Malam telah larut saat Andrew mengantar April pulang ke rumahnya.
"Terima kasih ya untuk malam ini, aku senang bisa mengenalmu.""Aku juga Pril, kapan-kapan kita bisa pergi bersama lagi kan?""Tentu, aku turun dulu ya. Sampai bertemu besok,” pamit April seraya beranjak turun dari mobil."Tunggu," cegah Andrew sambil menahan lengan April, "Mengapa kamu suka sekali meninggalkanku begitu saja? Aku bahkan belum mengucapkan selamat tidur padamu,” protes Andrew."Maaf Andrew, baiklah katakan sekarang aku sangat lelah dan mengantuk,” kata April lalu menutup mulutnya untuk menguap kecil."Selamat malam, mimpi yang indah, dan..."Tiba-tiba Andrew mengecup kening April tanpa permisi. April yang tadinya mengantuk langsung terbelalak mendapat perlakuan semanis itu dari Andrew. Namun ia tetap bisa menguasai dirinya dan tidak terlarut karena telah dicium keningnya oleh Andrew.Andrew pun pulang dengan hati yang berbunga-bunga tetapi tidak dengan April, meskipun ia senang karena Andrew merupakan pria yang mirip dengan sosok dalam mimpinya namun ia hanya menganggap pria itu sebatas teman dan rekan kerjanya.April memang merasa senang ketika bersama Andrew namun hatinya sama sekali tak merasakan getaran cinta, ia hanya senang berteman dengan Andrew karena selama ini hanya pria itu lah lelaki pertama yang bisa akrab dengannya dan bisa memahami dirinya dengan baik.*Keesokan harinya saat April sedang membeli bunga untuk pernikahan temannya, ia memilih bunga mawar putih untuk di berikan nanti. Namun saat mengambil bunganya, ada seorang pria yang memegang bunga itu juga sehingga mereka pun berebut karena bunga tersebut tinggal satu buket saja."Aku yang memegangnya lebih dulu, jadi bunga ini milikku,” kata April seraya merebut buket bunga dari tangan seorang pria."Tidak bisa nona, aku yang melihatnya lebih dulu. Jadi ini adalah milikku," kata pria dengan kaca mata hitam itu sambil mengambil bunga dari tangan April."Kamu ini pria macam apa sih, masa tidak mau mengalah dengan wanita?" sindir April."Masalahnya aku sangat membutuhkan bunga ini, jadi aku tidak akan mengalah," katanya dengan membayar bunga itu."Aku lebih membutuhkannya daripada kamu. Kamu cari saja yang lain, ini pak saya saja yang beli," sahut April tak mau mengalah, sambil mengambil dompet di tasnya dan merebut bunganya.Pria dengan kaus putih dan topi merah bertuliskan A93 itu tidak mau mengalah lalu merebut bunga di tangan April lagi."Ini milikku, kamu cari yang lain saja oke nona,” tegas pria itu lalu mengambil bunga dari tangan April kemudian pergi begitu saja.Pria itu pun segera pergi dari toko bunga itu dan meninggalkan April yang sedang kesal karena ulahnya."Dasar pria tidak tahu sopan santun, paling juga bunga itu untuk kekasihnya. Jangan sampai aku bertemu dengannya lagi,” kesal April sambil menggerutu.Karena kesal April pun terpaksa membeli bunga yang lain dan segera pergi dari toko bunga itu.*Sesampainya di tempat acara pernikahan temannya, April di minta untuk menjadi pendamping mempelai wanita. Acara pun dimulai, tiba saatnya pendamping kedua mempelai untuk bertukar bunga.Betapa terkejutnya April saat mengetahui bahwa pendamping mempelai pria ternyata adalah pria menyebalkan yang ia temui di toko bunga beberapa saat yang lalu.Namun April berusaha menahan amarahnya sampai acara selesai dan bersiap untuk memarahi pria tersebut habis-habisan.