Mendengar ini Maurin pun menjawab, "Oke."Jeremy menatap Thasia, wajahnya terlihat tidak senang, lalu dia berkata, "Aku nggak suka buatan orang lain."Langkah kaki Maurin jadi berhenti.Thasia malah berkata, "Kamu nggak dengar tadi kata Nona Lisa apa? Karyawan di sini harus kerja dengan efisien, kalau bikin kopi untukmu saja dia nggak bisa, maka dia bisanya apa?"Thasia terlihat sensitif, perkataannya juga menjadi kasar.Membuat Maurin dan Rina merasa terkejut.Situasi saat ini terasa aneh.Rina sudah beberapa bulan kerja bersama Thasia, meski Thasia selalu terlihat cuek, dia selalu memperlakukan orang dengan lembut, apalagi di depan Jeremy.Sejak kapan Thasia menjadi orang yang kasar?Bahkan berbicara dengan Jeremy menggunakan nada seperti itu.Mereka berdua tidak berani bertindak dengan gegabah saat ini, hanya berani berdiri diam.Sorot mata Jeremy menjadi gelap, mendengar ini dia merasa sangat kesal, jadi dia berkata dengan nada dingin, "Bukannya kamu yang menerima dia bekerja di si
Thasia tertegun.Sejak kapan Jeremy begitu senggang sehingga berpikir untuk pergi menonton bioskop?Mereka sudah menikah cukup lama, pria ini tidak pernah repot-repot mengajaknya pergi nonton bioskop atau makan berdua.Semua hal itu adalah hal yang biasanya dilakukan oleh pasangan kekasih.Jeremy, yang melihat Thasia terdiam pun bertanya, "Kenapa diam saja? Aku sudah menyuruh Tony memesan tempat di sebuah restoran, setelah makan kita pergi nonton bioskop."Thasia bertanya padanya, "Kenapa kamu tiba-tiba ingin pergi makan dan menonton bioskop denganku, memangnya ini hari apa?"Bagi Thasia, dia selalu merasa curiga terhadap hal yang tidak biasanya.Terutama jika terjadi di antara hubungannya dengan Jeremy.Akhir-akhir Thasia sering ribut ingin bercerai, juga bersikap dingin padanya. Jeremy berpikir melakukan semua ini untuk menebus sikap cueknya selama ini pada Thasia, mungkin saja nanti istrinya ini tidak berpikir untuk cerai lagi, jadi Jeremy berkata, "Aku hanya ingin makan saja dengan
Para wanita itu bertanya dengan penasaran, "Bagaimana kamu bisa tahu? Bukannya kamu bilang kamu sempat bekerja sama dengan PT Okson, mungkinkah Jeremy yang memberitahumu?"Sisilia melihat Lisa yang berjalan keluar, gadis itu memang cantik, memang tipe wanita idaman para pria.Namun, waktu itu dia sempat bertanya pada Jeremy, lalu dirinya mendapat jawaban bahwa pria itu tidak sedang menyukai seseorang.Kabar bahwa mereka dari SMA sudah saling suka hanyalah rumor saja.Sisilia menenangkan hatinya, dia membuka pintu mobil.Kebetulan Lisa saat itu berjalan melewatinya, saat mendengar suara mobil dibuka, tanpa sadar Lisa melirik sedikit, lalu menoleh lagi."Nona Lisa," panggil Sisilia.Langkah kaki Lisa pun berhenti, dia menoleh menghadap Sisilia.Saat melihat hanya seorang gadis kecil, perasaan waspadanya berkurang.Sekarang identitas Lisa sudah berbeda, jika ada orang di jalan yang memanggilnya, dia harus bersikap seramah mungkin.Jadi tanpa sadar dia tersenyum. "Halo.""Nona Lisa, nggak
Lisa tersenyum lagi sambil berkata, "Sebenarnya hal ini juga sudah bukan rahasia lagi, Jeremy sendiri sudah ngaku telah menikah, hanya saja dia nggak ingin memberi tahu orang-orang siapa istrinya.""Kamu tahu?"Lisa berkata, "Tentu saja tahu, tapi Jeremy menyuruhku merahasiakannya. Lagi pula, mereka juga menikah secara rahasia, bahkan sudah lama, jadi dia nggak akan memberi tahu semua orang siapa wanita itu.""Sudahlah, aku masih ada urusan, aku nggak bisa ngobrol terlalu lama denganmu. Kalau nanti aku ada waktu, aku akan mengajak Nona Sisilia minum teh bersama," kata Lisa, lalu dia segera naik ke mobilnya.Sisilia berdiri di sana cukup lama sambil berpikir.Sebelum naik ke mobil, Lisa sempat melirik Sisilia sebentar, lalu bibirnya membentuk senyuman sinis."Nona Lisa, kenapa tadi kamu nggak kasih tahu dia saja kalau kamu ini pujaan hatinya Pak Jeremy, sehingga mereka merasa tertekan dan memilih untuk menyerah!" kata Siti dengan bingung.Kalau dulu Lisa pasti tidak akan berbicara seper
