Lina merasa seluruh dunianya runtuh. "Aku tidak akan membiarkan semuanya terjadi." Melihat wanita didepannya limbung dan kacau, spontan pria itu mengenggam tangannya. "Aku sudah menghubungi pengacara terbaik, Lina. Kita akan menghadapi ini semua bersama." Lina mengangkat wajahnya, ada air mata dimatanya, tapi juga ada kemarahan yang membara disana. "Kita lihat siapa yang menang Fanny, aku akan menghadapinya." gumamnya. ##l Malam itu Lina baru saja menidurkan Bima. Ketika ponselnya berdering, ada panggilan dari no tidak dikenal. Dengan hati-hati dia mengangkatnya. " Hallo." Suara pelan dan dingin terdengar dari seberang sana." Bima dalam bahaya, Lina." Lina diam seaakan darahnya berhenti mengalir. " Siapa ini!" "Seseorang yang ingin kamu tahu, bahwa Fanny tidak pernah main-main. Kalau kamu tidak menyerahkan Bima, sesuatu yang buruk akan terjadi." Lina meremas ponselnya, suaranya bergetar dan takut. "Jangan sentuh anakku!" Tidak ada suara lagi dari sebera
"Yang Mulia, itu adalah salah satu bukti, bahwa klien kami tidak terlibat dalam skandal itu. Nyonya Fanny lah yang membuat cerita palsu, dia yang mengatur semua skenarionya. Agar Lina di skorsing dan di tuduh mengelapkan uang perusahaan. Semua bertujuan agar reputasinya buruk dan dia tidak bisa lagi bekerja di perusahaan itu. Dan foto didalam ponsel itu menunjukan pembayaran yang dilakukan untuk melakukan fitnah pada Lina." Ruang sidang yang tadinya tenang, mendadak menjadi riuh. Fanny yang sejak awal percaya diri, tiba-tiba wajahnya menjadi pucat. Hakim diam, dia terus memperhatikan bukti itu, sampai akhirnya hakim berkata, " Apakkah ini benar, Nyonya Fanny." Fanny mencoba untuk biasa saja, tapi tetap saja ekspresi wajahnya terlihat gugup, dia tidak menyangkaa kalau agnes akan berbuat seperti itu. Berada d puhak Reynaldi dan Lina, yang menjadi musuhnya. "Yang Mulia, aku rasa ini tidak ada hubungannya dengan kasus ini."ujar Fanny pucat Pengacara Fanny pun berdiri, la
"Amplop apa itu? Kenapa bisa ada dimeja makan? Kenapa mereka bisa masuk?" Dengan tangan gemetar diambilnya amplop itu, kemudian dibukanya, ada beberapa foto disana, foto dirinya dengan Bima.Yang diambil dari kejauhan. Ada tulisan mengancam disana. " Kau mungkin menang saat ini, tapi sampai kapan kamu bisa melindungi anakmu." Tubuh Lina kaku seketika, jantungnya berdegup dengan kencang. "ini bukan main-main, mereka terus membuntuti kami." ucapnya sendiri. Lina merasa binggung, bagaimana semua ini bisa sampai ke meja makannya, bukankah diluar ada penjaga yang ditugaskan oleh Reynaldi. Cepat dia mengambil ponselnya, dan menekan tombol panggilan. "Ada apa?" tanya Reynaldi begitu mengangkat panggilan. Lina mencoba mengendalikan suaranya yang bergetar. "Seseorang mengirim lagi foto-foto Bima dan aku, ada yang mengawasi kami lagi, tapi bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana dengan pengawal yang ada di depan pintu apartemen itu?" Diseberang sana Reynaldi diam bebera
