Share

Bab 69

Penulis: SaljuHitam1505
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-23 20:23:58

"Menegaskan bahwa kosmetik dari studioku telah melalui uji klinis dan tidak mengandung bahan berbahaya."

"Tapi ada korban nyata yang wajahnya rusak!" seseorang menyela.

Gaura menatap langsung ke arah wartawan itu. "Kami sedang menyelidiki kasus ini. Sampai saat ini, tidak ada bukti bahwa produk kami yang menyebabkan itu."

"Tapi Prita sudah turun langsung membantu korban—"

Gaura menahan napas. Jelas sekali bahwa Prita sedang membentuk narasi bahwa dirinya adalah pahlawan, sementara Gaura adalah penjahatnya.

Tapi sebelum ia bisa berbicara lagi, suara langkah berat terdengar dari belakang.

Semua orang menoleh.

Edrio.

Pria itu berjalan tegap, auranya begitu kuat hingga membuat semua yang ada di sana langsung merinding.

Ia melangkah mendekati Gaura, berdiri di sisinya, lalu menatap tajam ke arah para wartawan.

"Kalian semua sudah termakan kebohongan," katanya dingin. "Tapi aku akan membuktikan bahwa kalian semua salah."

Para wartawan langsung gaduh, saling berbisik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 70

    Gaura masih merasakan debar jantungnya yang kuat. Semua ini terasa begitu gila, tetapi di sisi lain, ada kelegaan bahwa setidaknya mereka tidak sendirian dalam pertarungan ini. Edrio berbalik menghadap semua orang di ruangan. "Aku ingin setiap bukti dikumpulkan dan dianalisis dalam 12 jam ke depan. Kita tidak akan menunggu 24 jam penuh. Aku ingin ini berakhir lebih cepat." Para bawahannya mengangguk dan segera bergegas. Suasana dalam ruangan menjadi lebih intens, penuh ketegangan. Sementara itu, Edrio menatap Gaura. "Kau harus bersiap, karena besok pagi, kita akan membalikkan keadaan." Gaura mengangguk pelan, merasa bahwa badai ini belum berakhir. Tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa memiliki sekutu yang benar-benar kuat di sisinya. Dan ia tahu, apapun yang terjadi selanjutnya, ia tidak akan menghadapi semuanya sendirian. "Baiklah, terima kasih. Jika begitu, aku pulang terlebih dahulu." **** Kini, Edrio duduk di ruangannya dengan mata tajam menatap layar laptop. Di hadapann

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 71

    "Aku ingin semua bukti diuji oleh pihak berwenang dan diumumkan secara resmi. Kita akan mengadakan konferensi pers di studio Gaura. Pastikan semua media besar hadir." Pria itu mengangguk. "Akan saya atur." Edrio menarik napas dalam. Ini bukan hanya soal membersihkan nama Gaura. Ini tentang memastikan bahwa orang-orang yang berani mengusik kehidupannya dan anaknya tidak akan bisa berkutik lagi. **** Keesokan harinya, studio milik Gaura dipenuhi wartawan dan reporter dari berbagai media. Mikrofon telah disiapkan, dan di tengah ruangan, Gaura duduk dengan wajah tegang, sementara di sampingnya, Edrio berdiri tegap dengan ekspresi dingin dan percaya diri. Para wartawan mulai melontarkan pertanyaan. "Benarkah kosmetik dari studio ini mengandung bahan berbahaya?" "Apa tanggapan kalian terhadap korban yang mengaku wajahnya rusak?" Edrio mengangkat tangannya, menghentikan keributan itu. Dengan tenang, ia berbicara ke mikrofon. "Kami telah melakukan investigasi menyeluruh," katanya. "D

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 72

    "Aku punya bukti. Aku punya rekaman pembicaraan dengan salah satu pria yang merusakku. Di sana, dia menyebut nama Prita dengan jelas sebagai dalang di balik semua ini." Bawahan Edrio dan para asisten Gaura yang bekerjasama dan sudah menyiapkan semuanya, langsung menampilkan rekaman audio di layar besar. Suara rekaman itu terdengar jelas di seluruh ruangan. "Pastikan wajahnya rusak total. Prita ingin publik mempercayai ini." "Dan jangan lupa, kita dibayar mahal untuk ini. Setelah ini selesai, kita tinggal menikmati uangnya." Kata 'Prita' terdengar begitu jelas. Tidak ada yang bisa menyangkalnya lagi. Suasana langsung meledak. Para wartawan berebut mengangkat mikrofon, melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. "Apakah Prita sudah ditahan?" "Bagaimana tanggapan kalian terhadap konspirasi ini?" "Apa tindakan selanjutnya dari pihak Gaura dan Edrio?" Di saat yang sama, Edrio melangkah maju, mengambil alih mikrofon. "Dengan bukti ini, kami akan segera menyerahkan kasus ini kepada pih

