Bu Sahfira datang lebih dulu dengan suaminya pak Hardian. Karena Berlian masih ada urusan dan dirinya juga tidak mungkin datang seorang diri, mau bagaimanapun juga kini wanita itu sudah memiliki seorang suami yang kemanapun dirinya pergi harus mendapatkan izinnya terlebih dahulu. Alva yang sejak tadi sudah menunggu kehadiran ibunya pun terkejut karena melihat ayahnya pun ikut. Dirinya ingin berbicara dahulu kepada kedua orangnya tuanya itu. "Di mana ruangannya Al?" tanya Bu Shafira.Sebenarnya dirinya ingin datang karena ucapan Berlian tanda kumat tetapi sayang anaknya itu memiliki sebuah kendala maka dari itu ia memilih datang dengan sang suami saja. Bu Shafira sedikit senang mendengar hal tersebut karena jika anak itu telah gugur kemungkinan besar Alva tidak dituntut lagi untuk bertanggung jawab. Dirinya memang belum memberikan restu sepenuhnya kepada Cantika untuk menjadi istri dari putra sambungnya itu. Mau bagaimanapun juga ialah yang membesarkan Alva selama ini."Nanti aku ajak
Berlian bersama dengan Jonathan mengunjungi rumah sakit. Mereka baru saja pulang dan langsung menuju ruang di mana Cantika berada. Tadi dirinya dikabarin jika calon iparnya itu mengalami sebuah insiden. Saat dirinya ingin mengunjungi Cantika, tetapi tiba-tiba dirinya memiliki sebuah kendala."Di mana ruangannya?" tanya Jonathan. Tak lupa mereka juga membawa buah tangan berupa parcel buah-buahan yang ganti dibeli. "Ruang Melati kelas VVIP," jawab Berlian. Mereka berdua berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit dan bertanya ke beberapa perawat untuk menunjukkan ruangannya."Apa masih jauh ruangannya bukankah tadi katanya tinggal lurus aja," ungkap Jonathan. Kalau gitu terus menoleh ke kiri dan kanan banyak yang tadi katanya hanya lurus saja, dirinya hendak menelepon Alva untuk menanyakan keberadaannya tetapi sudah melihat lelaki itu melambaikan tangan ke arah mereka semua."Sini." Alva hanya melambaikan tanah memberi isyarat kepadanya berteriak-teriak karena ini rumah sakit bisa-bisa
Tawa renyah teman-teman Jonathan pun terhenti, mereka menatap Berlian yang sejak tadi memandang tak biasa. Apalagi saat mereka memulai mengungkit apa yang terjadi di masa lalu. Jonathan tidak percaya jika sang istri bisa seberang itu menghadapi mereka yang memulai perperangan saat sang istri sedang diam. Jonathan memilih untuk meninggalkan mereka dan mencari tempat yang lain untuk makan malam karena sudah pasti sang istri tak mood lagi. "Kita pulang saja, aku sudah tak mood," ujar Berlian. Benar saja apa yang di pikirkan oleh Jonathan tentang sang istri. Sudah tak berselera lagi untuk makan pastilah meminta pulang. Jonathan langsung menuruti apa yang diminta oleh sang istri. Mereka menuju ke mobil untuk langsung pulang ke rumah. Sementara, Anggun bersama beberapa teman masih berkumpul. Mereka masih membahas masalah Jonathan apalagi Ardi."Dulu kamu tolak sih, sekarang nyeselkan," ujar Ardi yang memang sejak tadi banyak bicara."Udah deh, dia aja yang di guna-guna kali. Dapat ist
Hari libur seperti ini Berlian sudah bangun pagi dan menyiapkan beberapa sarapan. Ia senang karena bisa membantu asisten rumah tangganya. Sarapan spesial untuk suami tercinta juga anak kesayangannya. Bu Santi muncul dari kamar, ia pun menghampiri Berlian. Senang sekali ibu mertuanya melihat Berlian yang rajin di dapur. "Ma, apa selama ini Papa dekat dengan Cinta?" Berlian penasaran dan bertanya pada ibu mertuanya. "Iya, mama juga aneh. Enggak tahu deh tiba-tiba dia jadi sok akrab. Katanya nanti mau berenang habis sarapan sama Cinta, Misca juga di telepon buat datang." Bu Santi menjelaskan.Berlian mengernyitkan kening, tak menyangka jika ayah mertuanya bisa berubah seperti itu. Ia pun memikirkan bagaimana bisa yang tadinya sangat benci menjadi perhatian."Mungkin karena anak kamu menggemaskan, sebenarnya Papa senang sama anak kecil. Perhatian banget, ada Cinta ya tambah senang. Awalnya gengsi. "Berlian tersenyum, benar juga awalnya memang terlihat gengsi, tapi setelah itu sang ana