Lina merasa dadanya bergemuruh, nafasnya turun naik menahan emosi. Spontan dia berdiri dan berkata."Kabur? Aku diusir!?Aku difitnah!" Hakim mengetuk palu, " Harap tenang Nona Lina! Patuhi peraturan persidangan." " Maaf Yang Mulia! Saya terbawa emosi!" ujar Lina sambil menangkupkan kedua tangannya di dada dan kembali duduk di kursinya. Setelah sidang kembali dimulai Reynaldi berdiri dan berkata."Yang Mulia tuduhan ini tidak benar. Lina tidak pernah kabur dan meninggalkan Bima. Aku yang mengusirnya dari rumah. Kalau ada yang bersalah. Itu aku , orang yang paling bersalah. Akhirnya sidangpun selesai. Mendengar kesaksian dari Reynaldi, ruangan sidang menjadi riuh. Semua orang menyoraki pria itu dan kesalahannya dimasa lalu. Hakim menatap Reynaldi dengan tajam. "Apakah anda mau bersumpah, sudah memberikan kesaksian dan berkata seperti itu?" Reynaldi mengangguk tanpa ragu," IyaYang Mulia." Seketika wajah Fanny terlihat panik. Cepat dia sembunyikan semuanya dengan tata
"Skorsing! Ada apa ini Pak? Kenapa jadi seperti ini?" Lina merasa benar-benar putus asa, baru saja dia merasa semuanya menjadi lebih baik, tiba-tiba semuanya hancur seketika. Lina berdiri sambil menundukan kepala," Baik Pak! Permisi" katanya sambil keluar ruangan direktur utama itu. Begitu Lina keluar ruangan, Reynaldi langsung mengejarnya, " Lina tunggu! Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi." " Biarkan aku sendiri, Rey." katanya tegas Lina mengemasi barang-barangnya. Dia berniat pulang kerumahnya dengan perasaan kacau.Dimana Bima, anaknya sudah menunggu. Alih- alih menenangkan diri, justru masalah baru menambah sulit keadaanya. Rafka seorang dari masa lalunya, saat dulu Reynaldi mengabaikan, datang kembali. Pria itu berdiri didepan rumah Reynaldi yang ditempati nya bersama Lina. Begitu Lina sampai, dia sangat terkejut melihatnya. "Rafkha?" "Iya ini aku, lama tidak bertemu apa khabarmu?" Lina yang masih syok dan binggung dengan kejadian di kantor
Mata Fanny berbinar senang, mendapat ide dari orang bayarannya. "Lakukan!" perintahnya. Pastikan tidak ada jejak, apalagi melacak, dan mengarah kepadaku. "Tentu saja Nyonya, anda bisa percaya padaku. Anda tidak salah memilih orang, Nyonya.." Fanny mematikan telponnya dengan wajah puas. "Kamu pikir bisa kembali ke perusahaan dengan mudah, Lina, Tidak akan!" Fanny bisa memastikan kalau kai ini Lina akan jatuh lebih dalam, bahkan Reynaldi sekalipun tidak akan bisa menolong atau menyelamatkannya. ## " Apa kamu masih sibuk, tunggu aku sebentar, masih ada beberapa dokumen yang harus aku tanda tangani." ujar Reynaldi memohon. Akhirnya hari itu Lina pulang lebih gelap. Menungu Reynaldi menyelsaikan pekerjaannya. Sementara diluar hujan angin sudah mulai siang tadi. Membuat susana lebih gelap dari biasanya. Hari itu Lina mulai masuk kembali bekerja, tidak ada satupun rekan kerjanya yang berani lagi berkomentar macam-macam. Bukan karena mereka tidak ingin tahu kebenaranbya
Lina berdiri diambang pintu. Nafasnya tercekat melihat Reynaldi menatapnya kosong. Dokter dan dua orang perawat mengamatinya dengan serius. "Tuan Reynaldi! Apakah anda mengenal orang-orang yang Yang ada dikamar ini?" Reynaldi memijit pelipisnya, ekspresinya binggung, tidak bicara satu katapun. Pria itu melirik ke arah Lina, lalu Rafkha yang ada disebelahnya. Kemudian pandangannya Pindah ke arah Fanny yang ada sisi sebelah kanan tempat tidurnya. Sebelum akhirnya pandangannya kembali kearah Dokter yang ada di hadapannya. "Siapa mereka?" tanya pria itu dengan suara serak penuh dengan ekspresi wajah binggung. Dengan sigap Fanny mendekat, wajahnya hampir tidak ada jarak dengan pria itu. "Sayang, jangan dipaksa ya, nanti kepala kamu bisa sakit. Aku istri kamu, Fanny. Aku akan selalu setia nungguin kamu disini." Melihat drama yang terjadi dihadapannya membuat jantung Lina terasa diremas, perih. Matanya terasa panas. Tapi dia berusaha keras untuk menahan air mata. Dokter