“Hai Nona, sepertinya kita berjodoh ya buktinya kita bertemu lagi di sini,” sapa pria yang sudah berganti pakaian dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja putih di dalamnya itu sambil menghampiri April yang sedari tadi menatapnya dengan wajah ingin menerkam dirinya.“Berjodoh denganmu? Dasar pria tidak tahu sopan santun, bukannya meminta maaf sudah merebut bungaku tadi malah sok akrab,” sahut April dengan sinis.“Sudahlah, jangan terlalu galak begitu. Bagaimana kalau kita berdansa?” tawar pria itu.“Berdansa denganmu? Maaf ya sebelumnya apa kita saling kenal?” tanya April dengan sinis kemudian pergi berlalu dari pria itu.“Kamu ini galak sekali, tunggu,” kata pria itu menahan lengan April agar tidak pergi."Perkenalkan, namaku Alan,” ujar Alan dengan mengulurkan tangannya untuk mengajak April berkenalan.April hanya melirik sekilas tangan Alan yang terulur padanya untuk berkenalan, kemudian ia pergi berlalu meninggalkan Alan yang dibuat bingung dengan tingkahnya.Tanpa sepengetahuan April, ternyata Alan mengikutinya dari belakang. Saat gadis itu akan menyeberang jalan, ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang dan hampir menabraknya namun dengan sigap Alan yang berada di belakangnya langsung menarik dalam dekapannya.Mata keduanya saling bertemu dan bertatapan lama sekali, jantung mereka berdebar seiring dekapan Alan pada April yang semakin erat.Deg...Deg...“Mengapa jantungku berdebar seperti ini saat menatapnya, terasa nyaman dan damai sekali dalam dekapannya,” batin April.Hati Alan pun merasakan hal yang sama, “Kenapa aku tidak bisa berhenti menatapnya, jantungku berdebar cepat sekali. Inikah yang dinamakan love at the first sight?” tanya Alan pada batinnya.Setelah beberapa lama mereka saling bertatapan, April tersadar dan langsung melepaskan diri dari dekapan Alan.“Emm,thanks ya,” ucap April dengan lirih.“What do you say? I don’t hear it,” sahut Alan sambil mendekatkan telinganya pada wajah April.“THANK YOU. Kurang jelas?” balas April dengan kesal.“It’s ok, itu bukan apa-apa,” kata Alan sambil berlalu meninggalkan April.“Dasar pria sombong,” cibir April.Alan yang mendengar nya langsung berbalik, “Kamu mengatakan sesuatu?”“Tidak ada, sepertinya kamu salah dengar,” jawab April berbohong.Lalu April pun pulang ke rumahnya, ia tak menyangka bisa bertemu dengan seorang pria yang menurutnya aneh, sombong, dan sama sekali berbeda dengan pria idamannya yang baik, pengertian dan lemah lembut seperti Andrew.*Keesokan harinya di kantor, betapa terkejutnya April saat melihat Andrew sudah berada di ruang kerjanya.“Andrew, sedang apa kamu di sini?” tanya April dengan meletakkan tas kerjanya di meja.“Hai, morning. Karena perusahaan kita sudah merger, jadi aku akan pindah ke sini mulai hari ini,” jawab Andrew sambil menampakkan senyum manisnya.“Ah... ya... kenapa aku bisa lupa, selamat bergabung ya Andrew,” ujar April antusias.April sangat senang mendengar kabar itu dari Andrew.“Ya, mulai sekarang kita akan bertemu setiap hari Pril,” kata Andrew dengan menunjukkan dimple di kedua pipinya.Karena sangat senang April pun tidak sengaja langsung memeluk Andrew, “Aku senang sekali, semoga kamu betah ya disini.”Andrew yang kaget karena refleks Ia pun mengeratkan pelukan April, “Aku jauh lebih senang Pril dan pastinya akan sangat betah di sini.”April menyadari pelukan Andrew yang semakin erat, segera melepas pelukan mereka.