagus, menurutmu bagaimana Thasia?" Lisa sengaja berjalan ke depan jendela, melihat poster yang digantung di gedung seberang.Lisa tersenyum kembali, dia tidak menyangka posternya akan terlihat sangat jelas dari posisi meja kerja Thasia.Thasia pasti merasa kesal setiap hari melihat posternya Lisa.Thasia segera menoleh dan berkata, "Nona Lisa, aku masih ada kerjaan, apakah kamu ada urusan lain lagi?"Thasia tidak ingin mengobrol dengan Lisa, gadis itu paling hanya ingin pamer saja, Thasia tidak peduli."Nggak ada. Karena kita sudah kenal lama, aku hanya berpikir untuk mengobrol denganm
Mendengar ini Maurin pun menjawab, "Oke."Jeremy menatap Thasia, wajahnya terlihat tidak senang, lalu dia berkata, "Aku nggak suka buatan orang lain."Langkah kaki Maurin jadi berhenti.Thasia malah berkata, "Kamu nggak dengar tadi kata Nona Lisa apa? Karyawan di sini harus kerja dengan efisien, kalau bikin kopi untukmu saja dia nggak bisa, maka dia bisanya apa?"Thasia terlihat sensitif, perkataannya juga menjadi kasar.Membuat Maurin dan Rina merasa terkejut.Situasi saat ini terasa aneh.Rina sudah beberapa bulan kerja bersama Thasia, meski Thasia selalu terlihat cuek, dia selalu memperlakukan orang dengan lembut, apalagi di depan Jeremy.Sejak kapan Thasia menjadi orang yang kasar?Bahkan berbicara dengan Jeremy menggunakan nada seperti itu.Mereka berdua tidak berani bertindak dengan gegabah saat ini, hanya berani berdiri diam.Sorot mata Jeremy menjadi gelap, mendengar ini dia merasa sangat kesal, jadi dia berkata dengan nada dingin, "Bukannya kamu yang menerima dia bekerja di si