"Sayang, Aku sangat mengkhawatirkanmu, Maaf kan kalau aku telat datangnya, Ya." Reynaldi mengeryit binggung," Siapa kamu?" "Sayang kan sudah aku bilang kemarin, aku Fanny istri yang sangat kamu cintai." Fanny pura-pura tersenyum meskipun didalam hatinya menahan marah. "Aku istrimu, Fanny. Dan aku akan selalu berada disisimu, kamu nggak usah takut ya, Rey." katanya sambil mengusap pipi pria itu. Lina mengepalkan tangannya menahan diri untuk tidak berteriak. Tapi akhirnya dia tidak bisa menahan emosinya juga." Berhenti berbohong Fanny, dia bukan suamimu lagi!" "Kalau begitu kamu jadi anak pintar dan baik, ya. Fanny menoleh sambil tersenyum licik, dia mendekat ke wajah Lina, Lalu berkata."Tapi dia tidak ingat bukan? Bagaimana kalau aku yang akan mengisi ingatannya kembali?" Apa kamu keberatan?" Lina terdiam, nafasnya memburu, dia tahu betul kalau Fanny pasti akan memanfaatkan situasi ini. Tidak lama kemudian Dokter datang dan melarang terlalu banyak orang ada did
Pagi itu rumah terasa lebih dingin dan sepi dari biasanya. Terbawa oleh penghuninya yang saling diam tidak bertegur sapa.Nasha duduk di balkon, memandangi langit yang masih gelap. Sedang Bima berdiri di belakangnya, membawa dua gelas kopi susu. Nasha yang kecewa dengan sikap Bima. Memilih diam, meskipun tetap berusaha baik-baik saja.Bima mendekat perlahan. Berusaha mencari cela, untuk bisa memulai bicara.“Ini kopi susu favorite kamu, kopinya satu sendok kecil, susunya dua sendok, krimer, dan tanpa gula.” ujat Bima berusaha mencairkan suasana, meskipun sulit.iNasha menerima kopi susu itu tanpa banyak bicara. Ekspresi wajahnya masih tetap dingin dan datar.“Nash….” Bima mendekat dan duduk disebelahnya. Menunduk sesaat, mencari topik bicara. “Aku tahu aku salah. Aku terlalu cepat panik, aku gampang di hasut, dan tidak punya prinsip. Maafkan aku Nash…,”“Tapi aku kecewa sama kamu, Bim. Kamu gampang percaya sama orang lain ketimbang sama istri kamu sendiri.” “Maaf kan aku Nash.” uca
Langit senja menyelimuti Kota tua di Eropa. Plovdiv Bulgaria.Saat Nasha berdiri di depan lukisan karyanya yang paling bagus, yang bertema Senja. Suara tepuk tangan menggema di gedung itu.Para pecinta seni dan kurator memberi selamat dan pujian.Namun di balik senyum dan sambutan hangat, hati Nasha kosong. Ia ingin Bima ada disini. Menyaksikan wanita yang dia cintai ada di panggung dunia.Seorang seniman muda alaves dari paris menghampirinya.“Kamu benar-benar luar biasa, aku bisa merasakan emosi dan jiwa dalam setiap sapuan kuasmu.”Nasha tersenyum sopan.”Terima kasih.” “Kamu sendiri, datang kesini dengan siapa? Tidak sendirian, bukan?”Pertanyaan itu membuat Nasha diam sejenak.”Iya suamiku sedang sibuk di Jakarta.” Jakarta Di Ruang kantornya, Bima duduk didepan laptop, Memandangi foto Nasha yang ada di Plovdiv Bulgaria. Yang ia dapat dari internet. Nasha terlihat bahagia dan cantik.Tapi rasa cemburu, rasa ditinggalkan dan trauma pengkhianatan. Menghantui pikirannya.Sampai akhi
