Share

Bab 40

Penulis: Iffah Viyay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dua kali ditampar. Siapa yang tidak kesal?

"Dasar cewek murahan. Lo berani-beraninya ya godain suami gue," hardik Riri, yang Nara kenal sebagai istri Agas.

"Saya sama sekali tidak menggoda suami Ibu," ujar Nara.

"Alah, kalau bukan godain, apalagi namanya buat cewek yang sering ketemuan sama suami orang bahkan sampai diajak ke villa."

Nara sedikit tercengang karena Riri ternyata mengetahui tentang hal itu.

"Diam kan lu! Ngerasa ya?!" Keterdiaman Nara sudah pasti membuat Riri semakin lancar menghujatnya. "Lo pikir gue gak tahu sama kelakuan lo selama ini sudah sering jalan sama suami dan anak gue."

Nara merasa tersinggung dengan ucapan Riri. Dia mengakui kalau selama ini mungkin dirinya terlalu dekat dengan Agas tetapi dia tidak ada maksud menggodanya sama sekali. Kenapa Riri menuduhnya seolah-olah dia perempuan tidak benar yang berniat merebut suaminya.

"Jangan ngomong sembarangan, Bu. Hubungan saya dengan Agas tidak lebi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 41

    Nara menoleh ke sumber suara dan mendapati kedatangan Aldi yang menghampiri mereka dengan wajah serius."Bu Riri, silakan anda kembali lebih dulu. Jangan membuat keributan di depan para karyawan di sini. Ini kantor tempat bekerja, bukan teater tempat orang menonton drama," ucap Aldi dengan tegas, cukup membuat Nara terkejut karena tidak biasanya Aldi tampak seserius itu. Atau mungkin Nara saja yang tidak pernah melihatnya.Sementara itu Riri tentu saja merasa tersinggung dengan ucapan Aldi yang menurutnya tidak sopan. Mengingat dirinya itu istri dari atasan Aldi.Raut wajah terhina tersirat jelas karena merasa dirinya diperlakukan buruk oleh orang yang dia anggap berada di bawahnya."Siapa lo ngatur-ngatur gue?! Lo itu cuman bawahan suami gue. Berani sekali usir gue dari kantor suami gue sendiri," ujar Riri yang emosi.Aldi menanggapinya dengan tenang. "Saya hanya melakukan tanggung jawab saya, Bu. Tolong kembalilah dulu. Jangan bertengkar di sini. Tidak pantas mempertontonkan masalah

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 42

    Nara memandang Agas dengan tatapan masam. Meski begitu dia berusaha tetap sopan karena biar bagaimanapun Agas itu atasan dia."Ayo naik dulu," ucap Agas seperti titah untuk Nara.Tetapi kali ini Nara tidak menghiraukannya karena merasa harus lebih tegas pada dirinya sendiri dan tidak lagi tergoda dengan pesona Agas. Jadi Nara tetap diam bergeming tanpa ada niat membuka pintu mobil Agas sama sekali dan Agas sadar itu. "Masuk dulu, ada yang perlu saya bicarakan sama kamu," ucap Agas membujuk Nara.Tetap saja Nara tidak mau dan hanya menggelengkan kepalanya.Agas menghela napas panjang dan sekali lagi bicara. "Kita gak mungkin kan ngobrol di jalan begini?""Lebih baik kita tidak usah bicara sama sekali, Pak. Saya baru sadar kalau selama ini saya sudah melewati batas."Agas tidak langsung membalas kata-kata Nara. Justru dia membuka pintu mobilnya lalu keluar dan berjalan menuju ke arahnya.Nara pikir Agas akhirnya

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 43

    Nara mengerutkan bibir sedikit tidak suka saat membaca pesan dari Agas ini. Padahal dia sudah bilang pada Agas untuk menjaga jarak, tetapi lagi-lagi Agas memintanya bertemu lagi."Bima sakit!" kata Agam dalam pesannya.Mata Nara sontak melebar sampai dia refleks berdiri. Lia sampai ikutan terkejut terhadap reaksi Nara yang tiba-tiba berdiri itu."Ada apa? Ada apa?" tanya Lia terbawa panik yang sama seperti Nara."Tadi baru aja Agas kirim pesan. Katanya Bima sakit, Mbak."Ekspresi Lia berubah datar ketika mendengar ucapan Nara. "Terus kamu mau menemui mereka?"Nara tersentak menyadari hal itu dan tampak bingung apa yang harus dia lakukan."Jangan temui mereka, Nara," ucap Lia dengan tegas."Tapi Bima sakit, Mbak," kata Nara yang ragu-ragu."Dia masih punya ayahnya dan keluarganya yang lain. Kamu cukup bantu doa aja," ujar Lia bukannya dia tidak simpatik dengan kesehatan Bima tetapi dia merasa harus menah

