Huh gadis kampung aja sombong," cibir Darell begitu Kirana menjauh darinya dengan diikuti oleh Audrey.
Kirana yang mendengar cibiran Darell pun menghentikan langkahnya dan mendekat pada pria bertubuh tinggi itu. Berdiri berhadapan dengan jarak dua inchi saja. Mungkin jika dilihat dari samping, posisi mereka seperti hendak berciuman.
"Mas ada perlu sama saya?" tanya Kirana memberanikan diri menatap mata hazel Darell.
"Nggak," balas Darell ketus.
"Yakin?"
"Pede banget loe ya. Gue kasih tahu nih meski loe udah ubah penampilan loe bukan berarti loe bisa ngerasa hebat. Karena buat gue loe itu tetep gadis kampung, ngerti loe!" kata Darell dengan nada ketus.
Kirana semakin mendekatkan wajahnya ke arah Darell. Tubuh Darell yang tinggi membuat Kirana terpaksa berjinjit agar lebih dekat.
"Aku memang perempuan kampung tapi aku tak pernah bersembunyi di balik meja teman priaku," bisiknya kemudian berlalu.
Kini giliran Kirana dan Darell saling pandang, kemudian sama-sama mengarahkan pandangan pada Audrey yang sedang meminum susu non fatnya. Mereka berdua memiliki arti pandangan yang berbeda, Kirana terlihat santai, sedangkan Darell menyimpan geram pada adiknya."Kenapa kalian berdua memandangku begitu?" tanya Audrey pura-pura tak bersalah."Loe,—" Darell menghentikan kalimatnya saat melihat Ayahnya membulatkan mata hazel ke arahnya."Sudah kalian tak usah ribut, lebih baik berangkat ke kantor sekarang, sudah selesai makannya kan?" tanya Dad."Baik, aku ambil tas dulu," jawab Kirana."Cepet! Nggak usah banyak gaya!" tambah Darell yang terlihat keberatan karena harus satu mobil dengan Kirana.Kirana tak menggubris Darell yang bergumam kesal. Ia memilih untu
"Bagaimana tantangannya Pak?" tanya sekretaris Dad.Darell pun menyerahkan amplop yang telah terbuka segelnya pada Bu Anita. Sambil senyum, Bu Anita pun menunjukkan tantangan pada Ayah Darell yang duduk melipat tangan di balik meja kerja jatinya."Silakan Pak," katanya menyodorkan amplop yang sudah terbuka itu.Sementara Darell menoleh ke arah Kirana sambil menunjukkan ibu jarinya yang mengarah ke bawah. Kemudian menyunggingkan senyuman sinis ke arah Kirana.Tantangan yang didapat kali ini memang terasa mudah oleh Darell. Make profits in a day, hal itu tentu saja dapat dilakukan oleh Darell hanya dalam beberapa jam saja.Meski sudah berpengalaman, namun Kirana terlihat was-was dengan tantangan yang diberikan Ayah Darell. Ia belum punya ide bagaimana menjalani tantangan pertamanya.James Maxwell mengangguk memberi tanda pada sekretarisnya untuk menjelaskan tantangan lebih lanjut."Baik, akan say
[Bagaimana kabarmu?] tulis Louis dalam Bahasa Perancis.[Aku baik, hanya sedikit bingung mempersiapkan tantangan,] balas Kirana juga dalam Bahasa Perancis.[Tantangan?]Kirana pun menceritakan panjang lebar mengenai tantangan dari James Maxwell pada Louis. Juga menceritakan kebingungannya dan berharap pria berkebangsaan Perancis ini bisa memberikannya solusi.Bukan Kirana manja, tapi saat ini ia benar-benar buntu dengan apa yang harus dilakukan. Kirana tidak mengenal siapapun di sini selain keluarga Maxwell. Bingung mencari produk apa yang bisa dijual, menjual produk miliknya sendiri pun tidak bisa, karena tidak diperkenankan dalam kompetisi.[Sulitkah menjual makanan di Indonesia?] tanya Louis.Sepengetahuan Louis, menjual makanan di Eropa sedikit sulit karena membutuhkan perijinan dan tes kualitas makanan. Dari pengalamannya di Indonesia, saat ia banyak melihat pedagang makanan keliling dan di pinggir jalan, ia pun