Nasha memandang tubuh dan penampilannya di cermin ruang ganti. Mengenakan gaun sederhana tapi elegan.Malam itu adalah pesta tahunan perusahaan keluarga.Pesta pertama sejak Bima resmi menggantikan Reynaldi sebagai CEO.Bima putra satu-satunya Reynaldi Setiawan tampil menjadi pemimpin muda yang berwibawa.Sementara Nasya yang dulunya adalah seorang seniman galeri sekarang tiba-tiba jadi pusat perhatian ibu-ibu sosialita, dan para istri petinggi perusahaan.**Diantara keramaian tamu, Nasya berdiri disamping Rakha. Bibir nya tersenyum, sopan, baik tapi senyum yang sulit diartikan.Rakha cepat menyadari pandangan Nasha. Lalu menyalami lebih dulu.“Selamat ya, sekarang kamu sudah jadi istri seorang CEO.” ujarnya. “ Siap-siap”katanya datar.Nasha hanya tersenyum,”Aku hanya belajar dari pengalaman, terutama dari…kamu dan Kezia.Kalimat itu sebenarnya biasa saja, tapi mengandung arti sangat dalam.Rakha terdiam sebentar, matanya mencoba mencari masa lalu, tapi kemudian dia cepat tersadar,
Nasha adalah sosok wanita yang sederhana, mandiri dan cerdas dan penuh empati. Dia juga tahu bagaimana menenangkan Bima. Mungkin karena perbedaan umur yang sangat jauh diantara mereka.Namun, tidak semua orang menyambut hubungan mereka dengan tangan terbuka. Lina merasa keberatan karena umur Nasha hanya berbeda 5 tahun darinya. Sedangkan Kezia tidak menyetujuinya, karena Nasha adakah orang masa lalu Rakha suaminya. Dan hampir saja perkawinan mereka hancur di tengah jalan.“Mama nggak setuju!” kata Lina suatu malam, saat Bima baru saja pulang.Bima terdiam,”Kenapa, Ma. Apa karena perbedaan usia kami yang cukup jauh?” “Itu salah satunya, kamu juga nggak tahu pasti asal, usulnya, oh iya, satu lagi…. Adik kamu juga pernah bilang kalau perkawinannya hampir hancur karena Nasha.” ujar Lina tegas“ Ma… Itu dulu. Dan semua orang punya masa lalu.” Bima menarik nafas. “ Aku mencintai dia. Bukan masa lalunya.” Lina menunduk diam. Reynaldi, Yang mendengar dari ruang makan hanya berkata singkat.
Rakha diposisi yang sulit, dia tahu Kezia istrinya, dan dia juga tahu Kezia istri yang baik, meskipun terkadang menyebalkan karena sifatnya yang manja.Tapi dia juga masih menyimpan rasa dengan Nasha.Semua sudah dijelaskan pada Nasha semalam di cafe.“Aku harus bagaimana, Rakha?” tanya Nasha datar.“Aku harus jujur pada Kezia, aku nggak bisa menutupinya lagi.”“Kalau kamu jujur, kamu harus siap dengan semua akibatnya.” ujar Nasha mengingatkan.____Pagi itu Kezia berdiri didepan cermin dengan mata sembab.Rakha sudah pergi ke kantor nya lebih awal. Tidak ingin membangunkan Kezia yang masih pulas tidurnya. Air matanya turun dengan deras, ketika dia bangun dan mendapatkan pesan singkat dari suaminya.“Aku berangkat lebih awal, maaf tidak membangunkan mu. Sekali lagi aku minta maaf, Semalam aku bertemu dengan Nasha. Aku tidak bisa bisa menutupi semuanya lagi. Aku akan bicara jujur semuanya malam ini.” Kezia memejamkan mata, baginya Rakha adalah tempat pulang, tapi sekarang rumah itu s
Beberapa bulan kedepan setelah Kematian Keyko. Masalah baru pun datang menimpa pernikahan Kezia dan Rakha.Rakha baru saja mau pulang dari dinas luar kota saat Kezia menelpon nya. Suaranya terdengar manja, seperti biasa. Tapi kali ini telinga Rakha menangkap sesuatu yang berbeda, bahkan terdengar tidak tulus, berlebihan.“Kamu nggak kangen sama aku?” tanya Kezia.Rakha menghela nafas pelan.” Kezia, bisa kita ngobrol nanti dirumah.” Kezia malah mengeluh dan merajuk karena dia merasa diabaikan. Rakha diam. Dia capek, Untuk pertama kalinya dia merasa lelah. Bukan hanya karena pekerjaan. Tapi karena hubungannya yang sekarang dipenuhi oleh tuntutan. Sesekali dia melirik sopir yang membawa mobilnya. Kemudian melanjutkan percakapannya dengan Kezia di telpon. Malam itu Rakha sedang duduk di balkon apartemen nya. Matanya tidak sengaja tertuju ke seberang rumahnya. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok cantik yang cukup dia kenal. Dan dia ternyata salah satu stafnya di kantor.“Apa aku ti