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 44

    "Mamaa!" Bima pun tampak terkejut dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba menjambak rambut Nara."Lo jadi orang gak tahu malu banget ya!" umpat Riri sambil terus menarik rambut Nara dengan keras. "Berani-beraninya lo dateng ke rumah gue!"Bima yang melihat tante cantiknya disakiti sang ibu, dengan susah payah menahan rasa lemas badannya, dia tertatih menuju mereka. Tangan mungilnya meraih kaki Riri untuk memohon padanya."Mama, mama, lepasin tante. Jangan sakiti tante," pinta Bima sambil menangisRiri jadi kesal karena melihat Bima malah membela Nara. Amarahnya menjadi semakin besar sampai dia kemudian menyeret Nara keluar dari kamar Bima.Nara berusaha melepaskan genggaman Riri pada rambutnya. Saat tiba di dekat tangga, secara mengejutkan Riri mendorong Nara ke arah sana. Nara tersentak ketika menyadari bahaya yang ada di depannya.Mata Nara menatap horor tangga di depannya, tangannya berusaha menggapai apa saja yang bisa dia pegang. Namun tidak tidak ada pegangan yang berhasil dia

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 45

    Ada postingan dari anonim yang mengupload video yang langsung dikenali oleh Nara."Apa ada cctv di sana?" gumam Nara tanpa sadar dan itu terdengar oleh Rani."Jadi video itu benar?" tanya Rani dengan ekspresi terkejut."Itu gak seratus persen benar," ucap Nara dengan murung.Pantas saja dari tadi pagi dia merasa pandangan orang terlalu sinis, lebih dari hari-hari sebelumnya."Sebenarnya apa yang terjadi di video ini?" tanya Rani penasaran. Pasalnya dalam video berdurasi kurang dari dua puluh detik ini menangkap posisi Nara sedang dipeluk oleh Agas. Padahalnya yang sebenarnya itu hanya sebagian kecil dari apa yang terjadi saat itu. "Ini gue hampir jatuh ke tangga pas jenguk Bima yang lagi sakit kemarin," jawab Nara sengaja tidak memberitahu kalau sebenarnya dirinya itu didorong oleh Riri. Dia tidak mau menambah masalah yang tidak perlu."Jadi Pak Agas cuman bantuin lo waktu itu?" Nara mengangguk membenarkan. "Gue gak tahu gimana bisa ada video ini? Apa ini cctv rumah Agas?"Rani kem

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 46

    Agas membaca berkas di tangannya sekali lagi untuk memastikan apakah tadi dia sudah salah lihat. Namun saat dia membacanya lagi tetapi tetap tidak berubah."Nara ngajuin resign?" ujar Agas cukup kaget."Iya Pak. Baru tadi pagi dia mengajukannya," ucap Aldi menjelaskan."Minta dia ke sini sekarang juga," perintah Agas dengan ekspresi tidak bisa diganggu gugat."Tapi Pak. Bagaimana dengan tanggapan orang—""Masa bodo! Saya gak peduli. Cepat panggil dia!" potong Agas dengan nada tidak sabar.Aldi mengangguk mengerti dan segera pergi memanggil Nara."Kenapa Pak Agas memanggil saya, Mas Aldi?" tanya Nara ketika tiba-tiba didatangi Aldi saat jam kerjanya."Soal permintaan resign kamu," jawab Aldi singkat.Nara tidak lanjut bertanya dan hanya mengikuti langkah Aldi yang berjalan menuju ke ruangan Agas.Sampai di depan ruangan Agas, Aldi mempersilakan Nara masuk sendiri sementara dia malah kembali ke meja kerjanya. Nara melemparkan tatapan bertanya pada Aldi. Kenapa Aldi tidak ikut masuk?Nam

