"Kemungkinan apa?""Semoga saja apa yang aku pikirkan tidak benar. Aku saja pusing jika berdebat dengan Berlian, dia keras sekali Kak." Jonathan memijit pelipisnya dengan harapan menghilangkan pening di dahi. Arnold paham dengan masalah yang di hadapi sang adik, ia berharap semoga semua selesai dan Jonathan bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini tertunda. "Kamu berhasil membujuk dia untuk menikah?" tanya Arnold lagi."Dia seperti ragu, ada yang sedang mendekati dia. Pemilik restoran tempat dia bekerja juga salah rekan bisnis perusahaan kita," papar Jonathan."Serius?" "Iya, aku baru tahu. Beberapa orang yang aku suruh sudah menghubungi kalau pria itu teman lama Berlian. Mereka terlihat beberapa kali bersama." Jonathan terlihat sangat emosi, sikapnya yang cuek berubah menjadi agresip karena ia takut Berlian malah menerima pria lain. Walau sebenarnya ia sudah memegang kartu dengan restu dari sang anak. Hanya saja Berlian terlihat sedang memikirkan hal lain lagi. "Kalau kamu mau
"Ada apa ini?" tanya Bu Shafira.Pertengkaran Berlian dan Sukma terdengar hingga ke rumahan. Kemudian Pak Hasan pun menceritakan apa yang terjadi. Berlian hanya menggeleng saat mendengar ucapan Pak Hasan. "Benar itu Berlian?" tanya Bu Shafira. "Yang di katakan Sukma tidak benar. Yang jelas kalau aku cerita apa kalian percaya?" tanya Berlian."Baik, ceritakan saja." Berlian pun mulai bercerita tentang kejadian sebenarnya. Apalagi saat kemarahannya memuncak dan menampar pipi Sukma.Bu Shafira menatap Sukma yang sudah menundukkan wajah saat Berlian mulai bercerita. ia pun tidak mengerti ada yang berpikir seperti Sukma. Baginya adalah hal yang sangat jahat. "Apa saya harus diam saat Sukma bicara hal itu?" tanya Berlian kembali. Berlian kembali menatap Sukma, tatapannya tajam melihat rekannya yang begitu menyebalkan. Ucapannya dan tingkah lakunya pun sangat merugikan dirinya. Bahkan, bisa-bisanya mengatakan hal lain pada Pak Hasan. "Jangan memutar balikkan fakta, kamu orang baru di si
"Tidak usah, Bu. Maaf, saya memilih tetap mengundurkan diri. Lagi pula saya tak pantas dengan jabatan yang lebih dari ini." Berlian tetap kekeh dengan pendiriannya, Bu Shafira menyayangkan apa yang telah di putuskan oleh Berlian. Pahala ia baru saja mengenal sosok yang membuatnya teringat putrinya yang sejak lama tak pernah bertemu. "Kamu enggak sayang, di luar sana banyak yang sedang membutuhkan pekerjaan. Kamu malah melepas pekerjaan, padahal saya akan memberikan kamu jabatan yang membuat kamu nyaman." Bu Shafira kembali mengingatkan. Ia ingin mempertahankan Berlian karena mulai senang dengannya.Hanya saja Berlian tak mau kembali berhutang budi. Apalagi jika ia menolak cinta Alva putra Bu Shafira. Tidak ada perasaan apa pun saat dirinya sedang bersama Alva. "Yang lebih nyaman bekerja tanpa ada orang yang berpikiran jelek. Saya tidak masalah bekerja menjadi apa pun. Asalkan tak ada yang mengganggu atau membuat tak nyaman." Sayangnya Berlian selalu saja bermasalah dengan atasan k
"Kata siapa aku akan menerima lamaran Pak Jo?" tanya Berlian. Berlian tak menyangka jika Alva akan mengatakan hal itu. Padahal ia sangat ingin menjaga perasaan pria baik di hadapannya. Bagaimana bisa Alva sudah menebak apa yang sebenarnya terjadi. "Kata aku tadi, apa benar?" Alva kembali bertanya. Tarikan napas Berlian membuat Alva yakin jika memang alasan keluarnya Berlian dari restorannya karena ingin menghindar."Apa orang baru tidak membuat kamu melupakan kekecewaan pada pria itu, bukannya dia akan menikah dengan wanita lain?" Alva menatap tajam dengan penuh harapan pada wanita di depannya. Baru saja akan memulai kisah, ia sudah kalah terlebih dahulu. Apa yang akan terjadi dengan dirinya, sekian lama tak pernah jatuh cinta, kini terpatahkan oleh patah hatinya."Iya memang dia akan menikah dengan wanita lain. Kamu tahu itu tapi kenapa malah bertanya padaku tentang sebuah lamaran dan pinangan Jonathan. Harusnya kamu tahu kalau dia akan menikah dengan wanita lain bukan aku." "La
