Share

Bab 73

last update Last Updated: 2025-02-24 19:14:57
"Ahh..." desah Gaura merasa lega.

Gaura masih duduk di ruang tengah, tangannya memeluk Galen yang tertidur di pangkuannya. Televisi di depannya masih menyala, menayangkan berita terbaru yang sedang viral.

"Seorang wanita bernama Prita bersama tiga orang pria lainnya telah ditangkap oleh pihak berwenang setelah terbukti melakukan fitnah terhadap salah satu studio kecantikan ternama. Wanita tersebut diketahui sebagai mantan tunangan CEO Edrio—"

Gaura menggigit bibirnya, matanya membelalak saat melihat cuplikan video penangkapan Prita.

Di layar, Prita tampak memberontak saat diborgol. Ia menjerit marah, melawan, dan memaki-maki polisi. Namun, tidak ada yang peduli.

Gaura menelan ludah.

Prita benar-benar sudah ditangkap? Pikirnya.

Tangannya meremas selimut yang menutupi tubuh Galen. Perasaan lega sekaligus tidak percaya menggelayuti hatinya.

Sebelumnya, ia pikir Prita hanyalah wanita yang iri dan obsesif. Tapi ternyata, wanita itu lebih berbahaya dari yang ia kira.

Kini
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 74

    "Selain pengakuan wanita yang menjadi korban, kami juga telah mengumpulkan bukti forensik bahwa tidak ada kandungan berbahaya dalam kosmetik dari Studio Gaura. Semua tuduhan yang telah beredar di media adalah hasil manipulasi." Sebuah dokumen resmi dari lembaga uji klinis ditampilkan di layar, memperkuat pernyataan Edrio. Gaura menghela napas dalam diam. Ini adalah bukti kuat yang akan membersihkan namanya. Namun, kejutan terbesar belum datang. Edrio menoleh padanya, lalu berkata, "Gaura, sekarang giliranmu." Gaura menegang. Ia telah mempersiapkan pidatonya, tetapi tetap saja, berbicara di hadapan ratusan orang bukanlah hal yang mudah. Namun, ini adalah momen yang ia tunggu-tunggu. Dengan mantap, Gaura melangkah ke depan dan menatap langsung ke arah kamera. "Saya, Gaura, pemilik Studio Gaura, ingin menyampaikan sesuatu kepada semua pelanggan dan pendukung saya. Saya tidak pernah, sekalipun, menjual produk berbahaya. Saya telah bekerja keras untuk membangun bisnis i

    Last Updated : 2025-02-25
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 75

    Edrio melirik ke arah Gaura sejenak, lalu kembali menatap ke depan. "Selama ini, banyak yang berspekulasi tentang hubungan antara aku dan Gaura," lanjutnya. "Hari ini, aku akan mengungkapkan kebenarannya." Gaura semakin bingung. Ia tidak tahu apa yang akan dikatakan Edrio, tetapi dari cara pria itu berbicara, ia bisa merasakan sesuatu yang besar akan terjadi. Edrio menatap langsung ke arah kamera, memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya akan terdengar jelas oleh seluruh dunia. "Aku dan Gaura tidak hanya memiliki hubungan bisnis," katanya, suaranya terdengar semakin tegas. "Kami memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dari itu. Kami telah memiliki seorang anak bersama." DEG! Gaura merasa jantungnya berhenti sesaat. Apa yang baru saja dia katakan?! Refleks, kepalanya menoleh cepat menatap pria itu yang hanya menampilkan wajah tegas. Ruangan pun langsung meledak dalam kehebohan. Wartawan berteriak-teriak, suara kamera yang memotret semakin riuh, dan bebera

    Last Updated : 2025-02-25
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 76

    Setelah konferensi pers yang mengguncang dunia, Gaura akhirnya tiba di rumahnya dengan kepala penuh dengan berbagai macam pikiran. Ia masih tidak percaya bahwa Edrio telah mengungkapkan semuanya di depan publik—tentang Galen, tentang mereka, dan… tentang pernikahan.Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, mencoba mengatur napas dan pikirannya yang masih berantakan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama karena ibunya, Elia, muncul dari dapur dengan ekspresi serius.“Gaura…” suara lembut Elia memanggilnya.Gaura mengangkat wajahnya, menatap sang ibu yang kini berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.“Kau baik-baik saja?” tanya Elia dengan nada penuh kekhawatiran.Gaura menghela napas panjang. "Aku… tidak tahu, Bu."Elia mengamati wajah putrinya yang terlihat lelah dan penuh kebingungan. “Aku melihat konferensi pers tadi di televisi. Itu… kejutan besar, Nak.”Gaura memijat pelipisnya. “Aku juga tidak menyangka Edrio akan melakukan hal itu, Bu. Dia mengatakannya begitu saja, di depan

