Berlian bersama dengan Jonathan mengunjungi rumah sakit. Mereka baru saja pulang dan langsung menuju ruang di mana Cantika berada. Tadi dirinya dikabarin jika calon iparnya itu mengalami sebuah insiden. Saat dirinya ingin mengunjungi Cantika, tetapi tiba-tiba dirinya memiliki sebuah kendala."Di mana ruangannya?" tanya Jonathan. Tak lupa mereka juga membawa buah tangan berupa parcel buah-buahan yang ganti dibeli. "Ruang Melati kelas VVIP," jawab Berlian. Mereka berdua berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit dan bertanya ke beberapa perawat untuk menunjukkan ruangannya."Apa masih jauh ruangannya bukankah tadi katanya tinggal lurus aja," ungkap Jonathan. Kalau gitu terus menoleh ke kiri dan kanan banyak yang tadi katanya hanya lurus saja, dirinya hendak menelepon Alva untuk menanyakan keberadaannya tetapi sudah melihat lelaki itu melambaikan tangan ke arah mereka semua."Sini." Alva hanya melambaikan tanah memberi isyarat kepadanya berteriak-teriak karena ini rumah sakit bisa-bisa
Tawa renyah teman-teman Jonathan pun terhenti, mereka menatap Berlian yang sejak tadi memandang tak biasa. Apalagi saat mereka memulai mengungkit apa yang terjadi di masa lalu. Jonathan tidak percaya jika sang istri bisa seberang itu menghadapi mereka yang memulai perperangan saat sang istri sedang diam. Jonathan memilih untuk meninggalkan mereka dan mencari tempat yang lain untuk makan malam karena sudah pasti sang istri tak mood lagi. "Kita pulang saja, aku sudah tak mood," ujar Berlian. Benar saja apa yang di pikirkan oleh Jonathan tentang sang istri. Sudah tak berselera lagi untuk makan pastilah meminta pulang. Jonathan langsung menuruti apa yang diminta oleh sang istri. Mereka menuju ke mobil untuk langsung pulang ke rumah. Sementara, Anggun bersama beberapa teman masih berkumpul. Mereka masih membahas masalah Jonathan apalagi Ardi."Dulu kamu tolak sih, sekarang nyeselkan," ujar Ardi yang memang sejak tadi banyak bicara."Udah deh, dia aja yang di guna-guna kali. Dapat ist
Hari libur seperti ini Berlian sudah bangun pagi dan menyiapkan beberapa sarapan. Ia senang karena bisa membantu asisten rumah tangganya. Sarapan spesial untuk suami tercinta juga anak kesayangannya. Bu Santi muncul dari kamar, ia pun menghampiri Berlian. Senang sekali ibu mertuanya melihat Berlian yang rajin di dapur. "Ma, apa selama ini Papa dekat dengan Cinta?" Berlian penasaran dan bertanya pada ibu mertuanya. "Iya, mama juga aneh. Enggak tahu deh tiba-tiba dia jadi sok akrab. Katanya nanti mau berenang habis sarapan sama Cinta, Misca juga di telepon buat datang." Bu Santi menjelaskan.Berlian mengernyitkan kening, tak menyangka jika ayah mertuanya bisa berubah seperti itu. Ia pun memikirkan bagaimana bisa yang tadinya sangat benci menjadi perhatian."Mungkin karena anak kamu menggemaskan, sebenarnya Papa senang sama anak kecil. Perhatian banget, ada Cinta ya tambah senang. Awalnya gengsi. "Berlian tersenyum, benar juga awalnya memang terlihat gengsi, tapi setelah itu sang ana
"Aku enggak akan membatalkan pernikahan kita, semua sudah berjalan hampir 100%. Mana bisa kita membatalkan begitu saja apalagi Papaku sudah mempersiapkan semua dengan baik. Apa kamu tega membatalkan dan membuat rugi besar pada papaku?" Alva menoleh ke arah Cantika yang wajahnya sudah pucat mendengar ucapannya."Atau kamu mau mengganti rugi semua kerugian yang sudah berjalan?" Alva kembali bicara dan membuat Cantika merasa takut.Cantika terdiam mendengar ucapan dari Alva yang membuat bulu kuduknya merinding lebih menakutkan dari hantu yang muncul di malam hari. "Kamu mau mengancam aku, atau kamu memang sudah mencintai aku?" Alva menoleh kembali lalu terkekeh. Apa benar ucapan Cantika jika dirinya telah jatuh cinta pada gadis itu bahkan seharusnya dia bisa bebas karena sudah tak ada tanggungjawab pada Cantika. "Aku tidak mengancam, hanya saja mengingatkan jika kamu batal menikah dengan aku apa ada pria yang mau menikah dengan wanita yang sudah tak suci alias pernah hamil alias perna