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 73

    "Ahh..." desah Gaura merasa lega. Gaura masih duduk di ruang tengah, tangannya memeluk Galen yang tertidur di pangkuannya. Televisi di depannya masih menyala, menayangkan berita terbaru yang sedang viral. "Seorang wanita bernama Prita bersama tiga orang pria lainnya telah ditangkap oleh pihak berwenang setelah terbukti melakukan fitnah terhadap salah satu studio kecantikan ternama. Wanita tersebut diketahui sebagai mantan tunangan CEO Edrio—" Gaura menggigit bibirnya, matanya membelalak saat melihat cuplikan video penangkapan Prita. Di layar, Prita tampak memberontak saat diborgol. Ia menjerit marah, melawan, dan memaki-maki polisi. Namun, tidak ada yang peduli. Gaura menelan ludah. Prita benar-benar sudah ditangkap? Pikirnya. Tangannya meremas selimut yang menutupi tubuh Galen. Perasaan lega sekaligus tidak percaya menggelayuti hatinya. Sebelumnya, ia pikir Prita hanyalah wanita yang iri dan obsesif. Tapi ternyata, wanita itu lebih berbahaya dari yang ia kira. Kini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 74

    "Selain pengakuan wanita yang menjadi korban, kami juga telah mengumpulkan bukti forensik bahwa tidak ada kandungan berbahaya dalam kosmetik dari Studio Gaura. Semua tuduhan yang telah beredar di media adalah hasil manipulasi." Sebuah dokumen resmi dari lembaga uji klinis ditampilkan di layar, memperkuat pernyataan Edrio. Gaura menghela napas dalam diam. Ini adalah bukti kuat yang akan membersihkan namanya. Namun, kejutan terbesar belum datang. Edrio menoleh padanya, lalu berkata, "Gaura, sekarang giliranmu." Gaura menegang. Ia telah mempersiapkan pidatonya, tetapi tetap saja, berbicara di hadapan ratusan orang bukanlah hal yang mudah. Namun, ini adalah momen yang ia tunggu-tunggu. Dengan mantap, Gaura melangkah ke depan dan menatap langsung ke arah kamera. "Saya, Gaura, pemilik Studio Gaura, ingin menyampaikan sesuatu kepada semua pelanggan dan pendukung saya. Saya tidak pernah, sekalipun, menjual produk berbahaya. Saya telah bekerja keras untuk membangun bisnis i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 75

    Edrio melirik ke arah Gaura sejenak, lalu kembali menatap ke depan. "Selama ini, banyak yang berspekulasi tentang hubungan antara aku dan Gaura," lanjutnya. "Hari ini, aku akan mengungkapkan kebenarannya." Gaura semakin bingung. Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan Edrio, tetapi dari cara pria itu berbicara, ia bisa merasakan sesuatu yang besar akan terjadi. Edrio menatap langsung ke arah kamera, memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya akan terdengar jelas oleh seluruh dunia. "Aku dan Gaura tidak hanya memiliki hubungan bisnis," katanya, suaranya terdengar semakin tegas. "Kami memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dari itu. Kami telah memiliki seorang anak bersama." DEG! Gaura merasa jantungnya berhenti sesaat. Apa yang baru saja dia katakan?! Refleks, kepalanya menoleh cepat menatap pria itu yang hanya menampilkan wajah tegas. Ruangan pun langsung meledak dalam kehebohan. Wartawan berteriak-teriak, suara kamera yang memotret semakin riuh, dan bebera