    Last Updated : 2025-02-27
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 77

    Sementara mereka berjalan menuju gerbang sekolah, beberapa orang tua murid yang mengenal Gaura menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang simpati, ada yang penasaran, bahkan ada yang berbisik-bisik. “Dia itu, kan, pemilik studio yang kemarin sempat kena skandal…” “Tapi katanya sudah terbukti tidak bersalah.” “Iya, dan ternyata Ayah dari Galen itu… CEO besar yang terkenal itu.” Gaura menundukkan kepalanya, menahan napas. Ia sudah terbiasa menghadapi berbagai omongan orang, tapi kali ini berbeda. Kali ini, semuanya berhubungan dengan dirinya dan Edrio. “Bunda?” suara Galen menariknya kembali ke realitas. Gaura tersenyum dan mengusap kepala putranya. “Tidak apa-apa, Sayang. Sana masuk, ya. Belajar yang rajin.” Galen mengangguk. “Baik, Bunda!” Anak itu berlari masuk ke dalam sekolah, bergabung dengan teman-temannya. Gaura masih berdiri di tempatnya, memperhatikan putranya dengan tatapan lembut.Beberapa jam kemudian, akhirnya Galen keluar dari gerbang sekolah dengan wajah ceria

    Last Updated : 2025-03-02
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 78

    Setelah membawa belanjaan masuk ke dalam rumah, Gaura menghela napas panjang. Ia memandangi Galen yang masih tertidur di pelukannya, kemudian perlahan membaringkannya di sofa dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Di sisi lain, Edrio sibuk merapikan belanjaan mereka ke meja. Meskipun ia seorang CEO yang terbiasa menyuruh orang lain, pria itu tidak segan untuk turun tangan sendiri. Gaura memperhatikannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ketika akhirnya mereka duduk di ruang tamu, keheningan menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Gaura menggigit bibirnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk membuka pembicaraan. “Aku masih belum terbiasa dengan ini,” katanya akhirnya, suaranya sedikit pelan. Edrio menatapnya. “Maksudmu?” “Kau yang tiba-tiba ada di sini, menghabiskan waktu bersama kami… Mengajak Galen berbelanja dan makan siang… Rasanya tidak nyata,” Gaura mengakui. Edrio menyandarkan punggungnya ke sofa, menatap Gaura tanpa terburu-buru. “Kau masih berpikir

    Last Updated : 2025-03-02
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 79

    Hari-hari berikutnya, Edrio membuktikan kata-katanya dengan tindakan nyata. Meskipun kesibukannya sebagai CEO menuntut banyak waktu, pria itu selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam kehidupan Galen dan Gaura. Pagi hari, sebelum berangkat ke kantor, ia akan mampir ke rumah Gaura untuk memastikan Galen siap berangkat ke sekolah. Jika Gaura terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, Edrio akan mengantar Galen secara langsung. Seperti pagi ini, Gaura sedang sibuk mengurus dokumen untuk kembali membuka studionya. “Bunda, aku berangkat!” seru Galen dengan penuh semangat, tas kecilnya sudah tergantung di punggung. Gaura berbalik dan hendak menghampirinya, tapi sebelum ia bisa bergerak, seseorang telah lebih dulu membungkuk di hadapan Galen. “Sudah siap?” Galen mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar. “Ayah!” Gaura memandang Edrio yang sudah siap dengan kemeja putih dan jas hitamnya. “Kau mau mengantarnya?” Edrio mengangguk. “Ya. Aku ada rapat nanti pagi, tapi aku masih punya

    Last Updated : 2025-03-05
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 80

