“Lalu sampai kapan kamu akan seperti ini? Apakah semua akan selesai dengan kamu berdiam menyimpan semuanya sendiri seperti ini? Mungkin kakak tidak bisa menyelesaikan masalahmu, tapi setidaknya berilah kakak kesempatan untuk membantumu.”
Kemudian April menangis dan Zac pun memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang, “Menangislah jika itu bisa membuat hatimu lebih baik,” kata Zac sambil mengelus rambut adiknya untuk menenangkannya.Lalu mengalirlah begitu saja cerita April pada Zac tentang apa yang telah ia lihat hingga membuatnya bersedih dan tidak mau bertemu dengan Alan.“Kakak sangat mengerti bagaimana perasaanmu, tapi apa tidak sebaiknya kamu tanyakan pada Alan siapa sebenarnya wanita dan anak kecil yang kamu lihat itu,” kata Zac memberi saran.“Anak kecil itu memanggil Alan dengan sebutan daddy kak, aku tidak siap kalau harus mengetahui kenyataan jika memang benar dia adalah...” April tidak sanggup melanjutkan perkataannya, air mata menetes begitu saja lalu iDi rumah April, acara pertunangan di gelar...Dibalut gaun berwarna nude, dengan riasan wajah natural dan rambut ikal yang di gerai April terlihat sangat menawan dan membuat semua mata di ruangan tersebut tertuju padanya.“Tahukah kamu Alan, meski aku memilih bertunangan dengan Andrew tapi di dalam hati dan pikiranku hanya ada kamu,” batin April seraya menatap sendu pada Alan yang menatapnya dari kejauhan.“April kamu terlihat sangat cantik, namun hatiku terlalu sakit melihat kamu berdiri di sana tapi bukan denganku. Hancur rasanya karena kamu lebih memilih Kak Andrew daripada aku,” batin Alan seraya memandangi April dan Andrew dari kejauhan.Acara pertunangan di mulai, tiba saatnya April dan Andrew untuk bertukar cincin. Andrew memasangkan cincin di jari manis April begitu pula sebaliknya. Semua orang bergantian memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua.Tiba saatnya Alan untuk memberikan ucapan kepada April dan Andrew, ia mencoba bersikap setenang mun
Tiga hari kemudian...April sedang sendiri di rumah sakit karena Andrew pergi bekerja dan Zac juga harus menggantikannya di kantor, sedangkan papinya ada tugas di luar kota yang tidak bisa di tinggalkan. Sebenarnya Bu Amelia mama Andrew dan Alan bisa menjaga April, namun karena sakit kepalanya kambuh ia meminta tolong Alan untuk menjaga calon kakak iparnya itu. Dengan senang hati Alan memenuhi permintaan mamanya untuk ke rumah sakit menjaga April.April tengah duduk di ranjang rumah sakit sambil melamun, hingga ia tidak menyadari saat Alan datang untuk menjaganya.“Selamat pagi nona, dari pada kamu melamun seperti itu bagaimana kalau kita jalan-jalan keliling taman?” ajak Alan.“Alan, untuk apa kamu di sini. Aku tidak mau,” tolak April langsung.“Untuk apa? Tentu saja untuk menjaga tuan putri yang cantik ini.”“Aku tidak perlu jalan-jalan apa lagi dengan kamu, jadi tolong tinggalkan aku sendiri sekarang,” pinta April.Tanpa menunggu persetuju
“Kenapa terburu-buru? Katanya mau belanja keperluan Miquel,” tanya Alan bingung melihat Emily yang bergegas masuk ke mobilnya.“Nanti aku jelaskan, sekarang lebih baik kita segera pergi dari sini,” jawab Emily seraya mengenakan sabuk pengaman.Alan tak banyak bertanya lagi, Emily segera melajukan mobilnya meninggalkan area supermarket. Zac yang tidak sengaja melihat kebersamaan mereka mengira Alan ada hubungan dengan mantan kekasihnya, Emily.“Apa benar itu anak kita Ly? kenapa kamu tidak pernah memberi tahu aku. Dan kenapa kamu bersama Alan, apa kalian punya hubungan? Aku akan berusaha mencari tahu sendiri,” gumam Zac pada dirinya sendiri.*Andrew mengantar April yang baru pulang dari rumah sakit ke rumahnya. Kedatangan April kembali ke rumah di sambut dengan penuh kegembiraan oleh papi dan kakaknya.“Selamat datang kembali di rumah ini sayang, maafkan papi tidak bisa menemani kamu di rumah sakit kemarin,” kata Pak Arsene menyambut putrinya dengan pel