Jeremy merasa sedikit bersemangat, selama bertahun-tahun ini, dia tidak pernah berusaha menyiapkan hadiah untuk menyenangkan seorang wanita, dia sangat ingin melihat reaksi Thasia.Pada akhirnya setelah berjalan keluar dia melihat di meja Thasia sudah tidak ada orang.Jeremy berjalan mendekat, komputernya sudah dimatikan, pria itu pun melirik ke arah Rina sambil bertanya dengan dingin, "Mana Thasia?"Rina sedang membereskan berkas, dia menjawab, "Kak Thasia 10 menit yang lalu sudah pergi duluan, dia bilang ada janji makan dengan temannya."Wajah Jeremy seketika terlihat tidak senang!Janji makan dengan teman?Cowok atau cewek?Bukankah tadi dia sudah bilang malam ini mereka akan makan bersama?Thasia menolaknya?Jeremy merasa sangat marah, sorot matanya menjadi dingin.Rina juga melihat ekspresi Jeremy menjadi tidak senang, dia merasa takut, entah kenapa pria ini tiba-tiba merasa tidak senang.Rina berkata lagi, "Pak Jeremy, tadi saat Kak Thasia meneleponnya temannya aku sempat dengar,
"Kenapa?"Sabrina melihat tangan Thasia ditarik kembali, tidak bermain dengannya lagi, wajahnya bahkan memucat, jadi dia tanpa sadar segera bertanya demikian.Saat membenarkan posisi duduknya, Sabrina melihat Jeremy berdiri di sana.Dia juga panik. Kenapa Jeremy bisa tiba-tiba muncul di sini?Tidak ada orang yang merasa lebih panik lagi daripada Thasia saat ini.Awalnya dia ingin mengobrol dengan Sabrina, baru saja sebentar Jeremy sudah muncul di sini.Thasia tanpa sadar ingin merapikan dirinya dan berpura-pura biasa saja.Jeremy terlihat tidak senang, wajahnya memasang ekspresi dingin, tatapan juga terasa tajam.Kelihatannya mereka bercanda dengan senang, Thasia bahkan lupa padanya, hal ini membuat Jeremy merasa lebih kesal lagi. Dia berjalan mendekat, tatapannya jatuh pada mereka, dia bisa merasakan kedua wanita itu menjadi canggung, lalu dia bertanya, "Ada apa? Kenapa kalian kelihatannya senang sekali?"Tatapannya jatuh pada atas meja, ada teh, makan kecil dan kotak paket yang sehar
Jeremy menoleh pada Thasia. "Hanya beberapa novel saja kenapa harus disembunyikan? Memangnya aku nggak boleh lihat?""Ini novel romantis, tentu saja harus dibaca diam-diam di kamar, para wanita juga butuh privasi saat membaca novel seperti ini. Pak Jeremy, kamu berlebihan sekali!" jelas Sabrina.Untungnya Thasia selalu waspada saat bertindak.Sebelum membeli buku, dia memang sempat membeli beberapa novel, dia tidak meletakkan buku pertumbuhan anak di tumpukan itu.Dia meletakkannya di dalam tas.Thasia tidak ingin Jeremy sampai tahu, jadi dia selalu membuat persiapan, bahkan dia sempat memikirkan kemungkinan seperti ini.Thasia tidak ingin berbicara panjang lebar dengan Jeremy, sekarang pria itu sangat curiga padanya. Di luar dari masalah dirinya hamil, melihat sifat pria ini yang pemaksa saja sudah membuat Thasia merasa sangat kesal sehingga rasanya ingin pergi saja.Thasia segera mengambil tasnya, dia ingin berjalan melewati Jeremy.Jeremy melempar bukunya ke atas meja, lalu berkata
Kebetulan dia bertemu Thasia, Tony pun berhenti. "Nyonya Thasia, Pak Jeremy sudah mengajak kamu makan ...."Melihat mata Thasia berkaca-kaca, Tony merasa sepertinya mereka baru saja bertengkar, dia berkata pada Thasia lagi, "Nyonya Thasia, nggak peduli pada yang terjadi pada kalian, Pak Jeremy juga tahu dia salah. Lihatlah, Pak Jeremy sampai membeli bunga untukmu."Tony ingin memperbaiki hubungan mereka.Tony juga sudah bekerja untuk Jeremy cukup lama, bosnya itu tidak pernah membelikan bunga untuk siapa pun.Jeremy tidak pernah melakukan tindakan romantis yang biasa dilakukan sepasang kekasih.Bukannya dia tidak mengerti, tapi karena tidak ada wanita yang bisa membuat Jeremy ingin bertindak seperti itu.Jeremy bisa menyiapkan semua ini dengan sepenuh hati untuk Thasia, berarti pria itu memang peduli pada Thasia.Thasia melirik bunga yang ada di tangan Tony, lalu berkata dengan datar. "Bukankah sudah kubilang panggil aku Bu Thasia saja? Kenapa masih panggil aku nyonya? Nanti kami juga