    ”Aku akan melakukannya,“ ucap Edrio tegas. **** Kini, Gaura sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sembari memeriksa beberapa berkas yang berkaitan dengan studionya. Setelah kejadian kemarin, ia masih perlu waktu untuk memulihkan reputasi bisnisnya, dan itu bukan hal yang mudah. Ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja. Ia melihat nama yang tertera di layar—Edrio. Gaura menghela napas sebelum mengangkatnya. “Ada apa?” tanyanya langsung. Di seberang telepon, suara Edrio terdengar tenang seperti biasa. “Apa kau ada waktu untuk bicara?” Gaura melirik jam di dinding. “Aku sedang istirahat sebentar. Jadi, cepatlah bicara.” Hening sejenak sebelum Edrio berkata, “Aku akan datang ke rumah bersama kedua orang tuaku.” Gaura tertegun. “Apa?” “Aku ingin melamarmu, Gaura,” lanjut Edrio, suaranya tegas dan tak terbantahkan. “Dan aku ingin melakukannya secara resmi, di hadapan orang tuaku dan Ibumu.” Jantung Gaura seakan berhenti berdetak sesaat. Lamaran? Ia bangkit d

    Last Updated : 2025-03-07
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 81

    "Aku berharap..." Gaura hampir menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba terdengar suara keras dari dapur. Brak! Semua orang tersentak. Ayara langsung menaruh tangannya di dada, terkejut. “Astaga, suara apa itu?” Elia segera berdiri. “Mungkin kucing liar. Aku akan lihat.”Namun sebelum ia bisa melangkah, seorang pria berbaju hitam muncul dari arah dapur, wajahnya penuh keringat. Ia adalah salah satu pelayan yang bekerja untuk keluarga Edrio. "Maafkan saya, Tuan, Nyonya... saya... saya hanya tidak sengaja menjatuhkan nampan," katanya gugup. Gaura menatap tajam ke arah dapur. “Apa yang kau lakukan di sana?“ Pria itu terlihat semakin gelisah, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari jalan keluar. Edrio yang peka terhadap gerak-gerik orang langsung berdiri. “Siapa yang menyuruhmu kemari?” Pria itu menelan ludah. "Aku hanya... hanya ingin memastikan keadaan rumah ini aman..." "Jangan berbohong," suara Edrio kini terdengar jauh lebih dingin. “Aku tida

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 101

    “Aku tidak menggombal. Aku sedang menyatakan fakta.” Edrio tertawa pelan lalu menarik selimut itu perlahan, memperlihatkan wajah istrinya lagi.Gaura menatapnya dengan senyum malu. Ia menggeliat kecil, lalu menyandarkan kepala di dada Edrio yang hangat.“Semalam… terasa seperti mimpi,” bisiknya.Edrio membalas dengan mengecup ubun-ubunnya. “Tapi ini nyata. Kamu istriku sekarang. Dan aku… milikmu sepenuhnya.”Mereka terdiam beberapa saat, membiarkan suara detak jantung dan tarikan napas menjadi satu-satunya irama di kamar itu.Lalu Gaura menatapnya dan bertanya, “Apa kau pernah membayangkan kita akan sampai di titik ini, setelah semua kekacauan yang kita alami?”Edrio menggeleng pelan. “Tidak. Tapi aku bersyukur kita bertahan. Dan lebih dari itu—aku bersyukur kamu memilih tetap bersamaku.”Gaura menyentuh wajahnya dengan penuh kelembutan. “Kita sama-sama bertahan, Edrio. Kau juga tidak menyerah padaku.”Mereka saling menatap sejenak sebelum akhirnya bibir mereka bersentuhan lagi—kali

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 100

    "Hmhh.." lenguh Gaura menahan semua sensasi yang tubuhnya rasakan. Edrio menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, kemudian memulai aksinya untuk 'bertarung' dengan Gaura. Di saat mereka berdua tengah saling bertarung di dalam kamar, di sebuah kamar lain tepatnya kamar tidur milik Galen, terdapat bocah itu bersama neneknya. Kamar Galen dihiasi cahaya lampu malam berbentuk bintang-bintang yang memantul di langit-langit. Bocah itu sudah mengenakan piyama bergambar dinosaurus, tapi matanya masih terbuka lebar, tak kunjung mengantuk.Di sebelahnya, Elia—nenek tercintanya—sedang duduk di tempat tidur, membacakan buku dongeng dengan suara lembut. Namun, Galen tampaknya lebih sibuk berpikir daripada mendengarkan cerita.“Nenek…” Galen memanggil dengan suara pelan namun penuh rasa ingin tahu.“Iya, sayang?” Elia menutup buku dan menoleh penuh perhatian.Galen duduk bersila di tempat tidurnya, alisnya mengernyit lucu. “Kenapa Bunda sama Ayah tidur di hotel? Kenap