April dan keluarganya beserta Andrew sedang berkumpul di ruang tamu saat Alan dan Emily datang. April dan Zac sangat terkejut begitu mengetahui bahwa Emily adalah orang yang dimaksud Andrew untuk menjaganya.“Bukankah dia wanita dan anak kecil yang memanggil Alan dengan sebutan daddy? Kalau dia sepupu Andrew itu artinya dia juga sepupu Alan, berarti selama ini... lalu kenapa anaknya memanggil Alan dengan sebutan daddy?” gumam April bertanya tanya pada batinnya sendiri.“Jadi benar Emily sepupu Andrew adalah Lily, dan Alan... berarti juga sepupunya. Lalu siapa anak kecil ini, apa dia anakku? Atau Lily sudah punya suami?” gumam Zac pada batinnya.April dan Zac tidak berhenti menatap terkejut dengan kehadiran Emily dan Alan. Begitu pun dengan Emily, ia tidak menyangka bahwa Zac adalah kakak April. Dan ia akan bekerja di rumahnya bersama Miquel, itu artinya mereka akan bertemu setiap hari. Ingin rasanya Emily lari dan pergi dari hadapan mereka, namun ia tidak bisa melakuk
April hanya bisa meneteskan air mata, ingin rasanya ia kembali pada Alan dan meminta maaf atas semua kesalah pahaman di antara mereka. Namun ia tidak bisa menyakiti keluarganya terutama papinya, batinnya seolah menjerit meminta Alan untuk membebaskannya dari semua perjodohan ini.“Hey, kamu menangis?” tanya Alan seraya mengusap air mata di pipi April, “Ada apa?” tanyanya lagi dengan lembut.April hanya menggeleng, namun air matanya tidak dapat ia bendung lagi. Ia semakin menangis sesenggukan hingga Andrew datang dan mengira Alan telah menyakiti tunangannya.“Apa yang kamu lakukan pada April? Kenapa dia menangis Alan!?” tanya Andrew setengah membentak.“Aku tidak...” Belum sempat Alan menjelaskan, April menyuruhnya pergi.“Aku tidak apa-apa. Sebaiknya kamu pergi Alan,” usir April dengan memalingkan wajahnya.“Tapi Pril, aku belum selesai bicara,” tolak Alan.“Kamu dengar kan apa kata April, segera pergi dari sini!” bentak Andrew, lalu Alan pun menga
Setelah berkonsultasi dengan dokter, terapi pun di mulai. Dengan di bantu oleh suster April mulai berdiri dari kursi rodanya. Kakinya sekarang sudah tak sesakit saat pertama kali ia terapi, perlahan ia mulai berjalan dengan berpegangan pada tangan suster. Sedangkan Alan berada di sisi kirinya, karena April tidak mau di bantu olehnya.Beberapa langkah berjalan April mulai bisa menyeimbangkan tubuhnya, ia meminta suster untuk melepas pegangannya. Perlahan suster pun menuruti untuk melepas pegangan tangan April, dan ia pun mulai berjalan sendiri.Selangkah...Dua langkah...Berjalan dengan perlahan, namun di langkah ke tiga tubuhnya oleng ke kiri dengan sigap Alan menangkapnya sehingga April tidak sampai terjatuh.April dan Alan saling bertatapan beberapa saat.Dug... dug... dug...Bunyi irama jantung keduanya seakan bersahutan, menyampaikan getaran cinta yang saling mereka tutupi. Alan merindukan saat seperti ini, begitu pun April. Namun egonya masih
