Share

Bab 36

Penulis: Iffah Viyay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-31 00:11:43

Tembakan terakhir dari Agas masih saja gagal. Mengundang tawa yang tidak bisa ditahan dari Nara.

Perempuan itu tidak pernah mengira kalau Agas yang dia kenal cerdas dalam banyak hal ternyata tidak bisa menembak target secara tepat.

"Yah, papa kok payah banget sih," keluh Bima yang kesal karena papanya tidak bisa mendapatkan boneka yang dia inginkan.

Agas sedikit malu karena tiga tembakannya gagal mengenai boneka yang dia incar. Dia hanya memperoleh satu boneka kecil.

"Maaf Bima. Papa coba sekali lagi ya," ucap Agas membujuk anaknya.

"Gak usahlah. Nanti gagal lagi kan malu," balas Bima masih ngambek.

"Biar tante aja yang main ya Bima," usul Nara yang langsung diangguki Bima.

Nara langsung mengambil alih tugas Agas untuk mendapatkan boneka yang Bima idamkan.

Dengan wajah serius Nara melihat ke arah target yang terus bergerak ke kiri lalu balik lagi ke kanan.

Saking seriusnya sampai Nara tidak berkedip. Kemudian setelah selesai mengira-ngira timing yang tepat, Nara langsung melepaskan te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 37

    "Eh, Mas Aldi. Kirain siapa," kata Nara yang terkejut dengan kedatangan Aldi."Emang kamu ngarepin siapa, Nara?" tanya Aldi penasaran.Nara tidak mungkin menjawab kalau dirinya sedang menunggu Agas. Jadi hanya berkata, "Temenku. Katanya mau jemput."Aldi mengangguk-angguk paham lalu bertanya, "Lia ada di dalem?""Iya. Masuk aja Mas," jawab Nara sambil memberikan ruang untuk Aldi bisa masuk.Setelah Aldi masuk, Nara menutup pintu dulu lalu mengikuti Aldi di belakangnya. "Mbak Lia, lihat siapa yang datang nih." Nara berteriak dari belakang ketika melihat Lia yang sedang fokus dengan ponselnya.Mendengar suara Nara, Lia pun mengangkat kepalanya dan melihat ke sumber suara. Matanya langsung melotot saat melihat kehadiran Aldi."Kamu kok ada di sini?!" ujar Lia setengah berteriak."Mau ketemu sama kamu," kata Aldi dengan senyumannya.Lia mendelik ke arah Nara seolah bertanya pada Nara kenapa membia

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 38

    "Aduh kaget. Kenapa sih tiba-tiba bicara di belakang saya?" kata Nara pada Agas yang tiba-tiba ada di dekatnya."Maaf kalau saya bikin kamu kaget. Saya cuman heran aja kamu lagi nyariin siapa?" kata Agas sambil tersenyum maaf."Saya lagi nyariin istri kamu, Gas. Kok gak ada? Bukannya hari ini kan ulang tahun anaknya. Kenapa dia tidak ada di sini?" tanya Nara yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.Ekspresi Agas sontak berubah menjadi suram kala Nara menanyakan soal istrinya. Dari raut wajahnya, Nara bisa menebak kalau Agas tampaknya enggan membahas soal istrinya itu."Dia ada urusan." Agas tetap menjawabnya walau tidak menjelaskan banyak.Nara sendiri tidak memaksa untuk bertanya lebih lanjut. Bahkan sekarang dia agak menyesali kenapa dia menanyakan hal itu pada Agas. Keduanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Sampai Agas memecahkan keheningan di antara mereka."Makasih ya kamu sudah mau dateng ke acara ulang tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 39

    Nara dan Agas membeku selama beberapa detik sampai akhirnya saling memalingkan muka. Dengan seluruh wajah mereka yang sudah seperti kepiting rebus.Suasana mereka berubah jadi canggung. Saling menghindari tatapan masing-masing dan juga tidak ada yang mau membuka suara.Keheningan itu akhirnya pecah karena Bima bicara. "Pa, Bima ngantuk," ucapnya sambil melemparkan tubuhnya sendiri ke pelukan Agas."Ya sudah, mending kita tidur aja. Sudah malam juga," kata Agas pada Nara.Keduanya meninggalkan halaman depan villa yang luas lalu memasuki villa. Nara diberikan kamar di lantai dua sedangkan Agas dan Bima, mereka tidur bersama di kamar sebelahnya."Selamat malam."Keduanya saling memberikan salam sebelum memasuki kamar masing-masing.Tidak tahu Agas bagaimana, tetapi yang jelas Nara sama sekali tidak bisa tidur. Tidak setelah ciuman tidak sengajanya tadi dengan Agas.Sepanjang malam, Nara hanya membolak-balikkan badan, seperti tidak nyaman dengan posisi tidurnya. Padahal yang sebenarnya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 40