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 99

    “Karena aku takut akan kehilanganmu kalau kau tahu siapa aku dulu… Tapi sekarang, aku lebih takut kehilanganmu kalau aku tetap diam.” Gaura menarik napas dalam, lalu mengangguk perlahan. “Kau seharusnya percaya bahwa aku cukup kuat untuk berdiri di sampingmu, bahkan saat yang terburuk sekalipun.” Edrio tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, ekspresi damai kembali menghiasi wajahnya. “Maafkan aku, Gaura.” Ia memeluk Gaura erat di hadapan semua tamu. Suasana kembali hangat, bahkan lebih dari sebelumnya. Galen berlari ke arah mereka, memeluk kaki kedua orang tuanya dengan senyum polos dan bahagia. Beberapa detik kemudian, pendeta yang masih berdiri terpaku akhirnya berkata sambil tertawa kecil, “Kalau begitu… bolehkah saya melanjutkan? Saya pikir kita masih punya satu bagian yang tertunda…” Para tamu tertawa dan bersorak. Musik lembut kembali diputar. Edrio dan Gaura berdiri berhadapan lagi, dan kali ini, saat pendeta menyuruh mereka mengucapkan “I do,” keduanya menga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 98

    “Matikan itu!" perintahnya ke tim teknis. Tapi layar tidak bergeming. Wanita itu sudah meng-hack sistem sepenuhnya. Gambar berikutnya menunjukkan Edrio sedang berada dalam pertemuan gelap bersama pria-pria bersenjata, membawa koper uang dan dokumen. Kemudian, rekaman suara mulai terdengar—diskusi mengenai distribusi logistik “tak terdaftar” dari pelabuhan. “Jadi… semua ini cuma kedok?” bisik salah satu pejabat tamu yang hadir. Gaura berdiri kaku. Senyumnya lenyap. Matanya tak percaya melihat Edrio di layar. Ia menoleh ke suaminya yang kini menatap layar dengan rahang mengeras. “Edrio…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Apa maksud semua ini?” Edrio menatap Gaura dengan ekspresi bersalah, namun tak gentar. Ia meraih tangannya, tapi Gaura menariknya pelan. “Aku bisa jelaskan.” “Kapan?” suara Gaura kini bergetar. “Kapan kau akan memberitahuku tentang masa lalu ini? Galen... aku harus melindungi dia.” Edrio menarik napas dalam. “Itu sudah lama berlalu. Dan aku keluar dari itu semua s

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 97

    Langit biru membentang sempurna di atas gedung berarsitektur klasik yang berdiri megah di pinggir kota. Udara pagi itu sejuk, diselimuti semilir angin yang membawa wangi bunga mawar putih dan lili yang menghiasi setiap sudut halaman. Musik lembut dari gesekan biola mengalun indah, berpadu dengan tawa riang para tamu yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri.Di dalam ruang rias, Gaura duduk di hadapan cermin besar dengan bingkai emas. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya begitu anggun, memancarkan keanggunan dan kekuatan seorang wanita yang telah melewati badai dan tetap berdiri tegak.Dari belakang, salah satu asistennya membetulkan veil panjang yang menjuntai dengan indah.“Gaura… kau tampak luar biasa,” bisiknya sambil tersenyum haru.Gaura menoleh sedikit dan membalas dengan senyum yang tenang. “Terima kasih. Aku... sempat berpikir hari ini tak akan pernah datang.”Wanita itu menggenggam tangannya. “Tapi kau di sini sekarang. Kau pantas mendapat kebahagiaan ini.”Sementara