Merasa tidak dibutuhkan lagi kehadirannya Alan pamit untuk pulang, “Aku pulang dulu ya, besok aku jemput lagi untuk terapi.”“Iya Alan, terima kasih ya. Kamu hati-hati di jalan,” pesan April.“Emmm..., aku rasa besok kamu tidak perlu mengantar April. Biar aku saja,” sela Andrew.“Tapi Andrew, kalau tiba-tiba klien kamu telepon lagi bagaimana?”“Sweety, aku kan sudah janji sama kamu. Besok pagi aku antar ya, kamu bisa pulang sekarang Alan,” usir Andrew sambil mencium kening April menunjukkan kepemilikannya di sana.Alan merasa tidak tahan melihat mereka dan ingin segera pergi dari kamar April, “Baiklah,” sahut Alan singkat lalu berjalan keluar kamar April.“Kamu sudah makan? Minum obat? Bagaimana tadi terapinya, lancar?” cecar Andrew tidak sabar.“Aku harus jawab yang mana dulu?” sahut April sedikit kesal.“Hehe iya maaf sweety,” ujar Andrew seraya membenarkan posisi duduknya, “Silakan kamu jawab satu persatu ya,” lanjutnya.“Iya, aku suda
Sore harinya setelah pulang dari terapi, April menemani Miquel yang sedang bermain sepeda di taman depan rumahnya. April tengah sibuk membaca buku dengan duduk di kursi taman, sambil sesekali ia melihat ke arah Miquel untuk mengawasinya dari kejauhan.Karena tidak memperhatikan ada batu di depannya akhirnya sepeda Miquel oleng dan ia pun terjatuh. BRAAAK!!April menoleh ke sumber suara tersebut dan mendapati Miquel sudah terjatuh dan menangis memegangi lututnya yang berdarah karena terbentur oleh batu. Bagai sebuah keajaiban, refleks April segera berlari menghampiri Miquel untuk segera menolongnya. Lalu ia menggendong anak itu dan membawanya dalam pelukan untuk menenangkannya.Zac, Pak Arsene dan Emily yang mendengar suara orang jatuh lalu berhamburan keluar rumah dan mendapati April yang sudah bisa berdiri dan berjalan tanpa bantuan tongkat.“April...,” panggil Zac dan Pak Arsene serempak, membuat April menoleh ke sumber suara tersebut.Lalu mereka di
“Uncle, Miq boleh cium adik tidak?” tanya Miquel berjalan mendekat pada Alan. “Tentu saja boleh, pelan-pelan ya biar adiknya tidak terbangun,” jawab Alan seraya menunduk lalu Miquel segera mencium dengan lembut pipi Alana. “Terima kasih ya uncle, dad... mom... tolong buatkan adik juga untuk Miq ya, biar Miq tidak kesepian main sendirian,” pinta Miquel dengan polosnya membuat seluruh anggota keluarga tertawa dengan permintaannya. “Iya sayang,” sahut Zac dan Emily dengan kikuk. “Alan, mama mau gendong cucu mama juga,” pinta Bu Amelia seraya mengambil Alana dari gendongan Alan. “Gantian ma, papa juga ingin gendong,” timpal Pak George tidak sabaran. “Sabar pa, baru juga mama gendong. Halo cantik ini grandma,” sapa Bu Amelia seraya mencium puncak kepala Alana dengan gemas. “Jangan lama-lama ya. Aku pun mau menggendong cucuku,” ujar Pak Arsene tak ingin kalah. “Sabar ya semuanya, nanti pasti dapat giliran gendong Alana. Sekarang kita biarkan April beristira
BRUM!! BRUM!! “Sayang pelan-pelan, jangan sampai nanti kamu cedera lagi,” ujar April mengingatkan seraya memeluk erat suaminya dari belakang. “Iya oke, maaf ya sayang,” sahut Alan dengan memelankan laju motornya. Kini April dan Alan tengah naik motor berdua keliling kota untuk bernostalgia masa-masa awal mereka saat berpacaran dan Alan masih menjadi seorang pebalap. April selalu setia menemaninya di setiap seri balapan membuat Alan selalu bersemangat hingga ia bisa memenangkan trophy di berbagai kejuaraan. Namun kini semua itu harus Alan kenang saja karena kondisinya pasca operasi yang tidak bisa dipaksakan untuk membalap lagi. “Sayang,” panggil Alan lembut, kini ia melajukan motornya dengan stabil. “Iya,” sahut April singkat. “Mau makan di mana? “Hmmm... aku ingin makan mie ayam yang di pinggir jalan itu. Kita ke sana ya,” ajak April antusias. “Sayang, ingat kamu sedang hamil. Jangan makan pinggir jalan begitu tidak higienis sayang,” tolak Alan denga