“Emm..., maaf ya aku terlalu senang tadi. Sekali lagi selamat bergabung ya.”“Thanks ya... anyway, ruang kerjaku ada di sebelah ruanganmu. Jadi kalau kamu membutuhkan bantuanku panggil saja aku,” kata Andrew dengan memainkan alisnya.“Oke,” sahut April sambil tersenyum.**April sangat senang dengan kehadiran Andrew di kantornya. Kehadiran pria itu membawa semangat tersendiri untuknya, karena menurut April hanya Andrew-lah sahabat atau orang terdekatnya sekarang yang selalu ada untuknya dan mendengar semua keluh kesahnya. Namun berbeda dengan Andrew yang mengartikan lain dengan kedekatan mereka. Andrew berharap April adalah gadis yang selama ini dicarinya, yang akan menemani hidupnya dalam susah maupun senang. Ia berharap gadis itu dapat menjadi miliknya dan ibu dari anak-anaknya kelak. Jam kantor pun usai, Andrew menawarkan pada April agar mau di antar pulang olehnya.“Hey, kenapa kamu suka sekali melamun sih?” tanya April dengan heran pada Andrew.Andrew pun tersadar dari lamunannya tentang April, “Aah.. tidak, emm.. bolehkah aku mengantarmu pulang?” tawar Andrew.“Tidak perlu Andrew, sudah ada sopir yang mengantarku,” tolak April halus.“Suruh saja sopirmu pulang sendiri, ayolah aku ingin mengantarmu. Kumohon?” pinta Andre
Keesokan paginya, Andrew datang ke rumah April untuk menjemputnya. Namun gadis itu belum bangun sehingga papinya yaitu Pak Arsene menyuruh Andrew untuk membangunkannya.“Sepertinya April belum bangun, kamu masuk saja ke kamarnya,” ucap Pak Arsene, papi April sambil menikmati secangkir kopi.Andrew sudah beberapa kali main ke rumah April, sehingga membuatnya sedikit akrab dengan papi April.“Baik om, saya permisi ya,” ujar Andrew dengan sopan.Andrew pun bergegas naik ke lantai atas untuk membangunkan April dikamarnya.Ternyata April masih terlelap dalam mimpi indahnya, hingga Andrew tidak tega untuk membangunkannya. Jadilah dia hanya memandangi gadis itu yang sedang tidur dengan pulasnya.“Damai sekali rasanya melihat wanita yang sangat kucintai sedang terlelap seperti ini,” ujar Andrew sambil mengelus rambut April dengan lembut, “Cantiknya,” ucapnya tak henti-hentinya mengagumi gadis itu.Merasa ada yang mengganggu tidur lelapnya, perlahan April p
Malam sudah larut saat Alan mengantar April pulang ke rumahnya. Papi April yang melihat putrinya di antar pulang oleh seorang pria yang belum di kenalnya ada perasaan tidak suka karena ia berharap putrinya bisa menikah dengan lelaki pilihannya, yaitu Andrew.“Siapa lelaki itu?” tanya Pak Arsene saat April baru saja masuk ke dalam rumah.“Emm... papi kenapa belum tidur,” jawab April, seolah tak mendengar pertanyaan papinya.“Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab saja pertanyaan papi tadi,” tegas Pak Arsene dengan menatap tajam kepada putrinya.“Baiklah, namanya Alan pi. Dia teman April,” dusta April pada papinya.“Lain kali papi tidak mau melihat kamu pergi dengan lelaki lain kecuali dengan Andrew. Sekarang kamu lekas tidur, sudah malam.” “Selain Andrew? Maksud papi Apa?” tanya April yang tidak mengerti dengan maksud papinya.“Kita bicarakan ini besok pagi, sekarang kamu tidur ya sayang,” perintah Pak Arsene lalu mengecup kening April.“Baik p