    Dua kali ditampar. Siapa yang tidak kesal?"Dasar cewek murahan. Lo berani-beraninya ya godain suami gue," hardik Riri, yang Nara kenal sebagai istri Agas."Saya sama sekali tidak menggoda suami Ibu," ujar Nara."Alah, kalau bukan godain, apalagi namanya buat cewek yang sering ketemuan sama suami orang bahkan sampai diajak ke villa."Nara sedikit tercengang karena Riri ternyata mengetahui tentang hal itu."Diam kan lu! Ngerasa ya?!" Keterdiaman Nara sudah pasti membuat Riri semakin lancar menghujatnya. "Lo pikir gue gak tahu sama kelakuan lo selama ini sudah sering jalan sama suami dan anak gue."Nara merasa tersinggung dengan ucapan Riri. Dia mengakui kalau selama ini mungkin dirinya terlalu dekat dengan Agas tetapi dia tidak ada maksud menggodanya sama sekali. Kenapa Riri menuduhnya seolah-olah dia perempuan tidak benar yang berniat merebut suaminya."Jangan ngomong sembarangan, Bu. Hubungan saya dengan Agas tidak lebi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 41

    Nara menoleh ke sumber suara dan mendapati kedatangan Aldi yang menghampiri mereka dengan wajah serius."Bu Riri, silakan anda kembali lebih dulu. Jangan membuat keributan di depan para karyawan di sini. Ini kantor tempat bekerja, bukan teater tempat orang menonton drama," ucap Aldi dengan tegas, cukup membuat Nara terkejut karena tidak biasanya Aldi tampak seserius itu. Atau mungkin Nara saja yang tidak pernah melihatnya.Sementara itu Riri tentu saja merasa tersinggung dengan ucapan Aldi yang menurutnya tidak sopan. Mengingat dirinya itu istri dari atasan Aldi.Raut wajah terhina tersirat jelas karena merasa dirinya diperlakukan buruk oleh orang yang dia anggap berada di bawahnya."Siapa lo ngatur-ngatur gue?! Lo itu cuman bawahan suami gue. Berani sekali usir gue dari kantor suami gue sendiri," ujar Riri yang emosi.Aldi menanggapinya dengan tenang. "Saya hanya melakukan tanggung jawab saya, Bu. Tolong kembalilah dulu. Jangan bertengkar di sini. Tidak pantas mempertontonkan masalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 42

    Nara memandang Agas dengan tatapan masam. Meski begitu dia berusaha tetap sopan karena biar bagaimanapun Agas itu atasan dia."Ayo naik dulu," ucap Agas seperti titah untuk Nara.Tetapi kali ini Nara tidak menghiraukannya karena merasa harus lebih tegas pada dirinya sendiri dan tidak lagi tergoda dengan pesona Agas. Jadi Nara tetap diam bergeming tanpa ada niat membuka pintu mobil Agas sama sekali dan Agas sadar itu. "Masuk dulu, ada yang perlu saya bicarakan sama kamu," ucap Agas membujuk Nara.Tetap saja Nara tidak mau dan hanya menggelengkan kepalanya.Agas menghela napas panjang dan sekali lagi bicara. "Kita gak mungkin kan ngobrol di jalan begini?""Lebih baik kita tidak usah bicara sama sekali, Pak. Saya baru sadar kalau selama ini saya sudah melewati batas."Agas tidak langsung membalas kata-kata Nara. Justru dia membuka pintu mobilnya lalu keluar dan berjalan menuju ke arahnya.Nara pikir Agas akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 43