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 47

    "Kenapa? Apa gue gak boleh ada di sini?" ujar orang yang datang ke rumah Nara ini."Maksud gue, ada perlu apa lo dateng ke sini?" ujar Nara memperjelas apa yang dia tanyakan. "Omong-omong, dari mana lo tahu rumah gue?""Gue tahu dari Agas." Nara manggut-manggut mengerti. "Ayo masuk dulu."Nara membuka pintu rumahnya yang terkunci lalu mengajak tamunya masuk ke ruang tamu. "Ervan, mau minum apa?" tanya Nara yang ternyata tamunya itu Ervan, teman SMP Nara selain Agas."Apa aja," jawab Ervan singkat.Nara meninggalkan Ervan sejenak di ruang tamu untuk membuat minuman di dapur. Kemudian Nara kembali lagi dengan membawa dua gelas es sirup."Diminum dulu," ujar Nara setelah memberikan segelas es sirup pada Ervan, lalu gelas lainnya untuk dirinya sendiri.Nara dan Ervan sama-sama meminum es sirup mereka. Lalu perhatian mereka menjadi fokus."Jadi, ada apa?" tanya Nara penasaran, karena sedari tadi Ervan tidak kunjung bicara."Lo udah dapet kerjaan lagi?" Ervan langsujg menanyakannya apa yan

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 48

    "Tante cantik?!" teriak Bima yang bersemangat ketika melihat ada Nara di kantin sekolahnya. "Tante kok bisa ada di sini?"Nara sedikit terkejut melihat Bima. Dia sama sekali tidak tahu kalau Bima ternyata bersekolah di sini. Bahkan Ervan pun tidak pernah memberitahukan soal ini padanya.Tidak tahu lagi bagaimana perasaannya saat ini. Ada perasaan senang karena bisa melihat Bima lagi tetapi di sisi lain, Nara pun merasakan kecemasan. Padahal dia sampai mengambil keputusan berhenti dari Tama Group dengan tujuan ingin menjaga jarak dengan keluarga Agas. "Kamu mau makan pake lauk apa, Bima?" tanya Nara.Sebenarnya dia ingin memeluk Bima sekarang juga untuk melampiaskan kerinduannya pada anak itu. Tetapi dia sadar sekarang ini dirinya sedang di tempat kerja. Dia tidak bisa mengabaikan orang lain yang datang untuk mengambil makan siang mereka."Tante gak mau ketemu lagi Bima?" tanya Bima dengan nada sedih karena merasa Nara sedikit menghindar.Nara agak terkejut dengan ucapan Bima. Segera

Bab terbaru

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 92

    Riri memandang heran pria yang ada di hadapannya. Seingatnya dia tidak pernah pria ini, tapi kenapa orang ini malah ada di depan pintu apartemennya."Perkenalkan nama saya Sugeng, pengacara utusan Pak Agas Pratama," kata pria itu seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Riri."Pengacara?" Riri menatap bingung pria di hadapannya. "Ada urusan apa ya?"Entah mengapa ada firasat tidak enak yang menggelitiknya. Namun begitu dia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh pengacara dari suaminya ini. "Bisakah kita membicarakannya di dalam, Bu?" tanya Sugeng dengan sopan.Riri berpikir sejenak. Sebenarnya dia agak tidak nyaman membiarkan orang asing masuk ke dalam apartemennya, tapi dia lebih tidak nyaman kalau harus bicara di luar begini. Dengan profesinya dan juga skandalnya yang masih 'panas', akan sangat tidak aman kalau dia sampai dipotret.Pada akhirnya Riri membiarkan Sugeng masuk ke dalam apartemennya. Mereka duduk berseberangan di ruang tamu. Kemudian percakapan mereka berlanjut."J

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 91

    "Meskipun dia anak kandungmu, tapi jangan seenaknya menemuinya." Kalimat itu yang sepintas terdengar oleh Aldi dan membuatnya merasa bingung. Perlu diketahui, Aldi telah menyelidiki wanita itu cukup menyeluruh karena perintah Agas. Sejauh yang telah Aldi selidiki, wanita yang merupakan ibu tiri dari Nara itu bukan sedang bersama dengan suaminya sendiri. Karena Aldu telah melihat wajah dari ayah kandung Nara. Tidak salah lagi, pria itu memang bukanlah Prayoga. "Apa maksudnya tadi?" gumam Aldi bertanya-tanya.Namun perhatiannya kemudian teralihkan karena Lia telah keluar dari toilet."Maaf agak lama, ayo kita lanjut jalan."Pada akhirnya Aldi harus menunda masalah itu karena dia tidak mau mengganggu waktu spesialnya bersama Lia.Beberapa hari sejak Aldi tidak sengaja bertemu Maya, dia telah menyelidiki lebih jauh dan menemukan sesuatu yang menurutnya cukup penting."Jadi maksudnya, Aurel itu bukan anak kandung Prayoga?" kata Agas saat Aldi memberitahunya masalah itu.Aldi mengangguk

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 90

    Apa yang ingin ditunjukkan oleh Lia ternyata sebuah undangan yang mana tercetak nama mereka berdua.Aldi merasa terpesona dengan desainnya yang indah. Sungguh seperti mimpi bagi Aldi, tinggal menghitung hari, dia akan segera mempersunting sang pujaan hati."Apa bagus?" tanya Lia. "Kalau ada yang mau kamu tambahkan, bilang sama aku, biar nanti aku minta revisi. Ini baru sample aja.""Cuma satu aja? Bukannya kalau sample biasanya lebih dari satu?" tanya Aldi."Emang lebih dari satu sih, cuma aku langsung jatuh cinta sama sample yang ini," jawab Lia. "Ya, kalau kamu kurang suka desain yang ini, kita bisa minta desain lain.""Gak usah. Kalau kamu suka yang ini, aku juga pilih yang ini," sahut Aldi sambil tersenyum.~~~Sudah dua minggu sejak Agas tahu kalau Riri bukanlah ibu kandung Bima, dia sama sekali belum membuat langkah apapun selain memecat pembantunya. Justru dia menutupi masalah itu dan tidak membesarkannya.Orang lain tidaklah melihat perubahan yang ada dalam diri Agas. Seolah-o

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 89

    Tepatnya beberapa jam yang lalu Agas tidak hanya meminta Aldi untuk mencari pelaku kekerasan pada Bima tetapi juga untuk menjalankan tugasnya melakukan tes DNA.Agas meminta Aldi mengambil sesuatu dari laci di ruang kantornya. Berupa sample rambut milik Bima dan Riri.Sebenarnya belakangan ini Agas merasakan keraguan samar tentang hubungan antara Riri dan Bima. Padahal mereka adalah ibu dan anak tapi wanita itu tampak tidak suka dekat dengan anaknya sendiri.Sample ini Agas dapat saat tidak sengaja melihat sisir bekas dipakai Riri. Ada sehelai rambut yang menyangkut di sana. Saat itu entah dari dorongan apa, Agas memutuskan menyimpan sample tersebut.Bukannya Agas tidak pernah berpikir untuk mengetesnya. Sudah berkali-kali pikiran itu terus terbesit namun ketika sampai pada praktiknya, dia merasa ragu. Entah karena alasan apa karena dia sendiri tidak tahu.Lebih tepatnya, nurani Agas agak segan untuk melakukannya. Mengingat sejak awal menikah dengan Riri, dia tidak bisa memberikan apa

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 88

    Aldi tampak terdiam sejenak, tidak langsung menjawab pertanyaan dari Agas. Sebelum akhirnya tetap mengatakannya. "Pelakunya adalah ibu Riri, Pak."Tidak ada perubahan besar pada ekspresi Agas saat mendengar ucapan Aldi, karena pada dasarnya sejak awal Agas sendiri sudah curiga pada Riri.Namun begitu masih belum membuat Agas mengerti, mengapa ada seorang ibu yang tidak memiki kasih sayang pada anaknya sendiri."Oke. Terima kasih," kata Agas kemudian menutup telepon.Tangan Agas mengepal kuat, jelas sekali kalau saat ini dia sedang marah. "Kali ini, sudah terlalu jauh, Riri."Setelah mengatakan itu, Agas kembali ke kamar rawat untuk pamit kepada ibunya. Kemudian keluar lagi untuk pergi entah kemana.Satu jam kemudian, SUV Hitam milik Agas memasuki kediamannya sendiri. Rupanya dia langsung pulang dari rumah sakit. Namun bukan dengan tujuan untuk beristirahat melainkan hal lain. Agas berjalan masuk ke rumah dengan wajahnya yang serius. Namun dia tidak pergi ke arah kamarnya, tapi menuju