Rasanya malas Jonathan meninggalkan Berlian di rumah. Hari libur harusnya bersama dengan keluarga, apa daya dia harus keluar bekerja kalau tidak dirinya terkesan tidak profesional.Acara promo mereka berlangsung dengan lancar bahkan berada di trending saat mereka mengadakan live di salah satu sosial media. Belum lagi Anggun selebgram yang sedang naik daun itu membuat nilai plus brain mereka."Apa kamu tidak mau mengucapkan selamat padaku atau berterima kasih karena telah menjadi BA di perjalanan kamu dan membuat produk yang sedang berjalan ini sukses?" Anggun terlihat sombong di hadapan Jonathan. Anggun merasa tinggi karena Ia berpikir produk yang diluncurkan perusahaan Jonathan itu naik karena adanya dirinya. Wajah cantik dan terkenal membuat semua orang ingin tahu dan ikut membeli karena ingin memiliki wajah cantik seperti Anggun.Jonathan hanya menggeleng, ia tidak mau banyak bicara dengan Anggun atau berdekatan dengan wanita itu karena bisa jadi ada yang salah menggunakan dirinya
"Berengsek!" Jonathan memukul keras pintu mobil. Bila tak di tahan oleh Arnold, ia pun sudah habis memukul Anggun yang biacara seenaknya saja. Kali ini Arnold pun tak bisa berpikir dengan jernih karena saham mereka pasti akan anjlok."Lebih baik kita pulang, kamu hubungin atau telepon Berlian. Lalu, Papa juga Pak Hardian. Langkah mengambil Anggun menjadi BA memang langkah yang salah. Masuk mobil, biar aku yang bawa." Jonathan gegas masuk mobil sembari ia mengabari Berlian. Tapi, wanita itu tidak mengangkat panggilannya. Jonathan sangat cemas, langsung ia membuka sosial media. Benar saja, berita itu menyebar begitu cepat. Skandal kedua kalinya Jonathan, CEO muda yang sedang naik daun."Sialan!" Jonathan mengepalkan kencang tangannya, kini dalam sekejap semua hancur oleh Anggun wanita yang tak ia kira tak bahaya. Ia berpikir jika hal ini sudah masuk sosial media, Berlian atau keluarga mereka pun sudah tahu. Anggun benar-benar nekat melakukan hal itu. Di pikiran wanita itu hanya ada
Pertemuan keluarga itu sudah selesai dan mereka kembali ke rumah masing-masing. Sebelum pulang Alva menemui Jonathan ia mengatakan jika dirinya di tengah emosi entah bisa mempercayai apa yang dibicarakan oleh Jonathan atau tidak. Jonathan pun tidak mengambil pusing dan memaafkan Alva yang mungkin memang ingin membela saudara tirinya. Hanya saja Jonathan seperti curiga jika Alva masih menyimpan perasaan pada Berlian.Jonathan mengajak Berlian ke kamar untuk beristirahat sebelum tidur Jonathan mengajak bicara istrinya agar ia merasa lega tentang kesalahpahaman yang sedang terjadi. "Apa kamu percaya aku?" tanya Jo."Tidak mudah untuk percaya, juga tidak mudah untuk memantapkan hati jika kamu memang tak seperti yang di katakan oleh Anggun. Tapi, aku di paksa untuk percaya dan berada di garda depan untuk membela suamiku." Berlian kembali menatap Jonathan, kali ini ia memang yakin jika suaminya tak bersalah. Jonathan mengecup bibir Berlian, wanita itu sedikit menolak tapi Jonathan memaks
Berita yang disebarkan oleh Anggun semakin lama semakin menghilang dalam beberapa hari. Tuan Hardian juga Ferdinand begitu cepat untuk mengatasi masalah tersebut. Berlian pun sudah menyiapkan beberapa hal yang akan ia lakukan pada wanita yang ingin merusak rumah tangganya. Sesuai dengan arahan ayah sambungnya, kali ini Berlian akan menemui Anggun di sebuah tempat di mana wanita itu syuting. Lain halnya dengan Anggun, managernya datang dan langsung menemuinya. "Gila, kontrak sebesar itu membatalkan kerja sama saat sudah berjalan. Ini nih, akibat ulah gila kamu yang bicara seenaknya di depan media," sang manager begitu emosi. Anggun mengambil berkas yang baru saja di print oleh Sasa managernya. Ia perlahan membaca, tubuhnya lemas. Ia tak menyangka jika perusahaan itu bisa membatalkan kontrak kerja mereka. Anggun yakin jika mereka tak akan memberhentikan dirinya karena mereka pasti akan rugi besar dengan promo yang sudah berlangsung. "Mana mungkin begini." Tangan Anggun gemetar saat