“Sayang, maaf nanti aku pulang terlambat. Ada beberapa pekerjaan yang belum selesai. Kamu nanti pulang duluan ya, diantar supir.” ujar Reynaldi tiba-tiba“Kenapa tidak bilang dari awal sih kamu, Mas? Aku sudah menunggumu dari tadi.” ujar Lina protes. “Aku tidak ingin mengganggumu tadi sayang. Lagi pula aku pasti cepat pulang, Erlita akan membantu pekerjaan ku nanti.” Reynaldi berkata tanpa dosa.Seakan- akan semuanya biasa saja “Kamu lembur bersama Erlita, Mas?”tanya Lina berusaha menahan gejolak emosi di dada.“ Hanya kebetulan saja, Dia tahu sistem baru perusahaan, yang lebih baik dari aku, jadi dia lebih cepat menyusunnya.” pria itu menjelaskan dengan santai.“Oh..baiklah, kalau begitu!” katanya santai meskipun hatinya tidak baik-baik saja.Dan hal itu terbukti….Malam itu Lina menunggu Reynaldi di ruang makan bersama Bima. Karena terlalu lama, akhirnya Bima mengantuk dan ijin masuk ke kamar lebih dulu.Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Dan suaminya belum juga pulangIa m
Lina merasa rumah tangganya terancam. Wanita itu berniat memperhatikan interaksi antara Erlita dan Reynaldi lebih cermat lagi.Awalnya, Reynaldi memang tidak terlalu memperhatikan dan menanggapi keberadaan Erlita.Namun, perlahan sikapnya mulai berubah.Hari-hari berlalu, hubungan antara suami istri itu semakin tegang. Lina semakin hari semakin merasa, ada jarak diantara hubungan mereka. Suaminya, Reynaldi mungkin tidak menyadarinya, atau bahkan mengabadikannya.Setiap kali Lina berusaha membahas hal ini, pria itu selalu mencari-cari alasan. “Aku tidak apa-apa, aku hanya sibuk, nanti kita bicarakan lagi, ya.” “Sudahlah, jangan berpikir macam-macam.” Lina bukan wanita bodoh, dia tahu, firasatnya sebagai seorang istri mengatakan, kalau ada sesuatu yang buruk pada hubungan mereka.Walaupun Mereka selalu berangkat kerja bersama, tapi tidak lagi ada kehangatan seperti sebelumnya. Reynaldi lebih menyibukan dirinya dengan pekerjaannya, dengan alasan pekerjaan dia lebih memperhatikan lapto
“ Maaf Pak, saya rasa ini memang sudah nasib saya. Saya harus keluar dari pekerjaan ini, walaupun berat, karena saya membutuhkan pekerjaan ini.” Erlita menangis tersedu-sedu. Sampai wajah nya memerah dan penampilan nya kacau. Reynaldi mengerutkan keningnya bingung. “ Hey ada apa? Kamu kenapa berantakan begini? Siapa yang suruh kamu keluar dari pekerjaan ini? Kamu sekertaris yang hebat, saya butuh kamu?” “Saya rasa memang sudah saatnya saya harus keluar, Pak. Walaupun jujur, ini berat buat saya.” lagi-lagi Erlita menangis sesenggukan. “Tunggu-tunggu! Kenapa tiba-tiba ingin keluar? Ada apa?”Reynaldi yang baru saja datang dan masuk ke ruangannya, benar-benar dibuat bingung oleh sikap Erlita. Dengan terbata-bata Erlita berkata… “Nyonya…nyonya Lina, beliau tidak ingin saya bekerja disini, Pak. Beliau baru saja menelpon saya, dan mengatakan itu semua.” “Maksud kamu istri saya, Lina. Dia telepon kamu? Kapan?” Reynaldi cepat mengeluarkan ponsel dari kantung celananya, tapi tang