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 96

    Dengan tangan terangkat, Edrio memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka membawa ke depan bukti-bukti kejahatan Jonathan. Transfer uang ilegal, dokumen palsu, bahkan rekaman percakapan dengan para pihak yang terlibat dalam pengaturan saham. Namun, di saat yang sama, sesuatu yang lebih menegangkan terjadi. Jonathan menyeringai. Ia meraih mikrofon, dan matanya menyala dengan keputusasaan yang membara. "Kalian pikir bisa menjatuhkan saya dengan cara ini?! Kalian tidak tahu siapa saya sebenarnya! Para investor ini adalah milikku, dan mereka tidak akan pernah percaya pada fitnah kalian!" Tiba-tiba, pintu besar konferensi terbuka dengan keras, dan sejumlah pengawal Jonathan berlari masuk, dengan senjata terhunus. Mereka menuju Edrio dan pasukannya, membentuk formasi pertahanan yang rapat.Sontak, semua yang hadir pun terkejut dan beberapa mulai merasa takut. Sedetik kemudian, para investor ataupun para tamu berlarian untuk menyelamatkan diri. “Lindungi saya!” teriak Jona

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 95

    "Di sini, di tengah keheningan ini, aku merasa terlindungi.” Edrio menoleh padanya, menatap mata wanita yang kini tak hanya menjadi pasangannya dalam medan pertempuran yang belum usai. “Aku akan melindungimu. Tidak hanya sebagai pasangan, tapi sebagai seseorang yang melindungimu sepenuh hati.” Gaura mengangguk pelan, matanya mulai basah. Malam itu, meskipun dunia di luar masih dipenuhi dengan bahaya, rumah kecil itu menjadi tempat paling hangat di bumi. Di tengah perang rahasia, konspirasi, dan teror, mereka masih bisa tertawa, berpelukan, dan percaya bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang tak bisa disentuh oleh kekuatan jahat sekalipun. Cinta, keberanian, dan harapan. Dan Edrio, di dalam hatinya, bersumpah bahwa ia akan menuntaskan semua ini. Untuk Gaura. Untuk Galen. Untuk rumah yang ingin ia lindungi… selamanya.****Langit mendung menggantung pekat di atas gedung tua yang kini dijadikan markas darurat oleh Edrio. Tak ada papan nama. Tak ada sinyal ponsel yang kuat. Di te

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 94

    “Itu simbol unit pengawasan pribadi milik Jonathan. 09-17 adalah sandi untuk proyek ‘September Black’—operasi bayangan miliknya dulu saat masih jadi bagian dari jaringan intel investasi gelap di Asia Tenggara.” Gaura menegang. “Kau serius? Jadi dia bukan cuma musuh bisnis biasa?” “Dia lebih dari itu,” kata Edrio. “Dia pernah jadi sekutuku. Salah satu orang terbaik di tim. Sampai akhirnya dia mengkhianati kita semua. Menjual informasi ke pihak asing, memanipulasi laporan keuangan, dan mencoba mencuri investor besar dariku.” Gaura menggeleng pelan, dadanya terasa sesak. “Kenapa aku baru dengar ini sekarang?” “Aku ingin menjauhkanmu dari bahaya,” jawab Edrio. “Tapi sekarang aku sadar, menyembunyikannya darimu malah membuatmu jadi target yang lebih mudah.” Gaura menarik napas dalam. “Lalu apa rencanamu?” Edrio berjalan ke arah jendela, menatap malam yang mulai gelap sempurna. “Kita akan memancingnya keluar. Tapi kali ini, kau tidak akan sendirian.” Ia menoleh ke arah Gaura. “Aku a

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 93

    Terdengar suara dentuman keras dari halaman belakang. Gaura tersentak. Dengan gerakan cepat dan senyap, ia merunduk dan bergerak menuju sumber suara. Ia mengintip dari celah tirai. Sebuah kursi terjatuh di teras belakang, namun tidak ada siapa pun di sana. Tapi Gaura tahu lebih baik daripada menganggap ini hanya kebetulan. Ia menahan napas dan merapatkan punggungnya ke dinding, mendengarkan dengan saksama. Ada suara langkah kaki yang hampir tak terdengar, seperti seseorang berusaha bergerak dalam bayangan. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ini bukan pencuri biasa. Ini peringatan, pikirnya. Gaura melirik ke cermin yang terletak di sudut ruangan. Cermin itu memantulkan bayangan dari jendela lain—dan di sanalah ia melihatnya. Seseorang berdiri di kebun belakang, mengenakan mantel hitam panjang, wajahnya tersembunyi dalam kegelapan. Orang itu tidak bergerak. Hanya berdiri di sana. Mengawasi. Dan orang itu, penampilannya mirip dengan sosok mereka temui di sekolah Galen beberapa har

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status