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 76

    Setelah konferensi pers yang mengguncang dunia, Gaura akhirnya tiba di rumahnya dengan kepala penuh dengan berbagai macam pikiran. Ia masih tidak percaya bahwa Edrio telah mengungkapkan semuanya di depan publik—tentang Galen, tentang mereka, dan… tentang pernikahan.Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, mencoba mengatur napas dan pikirannya yang masih berantakan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama karena ibunya, Elia, muncul dari dapur dengan ekspresi serius.“Gaura…” suara lembut Elia memanggilnya.Gaura mengangkat wajahnya, menatap sang ibu yang kini berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.“Kau baik-baik saja?” tanya Elia dengan nada penuh kekhawatiran.Gaura menghela napas panjang. "Aku… tidak tahu, Bu."Elia mengamati wajah putrinya yang terlihat lelah dan penuh kebingungan. “Aku melihat konferensi pers tadi di televisi. Itu… kejutan besar, Nak.”Gaura memijat pelipisnya. “Aku juga tidak menyangka Edrio akan melakukan hal itu, Bu. Dia mengatakannya begitu saja, di depan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 77

    Sementara mereka berjalan menuju gerbang sekolah, beberapa orang tua murid yang mengenal Gaura menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang simpati, ada yang penasaran, bahkan ada yang berbisik-bisik. “Dia itu, kan, pemilik studio yang kemarin sempat kena skandal…” “Tapi katanya sudah terbukti tidak bersalah.” “Iya, dan ternyata Ayah dari Galen itu… CEO besar yang terkenal itu.” Gaura menundukkan kepalanya, menahan napas. Ia sudah terbiasa menghadapi berbagai omongan orang, tapi kali ini berbeda. Kali ini, semuanya berhubungan dengan dirinya dan Edrio. “Bunda?” suara Galen menariknya kembali ke realitas. Gaura tersenyum dan mengusap kepala putranya. “Tidak apa-apa, Sayang. Sana masuk, ya. Belajar yang rajin.” Galen mengangguk. “Baik, Bunda!” Anak itu berlari masuk ke dalam sekolah, bergabung dengan teman-temannya. Gaura masih berdiri di tempatnya, memperhatikan putranya dengan tatapan lembut.Beberapa jam kemudian, akhirnya Galen keluar dari gerbang sekolah dengan wajah ceria

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02

Bab terbaru

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 92

    "Sama-sama, Gaura, kapanpun kau butuh bantuanku, aku selalu bersedia," balas sosok itu hingga membuat Gaura tersenyum. **** Beberapa hari kemudian ketika malam hari, ruangan bawah tanah itu hanya diterangi oleh lampu LED redup di langit-langit. Aroma besi dan keringat memenuhi udara. Gaura berdiri tegap di depan papan sasaran, matanya tajam, penuh fokus. Di tangannya, pistol semi-otomatis yang baru saja ia isi pelurunya. Ia menarik napas dalam, lalu mengangkat pistolnya dengan gerakan halus dan percaya diri. Dor! Dor! Dor! Tiga peluru menembus sasaran dalam hitungan detik. Tepat di tengah. Gaura tersenyum tipis. "Tanganku masih setajam dulu," gumamnya. Ia menurunkan pistolnya, melepaskan magazin kosong dan menggantinya dengan yang baru dalam satu gerakan cepat. Setelah bertahun-tahun meninggalkan dunia pertarungan, kini ia kembali menyentuh senjata, mengembalikan naluri yang dulu selalu menjadi bagian dari dirinya. Malam ini, ia tidak hanya berlatih. Ia kembali menjadi Gaur

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 91

    "Tenang. Kau tidak perlu melakukan ini." Edrio mengangkat tangannya perlahan, mencoba menenangkan situasi. Pria itu tersenyum miring. "Jonathan mengirim salam, Tuan Edrio." Edrio mengepalkan tangannya. Jadi ini memang ulah Jonathan. Vigo dan anak buah lainnya sudah mengepung lorong, tetapi pria itu tetap memegang pisau di leher Galen. Situasi semakin genting. Gaura berusaha menahan air matanya. "Tolong… jangan sakiti anakku." suaranya nyaris berbisik. Pria itu tertawa pelan. "Lucu sekali. Kau pikir aku peduli?" Dan saat itulah Edrio bergerak. Dalam sekejap, ia melemparkan sebuah benda kecil ke lantai—flash grenade. Blitz! Cahaya putih menyilaukan memenuhi ruangan. Pria itu berteriak, kehilangan keseimbangan sejenak. Dalam sepersekian detik, Edrio melesat maju. Dor! Sebuah tembakan melesat. Gaura memejamkan matanya sejenak, pikirannya langsung membayangkan hal terburuk. Tapi saat ia membuka matanya, ia melihat pria bertopeng itu terjatuh ke lantai, mengg