“Hu..hu..hu..!Bagaimana sekarang nasib saya ini , kenapa Pak Rey tega melakukan ini semua!?” Erlita nangis sesenggukan, disamping pria yang selama ini menjadi atasannya. Tubuh mereka bersatu, dalam satu selimut tebal berwarna putih dan hangat.Reynaldi bangun, tangannya terus saja memijat kepalanya yang sedikit pusing. Begitu nyawanya terkumpul, dia baru menyadari, ada Erlita disampingnya. Belum lagi mereka berada dalam satu selimut, dengan tubuh yang tidak terbungkus satu helai benang pun.“Ada apa ini, kenapa kamu menangis.Kenapa kita ada disini!?” seperti orang linglung, terus saja dia bertanya “Kamu tega, Pak Rey!” jawab wanita itu sambil terus menangis.Reynaldi merasa jantung nya berhenti berdetak sesaat.Dia Melihat ke sekeliling kamar, hanya ada mereka berdua disana. Tatapannya kembali pada Erlita yang ada disebelahnya. Pria itu melihat, wanita itu masih saja menangis.“Apa maksudnya ini?” tanya pria itu semakin bingung, Reynaldi keluar dari selimut putih yang menutupi badan
Saat di kantor Lina yang sudah curiga dan tidak nyaman dengan apa yang sedang terjadi, mulai memperhatikan Erlita lebih dekat. Mulai dari gerak-gerik nya maupun tatapannya pada Reynaldi.Satu hal yang Lina tahu, sekarang Erlita mulai terang-terangan berinteraksi dengan suaminya, dari tatapannya, senyumannya, seolah-olah mereka ada satu hubungan yang Lina tidak tahu.Lina tidak bisa lagi menahan dirinya, dia menemui Erlita di pantry. Dan menatapnya dengan tajam.“Pagi Erlita, bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Lina sambil mengambil cangkir dan mengisinya dengan satu sachet green tea, lalu menuangkan air panas kedalam cangkir itu.“Pagi! Nyonya Lina! Menurut Nyonya?” Erlita tersenyum tipis sambil menyesap kopi susu nya“Maksudmu? Atau ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan padaku, Erlita?” tanya Lina dingin“Kenapa?Apa aku harus cerita padamu? Apa kamu mulai curiga?” jawabnya sombongErlita berjalan meninggalkan pantry, tanpa menoleh sedikitpun kebelakang.“Hai tunggu! te
Pagi-pagi benar Erlita sudah sampai di kantor, wanita itu sudah duduk di kursinya di ruangannya bersama Reynaldi.Erlita sudah merapikan seluruh meja kerja Reynaldi. Merapikan semua dokumen. Menaruh jadwal kerja hari ini,tidak lupa menyemprotkan parfum miliknya di setiap sudut meja kerja Reynaldi. Erlita mau pria itu selalu mengingat dirinya.Bibirnya tersenyum penuh arti. Satu langkah lagi, Reynaldi akan berada dalam genggamannya.Dia sudah berhasil membuat Lina merasa ragu dan hilang kepercayaan pada suaminya. Tugasnya tinggal sedikit lagi,yaitu menghancurkannya.Dengan cepat Erlita mengangkat ponsel dan menghubungi seseorang.“Aku ingin semua berjalan sesuai rencana. Aku ingin malam ini adalah malam yang tidak terlupakan untuk dirinya.”ucapnya pelan. Lalu menutup telepon dengan senyum puas. Reynaldi masuk ke dalam ruangannya dan kaget dengan suasana yang sudah berubah. Ruangannya menjadi rapi dan wangi. Semua tertata lebih rapi dari sebelumnya. “Kamu sudah datang, apa ini kamu