"Apa maumu?" tanya gadis itu sambil memberi isyarat dengan telapak tangan pada pria berdasi yang berdiri tak jauh darinya."Huh si pelakor ini punya nyali ternyata?" cibir Jenny diikuti tertawaan teman-temannya."Aku nggak ada urusan denganmu, asal kau tahu kalau aku tak berminat dengan suamimu," jawab gadis itu ketus kemudian berbalik meninggalkan Jenny dan antek-anteknya.Namun Jenny meraih pundak gadis itu dan menariknya mundur hingga hampir terjungkal. Beruntung gadis penjaja makanan itu bisa menjaga keseimbangan."Mau apalagi?""Heh anak kampung, aku belum selesai. Aku peringatkan sekali lagi ya, jangan coba-coba untuk mengganggu suamiku!" katanya sambil mengulurkan telunjuk di wajah gadis itu.Tanpa takut gadis itu pun meraih telunjuk Jenny dan menepiskannya. Lalu menatap Jenny dan kawan-kawannya satu per satu dengan tatapan nanar."Kamu bilang aku gadis kampung lalu perbuatanmu padaku saat ini
"Masuklah Ki!" pinta Mas Darell membukakan pintu mobilnya untukku."Mas kita mau kemana?" Kirana masih bingung dengan sikap Darell yang tiba-tiba manis.Ada prasangka kurang baik darinya jika melihat Darell seperti ini. Sekali Darell melakukannya beberapa waktu lalu. Untung saja ada Louis yang saat itu menyelamatkan dirinya."Apa Mas mau menurunkan aku di jalan?" tanya kirana hati-hati.Jelas gadis berambut panjang ini harus waspada. Bukankah Darell pernah menelantarkannya di stasiun, saat pria itu seharusnya menjemput.Darell tertawa mendengar penuturan Kirana yang polos. Walaupun penampilan Kirana saat ini telah berubah dan menunjukkan kecerdasan yang dimiliki. Namun kepolosannya tak pernah hilang.Terus terang, melihat Kirana seperti ini membuat Darell merasa gemas. Ingin sekali pria berusia tiga puluhan itu mencubit pipi Kirana."Lucu juga dia," batin Darell kemudian menggeleng kepala
Beberapa Jam sebelumnya, saat Darell belum berangkat ke kantor.Jenny bergelanyut manja di lengan Darell. Tentu saja ini membuatnya sangat risih dan menepiskan tangan perempuan yang terpaksa dinikahi olehnya."Apaan sih?" protes Darell."Iih galaknya gak kelar-kelar.""Bilang aja apa yang loe mau, gue mau berangkat ngantor.""Ok, gini Rell, gue mau ajak temen-temen gue ke sini, ya cuma ngobrol-ngobrol aja sambil pesen menu delivery, boleh ya please!" rayu Jenny."Karena hari ini gue lagi seneng, jadi gue ijinin loe untuk ngundang temen loe tapi ada saratnya.""Apaan?""Pertama, gue nggak mau ada orang lain masuk kamar atau ruang kerja gue. Kedua, gue mau begitu temen-temen loe pulang, tempat gue bersih lagi.""Ok deal," jawab Jenny kemudian segera mengirim pesan pada teman-temannya.Kali ini Jenny memang minta izin pada Darell tak seperti sebelumnya. Sebab sebelumnya Darell me
"Darell! Tungguin!" panggilnya, namun Darell tetap bergeming. Menganggap panggilan Jenny hanya angin lalu.Pria itu justru memilih berbelok menuju entrance room."Kau sudah mendengar semuanya?" tanya Darell."Sudah Mas, aku sudah tahu semuanya. Aku akan bicarakan dengan Dad.""Tak perlu Ki, ayo kita pergi dari sini!" ajak Darell yang tanpa disadari meraih pergelangan tangan Kirana."Heh kamu!" panggil Jenny tiba-tiba mencengkeram bahu Kirana.Kirana kemudian melepas tangan Darell dan berbalik menghadap Jenny."Ada apalagi Mbak? Apa Mbak nggak puas sudah buat Mas Darell dimarahi Ayahnya?" tanya Kirana."Loe bener-bener nggak tahu malu ya. Loe pikir dengan penampilanmu sekarang yang udah seperti orang kantoran bisa bikin laki gue milih loe daripada gue?"Kirana hanya tersenyum sinis dan menoleh pada Darell yang
Rachel mengalihkan pandangan pada dua perempuan di sampingnya. Berdiri sambil melipat tangan di dada.Gadis itu tertawa meremehkan. Ia terlihat bahagia karena keinginannya menjatuhkan Jenny terlaksana sudah.Sejak kedatangannya ke apartemen pertama kali sesungguhnya ia sudah menduga ada yang janggal. Sangat aneh jika mesin cuci masih dibiarkan menyala dan peralatan makan masih terlihat basah. Sementara tak ada seorang asisten rumah tangga di sana.Kuat dugaan Rachel saat itu, bahwa Jenny bekerja di rumah Darell. Namun melihat foto pernikahan yang diposting Jenny dan terlihat asli, Rachel pun sedikit sangsi. Meragu akan status pernikahan Jenny.Hari ini semuanya terkuak dari mulut Darell. Namun Jenny tetap bungkam, merasa sangat malu sepertinya."Laki loe? Laki yang bayar loe maksudnya?" balas Rachel diikuti tawa yang tertahan oleh kedua t