    Nara mengerutkan bibir sedikit tidak suka saat membaca pesan dari Agas ini. Padahal dia sudah bilang pada Agas untuk menjaga jarak, tetapi lagi-lagi Agas memintanya bertemu lagi."Bima sakit!" kata Agam dalam pesannya.Mata Nara sontak melebar sampai dia refleks berdiri. Lia sampai ikutan terkejut terhadap reaksi Nara yang tiba-tiba berdiri itu."Ada apa? Ada apa?" tanya Lia terbawa panik yang sama seperti Nara."Tadi baru aja Agas kirim pesan. Katanya Bima sakit, Mbak."Ekspresi Lia berubah datar ketika mendengar ucapan Nara. "Terus kamu mau menemui mereka?"Nara tersentak menyadari hal itu dan tampak bingung apa yang harus dia lakukan."Jangan temui mereka, Nara," ucap Lia dengan tegas."Tapi Bima sakit, Mbak," kata Nara yang ragu-ragu."Dia masih punya ayahnya dan keluarganya yang lain. Kamu cukup bantu doa aja," ujar Lia bukannya dia tidak simpatik dengan kesehatan Bima tetapi dia merasa harus menah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 44

    "Mamaa!" Bima pun tampak terkejut dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba menjambak rambut Nara."Lo jadi orang gak tahu malu banget ya!" umpat Riri sambil terus menarik rambut Nara dengan keras. "Berani-beraninya lo dateng ke rumah gue!"Bima yang melihat tante cantiknya disakiti sang ibu, dengan susah payah menahan rasa lemas badannya, dia tertatih menuju mereka. Tangan mungilnya meraih kaki Riri untuk memohon padanya."Mama, mama, lepasin tante. Jangan sakiti tante," pinta Bima sambil menangisRiri jadi kesal karena melihat Bima malah membela Nara. Amarahnya menjadi semakin besar sampai dia kemudian menyeret Nara keluar dari kamar Bima.Nara berusaha melepaskan genggaman Riri pada rambutnya. Saat tiba di dekat tangga, secara mengejutkan Riri mendorong Nara ke arah sana. Nara tersentak ketika menyadari bahaya yang ada di depannya.Mata Nara menatap horor tangga di depannya, tangannya berusaha menggapai apa saja yang bisa dia pegang. Namun tidak tidak ada pegangan yang berhasil dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08

Bab terbaru

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 92

    Riri memandang heran pria yang ada di hadapannya. Seingatnya dia tidak pernah pria ini, tapi kenapa orang ini malah ada di depan pintu apartemennya."Perkenalkan nama saya Sugeng, pengacara utusan Pak Agas Pratama," kata pria itu seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Riri."Pengacara?" Riri menatap bingung pria di hadapannya. "Ada urusan apa ya?"Entah mengapa ada firasat tidak enak yang menggelitiknya. Namun begitu dia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh pengacara dari suaminya ini. "Bisakah kita membicarakannya di dalam, Bu?" tanya Sugeng dengan sopan.Riri berpikir sejenak. Sebenarnya dia agak tidak nyaman membiarkan orang asing masuk ke dalam apartemennya, tapi dia lebih tidak nyaman kalau harus bicara di luar begini. Dengan profesinya dan juga skandalnya yang masih 'panas', akan sangat tidak aman kalau dia sampai dipotret.Pada akhirnya Riri membiarkan Sugeng masuk ke dalam apartemennya. Mereka duduk berseberangan di ruang tamu. Kemudian percakapan mereka berlanjut."J

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 91

    "Meskipun dia anak kandungmu, tapi jangan seenaknya menemuinya." Kalimat itu yang sepintas terdengar oleh Aldi dan membuatnya merasa bingung. Perlu diketahui, Aldi telah menyelidiki wanita itu cukup menyeluruh karena perintah Agas. Sejauh yang telah Aldi selidiki, wanita yang merupakan ibu tiri dari Nara itu bukan sedang bersama dengan suaminya sendiri. Karena Aldu telah melihat wajah dari ayah kandung Nara. Tidak salah lagi, pria itu memang bukanlah Prayoga. "Apa maksudnya tadi?" gumam Aldi bertanya-tanya.Namun perhatiannya kemudian teralihkan karena Lia telah keluar dari toilet."Maaf agak lama, ayo kita lanjut jalan."Pada akhirnya Aldi harus menunda masalah itu karena dia tidak mau mengganggu waktu spesialnya bersama Lia.Beberapa hari sejak Aldi tidak sengaja bertemu Maya, dia telah menyelidiki lebih jauh dan menemukan sesuatu yang menurutnya cukup penting."Jadi maksudnya, Aurel itu bukan anak kandung Prayoga?" kata Agas saat Aldi memberitahunya masalah itu.Aldi mengangguk