(Pov Erlita) Didalam sebuah apartemen, Erlita menatap wajahnya yang terpantul di cermin dengan senyum licik. “Hmm..ternyata semua berjalan sesuai rencanaku.” gumamnya. Wanita itu mengambil ponsel dari dalam tas kerjanya. Dia menekan tombol panggilan. Setelah tersambung, terdengar suara seorang wanita dari seberang sana. “Apa khabar Erlita, bagaimana hasilnya?” tanya suara dari seberang sana Erlita tersenyum tipis,”Kamu pasti suka Khabar ini, Fanny.” Iya betul, orang itu adalah Fanny. Sepupunya. Tidak ada satu orangpun yang tahu apalagi curiga, kalau Erlita adalah sepupu dari Fanny. Sengaja diutus Fanny, Fanny untuk membalas dendam, menghancurkan rumah tangga Lina dan Reynaldi. Aku sudah memancing dan menjebak Reynaldi. Dan Lina datang tepat waktu. Dia bahkan tidak bisa lagi berkata-kata. Aku yakin saat ini mungkin wanita itu tidak akan pernah percaya lagi pada suaminya.” ucap Erlita dengan penuh keyakinan. Terdengar tawa kecil dari seberang sana, Fanny tertawa puas
Percakapan antara Reynaldi dan istrinya malam itu, tidak menemukan titik terang. Lina yang diliputi rasa cemburu dan emosi tidak bisa bicara baik-baik pada pria itu.Sementara Reynaldi tahu betul posisinya saat ini. Dan dia tidak ingin beradu argumentasi dengan Lina. Pria itu memilih diam dan menghindar.Sementara di kantorReynaldi mulai menyadari sesuatu yang berbeda dari sikap Erlita.Wanita itu tidak lagi agresif dan berusaha terus mendekatinya.Tidak lagi menggoda secara terang-terangan.Erlita sekarang lebih profesional, pendiam, dan entah bagaimana itu justru membuatnya terlihat menarik dimata Reynaldi. Dan pria itu penasaran.“Erlita!Tolong kemeja saya sebentar, ada sesuatu yang harus saya bicarakan.” Erlita berjalan dengan elegan. Dia berdiri dengan posisi yang sempurna. Tanpa cela sedikitpun.“Duduk.” ujar Reynaldi tegas“Aku hanya ingin tahu, kamu kenapa?” “Kenapa apanya, Pak Rey?” Erlita bertanya penasaran. Ekspresi biasa saja.“Kamu berubah, ada apa?” jawab pria itu sin
Merasa diabaikan, lelah menunggu, ditambah lagi tekanan dari pekerjaan. Membuat Bima akhirnya memutuskan untuk menyusul ke acara eksklusif yang sedang Nasha ikuti. Berharap bisa bertemu dengan istrinya disana.Tapi yang dilihatnya adalah Nasha sedang tertawa dan bercanda dengan pengusaha dari Jepang itu. Sangat akrab. Bahkan terlihat lebih akrab apalagi di mata seorang suami yang sedang lelah menunggu dan kesepian.Tanpa sadar Bima mengepalkan tangannya. Ada perasaan sedih dan marah bercampur aduk di dadanya.“Nasha!” panggilnya ketika acara itu usai.Merasa ada yang memanggil nya,Nasha menoleh kaget.“Bima! Ngapain kamu disini?” Mata Bima melihat dengan tajam, Ekspresinya benar -benar menakutkan.“Akun sabar nunggu kamu.dirumah. tapi apa…kamu malah bercanda tertawa dengan laki-laki.lain diluar.“Nggak kayak gitu Bima. Kamu salah.”Nasha mencoba menjelaskan tapi Bima sudah berjalan pergi.Dari kejauhan Kezia menonton semua itu, dan dia tersenyum miring.Akhirnya hubungan Nasha dan B
Pagi itu rumah terasa lebih dingin dan sepi dari biasanya. Terbawa oleh penghuninya yang saling diam tidak bertegur sapa.Nasha duduk di balkon, memandangi langit yang masih gelap. Sedang Bima berdiri di belakangnya, membawa dua gelas kopi susu. Nasha yang kecewa dengan sikap Bima. Memilih diam, meskipun tetap berusaha baik-baik saja.Bima mendekat perlahan. Berusaha mencari cela, untuk bisa memulai bicara.“Ini kopi susu favorite kamu, kopinya satu sendok kecil, susunya dua sendok, krimer, dan tanpa gula.” ujat Bima berusaha mencairkan suasana, meskipun sulit.iNasha menerima kopi susu itu tanpa banyak bicara. Ekspresi wajahnya masih tetap dingin dan datar.“Nash….” Bima mendekat dan duduk disebelahnya. Menunduk sesaat, mencari topik bicara. “Aku tahu aku salah. Aku terlalu cepat panik, aku gampang di hasut, dan tidak punya prinsip. Maafkan aku Nash…,”“Tapi aku kecewa sama kamu, Bim. Kamu gampang percaya sama orang lain ketimbang sama istri kamu sendiri.” “Maaf kan aku Nash.” uca