Sirine ambulans meraung, berbunyi kencang, sepanjang jalan. Bima duduk di samping Keyko yang mulai melemah.Nafasnya memburu dan tatapannya mulai kosong.Tangan nya menggenggam erat jari tangan Bima yang gemetar ketakutan.“Bim…” Keyko berbisik lemah, suaranya hampir tidak terdengar.“Kalau aku pergi, jangan salahkan dirimu sendiri. Tetaplah hidup demi aku.”“Jangan ngomong begitu, kamu pasti selamat. Bertahanlah. Keyko bertahanlah demi aku.” suara Bima semakin parau menahan tangisnya. Panik.Keyko tersenyum lirih.” Setidaknya aku masih lihat, kamu memilih aku.” Bima meraup wajah Keyko.” Jangan tutup wajah kamu, kita hampir sampai.. Kita masih punya banyak waktu, kita masih punya banyak rencana yang belum terwujud. Buka mata kamu, sayang.”Tapi…pelan-pelan genggaman tangannya melemah dan terlepas.Bima menjerit histeris. Reynaldi dan Rakha, ada di mobil lain, mengikuti dari belakang.Ambulan berhenti di ruang IGD. Tapi semuanya sudah terlambat.Tapi Dokter menggeleng frustasi.“ Maa
Bima berdiri di depan ruang kerja Reynaldi. Wajahnya tegang dan rahangnya mengeras. “Jadi Papa percaya kalau Keyko melakukan semua ini?” tanya nya dengan wajah tak percaya.Reynaldi membuka layar laptop di depan mejanya. Terlihat jelas rekaman cctv disana.“Lihat sendiri, dia ada di ruang server jam 2 pagi. Ini bukan kebetulan, Bima…” “Itu belum tentu dia, Pa! Wajahnya tidak kelihatan, walaupun itu dia, kita nggak tahu apa motif dan maksudnya disana.” Reynaldi menatap tajam kearah putranya,”Dan kamu siap mempertaruhkan perusahaan demi wanita yang baru kamu kenal?” “Papa, aku tahu dia. Aku kenal dia, dan aku percaya dia.” “Percaya?”Reynaldi menepuk meja. “Percaya itu butuh waktu Bima. Dan mungkin dia bagian dari orang yang ingin menghancurkan kita!” Bima menahan nafasnya. Lalu menariknya dalam-dalam seakan-akan menahan emosi.Sementara itu, Keyko duduk di balkon apartemennya. Hening. Sepucuk amplop terbuka lebar di atas pangkuannya.Surat dari seseorang, yang memberitahunya, kala
Setelah sekian lama bergelut dengan luka dendam, dan masa lalu, akhirnya kehidupan Reynaldi , Lina, Rakha, Kezia, dan Bima perlahan kembali tenang. Tapi seperti bayangan senja yang datang diam-diam. Sebuah kehadiran baru kembali mengusik ketenangan. Perusahaan milik Reynaldi sedang membuka peluang kerjasama internasional dengan sebuah perusahaan teknologi besar dari Jepang. Kitsuki cooperation. Salah satu urusan dari perusahaan mereka bernama Keyko Kanzaky. Hadir sebagai perwakilan dari kepala proyek merger. Cantik, cerdas, dan mempunyai aura yang sangat kuat dan misterius. Kezia yang mempunyai jabatan yang cukup penting di perusahaan milik ayahnya, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Keyko nampak terlalu familiar dengan seluk beluk internal perusahaan. Bahkan yang seharusnya dia tidak mengetahuinya. Sementara Bima yang sudah mulai pulih hatinya berhasil menyelesaikan pendidikan nya dengan cepat. Lalu kembali lagi ke Indonesia. Dia mulai membangun hubungan yang dengan Keyko.