Tok! Tok! Tok!“Ya masuk,” sahut April dari dalam ruangan.Alan segera masuk lalu menutup pintu, “Hai sayang...,” sapanya ketika sudah berada dalam ruangan April.April beranjak dari kursi untuk menyambut suaminya, “Sayang, masih jam 2. Kenapa kamu sudah jemput?”“Pekerjaan kamu bisa ditinggal tidak untuk 1 atau 2 minggu ke depan?” “Lama sekali, memang ada acara apa?”“Aku ingin kita pergi berbulan madu sayang.”“Bisa saja sih aku tinggalkan selama itu, karena Kak Emily sudah bisa aku andalkan untuk menggantikan posisiku sementara.”“Kalau begitu tunggu apa lagi, sekarang juga kita berangkat ya.”“Tapi kan aku belum bersiap-siap.”“Sayang, semuanya sudah aku persiapkan. Percayakan padaku ya,” pinta Alan seraya tersenyum lebar.Melihat keseriusan suaminya, membuat April tak dapat menolaknya, “Baiklah, aku ikut ke mana pun kamu membawaku,” sahutnya kemudian.Semua pekerjaan telah di serah terimakan oleh April kepada Emily, b
Malamnya dalam kamar pengantin, di rumah baru April dan Alan...“Aku memang telah mengenal banyak wanita sebelum bertemu denganmu, namun sejak pertemuan pertama kita aku tidak pernah bisa melupakanmu dan menghapus dirimu dari isi kepalaku begitu saja. Pertemuan demi pertemuan yang kita lewati membuatku tersadar bahwa aku harus berhenti dalam pencarian cintaku, karena aku telah menemukan sosok yang aku cari selama ini di dalam dirimu. Seorang wanita yang baik hati, mandiri, tegas dan sangat cantik.”“Pernah kehilangan kamu membuatku memahami bahwa kita tak perlu terlalu erat dalam menggenggam sebuah cinta, kita hanya perlu menjaganya dengan sepenuh hati dan keyakinan sampai tiba saatnya Tuhan mempersatukan kita kembali seperti saat ini. Hatiku selalu menghangat saat bersamamu, jantungku selalu berdegup dengan kencang bila di dekatmu, hingga bisa aku yakini bahwa cintaku memanglah kamu,” ujar Alan seraya menggenggam jemari April dengan tatapan penuh cinta.Mendengar per
Bulan April telah tiba, bulan di mana April dan Alan akan melangsungkan pernikahan mereka yang mana hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun April. Mereka ingin agar saat merayakannya nanti sekaligus bisa merayakan dua momen penting dalam hidup keduanya, yaitu hari lahir April dan anniversary pernikahan mereka.Acara pernikahan April dan Alan cukup sederhana namun tetap elegan karena di gelar di halaman belakang rumah keluarga Alexander. Menggunakan konsep outdoor dengan hiasan bunga mawar putih yang mendominasi membuat suasana lebih terasa romantis, diiringi pemain band yang siap menyambut para tamu. Mereka ingin acara ini terasa lebih terasa kekeluargaan, untuk itu tamu yang di undang hanya keluarga inti dan teman dekat mereka saja.Para tamu undangan telah menempati kursi mereka masing-masing, bersiap menyambut kedua calon pengantin yang akan segera memasuki ruangan acara. Alan terlebih dahulu masuk dengan di dampingi kedua orang tuanya, kemudian ia segera duduk di t