Langit senja menyelimuti Kota tua di Eropa. Plovdiv Bulgaria.Saat Nasha berdiri di depan lukisan karyanya yang paling bagus, yang bertema Senja. Suara tepuk tangan menggema di gedung itu.Para pecinta seni dan kurator memberi selamat dan pujian.Namun di balik senyum dan sambutan hangat, hati Nasha kosong. Ia ingin Bima ada disini. Menyaksikan wanita yang dia cintai ada di panggung dunia.Seorang seniman muda alaves dari paris menghampirinya.“Kamu benar-benar luar biasa, aku bisa merasakan emosi dan jiwa dalam setiap sapuan kuasmu.”Nasha tersenyum sopan.”Terima kasih.” “Kamu sendiri, datang kesini dengan siapa? Tidak sendirian, bukan?”Pertanyaan itu membuat Nasha diam sejenak.”Iya suamiku sedang sibuk di Jakarta.” Jakarta Di Ruang kantornya, Bima duduk didepan laptop, Memandangi foto Nasha yang ada di Plovdiv Bulgaria. Yang ia dapat dari internet. Nasha terlihat bahagia dan cantik.Tapi rasa cemburu, rasa ditinggalkan dan trauma pengkhianatan. Menghantui pikirannya.Sampai akhi
Nasha memandang tubuh dan penampilannya di cermin ruang ganti. Mengenakan gaun sederhana tapi elegan.Malam itu adalah pesta tahunan perusahaan keluarga.Pesta pertama sejak Bima resmi menggantikan Reynaldi sebagai CEO.Bima putra satu-satunya Reynaldi Setiawan tampil menjadi pemimpin muda yang berwibawa.Sementara Nasya yang dulunya adalah seorang seniman galeri sekarang tiba-tiba jadi pusat perhatian ibu-ibu sosialita, dan para istri petinggi perusahaan.**Diantara keramaian tamu, Nasya berdiri disamping Rakha. Bibir nya tersenyum, sopan, baik tapi senyum yang sulit diartikan.Rakha cepat menyadari pandangan Nasha. Lalu menyalami lebih dulu.“Selamat ya, sekarang kamu sudah jadi istri seorang CEO.” ujarnya. “ Siap-siap”katanya datar.Nasha hanya tersenyum,”Aku hanya belajar dari pengalaman, terutama dari…kamu dan Kezia.Kalimat itu sebenarnya biasa saja, tapi mengandung arti sangat dalam.Rakha terdiam sebentar, matanya mencoba mencari masa lalu, tapi kemudian dia cepat tersadar,
Nasha adalah sosok wanita yang sederhana, mandiri dan cerdas dan penuh empati. Dia juga tahu bagaimana menenangkan Bima. Mungkin karena perbedaan umur yang sangat jauh diantara mereka.Namun, tidak semua orang menyambut hubungan mereka dengan tangan terbuka. Lina merasa keberatan karena umur Nasha hanya berbeda 5 tahun darinya. Sedangkan Kezia tidak menyetujuinya, karena Nasha adakah orang masa lalu Rakha suaminya. Dan hampir saja perkawinan mereka hancur di tengah jalan.“Mama nggak setuju!” kata Lina suatu malam, saat Bima baru saja pulang.Bima terdiam,”Kenapa, Ma. Apa karena perbedaan usia kami yang cukup jauh?” “Itu salah satunya, kamu juga nggak tahu pasti asal, usulnya, oh iya, satu lagi…. Adik kamu juga pernah bilang kalau perkawinannya hampir hancur karena Nasha.” ujar Lina tegas“ Ma… Itu dulu. Dan semua orang punya masa lalu.” Bima menarik nafas. “ Aku mencintai dia. Bukan masa lalunya.” Lina menunduk diam. Reynaldi, Yang mendengar dari ruang makan hanya berkata singkat.