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 90

    Apa yang ingin ditunjukkan oleh Lia ternyata sebuah undangan yang mana tercetak nama mereka berdua.Aldi merasa terpesona dengan desainnya yang indah. Sungguh seperti mimpi bagi Aldi, tinggal menghitung hari, dia akan segera mempersunting sang pujaan hati."Apa bagus?" tanya Lia. "Kalau ada yang mau kamu tambahkan, bilang sama aku, biar nanti aku minta revisi. Ini baru sample aja.""Cuma satu aja? Bukannya kalau sample biasanya lebih dari satu?" tanya Aldi."Emang lebih dari satu sih, cuma aku langsung jatuh cinta sama sample yang ini," jawab Lia. "Ya, kalau kamu kurang suka desain yang ini, kita bisa minta desain lain.""Gak usah. Kalau kamu suka yang ini, aku juga pilih yang ini," sahut Aldi sambil tersenyum.~~~Sudah dua minggu sejak Agas tahu kalau Riri bukanlah ibu kandung Bima, dia sama sekali belum membuat langkah apapun selain memecat pembantunya. Justru dia menutupi masalah itu dan tidak membesarkannya.Orang lain tidaklah melihat perubahan yang ada dalam diri Agas. Seolah-o

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 89

    Tepatnya beberapa jam yang lalu Agas tidak hanya meminta Aldi untuk mencari pelaku kekerasan pada Bima tetapi juga untuk menjalankan tugasnya melakukan tes DNA.Agas meminta Aldi mengambil sesuatu dari laci di ruang kantornya. Berupa sample rambut milik Bima dan Riri.Sebenarnya belakangan ini Agas merasakan keraguan samar tentang hubungan antara Riri dan Bima. Padahal mereka adalah ibu dan anak tapi wanita itu tampak tidak suka dekat dengan anaknya sendiri.Sample ini Agas dapat saat tidak sengaja melihat sisir bekas dipakai Riri. Ada sehelai rambut yang menyangkut di sana. Saat itu entah dari dorongan apa, Agas memutuskan menyimpan sample tersebut.Bukannya Agas tidak pernah berpikir untuk mengetesnya. Sudah berkali-kali pikiran itu terus terbesit namun ketika sampai pada praktiknya, dia merasa ragu. Entah karena alasan apa karena dia sendiri tidak tahu.Lebih tepatnya, nurani Agas agak segan untuk melakukannya. Mengingat sejak awal menikah dengan Riri, dia tidak bisa memberikan apa

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 88

    Aldi tampak terdiam sejenak, tidak langsung menjawab pertanyaan dari Agas. Sebelum akhirnya tetap mengatakannya. "Pelakunya adalah ibu Riri, Pak."Tidak ada perubahan besar pada ekspresi Agas saat mendengar ucapan Aldi, karena pada dasarnya sejak awal Agas sendiri sudah curiga pada Riri.Namun begitu masih belum membuat Agas mengerti, mengapa ada seorang ibu yang tidak memiki kasih sayang pada anaknya sendiri."Oke. Terima kasih," kata Agas kemudian menutup telepon.Tangan Agas mengepal kuat, jelas sekali kalau saat ini dia sedang marah. "Kali ini, sudah terlalu jauh, Riri."Setelah mengatakan itu, Agas kembali ke kamar rawat untuk pamit kepada ibunya. Kemudian keluar lagi untuk pergi entah kemana.Satu jam kemudian, SUV Hitam milik Agas memasuki kediamannya sendiri. Rupanya dia langsung pulang dari rumah sakit. Namun bukan dengan tujuan untuk beristirahat melainkan hal lain. Agas berjalan masuk ke rumah dengan wajahnya yang serius. Namun dia tidak pergi ke arah kamarnya, tapi menuju

