Sore harinya setelah pulang dari terapi, April menemani Miquel yang sedang bermain sepeda di taman depan rumahnya. April tengah sibuk membaca buku dengan duduk di kursi taman, sambil sesekali ia melihat ke arah Miquel untuk mengawasinya dari kejauhan.
Karena tidak memperhatikan ada batu di depannya akhirnya sepeda Miquel oleng dan ia pun terjatuh.BRAAAK!!April menoleh ke sumber suara tersebut dan mendapati Miquel sudah terjatuh dan menangis memegangi lututnya yang berdarah karena terbentur oleh batu. Bagai sebuah keajaiban, refleks April segera berlari menghampiri Miquel untuk segera menolongnya. Lalu ia menggendong anak itu dan membawanya dalam pelukan untuk menenangkannya.Zac, Pak Arsene dan Emily yang mendengar suara orang jatuh lalu berhamburan keluar rumah dan mendapati April yang sudah bisa berdiri dan berjalan tanpa bantuan tongkat.“April...,” panggil Zac dan Pak Arsene serempak, membuat April menoleh ke sumber suara tersebut.Lalu mereka di“Baiklah kalau begitu, apa kamu sanggup Zac?” tanya Pak Arsene penuh harap.Zac mengangguk, “Aku akan berusaha sebisa mungkin dan terus belajar pi, aku juga sudah meninggalkan dunia keartisan untuk bisa menjalankan bisnis keluarga kita,” jawabnya penuh keyakinan membuat Pak Arsene tersenyum lalu mengangguk tanda setuju.“Kamu mau membuka bisnis apa sayang?” tanya Pak Arsene kini beralih pada putrinya.“Kalau papi izinkan, aku mau membuka butik dan memulai bisnis desain apa boleh pi?”“Apa kamu akan senang menjalaninya sayang? Kalau itu memang membuat kamu senang papi tidak mungkin akan melarang, lakukan hal yang membuat kamu bahagia ya,” ujar Pak Arsene tersenyum.April memeluk papinya, “Terima kasih ya pi, sudah selalu mengerti yang aku mau,” ujarnya, “Andai papi juga setuju dengan lelaki pilihanku, tapi nyatanya tidak seperti keinginan hatiku,” batinnya seraya melirik ke arah Andrew.Semuanya turut berbahagia dengan rencana yang akan di jalani oleh Ap
Miquel sedang berlarian di ruang tamu, lalu tanpa sengaja tubuh mungilnya menabrak Pak Arsene yang lewat di depannya.“Maaf.. maaf, Miq tidak sengaja,” lirih Miquel dengan menunduk takut dimarahi oleh Pak Arsene.Pak Arsene berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Miquel, lalu ia meraih dagu anak itu agar menatapnya, “It’s oke sayang, kamu tidak perlu takut pada kakek ya,” ujarnya lembut.“Kakek?” tanya Miquel mengernyitkan keningnya.“Iya sayang, kamu boleh panggil aku kakek. Anggap saja aku ini kakekmu ya,” sahut Pak Arsene dengan tersenyum.“Boleh Miq peluk kakek?” tanya Miquel hati-hati.“Tentu saja,” jawab Pak Arsene tersenyum ramah lalu merentangkan tangannya, kemudian Miquel memeluknya.“Terima kasih kakek,” ujar Miquel tersenyum senang dalam pelukan Pak Arsene yang memang kakek kandungnya.“Kenapa hatiku terasa nyaman saat memeluk anak ini ya, dia seperti Zac saat masih kecil. Apa mungkin... ah tidak mungkin, sepertinya ini hanya p
Luna mulai memijat dengan memutar jarinya di sekitar pelipis Andrew, ia melakukannya dengan gerakan yang sangat lembut namun bisa membuat bosnya itu memejamkan mata karena kenikmatan pijatan yang di berikan Luna.Tak terasa lima belas menit berlalu, Andrew sudah tertidur lelap dengan posisi duduk di sofa. Luna memandangi wajah lelaki yang sudah satu bulan ini ia temui hampir setiap hari yaitu bosnya, Andrew.“Kalau di perhatikan lebih dekat seperti ini, tampan juga dia. Sangat tampan malah,” batin Luna tersenyum seraya mengagumi wajah tampan pria di hadapannya.*Jam makan siang telah usai, seorang wanita berkaca mata hitam dengan rambut pendek sebahu memasuki “Aprilia’s Boutique”. Para karyawan butik menyambutnya dengan senyuman ramah dan pelayanan mereka sebaik mungkin.“Selamat siang Ibu, selamat datang di Aprilia’s Boutique. Ada yang bisa kami bantu?” tanya Bila, seorang karyawan April dengan sopan.Wanita itu melepas kaca mata hitam yang bertengger