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 90

    Edrio terdiam sejenak, rahangnya mengeras. Kemudian, ia menarik napas dalam dan berkata, "Namanya Jonathan." Gaura mengerutkan kening. "Siapa dia?" Edrio mengalihkan pandangannya ke layar. Tatapannya dingin, penuh kemarahan yang ia sembunyikan dengan susah payah. "Musuhku." Gaura tertegun. "Musuh? Maksudmu bagaimana?" Edrio mengepalkan tangannya, matanya masih terpaku pada rekaman buram di layar. "Dia adalah orang yang seharusnya sudah tidak ada lagi dalam hidupku. Tapi dia kembali. Dan dia jelas mengincar kita." Gaura menelan ludah. "Apa dia yang mengirim semua ancaman ini?" tanyanya, meski ia sudah tahu jawabannya. Edrio mengangguk. "Aku yakin dia dalangnya. Dan dia tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan." Gaura menggigit bibirnya, perasaannya mulai tidak enak. "Dan apa yang dia inginkan?" Edrio menatapnya tajam. "Untuk menghancurkan hidupku." Seolah menjawab perkataan itu, tiba-tiba ponsel Edrio bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 89

    "Seseorang dengan akses tingkat tinggi masuk ke sistem beberapa menit sebelum CCTV mati. Aku masih mencoba mencari tahu siapa, tapi ini bukan kerjaan orang biasa. Mereka tahu apa yang mereka lakukan." Vigo menatap mereka dengan ekspresi serius. Gaura mengepalkan tangannya. "Siapa pun dia, mereka pasti ada di sekitar kita. Bisa jadi salah satu karyawan atau seseorang yang sering masuk ke studio." Edrio mengangguk. "Dan mereka juga tahu kapan waktu yang tepat untuk bertindak." Ketegangan memenuhi ruangan itu. Lalu, ponsel Gaura kembali bergetar. Kali ini, sebuah foto masuk. Gaura langsung membelalakkan mata ketika melihatnya. "Ya Tuhan…" Edrio dan Vigo segera mendekat untuk melihat. Di layar ponsel, terpampang sebuah foto yang diambil dari jarak jauh. Foto Gaura dan Galen—saat mereka keluar dari rumah pagi tadi. Gaura merasa tubuhnya membeku. "Mereka dimanapun selalu mengawasi kita." Edrio langsung merampas ponsel Gaura dan menatapnya dengan rahang mengeras. "Ini sudah kelew

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 88

    Gambar di layar mendadak gelap. Gaura menegang. "Apa yang terjadi?" Edrio mengernyit dan mundur beberapa detik sebelum titik mati itu terjadi. Rekaman berjalan lagi—normal. Namun, tepat ketika waktu menunjukkan sekitar pukul 08.45, layar kembali gelap selama kurang lebih tiga menit, lalu kembali menyala seolah tidak ada yang terjadi. Ketika layar kembali aktif, amplop itu sudah ada di meja resepsionis. Gaura menggigit bibirnya. "Tidak mungkin…" Edrio mencoba mempercepat rekaman, mencari sudut lain dari kamera yang mungkin menangkap kejadian tersebut. Ia memutar ulang rekaman dari kamera yang menghadap pintu masuk studio. Namun, hasilnya sama. Tepat pada waktu yang sama, kamera itu juga mengalami gangguan. "Ini bukan kebetulan," gumam Vigo dari belakang. Gaura menatapnya. "Kau pikir ada yang meretas sistem kita?" Vigo mengangguk. "Seseorang jelas ingin menyembunyikan identitas mereka. Mereka cukup profesional untuk mengetahui cara menonaktifkan CCTV di waktu yang tepat." Ed