Betapa terkejutnya April saat mengetahui bahwa ternyata adik Andrew adalah Alan, begitu pula dengan Alan yang tidak kalah terkejutnya bahwa wanita yang dicintai dan diceritakan kakaknya selama ini adalah April, kekasihnya.Andrew sangat merasa telah di bohongi oleh mereka, karena ia tidak mengetahui bahwa kekasih adiknya selama ini adalah April wanita yang sangat ia cintai. Merasa kecewa dengan April dan Alan, Andrew memilih pergi untuk menenangkan dirinya. April pun mengejar Andrew untuk menjelaskan semuanya, akhirnya ia ikut pergi bersama pria itu. Tanpa sepengetahuan mereka, Alan mengikuti mobil keduanya dari belakang.“Andrew tolong dengarkan penjelasanku. Aku sama sekali tidak tahu jika Alan adalah adikmu,” ujar April berusaha menjelaskan kepada Andrew.Andrew hanya diam tidak menanggapi, lalu memarkirkan mobilnya di tepi jalan yang sepi dan ia pun turun kemudian berteriak meluapkan semua amarah dan rasa kecewa yang sedang ia rasakan.“ARRRRGH! Mengapa
Sebelum Andrew melanjutkan perkataannya April segera mematikan laptopnya dan merapikan meja kerjanya bersiap untuk segera pulang. Melihat reaksi April, Andrew merasa senang karena gadis itu mau menerima ajakannya untuk makan bersama. “Permulaan yang bagus,” batin Andrew sambil tersenyum penuh kemenangan.“Ternyata kamu ini cerewet sekali ya,” kata April seraya mengambil tasnya lalu keluar dari ruangannya, di ikuti Andrew di belakangnya.“Hehehe... Jadi kita akan makan di mana?” tanya Andrew antusias.“Terserah kamu saja,” jawab April dengan tidak semangat.Akhirnya mereka makan malam di sebuah restoran khas Indonesia. Andrew yang merasa asing dengan semua makanan yang ada di menu menjadi bingung hingga akhirnya ia mengikuti April yang sama-sama memesan bakso dan memilih waffle kesukaannya sebagai dessert. Tentu saja waffle yang di sajikan ala Indonesia.Selesai makan malam, April meminta Andrew untuk segera mengantarnya pulang. Namun Andrew malah memba
Ponsel April berdering, menampilkan panggilan masuk dari Alan namun ia enggan untuk menjawabnya.“Kenapa tidak di jawab? Apa kalian sedang bertengkar?” tanya Andrew ingin tahu.April hanya diam dan menggeleng pelan, ia belum bercerita pada siapa pun termasuk Andrew tentang apa yang di lihatnya tadi siang yang membuatnya sangat terluka.*Keesokan harinya, Alan mendatangi April di kantornya untuk meminta penjelasan mengapa April tidak mau bertemu dan menjawab telepon darinya. Namun April selalu menghindar, beralasan bahwa ia sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Alan menjadi bingung mengapa April tiba-tiba menghindarinya.[To Alan : Pulanglah, aku sedang sibuk dan tidak bisa diganggu.][To April : Aku akan menunggumu.][To Alan : Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, pulanglah.][To April : Tidak apa, selesaikanlah. Aku akan tetap menunggu di sini sampai kamu pulang.]April merasa kesal karena Alan tidak mau pulang, ia pun memilih me
“Lalu sampai kapan kamu akan seperti ini? Apakah semua akan selesai dengan kamu berdiam menyimpan semuanya sendiri seperti ini? Mungkin kakak tidak bisa menyelesaikan masalahmu, tapi setidaknya berilah kakak kesempatan untuk membantumu.”Kemudian April menangis dan Zac pun memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang, “Menangislah jika itu bisa membuat hatimu lebih baik,” kata Zac sambil mengelus rambut adiknya untuk menenangkannya.Lalu mengalirlah begitu saja cerita April pada Zac tentang apa yang telah ia lihat hingga membuatnya bersedih dan tidak mau bertemu dengan Alan.“Kakak sangat mengerti bagaimana perasaanmu, tapi apa tidak sebaiknya kamu tanyakan pada Alan siapa sebenarnya wanita dan anak kecil yang kamu lihat itu,” kata Zac memberi saran.“Anak kecil itu memanggil Alan dengan sebutan daddy kak, aku tidak siap kalau harus mengetahui kenyataan jika memang benar dia adalah...” April tidak sanggup melanjutkan perkataannya, air mata menetes begitu saja lalu i
Di rumah April, acara pertunangan di gelar...Dibalut gaun berwarna nude, dengan riasan wajah natural dan rambut ikal yang di gerai April terlihat sangat menawan dan membuat semua mata di ruangan tersebut tertuju padanya.“Tahukah kamu Alan, meski aku memilih bertunangan dengan Andrew tapi di dalam hati dan pikiranku hanya ada kamu,” batin April seraya menatap sendu pada Alan yang menatapnya dari kejauhan.“April kamu terlihat sangat cantik, namun hatiku terlalu sakit melihat kamu berdiri di sana tapi bukan denganku. Hancur rasanya karena kamu lebih memilih Kak Andrew daripada aku,” batin Alan seraya memandangi April dan Andrew dari kejauhan.Acara pertunangan di mulai, tiba saatnya April dan Andrew untuk bertukar cincin. Andrew memasangkan cincin di jari manis April begitu pula sebaliknya. Semua orang bergantian memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua.Tiba saatnya Alan untuk memberikan ucapan kepada April dan Andrew, ia mencoba bersikap setenang mun
“Uncle, Miq boleh cium adik tidak?” tanya Miquel berjalan mendekat pada Alan. “Tentu saja boleh, pelan-pelan ya biar adiknya tidak terbangun,” jawab Alan seraya menunduk lalu Miquel segera mencium dengan lembut pipi Alana. “Terima kasih ya uncle, dad... mom... tolong buatkan adik juga untuk Miq ya, biar Miq tidak kesepian main sendirian,” pinta Miquel dengan polosnya membuat seluruh anggota keluarga tertawa dengan permintaannya. “Iya sayang,” sahut Zac dan Emily dengan kikuk. “Alan, mama mau gendong cucu mama juga,” pinta Bu Amelia seraya mengambil Alana dari gendongan Alan. “Gantian ma, papa juga ingin gendong,” timpal Pak George tidak sabaran. “Sabar pa, baru juga mama gendong. Halo cantik ini grandma,” sapa Bu Amelia seraya mencium puncak kepala Alana dengan gemas. “Jangan lama-lama ya. Aku pun mau menggendong cucuku,” ujar Pak Arsene tak ingin kalah. “Sabar ya semuanya, nanti pasti dapat giliran gendong Alana. Sekarang kita biarkan April beristira
BRUM!! BRUM!! “Sayang pelan-pelan, jangan sampai nanti kamu cedera lagi,” ujar April mengingatkan seraya memeluk erat suaminya dari belakang. “Iya oke, maaf ya sayang,” sahut Alan dengan memelankan laju motornya. Kini April dan Alan tengah naik motor berdua keliling kota untuk bernostalgia masa-masa awal mereka saat berpacaran dan Alan masih menjadi seorang pebalap. April selalu setia menemaninya di setiap seri balapan membuat Alan selalu bersemangat hingga ia bisa memenangkan trophy di berbagai kejuaraan. Namun kini semua itu harus Alan kenang saja karena kondisinya pasca operasi yang tidak bisa dipaksakan untuk membalap lagi. “Sayang,” panggil Alan lembut, kini ia melajukan motornya dengan stabil. “Iya,” sahut April singkat. “Mau makan di mana? “Hmmm... aku ingin makan mie ayam yang di pinggir jalan itu. Kita ke sana ya,” ajak April antusias. “Sayang, ingat kamu sedang hamil. Jangan makan pinggir jalan begitu tidak higienis sayang,” tolak Alan denga
Tok! Tok! Tok!“Ya masuk,” sahut April dari dalam ruangan.Alan segera masuk lalu menutup pintu, “Hai sayang...,” sapanya ketika sudah berada dalam ruangan April.April beranjak dari kursi untuk menyambut suaminya, “Sayang, masih jam 2. Kenapa kamu sudah jemput?”“Pekerjaan kamu bisa ditinggal tidak untuk 1 atau 2 minggu ke depan?” “Lama sekali, memang ada acara apa?”“Aku ingin kita pergi berbulan madu sayang.”“Bisa saja sih aku tinggalkan selama itu, karena Kak Emily sudah bisa aku andalkan untuk menggantikan posisiku sementara.”“Kalau begitu tunggu apa lagi, sekarang juga kita berangkat ya.”“Tapi kan aku belum bersiap-siap.”“Sayang, semuanya sudah aku persiapkan. Percayakan padaku ya,” pinta Alan seraya tersenyum lebar.Melihat keseriusan suaminya, membuat April tak dapat menolaknya, “Baiklah, aku ikut ke mana pun kamu membawaku,” sahutnya kemudian.Semua pekerjaan telah di serah terimakan oleh April kepada Emily, b
Malamnya dalam kamar pengantin, di rumah baru April dan Alan...“Aku memang telah mengenal banyak wanita sebelum bertemu denganmu, namun sejak pertemuan pertama kita aku tidak pernah bisa melupakanmu dan menghapus dirimu dari isi kepalaku begitu saja. Pertemuan demi pertemuan yang kita lewati membuatku tersadar bahwa aku harus berhenti dalam pencarian cintaku, karena aku telah menemukan sosok yang aku cari selama ini di dalam dirimu. Seorang wanita yang baik hati, mandiri, tegas dan sangat cantik.”“Pernah kehilangan kamu membuatku memahami bahwa kita tak perlu terlalu erat dalam menggenggam sebuah cinta, kita hanya perlu menjaganya dengan sepenuh hati dan keyakinan sampai tiba saatnya Tuhan mempersatukan kita kembali seperti saat ini. Hatiku selalu menghangat saat bersamamu, jantungku selalu berdegup dengan kencang bila di dekatmu, hingga bisa aku yakini bahwa cintaku memanglah kamu,” ujar Alan seraya menggenggam jemari April dengan tatapan penuh cinta.Mendengar per
Bulan April telah tiba, bulan di mana April dan Alan akan melangsungkan pernikahan mereka yang mana hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun April. Mereka ingin agar saat merayakannya nanti sekaligus bisa merayakan dua momen penting dalam hidup keduanya, yaitu hari lahir April dan anniversary pernikahan mereka.Acara pernikahan April dan Alan cukup sederhana namun tetap elegan karena di gelar di halaman belakang rumah keluarga Alexander. Menggunakan konsep outdoor dengan hiasan bunga mawar putih yang mendominasi membuat suasana lebih terasa romantis, diiringi pemain band yang siap menyambut para tamu. Mereka ingin acara ini terasa lebih terasa kekeluargaan, untuk itu tamu yang di undang hanya keluarga inti dan teman dekat mereka saja.Para tamu undangan telah menempati kursi mereka masing-masing, bersiap menyambut kedua calon pengantin yang akan segera memasuki ruangan acara. Alan terlebih dahulu masuk dengan di dampingi kedua orang tuanya, kemudian ia segera duduk di t
Satu bulan kemudian...Hari ini Zac dan Emily telah resmi menikah, tadi pagi keduanya telah mengikat janji untuk hidup bersama hingga akhir hidup mereka. Setelah acara resepsi, mereka segera berpamitan kepada Pak Arsene, April dan Miquel untuk pergi berbulan madu ke luar negeri yaitu New york.“Miquel, benar tidak mau ikut sama mommy dan daddy?” tanya Emily memastikan.Miquel menggeleng cepat, “Tidak mom, nanti kalau Miq ikut kalian tidak bisa buatkan adik buat Miq,” sahutnya dengan polos.“Siapa yang berkata seperti itu sayang?”“Daddy,” sahut Miquel dengan tersenyum polos, kini Zac tengah menjadi pusat perhatian karena semua menatap tajam ke arahnya.April menepuk pelan lengan Zac, “Kamu ini kak, jangan ajari anakmu yang tidak-tidak,” tuturnya.“Ehehe iya maaf, Miquel kalau mau ikut boleh sayang. Nanti bisa sekalian liburan di sana ya,” kata Zac dengan terkekeh pelan.“Tidak dad, Miq kan harus sekolah. Lagi pula di sini sudah ada aunty dan
Liburan telah usai, kini semua telah kembali pada rutinitas masing-masing. April tengah sibuk membuat sebuah desain gaun pengantin untuk Emily dan kakaknya, Zac. Kemudian sebuah notif pesan muncul di ponselnya.Ting![To April : Sayang, nanti malam kita makan di luar ya.][To Alan : Kenapa tidak di rumah saja? Memang ada acara apa?][To April : Nanti juga kamu akan tahu. Aku jemput di butik atau rumah?][To Alan : Di butik saja.][To April : Oke sayang, nanti jam 7 malam aku jemput di butik ya. Bersiaplah, i love you.]April hanya tersenyum membaca kalimat terakhir dari pesan yang di kirimkan oleh Alan untuknya. Hubungan mereka kini telah membaik, dengan restu kedua belah pihak keluarga semakin menambah keyakinan cinta mereka akan berlabuh ke arah mana nantinya.*Di sisi lain, Emily dan Zac tengah mempersiapkan acara pernikahan mereka yang akan di gelar bulan depan. Kini mereka dan juga Miquel tengah melihat gedung yang akan di gunakan u
Satu bulan berlalu...Hari ini adalah hari yang telah di tentukan untuk berlibur bersama. Sesuai janji April, Alan dan Andrew waktu itu mereka akan liburan bersama dengan pasangan masing-masing. April dan Alan, Clara dan Dafa, Zac dan Emily, serta pasangan baru Andrew dan Luna.Selama satu bulan ini, hubungan Andrew dan Luna semakin dekat. Pria itu kerap mengantar sekretarisnya untuk pulang dan tak jarang ia akan menjemputnya untuk berangkat ke kantor bersama. Di luar pekerjaan, mereka pun sering pergi bersama hal itu membuat hubungan mereka semakin dekat dan perlahan Andrew mulai bisa melupakan cintanya pada April dengan menerima hadirnya Luna untuk mengisi kekosongan di hatinya.Begitu pun Zac dan Emily, hubungan keduanya semakin membaik setelah Pak Arsene merestui hubungan mereka. Ternyata diam-diam Pak Arsene telah menyelidiki latar belakang Emily sejak wanita itu mulai bekerja di rumahnya. Beliau sangat terkejut begitu mengetahui bahwa Emily adalah mantan kekasih
Mendengar penuturan Andrew padanya, membuat April tanpa terasa meneteskan air matanya. Merasa terharu dengan cinta yang lelaki itu berikan padanya, begitu besar dan tulus namun tak mengharap balasan darinya. April merasa beruntung bisa mengenal pria sebaik Andrew, ia menyesal telah menyakiti orang sebaik itu. Namun hatinya tak bisa di paksakan, cintanya telah memilih Alan bukan Andrew.“Baiklah Andrew, aku akan memikirkan kembali perkataanmu. Terima kasih banyak ya, maaf karena aku sudah menyakiti pria sebaik kamu,” ujar April penuh penyesalan, kini ia semakin menangis terisak lalu Andrew pun memeluk gadis itu untuk menenangkannya.“Tenanglah, tidak ada yang perlu di maafkan ya. Bukan salahmu karena telah membuatku jatuh cinta, harusnya aku yang sadar diri karena sejak awal cintamu hanya untuk Alan dan bukan diriku,” ucap Andrew seraya tersenyum getir.April semakin terisak dalam pelukan Andrew, tanpa mereka tahu Alan juga berada di kafe itu. Sejak Alan memasuki kafe,