Satu bulan kemudian...Hari ini Zac dan Emily telah resmi menikah, tadi pagi keduanya telah mengikat janji untuk hidup bersama hingga akhir hidup mereka. Setelah acara resepsi, mereka segera berpamitan kepada Pak Arsene, April dan Miquel untuk pergi berbulan madu ke luar negeri yaitu New york.“Miquel, benar tidak mau ikut sama mommy dan daddy?” tanya Emily memastikan.Miquel menggeleng cepat, “Tidak mom, nanti kalau Miq ikut kalian tidak bisa buatkan adik buat Miq,” sahutnya dengan polos.“Siapa yang berkata seperti itu sayang?”“Daddy,” sahut Miquel dengan tersenyum polos, kini Zac tengah menjadi pusat perhatian karena semua menatap tajam ke arahnya.April menepuk pelan lengan Zac, “Kamu ini kak, jangan ajari anakmu yang tidak-tidak,” tuturnya.“Ehehe iya maaf, Miquel kalau mau ikut boleh sayang. Nanti bisa sekalian liburan di sana ya,” kata Zac dengan terkekeh pelan.“Tidak dad, Miq kan harus sekolah. Lagi pula di sini sudah ada aunty dan
Liburan telah usai, kini semua telah kembali pada rutinitas masing-masing. April tengah sibuk membuat sebuah desain gaun pengantin untuk Emily dan kakaknya, Zac. Kemudian sebuah notif pesan muncul di ponselnya.Ting![To April : Sayang, nanti malam kita makan di luar ya.][To Alan : Kenapa tidak di rumah saja? Memang ada acara apa?][To April : Nanti juga kamu akan tahu. Aku jemput di butik atau rumah?][To Alan : Di butik saja.][To April : Oke sayang, nanti jam 7 malam aku jemput di butik ya. Bersiaplah, i love you.]April hanya tersenyum membaca kalimat terakhir dari pesan yang di kirimkan oleh Alan untuknya. Hubungan mereka kini telah membaik, dengan restu kedua belah pihak keluarga semakin menambah keyakinan cinta mereka akan berlabuh ke arah mana nantinya.*Di sisi lain, Emily dan Zac tengah mempersiapkan acara pernikahan mereka yang akan di gelar bulan depan. Kini mereka dan juga Miquel tengah melihat gedung yang akan di gunakan u
Satu bulan berlalu...Hari ini adalah hari yang telah di tentukan untuk berlibur bersama. Sesuai janji April, Alan dan Andrew waktu itu mereka akan liburan bersama dengan pasangan masing-masing. April dan Alan, Clara dan Dafa, Zac dan Emily, serta pasangan baru Andrew dan Luna.Selama satu bulan ini, hubungan Andrew dan Luna semakin dekat. Pria itu kerap mengantar sekretarisnya untuk pulang dan tak jarang ia akan menjemputnya untuk berangkat ke kantor bersama. Di luar pekerjaan, mereka pun sering pergi bersama hal itu membuat hubungan mereka semakin dekat dan perlahan Andrew mulai bisa melupakan cintanya pada April dengan menerima hadirnya Luna untuk mengisi kekosongan di hatinya.Begitu pun Zac dan Emily, hubungan keduanya semakin membaik setelah Pak Arsene merestui hubungan mereka. Ternyata diam-diam Pak Arsene telah menyelidiki latar belakang Emily sejak wanita itu mulai bekerja di rumahnya. Beliau sangat terkejut begitu mengetahui bahwa Emily adalah mantan kekasih
Mendengar penuturan Andrew padanya, membuat April tanpa terasa meneteskan air matanya. Merasa terharu dengan cinta yang lelaki itu berikan padanya, begitu besar dan tulus namun tak mengharap balasan darinya. April merasa beruntung bisa mengenal pria sebaik Andrew, ia menyesal telah menyakiti orang sebaik itu. Namun hatinya tak bisa di paksakan, cintanya telah memilih Alan bukan Andrew.“Baiklah Andrew, aku akan memikirkan kembali perkataanmu. Terima kasih banyak ya, maaf karena aku sudah menyakiti pria sebaik kamu,” ujar April penuh penyesalan, kini ia semakin menangis terisak lalu Andrew pun memeluk gadis itu untuk menenangkannya.“Tenanglah, tidak ada yang perlu di maafkan ya. Bukan salahmu karena telah membuatku jatuh cinta, harusnya aku yang sadar diri karena sejak awal cintamu hanya untuk Alan dan bukan diriku,” ucap Andrew seraya tersenyum getir.April semakin terisak dalam pelukan Andrew, tanpa mereka tahu Alan juga berada di kafe itu. Sejak Alan memasuki kafe,