"Aku siap dengan konsekuensi yang akan terjadi, tapi apa dia siap jika kehilangan dirimu?" Wajah itu penuh percaya diri saat menatap sang kakak. Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Jonathan, Arnold yakin jika sang adik sudah memikirkan hal yang akan di lakukannya dengan matang.Tidak mungkin seorang Jonathan tidak memikirkan hal baik dan buruk yang akan terjadi nanti. Apalagi terlihat jelas di wajahnya yang penuh percaya diri."Aku percaya kamu akan melakukan yang terbaik." Arnold menepuk pundak adiknya. "Terima kasih, Ka. Tidak semudah yang mereka bayangkan untuk memaksa aku menikahi wanita yang sama sekali tidak membuat aku jatuh cinta," papar Jonathan lagi. Tidak sia-sia Jonatan mengulur waktu, ia tak menyangka jika usaha itu akan berguna saat ini karena pada saat awal mengetahuinya, ia masih santai. Namun, ia mencoba mengukur waktu juga dan pernah berusaha untuk mencintai Alea. Akan tetapi, hal itu tidak muncul juga. Tidak ada perasaan atau hal yang membuat Jonathan me
"Apa yang di maksud Nunung itu Jonathan?" Berlian bergumam sendiri, ia sebentar ingin tahu siapa yang di maksud oleh Nunung. Hanya saja ia takut dan gengsi untuk bertanya. Akan tetapi, ia tak sabar akhirnya mengetik pertanyaan yang dia kirim ke Nunung."Bos Jo?" Jemari itu akhirnya mengirimkan pesan pada Nunung. Hatinya merasa cemas menunggu jawaban dari teman lamanya itu. Namun, ia berpikir untuk apa ia seperti itu jika dirinya nanti sore akan bertemu dengan Jonathan."Apa tidak sebaiknya aku bertanya langsung padanya?" Lagi, Berlian terus bergumam sendiri."Bertanya pada siapa?" tanya Nenek Lastri yang tidak sengaja lewat."Eh, itu Nek."Berlian menceritakan apa yang sedang ia pikirkan. Sang nenek tersenyum melihat tingkah aneh Berlian yang mengatakan tak cinta tapi terlihat begitu cemas saat tahu ada yang akan tunangan."Aku sih biasa aja. Tapi yang aku heran, kalau dia mau tunangan, untuk apa dia ke rumah aku. Apa dia mau membuat aku malu dengan mengajak ke cara penting dia Nek?
"Jangan macam-macam, kamu mau berbuat apa sampai mengajak aku dan Cinta?" tanya Berlian. "Itu urusan aku, kamu diam saja. Aku kita pergi," ajak Jonathan. Jonathan masuk menemui Nenek Lastri untuk pamit dan mengajak Cinta. Lalu, ia menarik tangan Berlian saat wanita itu masih bergeming di depan pintu. Sebuah pemaksaan pikir Berlian pada Jonatan. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa untuk menolaknya. Melihat sang anak begitu gembira, ia hanya bisa membiarkan saja. Berlian berpikir bagaimana nanti perasaan Cinta saat semua orang tahu jika anak itu adalah anak Jonathan. Mereka semua akan menatap beda karena Cinta adalah anak yang lahir di luar pernikahan. "Kita akan ke salon dulu, merapikan penampilan kamu. Belum sempurna bagiku." "Terserah."Di dalam mobil, keduanya hanya saling diam. Cinta tiba-tiba saja tertidur karena dia tak tidur siang. Suasana begitu kaku sampai tiba di sebuah salon kecantikan. "Aku mau kamu terlihat sempurna.""Harusnya aku tampil apa adanya, tidak usah memak
"Rin, jaga bicara kamu." Bu Agnia menarik anaknya menjauh dari Alea yang sudah terlihat begitu kesal. Keduanya tak pernah akur, apalagi Rina yang selalu iri dengan keberhasilan Alea di bidang permodelan dan Tv. Keduanya kerap bertengkar hebat hingga membuat pusing kepala Bu Agnia."Ya, aku bicara sesungguhnya. Aku tahu kok sebenarnya Jonathan itu kaya enggak tertarik, buktinya kalau mau menikah dan tunangan, pasti mereka mengurus semua," ujar Rina. Bu Agnia meminta Rina untuk diam karena jika Alea menikah dengan Jonathan mereka pun akan kebagian rezeki. Hampir satu tahun ini keuangan mereka sedang tak baik-baik saja. Bu Agnia dan Pak Ibnu hanya mengandalkan uang dari anak mereka saja."Ouh, jadi sasaran sekarang adalah Jonathan. Hmm, asal enggak salah sasaran aja kaya mama. Target orang kaya, malah harta kita habis," ucap Rina. Bu Agnia tak memungkiri jika semua yang di katakan Rina adalah benar. Dirinya meninggalkan suami pertama karena pria itu struk dan malah tega menjual rumahn