Rakha diposisi yang sulit, dia tahu Kezia istrinya, dan dia juga tahu Kezia istri yang baik, meskipun terkadang menyebalkan karena sifatnya yang manja.Tapi dia juga masih menyimpan rasa dengan Nasha.Semua sudah dijelaskan pada Nasha semalam di cafe.“Aku harus bagaimana, Rakha?” tanya Nasha datar.“Aku harus jujur pada Kezia, aku nggak bisa menutupinya lagi.”“Kalau kamu jujur, kamu harus siap dengan semua akibatnya.” ujar Nasha mengingatkan.____Pagi itu Kezia berdiri didepan cermin dengan mata sembab.Rakha sudah pergi ke kantor nya lebih awal. Tidak ingin membangunkan Kezia yang masih pulas tidurnya. Air matanya turun dengan deras, ketika dia bangun dan mendapatkan pesan singkat dari suaminya.“Aku berangkat lebih awal, maaf tidak membangunkan mu. Sekali lagi aku minta maaf, Semalam aku bertemu dengan Nasha. Aku tidak bisa bisa menutupi semuanya lagi. Aku akan bicara jujur semuanya malam ini.” Kezia memejamkan mata, baginya Rakha adalah tempat pulang, tapi sekarang rumah itu s
Beberapa bulan kedepan setelah Kematian Keyko. Masalah baru pun datang menimpa pernikahan Kezia dan Rakha.Rakha baru saja mau pulang dari dinas luar kota saat Kezia menelpon nya. Suaranya terdengar manja, seperti biasa. Tapi kali ini telinga Rakha menangkap sesuatu yang berbeda, bahkan terdengar tidak tulus, berlebihan.“Kamu nggak kangen sama aku?” tanya Kezia.Rakha menghela nafas pelan.” Kezia, bisa kita ngobrol nanti dirumah.” Kezia malah mengeluh dan merajuk karena dia merasa diabaikan. Rakha diam. Dia capek, Untuk pertama kalinya dia merasa lelah. Bukan hanya karena pekerjaan. Tapi karena hubungannya yang sekarang dipenuhi oleh tuntutan. Sesekali dia melirik sopir yang membawa mobilnya. Kemudian melanjutkan percakapannya dengan Kezia di telpon. Malam itu Rakha sedang duduk di balkon apartemen nya. Matanya tidak sengaja tertuju ke seberang rumahnya. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok cantik yang cukup dia kenal. Dan dia ternyata salah satu stafnya di kantor.“Apa aku ti
Sirine ambulans meraung, berbunyi kencang, sepanjang jalan. Bima duduk di samping Keyko yang mulai melemah.Nafasnya memburu dan tatapannya mulai kosong.Tangan nya menggenggam erat jari tangan Bima yang gemetar ketakutan.“Bim…” Keyko berbisik lemah, suaranya hampir tidak terdengar.“Kalau aku pergi, jangan salahkan dirimu sendiri. Tetaplah hidup demi aku.”“Jangan ngomong begitu, kamu pasti selamat. Bertahanlah. Keyko bertahanlah demi aku.” suara Bima semakin parau menahan tangisnya. Panik.Keyko tersenyum lirih.” Setidaknya aku masih lihat, kamu memilih aku.” Bima meraup wajah Keyko.” Jangan tutup wajah kamu, kita hampir sampai.. Kita masih punya banyak waktu, kita masih punya banyak rencana yang belum terwujud. Buka mata kamu, sayang.”Tapi…pelan-pelan genggaman tangannya melemah dan terlepas.Bima menjerit histeris. Reynaldi dan Rakha, ada di mobil lain, mengikuti dari belakang.Ambulan berhenti di ruang IGD. Tapi semuanya sudah terlambat.Tapi Dokter menggeleng frustasi.“ Maa
Bima berdiri di depan ruang kerja Reynaldi. Wajahnya tegang dan rahangnya mengeras. “Jadi Papa percaya kalau Keyko melakukan semua ini?” tanya nya dengan wajah tak percaya.Reynaldi membuka layar laptop di depan mejanya. Terlihat jelas rekaman cctv disana.“Lihat sendiri, dia ada di ruang server jam 2 pagi. Ini bukan kebetulan, Bima…” “Itu belum tentu dia, Pa! Wajahnya tidak kelihatan, walaupun itu dia, kita nggak tahu apa motif dan maksudnya disana.” Reynaldi menatap tajam kearah putranya,”Dan kamu siap mempertaruhkan perusahaan demi wanita yang baru kamu kenal?” “Papa, aku tahu dia. Aku kenal dia, dan aku percaya dia.” “Percaya?”Reynaldi menepuk meja. “Percaya itu butuh waktu Bima. Dan mungkin dia bagian dari orang yang ingin menghancurkan kita!” Bima menahan nafasnya. Lalu menariknya dalam-dalam seakan-akan menahan emosi.Sementara itu, Keyko duduk di balkon apartemennya. Hening. Sepucuk amplop terbuka lebar di atas pangkuannya.Surat dari seseorang, yang memberitahunya, kala