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 87

    Satria memandang perempuan di hadapannya dengan sorot mata yang tajam. Sementara perempuan itu tampak santai-santai saja."Gue pinjem bentar, kamar mandinya," ujar perempuan itu sambil berjalan melewatinya.Satria sampai terbengong-bengong, meski hanya sesaat karena dia langsung melontarkan pertanyaan lagi. "Heh, lo itu siapa sih? Masuk ke kamar orang sembarangan. Maling ya?"Ucapan 'Maling ya?' seakan jadi pemicu, perempuan langsung berbalik cepat dengan wajah galak. "Apa lo bilang? Siapa yang lo panggil maling?""Elo! Siapa lagi?" sahut Satria tidak kalah galak. "Sekarang jawab pertanyaan gue, elo itu siapa? Kenapa elo ada di kamar gue?!"Perempuan itu tampak tertegun. Tatapannya yang galak melemah berganti rasa heran. "Jangan-jangan ...."Alis Satria mengerut dan matanya terus memandang wajah perempuan itu tanpa mengalihkan pandangan, tampak jelas pria itu sedang menunggu apa yang akan selanjutnya dikatakan perempuan itu."Jangan-jangan elo gak ngenalin wajah adek kandung lu sendir

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 86

    Agas buru-buru pergi ke rumah sakit setelah menerima kabar dari wali kelas kalau anaknya pingsan."Gimana keadaan Bima, Bu guru?" tanya Agas pada wali kelas Bima karena saat dia sampai di sana, Agas hanya melihat gurunya Bima saja."Sudah ditangani oleh dokter tadi, Pak Agas. Anu ...," ucap sang guru, tampak masih memiliki sesuatu yang belum dikatakan."Ada apa, Bu guru? Apa masih ada hal penting yang perlu saya tahu?" tanya Agas tanpa menyudutkan. "Katakan saja, Bu."Meski awalnya ragu, akhirnya wali kelas Bima mengatakannya. "Pak Agas, kondisi Bima tidak sesederhana yang kita pikirkan.""Maksudnya bagaimana Bu guru? Apa anak saya punya penyakit serius?" Agas bertanya dengan ekspresi yang tampak masih tenang, walaupun sebenarnya di dalam hati dia sedang cemas.Mana mungkin dia bisa tenang-tenang saja di saat anak semata wayangnya sedang sakit ini."Ada tanda-tanda kekerasan di tubuh Bima.""Apa?!" Agas membeku. "Maksudnya bagaimana, Bu? Saya gak pernah lihat ...."Sebelum Agas menyel

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 85

    "Sampai sekarang, gak ada kabar apapun dari Nara. Apa dia baik-baik saja?" gumam Lia dengan sedih.Aldi, yang saat ini sedang berada di samping Lia, berusaha menghibur calon istrinya agar tenang."Jangan khawatir, Nara pasti baik-baik aja," kata Aldi sambil menghapus airmata sang kekasih.Lia menatap Aldi dalam diam. Dia merasa tersentuh dengan perhatian Aldi yang lembut. Hal itu membuatnya teringat dengan kebaikan Aldi yang mau menunda pernikahan mereka sampai ada kabar yang jelas.Sudah berbulan-bulan, kabar itu masih tidak jelas. Lia bertanya-tanya mau ditunda seberapa lama lagi. Dia merasa bersalah pada Aldi dan keluarganya akan keinginannya yang egois ini."Kenapa diem aja?" tanya Aldi yang merasakan tatapan Lia yang intens."Ayo lanjutkan rencana pernikahan kita berdua," kata Lia dengan yakin, setelah dipikir-pikir, mungkin ini yang seharusnya dia lakukan.Mata Aldi sedikit mengerjap saat mendengar penuturan Lia. Dia diam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Jangan dipaksak

  • CEO Itu Mantan Ketua Osisku   Bab 84

    "Satria gak mau dijodohkan sama siapapun itu," kata Satria, entah sudah berapa kali dia mengatakan itu seminggu belakangan ini.Sejak Risa yang datang ke ruang rawat Nara untuk menyampaikan pesan mamanya Satria, ternyata kejutan yang dimaksud oleh Risa itu mengenai perjodohan yang direncanakan oleh kedua orangtua Satria.Sungguh gagasan yang membuat Satria sakit kepala. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya begitu ngotot untuk menjodohkannya. Memangnya dia tidak bisa mencarinya sendiri?"Kali ini harus mau," kata papanya Satria yang bernama Umar. "Papa udah janji sama sahabat papa.""Yang bikin janji papa, kenapa aku yang harus jadi korban?" sahut Satria merasa tidak adil."Coba aja ketemu dulu," kata Umar."Gak mau. Pokoknya gak mau," balas Satria dengan tegas. Setelah mengatakan hal itu, Satria pamit pergi."Anak itu, benar-benar," ujar Umar dengan geram, tapi tidak menghentikan anaknya pergi."Sudahlah, Pa. Kalau Satrianya gak mau, jangan dipaksa," ucap istri Umar

DMCA.com Protection Status