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 87

    Satria memandang perempuan di hadapannya dengan sorot mata yang tajam. Sementara perempuan itu tampak santai-santai saja."Gue pinjem bentar, kamar mandinya," ujar perempuan itu sambil berjalan melewatinya.Satria sampai terbengong-bengong, meski hanya sesaat karena dia langsung melontarkan pertanyaan lagi. "Heh, lo itu siapa sih? Masuk ke kamar orang sembarangan. Maling ya?"Ucapan 'Maling ya?' seakan jadi pemicu, perempuan langsung berbalik cepat dengan wajah galak. "Apa lo bilang? Siapa yang lo panggil maling?""Elo! Siapa lagi?" sahut Satria tidak kalah galak. "Sekarang jawab pertanyaan gue, elo itu siapa? Kenapa elo ada di kamar gue?!"Perempuan itu tampak tertegun. Tatapannya yang galak melemah berganti rasa heran. "Jangan-jangan ...."Alis Satria mengerut dan matanya terus memandang wajah perempuan itu tanpa mengalihkan pandangan, tampak jelas pria itu sedang menunggu apa yang akan selanjutnya dikatakan perempuan itu."Jangan-jangan elo gak ngenalin wajah adek kandung lu sendir

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 86

    Agas buru-buru pergi ke rumah sakit setelah menerima kabar dari wali kelas kalau anaknya pingsan."Gimana keadaan Bima, Bu guru?" tanya Agas pada wali kelas Bima karena saat dia sampai di sana, Agas hanya melihat gurunya Bima saja."Sudah ditangani oleh dokter tadi, Pak Agas. Anu ...," ucap sang guru, tampak masih memiliki sesuatu yang belum dikatakan."Ada apa, Bu guru? Apa masih ada hal penting yang perlu saya tahu?" tanya Agas tanpa menyudutkan. "Katakan saja, Bu."Meski awalnya ragu, akhirnya wali kelas Bima mengatakannya. "Pak Agas, kondisi Bima tidak sesederhana yang kita pikirkan.""Maksudnya bagaimana Bu guru? Apa anak saya punya penyakit serius?" Agas bertanya dengan ekspresi yang tampak masih tenang, walaupun sebenarnya di dalam hati dia sedang cemas.Mana mungkin dia bisa tenang-tenang saja di saat anak semata wayangnya sedang sakit ini."Ada tanda-tanda kekerasan di tubuh Bima.""Apa?!" Agas membeku. "Maksudnya bagaimana, Bu? Saya gak pernah lihat ...."Sebelum Agas menyel

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 85

    "Sampai sekarang, gak ada kabar apapun dari Nara. Apa dia baik-baik saja?" gumam Lia dengan sedih.Aldi, yang saat ini sedang berada di samping Lia, berusaha menghibur calon istrinya agar tenang."Jangan khawatir, Nara pasti baik-baik aja," kata Aldi sambil menghapus airmata sang kekasih.Lia menatap Aldi dalam diam. Dia merasa tersentuh dengan perhatian Aldi yang lembut. Hal itu membuatnya teringat dengan kebaikan Aldi yang mau menunda pernikahan mereka sampai ada kabar yang jelas.Sudah berbulan-bulan, kabar itu masih tidak jelas. Lia bertanya-tanya mau ditunda seberapa lama lagi. Dia merasa bersalah pada Aldi dan keluarganya akan keinginannya yang egois ini."Kenapa diem aja?" tanya Aldi yang merasakan tatapan Lia yang intens."Ayo lanjutkan rencana pernikahan kita berdua," kata Lia dengan yakin, setelah dipikir-pikir, mungkin ini yang seharusnya dia lakukan.Mata Aldi sedikit mengerjap saat mendengar penuturan Lia. Dia diam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Jangan dipaksak

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 84

    "Satria gak mau dijodohkan sama siapapun itu," kata Satria, entah sudah berapa kali dia mengatakan itu seminggu belakangan ini.Sejak Risa yang datang ke ruang rawat Nara untuk menyampaikan pesan mamanya Satria, ternyata kejutan yang dimaksud oleh Risa itu mengenai perjodohan yang direncanakan oleh kedua orangtua Satria.Sungguh gagasan yang membuat Satria sakit kepala. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya begitu ngotot untuk menjodohkannya. Memangnya dia tidak bisa mencarinya sendiri?"Kali ini harus mau," kata papanya Satria yang bernama Umar. "Papa udah janji sama sahabat papa.""Yang bikin janji papa, kenapa aku yang harus jadi korban?" sahut Satria merasa tidak adil."Coba aja ketemu dulu," kata Umar."Gak mau. Pokoknya gak mau," balas Satria dengan tegas. Setelah mengatakan hal itu, Satria pamit pergi."Anak itu, benar-benar," ujar Umar dengan geram, tapi tidak menghentikan anaknya pergi."Sudahlah, Pa. Kalau Satrianya gak mau, jangan dipaksa," ucap istri Umar

DMCA.com Protection Status