“Apa kamu mau bertemu dengan Alan?” tawar Clara seakan paham dengan yang ada di pikiran sahabatnya.“Apa kamu bisa mengantarku?”“Tentu saja, kebetulan aku juga akan mengunjungi Dafa calon suamiku. Biasanya jam sekian mereka masih di kantor,” sahut Clara melirik jam di pergelangan tangannya.“Baiklah, tolong antarkan aku ke sana,” pinta April segera menutup laptopnya dan mengambil tasnya, lalu beranjak meninggalkan ruangannya bersama Clara.*Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat yang Clara maksud, yaitu kantor Alan dan Dafa yang diberi nama “AD93 CORPORATION”. Segera Clara mengantar April ke ruangan Alan yang berada di lantai 2.Tok.. tok... tok...“Ya masuk,” seru Alan dari dalam ruangannya.Clara membuka pintu ruangan Alan, “Hai Alan, sedang sibuk?” tanyanya dengan menyeringai.“Oh hai Ra, tidak juga. Silakan masuk, Dafa sedang keluar sebentar lagi juga kembali. Tunggu saja disini,” tawar Alan.Clara masih berdiri di ambang
Andrew masuk ke dalam ruangan Alan, “Benar yang dikatakan mama, tolong jangan temui April sampai lengan kamu terlepas dari penyangga itu,” katanya melipat tangan di depan dada.“Aku hanya ingin melihatnya, sebentar saja ma,” ucapnya tak menghiraukan perkataan Andrew.“Biarkan saja Alan menemui April sebentar, tapi setelah dokter memeriksa jahitan di lengan kamu ya,” ujar Pak George menengahi perdebatan anak-anak dan istrinya.“Terima kasih pa,” sahut Alan tersenyum senang, ia melirik Andrew yang terlihat kesal lalu keluar dari ruangannya.Sebelum menemui April, Alan telah berkonsultasi dengan dokternya. Ia tidak ingin April mengetahui bahwa ia mengalami kecelakaan dan harus melakukan operasi kecil, akhirnya ia di izinkan pergi sebentar namun tidak boleh lebih dari tiga puluh menit. Untuk itu saat Andrew mengusirnya dari ruangan April ia terpaksa pergi karena harus kembali mendapat perawatan untuk lukanya pasca operasi. *Satu bulan setelah merasa ceder
April baru menyadari satu hal, jika ia tidak bisa bersama Alan maka tidak seharusnya ia menerima Andrew. Ia tidak boleh membuat permusuhan di antara kakak beradik ini, ia harus mendamaikan mereka. Segera ia menelepon Andrew untuk datang ke kantor Alan.“Yes sweety,” sahut Andrew begitu ia menerima telepon dari April.“Apa kamu bisa menjemputku?” tanya April tanpa basa basi“Di butik kan? Tunggulah aku akan segera ke sana.”“Tidak, aku sedang berada di luar. Akan aku kirim lokasinya padamu ya.”“Baiklah sweety, i love you.”“Ok,” sahut April singkat lalu mengakhiri teleponnya dengan Andrew.Segera ia mengirim lokasi pada Andrew agar segera datang menemuinya di kantor Alan. Andrew mengernyit begitu melihat alamat yang di berikan April padanya, “Ini kan kantor Alan, untuk apa April memintaku ke sana,” gumam Andrew.Segera Andrew menutup laptopnya, mengambil kunci mobil lalu berangkat menuju kantor Alan.*“Untuk apa kamu menelepon Kak A
“Aku pun sudah rela Pril, kalau kamu memang mau memutuskan pertunangan kita. Aku tahu kamu tidak mencintaiku,” kata Andrew lirih sambil menunduk.April diam, ia menatap Alan dan Andrew bergantian. Ia menghirup napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan, “Aku sudah memutuskan,” katanya.Alan dan Andrew serempak menatap pada April, menunggu jawaban yang akan keluar selanjutnya dari gadis itu.“Aku sudah memutuskan untuk tidak memilih siapa pun di antara kalian berdua. Aku ingin kita semua berteman saja, biarkan perasaan kita mengalir seiring berjalannya waktu. Saat ini aku hanya ingin fokus pada bisnis yang baru aku rintis, untuk itu lebih baik saat ini kita berteman,” ucap April menjelaskan.Alan dan Andrew mencoba memahami dan menerima keputusan April, meski berat mereka harus menjalaninya.“Baiklah, aku akan bicara pada orang tua kita untuk membatalkan rencana pernikahan kita. Dan... memberi tahu bahwa pertunangan kita telah berakhir,” ujar Andrew dengan l
“April, apa kamu yang meminta Andrew memutuskan pertunangan kalian?” tuding Pak Arsene pada putrinya.April baru akan membuka mulutnya sebelum Andrew lebih dulu mewakilinya untuk menjawab pertanyaan dari Pak Arsene, “Tidak om, ini semua murni kesepakatan kami berdua. Jadi tolong jangan salahkan April tentang kandasnya hubungan kami, saya yang telah gagal membuatnya mencintai saya. Saya tidak akan memaksa lagi, saya tidak ingin April terus-terusan tertekan hanya karena menjalani pertunangan ini. Biarkan dia yang menentukan pilihan hatinya, saya harap semuanya mau menerima dan mendukung keputusan kami,” pinta Andrew.Semuanya terdiam mencoba mencerna setiap perkataan Andrew. April menggenggam jemari Andrew, merasa sangat berterima kasih karena Andrew sudah membela dirinya di depan papinya. Andrew membalas perlakuan April dengan senyuman tipis dan tatapan sendu di matanya.Pak Arsene sangat tahu jika putrinya masih mencintai Alan sehingga meminta Andrew untuk memutus per
“Uncle, Miq boleh cium adik tidak?” tanya Miquel berjalan mendekat pada Alan. “Tentu saja boleh, pelan-pelan ya biar adiknya tidak terbangun,” jawab Alan seraya menunduk lalu Miquel segera mencium dengan lembut pipi Alana. “Terima kasih ya uncle, dad... mom... tolong buatkan adik juga untuk Miq ya, biar Miq tidak kesepian main sendirian,” pinta Miquel dengan polosnya membuat seluruh anggota keluarga tertawa dengan permintaannya. “Iya sayang,” sahut Zac dan Emily dengan kikuk. “Alan, mama mau gendong cucu mama juga,” pinta Bu Amelia seraya mengambil Alana dari gendongan Alan. “Gantian ma, papa juga ingin gendong,” timpal Pak George tidak sabaran. “Sabar pa, baru juga mama gendong. Halo cantik ini grandma,” sapa Bu Amelia seraya mencium puncak kepala Alana dengan gemas. “Jangan lama-lama ya. Aku pun mau menggendong cucuku,” ujar Pak Arsene tak ingin kalah. “Sabar ya semuanya, nanti pasti dapat giliran gendong Alana. Sekarang kita biarkan April beristira
BRUM!! BRUM!! “Sayang pelan-pelan, jangan sampai nanti kamu cedera lagi,” ujar April mengingatkan seraya memeluk erat suaminya dari belakang. “Iya oke, maaf ya sayang,” sahut Alan dengan memelankan laju motornya. Kini April dan Alan tengah naik motor berdua keliling kota untuk bernostalgia masa-masa awal mereka saat berpacaran dan Alan masih menjadi seorang pebalap. April selalu setia menemaninya di setiap seri balapan membuat Alan selalu bersemangat hingga ia bisa memenangkan trophy di berbagai kejuaraan. Namun kini semua itu harus Alan kenang saja karena kondisinya pasca operasi yang tidak bisa dipaksakan untuk membalap lagi. “Sayang,” panggil Alan lembut, kini ia melajukan motornya dengan stabil. “Iya,” sahut April singkat. “Mau makan di mana? “Hmmm... aku ingin makan mie ayam yang di pinggir jalan itu. Kita ke sana ya,” ajak April antusias. “Sayang, ingat kamu sedang hamil. Jangan makan pinggir jalan begitu tidak higienis sayang,” tolak Alan denga
Tok! Tok! Tok!“Ya masuk,” sahut April dari dalam ruangan.Alan segera masuk lalu menutup pintu, “Hai sayang...,” sapanya ketika sudah berada dalam ruangan April.April beranjak dari kursi untuk menyambut suaminya, “Sayang, masih jam 2. Kenapa kamu sudah jemput?”“Pekerjaan kamu bisa ditinggal tidak untuk 1 atau 2 minggu ke depan?” “Lama sekali, memang ada acara apa?”“Aku ingin kita pergi berbulan madu sayang.”“Bisa saja sih aku tinggalkan selama itu, karena Kak Emily sudah bisa aku andalkan untuk menggantikan posisiku sementara.”“Kalau begitu tunggu apa lagi, sekarang juga kita berangkat ya.”“Tapi kan aku belum bersiap-siap.”“Sayang, semuanya sudah aku persiapkan. Percayakan padaku ya,” pinta Alan seraya tersenyum lebar.Melihat keseriusan suaminya, membuat April tak dapat menolaknya, “Baiklah, aku ikut ke mana pun kamu membawaku,” sahutnya kemudian.Semua pekerjaan telah di serah terimakan oleh April kepada Emily, b
Malamnya dalam kamar pengantin, di rumah baru April dan Alan...“Aku memang telah mengenal banyak wanita sebelum bertemu denganmu, namun sejak pertemuan pertama kita aku tidak pernah bisa melupakanmu dan menghapus dirimu dari isi kepalaku begitu saja. Pertemuan demi pertemuan yang kita lewati membuatku tersadar bahwa aku harus berhenti dalam pencarian cintaku, karena aku telah menemukan sosok yang aku cari selama ini di dalam dirimu. Seorang wanita yang baik hati, mandiri, tegas dan sangat cantik.”“Pernah kehilangan kamu membuatku memahami bahwa kita tak perlu terlalu erat dalam menggenggam sebuah cinta, kita hanya perlu menjaganya dengan sepenuh hati dan keyakinan sampai tiba saatnya Tuhan mempersatukan kita kembali seperti saat ini. Hatiku selalu menghangat saat bersamamu, jantungku selalu berdegup dengan kencang bila di dekatmu, hingga bisa aku yakini bahwa cintaku memanglah kamu,” ujar Alan seraya menggenggam jemari April dengan tatapan penuh cinta.Mendengar per
Bulan April telah tiba, bulan di mana April dan Alan akan melangsungkan pernikahan mereka yang mana hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun April. Mereka ingin agar saat merayakannya nanti sekaligus bisa merayakan dua momen penting dalam hidup keduanya, yaitu hari lahir April dan anniversary pernikahan mereka.Acara pernikahan April dan Alan cukup sederhana namun tetap elegan karena di gelar di halaman belakang rumah keluarga Alexander. Menggunakan konsep outdoor dengan hiasan bunga mawar putih yang mendominasi membuat suasana lebih terasa romantis, diiringi pemain band yang siap menyambut para tamu. Mereka ingin acara ini terasa lebih terasa kekeluargaan, untuk itu tamu yang di undang hanya keluarga inti dan teman dekat mereka saja.Para tamu undangan telah menempati kursi mereka masing-masing, bersiap menyambut kedua calon pengantin yang akan segera memasuki ruangan acara. Alan terlebih dahulu masuk dengan di dampingi kedua orang tuanya, kemudian ia segera duduk di t
Satu bulan kemudian...Hari ini Zac dan Emily telah resmi menikah, tadi pagi keduanya telah mengikat janji untuk hidup bersama hingga akhir hidup mereka. Setelah acara resepsi, mereka segera berpamitan kepada Pak Arsene, April dan Miquel untuk pergi berbulan madu ke luar negeri yaitu New york.“Miquel, benar tidak mau ikut sama mommy dan daddy?” tanya Emily memastikan.Miquel menggeleng cepat, “Tidak mom, nanti kalau Miq ikut kalian tidak bisa buatkan adik buat Miq,” sahutnya dengan polos.“Siapa yang berkata seperti itu sayang?”“Daddy,” sahut Miquel dengan tersenyum polos, kini Zac tengah menjadi pusat perhatian karena semua menatap tajam ke arahnya.April menepuk pelan lengan Zac, “Kamu ini kak, jangan ajari anakmu yang tidak-tidak,” tuturnya.“Ehehe iya maaf, Miquel kalau mau ikut boleh sayang. Nanti bisa sekalian liburan di sana ya,” kata Zac dengan terkekeh pelan.“Tidak dad, Miq kan harus sekolah. Lagi pula di sini sudah ada aunty dan
Liburan telah usai, kini semua telah kembali pada rutinitas masing-masing. April tengah sibuk membuat sebuah desain gaun pengantin untuk Emily dan kakaknya, Zac. Kemudian sebuah notif pesan muncul di ponselnya.Ting![To April : Sayang, nanti malam kita makan di luar ya.][To Alan : Kenapa tidak di rumah saja? Memang ada acara apa?][To April : Nanti juga kamu akan tahu. Aku jemput di butik atau rumah?][To Alan : Di butik saja.][To April : Oke sayang, nanti jam 7 malam aku jemput di butik ya. Bersiaplah, i love you.]April hanya tersenyum membaca kalimat terakhir dari pesan yang di kirimkan oleh Alan untuknya. Hubungan mereka kini telah membaik, dengan restu kedua belah pihak keluarga semakin menambah keyakinan cinta mereka akan berlabuh ke arah mana nantinya.*Di sisi lain, Emily dan Zac tengah mempersiapkan acara pernikahan mereka yang akan di gelar bulan depan. Kini mereka dan juga Miquel tengah melihat gedung yang akan di gunakan u
Satu bulan berlalu...Hari ini adalah hari yang telah di tentukan untuk berlibur bersama. Sesuai janji April, Alan dan Andrew waktu itu mereka akan liburan bersama dengan pasangan masing-masing. April dan Alan, Clara dan Dafa, Zac dan Emily, serta pasangan baru Andrew dan Luna.Selama satu bulan ini, hubungan Andrew dan Luna semakin dekat. Pria itu kerap mengantar sekretarisnya untuk pulang dan tak jarang ia akan menjemputnya untuk berangkat ke kantor bersama. Di luar pekerjaan, mereka pun sering pergi bersama hal itu membuat hubungan mereka semakin dekat dan perlahan Andrew mulai bisa melupakan cintanya pada April dengan menerima hadirnya Luna untuk mengisi kekosongan di hatinya.Begitu pun Zac dan Emily, hubungan keduanya semakin membaik setelah Pak Arsene merestui hubungan mereka. Ternyata diam-diam Pak Arsene telah menyelidiki latar belakang Emily sejak wanita itu mulai bekerja di rumahnya. Beliau sangat terkejut begitu mengetahui bahwa Emily adalah mantan kekasih
Mendengar penuturan Andrew padanya, membuat April tanpa terasa meneteskan air matanya. Merasa terharu dengan cinta yang lelaki itu berikan padanya, begitu besar dan tulus namun tak mengharap balasan darinya. April merasa beruntung bisa mengenal pria sebaik Andrew, ia menyesal telah menyakiti orang sebaik itu. Namun hatinya tak bisa di paksakan, cintanya telah memilih Alan bukan Andrew.“Baiklah Andrew, aku akan memikirkan kembali perkataanmu. Terima kasih banyak ya, maaf karena aku sudah menyakiti pria sebaik kamu,” ujar April penuh penyesalan, kini ia semakin menangis terisak lalu Andrew pun memeluk gadis itu untuk menenangkannya.“Tenanglah, tidak ada yang perlu di maafkan ya. Bukan salahmu karena telah membuatku jatuh cinta, harusnya aku yang sadar diri karena sejak awal cintamu hanya untuk Alan dan bukan diriku,” ucap Andrew seraya tersenyum getir.April semakin terisak dalam pelukan Andrew, tanpa mereka tahu Alan juga berada di kafe itu. Sejak Alan memasuki kafe,