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 87

    Itu adalah... foto dirinya dan Galen yang diambil secara diam-diam dari kejauhan. Beberapa foto menunjukkan mereka saat berada di taman bermain, saat mengantar Galen ke sekolah, bahkan ada foto dirinya saat sedang berada di dalam rumah, di ruang tamu. Di bagian bawah foto itu, ada tulisan tangan yang sama dengan surat di dalam kotak tadi. "Kami tahu segalanya. Kau tidak bisa lari." Gaura mulai merasa mual dengan semua yang terjadi. Seseorang telah mengawasi mereka. Ia segera berdiri, jantungnya berdebar kencang. "Siapa yang mengirim ini?" Karyawan itu menggeleng, suaranya bergetar. "Kami menemukannya di laci resepsionis pagi ini. Tidak ada yang tahu siapa yang meletakkannya." Gaura mengepalkan tangan. Ini sudah keterlaluan. Ia tidak peduli lagi. Dengan tangan gemetar, ia menghubungi Edrio lagi. "Ini bukan hanya ancaman biasa, Edrio." suaranya sedikit bergetar. "Mereka mengawasi kita. Bahkan Galen." Di seberang telepon, suara Edrio berubah dingin. "Aku akan ke sana sekaran

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 86

    "Jonathan tidak hanya ingin menghancurkan reputasimu," kata Jade sambil menyodorkan tablet yang berisi laporan-laporan rahasia. "Dia juga berencana untuk mengambil alih salah satu aset terpenting perusahaanmu—dan dia hampir berhasil." Jade kembali dengan data yang mengejutkan selang beberapa jam kemudian. Edrio membaca data itu dengan cepat. Matanya menyala penuh kemarahan. Jonathan telah menyuap beberapa orang dalam di perusahaannya untuk melemahkan sistem keuangan dan komunikasi internal. Jika rencana ini berhasil, bukan hanya reputasi Edrio yang hancur, tetapi juga bisnisnya. Edrio menatap Vigo dan Reno. "Kita harus bertindak sekarang." Vigo mengangguk. "Apa langkah pertama?" Edrio tersenyum tipis, tetapi senyum itu dipenuhi oleh ancaman. "Kita buat Jonathan percaya bahwa dia sudah menang. Dan saat dia lengah, kita jatuhkan dia." Malam itu, Edrio mulai mengatur permainan. Ia menyebarkan informasi palsu, membuat Jonathan percaya bahwa serangannya terhadap bisnis Edrio mulai

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 85

    Suasana di kantor pusat Edrio kini semakin mencekam.Edrio berdiri di depan jendela kaca besar ruangannya, menatap keluar dengan rahang mengeras. Pikirannya berputar cepat, memproses setiap informasi yang baru saja ia terima. Ada seseorang yang bergerak di balik layar—seseorang yang lebih berbahaya dari Prita dan kaki tangannya.Vigo, Reno, dan beberapa kepala keamanan lainnya menunggu perintah selanjutnya dengan ekspresi tegang.Edrio akhirnya berbalik."Kita tidak bisa hanya menunggu mereka menyerang lebih dulu," katanya dengan nada dingin. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka menemukan kita."Reno mengangguk cepat. "Kami sedang melacak transaksi keuangan itu, Tuan. Tetapi rekening anonim ini sangat sulit untuk dipecahkan. Butuh waktu lebih lama."Edrio menyipitkan mata. "Tidak ada waktu untuk menunggu. Gunakan jalur lain."Reno ragu sejenak. "Jalur lain, maksud Anda...?"Edrio menatapnya tajam. "Kita temui orang yang bisa membantu kita melewati batasan legal. Kita butuh info

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 84

    “Hentikan pernikahan ini, atau kami akan mengambil sesuatu yang berharga dari kalian. Ini peringatan terakhir!” Edrio meremas kertas itu dengan geram. Ia menoleh ke sekeliling, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Namun, ia tahu… seseorang sedang mengawasi mereka. Tanpa menunggu lebih lama, ia kembali masuk ke dalam rumah dan menunjukkan kertas itu pada semua orang. Gaura membaca tulisan itu dan wajahnya langsung pucat. Elia menutup mulutnya, sementara Ayara tampak ingin menangis. “‘Sesuatu yang berharga’…” Gaura berbisik lemah, matanya langsung tertuju pada Galen. Edrio langsung menarik Gaura dan Galen ke dalam pelukannya, seolah ingin memastikan mereka tetap aman. Malam yang seharusnya diisi dengan kebahagiaan kini berubah menjadi malam penuh ancaman. Edrio tahu… ini bukan sekadar ancaman kosong. Seseorang benar-benar ingin menghancurkan mereka. Dan pastinya, ia tidak akan tinggal diam. **** Pagi hari di kota masih tampak biasa, tetapi di dalam kantor pusat, sua

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status