"Aku enggak akan membatalkan pernikahan kita, semua sudah berjalan hampir 100%. Mana bisa kita membatalkan begitu saja apalagi Papaku sudah mempersiapkan semua dengan baik. Apa kamu tega membatalkan dan membuat rugi besar pada papaku?" Alva menoleh ke arah Cantika yang wajahnya sudah pucat mendengar ucapannya."Atau kamu mau mengganti rugi semua kerugian yang sudah berjalan?" Alva kembali bicara dan membuat Cantika merasa takut.Cantika terdiam mendengar ucapan dari Alva yang membuat bulu kuduknya merinding lebih menakutkan dari hantu yang muncul di malam hari. "Kamu mau mengancam aku, atau kamu memang sudah mencintai aku?" Alva menoleh kembali lalu terkekeh. Apa benar ucapan Cantika jika dirinya telah jatuh cinta pada gadis itu bahkan seharusnya dia bisa bebas karena sudah tak ada tanggungjawab pada Cantika. "Aku tidak mengancam, hanya saja mengingatkan jika kamu batal menikah dengan aku apa ada pria yang mau menikah dengan wanita yang sudah tak suci alias pernah hamil alias perna
Rasanya malas Jonathan meninggalkan Berlian di rumah. Hari libur harusnya bersama dengan keluarga, apa daya dia harus keluar bekerja kalau tidak dirinya terkesan tidak profesional.Acara promo mereka berlangsung dengan lancar bahkan berada di trending saat mereka mengadakan live di salah satu sosial media. Belum lagi Anggun selebgram yang sedang naik daun itu membuat nilai plus brain mereka."Apa kamu tidak mau mengucapkan selamat padaku atau berterima kasih karena telah menjadi BA di perjalanan kamu dan membuat produk yang sedang berjalan ini sukses?" Anggun terlihat sombong di hadapan Jonathan. Anggun merasa tinggi karena Ia berpikir produk yang diluncurkan perusahaan Jonathan itu naik karena adanya dirinya. Wajah cantik dan terkenal membuat semua orang ingin tahu dan ikut membeli karena ingin memiliki wajah cantik seperti Anggun.Jonathan hanya menggeleng, ia tidak mau banyak bicara dengan Anggun atau berdekatan dengan wanita itu karena bisa jadi ada yang salah menggunakan dirinya
"Berengsek!" Jonathan memukul keras pintu mobil. Bila tak di tahan oleh Arnold, ia pun sudah habis memukul Anggun yang biacara seenaknya saja. Kali ini Arnold pun tak bisa berpikir dengan jernih karena saham mereka pasti akan anjlok."Lebih baik kita pulang, kamu hubungin atau telepon Berlian. Lalu, Papa juga Pak Hardian. Langkah mengambil Anggun menjadi BA memang langkah yang salah. Masuk mobil, biar aku yang bawa." Jonathan gegas masuk mobil sembari ia mengabari Berlian. Tapi, wanita itu tidak mengangkat panggilannya. Jonathan sangat cemas, langsung ia membuka sosial media. Benar saja, berita itu menyebar begitu cepat. Skandal kedua kalinya Jonathan, CEO muda yang sedang naik daun."Sialan!" Jonathan mengepalkan kencang tangannya, kini dalam sekejap semua hancur oleh Anggun wanita yang tak ia kira tak bahaya. Ia berpikir jika hal ini sudah masuk sosial media, Berlian atau keluarga mereka pun sudah tahu. Anggun benar-benar nekat melakukan hal itu. Di pikiran wanita itu hanya ada
Pertemuan keluarga itu sudah selesai dan mereka kembali ke rumah masing-masing. Sebelum pulang Alva menemui Jonathan ia mengatakan jika dirinya di tengah emosi entah bisa mempercayai apa yang dibicarakan oleh Jonathan atau tidak. Jonathan pun tidak mengambil pusing dan memaafkan Alva yang mungkin memang ingin membela saudara tirinya. Hanya saja Jonathan seperti curiga jika Alva masih menyimpan perasaan pada Berlian.Jonathan mengajak Berlian ke kamar untuk beristirahat sebelum tidur Jonathan mengajak bicara istrinya agar ia merasa lega tentang kesalahpahaman yang sedang terjadi. "Apa kamu percaya aku?" tanya Jo."Tidak mudah untuk percaya, juga tidak mudah untuk memantapkan hati jika kamu memang tak seperti yang di katakan oleh Anggun. Tapi, aku di paksa untuk percaya dan berada di garda depan untuk membela suamiku." Berlian kembali menatap Jonathan, kali ini ia memang yakin jika suaminya tak bersalah. Jonathan mengecup bibir Berlian, wanita itu sedikit menolak tapi Jonathan memaks
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi