Home / Romansa / CEO Baru Itu Mantan Rivalku / Kesialan di Hari Pertama

Share

Kesialan di Hari Pertama

Author: Moon_L03
last update Last Updated: 2025-03-06 10:30:10

Langkahnya terdengar mantap di atas lantai marmer putih mengilap lobi Cheonghwa Group. Gedung pencakar langit itu menjulang angkuh di tengah kota, tapi pagi ini, Han Ji An merasa ia mampu menyainginya, setidaknya untuk beberapa jam ke depan.

Dengan blazer abu muda, kemeja putih bersih, dan sepatu hitam yang sedikit menyakiti tumitnya, Ji An menarik napas dalam. "Mulai hari ini, aku bukan pengangguran lagi," bisiknya pelan pada diri sendiri.

Masih ada sepuluh menit sebelum waktu briefing pertamanya.

Belum sempat ia mengambil langkah lagi, suara familiar memanggilnya dari samping.

“Ji An!”

Min Ji datang sambil menggenggam dua cangkir kopi dan sandwich segitiga yang dibungkus rapi. Dengan senyum lebarnya dan poni yang sedikit berantakan karena angin, gadis itu nyaris terlihat seperti sambutan resmi perusahaan.

“Akhirnya resmi jadi pegawai Cheonghwa! Gimana perasaanmu?”

“Campur aduk,” Ji An tergelak, mencoba meredakan gugup di dadanya. “Excited, gugup, takut nyasar ke toilet direksi.”

Min Ji terkekeh sambil menyerahkan kopi padanya. “Tenang. Kalau kamu nyasar, aku tinggal pura-pura kerja di luar toilet dan kita kabur bareng. Tapi serius, aku bangga kamu keterima. Divisi keuangan tuh keras, Ji An. Tapi kamu keras kepala, jadi cocok!”

“Terima kasih, Min Ji. Kalau bukan karena kamu ngasih info lowongan ini…” Ji An menatap ke atas sebentar, mata berbinar. “Aku nggak tahu hidupku bakal ke mana.”

“Yah, sekarang hidupmu resmi ke arah meja penuh spreadsheet dan deadline!” celetuk Min Ji sambil mendorong pintu ruang istirahat kecil mereka.

Mereka menikmati kopi sejenak, sebelum Min Ji tiba-tiba melirik Ji An dengan pandangan menyelidik. Nada suaranya berubah, lebih pelan, lebih menggoda.

“Ngomong-ngomong… Cowok kemarin itu siapa?”

Ji An menoleh cepat. “Siapa?”

“Yang bikin kamu jatuh dari pot. Aku nggak akan lupa wajahnya. Ganteng, tinggi, muka CEO. Gaya jalan kayak orang punya seluruh lantai gedung.”

Ji An buru-buru menunduk, sibuk mengaduk kopi yang sudah tidak bisa lebih tercampur dari ini.

“Nggak kenal.”

“Yakin?” Min Ji menyipitkan mata, lalu mendekat sambil berbisik, “Tatapan dia waktu liat kamu tuh... kayak lagi liat hantu dari masa lalu, tapi hantunya cantik banget.”

“Cuma... kayaknya pernah satu kampus. Tapi bukan siapa-siapa,” kata Ji An cepat, tanpa menatap mata Min Ji.

Min Ji menatap temannya lekat-lekat selama tiga detik, sebelum akhirnya mundur dengan senyum licik.

“Oke. Tapi kalo kalian nikah, aku mau jadi MC di resepsinya.”

Ji An hanya bisa menepuk jidatnya. “Dasar tukang gosip.”

---

Waktu berjalan cepat. Setelah sesi briefing dan pengenalan sistem kerja yang padat, Ji An mulai bekerja dengan antusias. Tangan-tangan cekatannya menelusuri laporan-laporan lama, jari-jarinya lincah memberi catatan di sticky note. Meskipun baru hari pertama, ia tampak seperti sudah terbiasa. Fokus. Rapi. Efisien.

Jam menunjukkan pukul sebelas siang ketika sebuah notifikasi rapat massal masuk ke inbox-nya.

“Wajib hadir: Pengumuman CEO baru akan disampaikan langsung oleh Ketua Direktur.”

Suasana kantor mulai berubah. Bisik-bisik antar pegawai terdengar di mana-mana. Beberapa mengeluarkan tebakan kocak, lainnya dengan serius menyebut nama-nama orang besar di dunia bisnis.

Min Ji muncul dari balik meja, menyeret Ji An keluar. “Ayo, kita barisan depan! Biar keliatan jelas mukanya. Siapa tahu jodoh.”

Ji An hanya bisa menggeleng sambil tertawa kecil. Ia tidak menyangka hari pertamanya akan diwarnai pengumuman sebesar ini.

---

Hall utama dipenuhi staf dari berbagai divisi. Rapi, formal, sedikit tegang. Ji An berdiri di tengah kerumunan, tepat di samping Min Ji. Sesekali, pandangannya mengamati dekorasi minimalis hall dan kamera-kamera media internal yang bersiap merekam.

Pintu utama terbuka.

Suara langkah sepatu terdengar mantap.

Para staf otomatis berdiri lebih tegak. Wajah-wajah serius menggantikan gurauan.

Ketua Direktur Cheonghwa Group, pria tua berwibawa yang rambutnya putih nyaris merata, masuk terlebih dahulu—diikuti seorang pria muda berpakaian jas hitam sempurna. Potongan rambutnya rapi, langkahnya tenang. Seolah ia sudah menguasai seluruh ruangan bahkan sebelum bicara sepatah kata.

Dan di detik itulah, dunia Ji An runtuh pelan-pelan.

Napasnya tercekat. Pandangannya membeku.

Tidak salah. Itu dia.

Park Seon Woo.

Min Ji mendekat sambil berbisik pelan, matanya terbelalak, “Eh. Itu cowok kemarin, kan?!”

Ji An tak menjawab. Seluruh fokusnya hanya tertuju pada satu sosok di depan sana, yang berdiri tepat di samping Ketua Direktur. Pria yang dulu pernah berdiri di seberang ruang debat, melawan argumennya tanpa ragu, dan menatapnya dengan dingin seolah ia musuh abadi.

Kini, pria itu mengambil mikrofon.

Suara baritonnya terdengar tegas, jelas, tanpa sedikit pun keraguan.

“Mulai hari ini, saya Park Seon Woo… menerima tanggung jawab sebagai CEO Cheonghwa Group.”

Tepuk tangan bergema.

Namun bagi Ji An, dunia terasa bisu.

Ji An tidak berkedip.

Kata-kata pria itu meluncur begitu tenang, begitu stabil, seolah dunia sedang baik-baik saja. Tapi bagi Ji An, ini lebih dari sekadar pengumuman resmi. Ini semacam lelucon kosmis yang terlalu keterlaluan untuk ditertawakan.

Park Seon Woo. CEO?

Orang yang pernah jadi rival debat paling menyebalkan di kampus. Orang yang tak pernah bisa ia kalahkan dalam hal logika dan provokasi. Pria yang selalu menjawab dengan suara tenang dan sorot mata menusuk, seakan semua yang Ji An katakan tidak lebih dari kekeliruan emosional.

Dan sekarang… dia berdiri di podium, dengan jas hitam elegan dan name tag bertuliskan “Chief Executive Officer.”

Dunia memang lucu.

“Selamat kepada CEO Park,” ujar Ketua Direktur sebelum memberikan tepuk tangan.

Para staf mengikuti, satu per satu. Tepuk tangan bergema di ruangan.

Ji An ikut bertepuk tangan, karena itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan tanpa menimbulkan kecurigaan. Tapi tubuhnya menegang. Matanya tak lepas dari pria di atas panggung. Seon Woo tidak melirik ke arah audiens secara spesifik. Tapi ada satu momen singkat, sangat singkat, ketika tatapannya seperti jatuh tepat ke arah Ji An.

Atau Ji An yang terlalu sensitif?

Min Ji mencondongkan badan, lagi. “Gila, ini baru kejutan. Jadi CEO-nya orang muda, cakep, dan... kayaknya kamu beneran kenal dia, ya?”

Ji An mencubit lengan Min Ji pelan. “Ssst!”

Pidato Seon Woo tak panjang, tapi padat. Ia tidak bertele-tele. Hanya menjelaskan visinya secara singkat, menyampaikan apresiasi kepada pendahulunya, dan menyebutkan bahwa ia akan memulai masa jabatannya dengan fokus pada transparansi dan integritas di semua lini, termasuk divisi keuangan.

Kata itu “transparansi” dan “divisi keuangan” membuat Ji An kembali menegang.

Entah kenapa, sorotan matanya makin tajam. Ada hawa yang berubah. Bukan hanya karena dia kenal Seon Woo, tapi karena firasatnya berkata, ini bukan pertemuan kebetulan.

Dan Seon Woo… dari cara dia berbicara, dari gesturnya yang tak berlebihan tapi kuat, dari nada suaranya yang tak pernah tergesa, dia terlihat seperti seseorang yang tahu persis apa yang ia lakukan.

Atau lebih tepatnya… tahu siapa yang sedang ia hadapi.

Selesai pidato, hadirin kembali ke divisi masing-masing. Min Ji masih setengah kegirangan, setengah curiga. Tapi Ji An? Ia kembali duduk di meja kerjanya dengan hati berdebar tak keruan.

Ia mencoba membuka kembali lembar laporan, tapi angka-angka di layar Excel seakan menari-nari tak karuan.

Masa lalu dan masa kini bertabrakan terlalu cepat.

Dan Ji An tahu, hidupnya di Cheonghwa Group baru saja menjadi jauh lebih rumit dari yang ia perkirakan.

Min Ji menarik lengan Ji An dengan semangat. “Ya ampun, ternyata dia CEO-nya! Kamu tahu nggak sih, semua orang langsung….”

“Aku ke toilet sebentar,” ucap Ji An singkat, nyaris tanpa ekspresi.

Min Ji langsung berhenti bicara. “Kamu gak apa-apa?”

Ji An tidak menjawab. Ia hanya melangkah cepat keluar dari ruang divisi, melewati beberapa meja tanpa menyapa siapa pun. Napasnya tidak teratur. Tangannya sedikit gemetar.

Begitu tiba di toilet wanita, ia masuk ke bilik paling ujung dan mengunci pintunya.

Lalu duduk perlahan di penutup kloset.

Tangannya menutupi wajah. Dan untuk beberapa detik… hanya ada hening.

Kenapa dia di sini?

Kenapa harus dia?

Dadanya terasa sesak. Ia tidak tahu harus merasa apa. Marah? Bingung? Atau takut?

Kenangan kuliah yang selama ini ia kubur dalam-dalam, muncul kembali begitu saja. Suara Seon Woo saat debat terakhir mereka. Tatapan sinis nya. Kata-kata dingin yang menusuk.

Dan sekarang, sekarang ia adalah CEO-nya?

“Gila,” gumam Ji An lirih, menahan tawa getir.

Seolah tak cukup ia harus memulai hidup baru, kini ia juga harus menghadapi orang yang paling ingin ia hindari.

Ia menyandarkan kepalanya ke dinding bilik.

“Bukan siapa-siapa, huh…” katanya pada dirinya sendiri. Kali ini, terdengar seperti sindiran.

Ia menarik napas dalam-dalam. Lalu menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan diri.

Tak peduli siapa Park Seon Woo sekarang. Yang penting, dia bukan lagi bagian dari hidup Ji An. Dia hanya… CEO. Atasan. Titik.

Begitu ia keluar dari bilik itu, Ji An memutuskan satu hal, ia tidak akan membiarkan masa lalu mengacaukan masa depannya.

Apa pun yang terjadi di antara mereka dulu, sekarang mereka hanya rekan kerja.

Tapi dalam hatinya, ia tahu… akan sangat sulit menepati keputusan itu.

Ia merapikan blazer, memastikan wajahnya netral di depan cermin. Mata sembab sedikit, tapi bisa ditutupi dengan sedikit bedak dan senyum palsu.

Langkahnya meninggalkan toilet wanita terdengar mantap.

Namun begitu kembali ke meja kerjanya, Ji An langsung sadar satu hal.

Ia telah menjadi pion dalam permainan yang belum ia mengerti aturannya.

Dan pria yang kini duduk di puncak papan… adalah lawan lama yang tak pernah bermain tanpa strategi.

---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Pion dan Raja

    Dari lantai tertinggi Cheonghwa Group, kota Seoul terlihat seperti papan catur raksasa. Jalan-jalan menjadi garis, gedung-gedung jadi bidak. Dan manusia? Mereka pion. Bergerak sesuai aturan, tunduk pada tangan yang mengatur permainan.Seon Woo menyukai ketinggian. Ia bisa melihat semuanya dari atas. Jauh dari kebisingan, jauh dari distraksi. Tapi hari ini, satu pion tertentu menarik perhatiannya.Han Ji An.Nama itu muncul dalam berkas yang ia buka beberapa hari lalu. Awalnya ia mengabaikannya. Nama seperti ribuan lainnya. Tapi begitu melihat wajah di berkas perekrutan, semuanya berubah.Waktu tidak banyak mengubah Ji An. Masih punya tatapan yang sama, keras kepala, menantang, dan menyebalkan. Tapi sekarang… ia terlihat lebih dewasa. Lebih tajam. Lebih... rapuh.Dan hari ini, saat matanya secara tidak sengaja bertemu milik Ji An di antara kerumunan staf, Seon Woo tahu satu hal:Dinding antara masa lalu dan masa kini telah runtuh.Ia meletakkan cangkir kopinya. Berdiri. Jarinya menyent

    Last Updated : 2025-03-06
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Jangan Selidiki Terlalu Dalam!

    Dari balik layar kaca ruangannya, Seon Woo memperhatikan interaksi itu.Lee Seo Jun.Namanya tidak asing. Nama yang ada pada daftar karyawan Divisi Akutansi yang ia pantau malam itu. Lulusan Magna Cumlaude dari Universitas Keuangan, Direkrut langsung oleh Cheonghwa tiga tahun lalu. Pintar, karir yang melonjak sukses, dan yang paling penting adalah…terlalu ramah untuk ukuran orang yang bekerja di dunia yang penuh angka dingin.Seon Woo menyipitkan mata saat melihat Ji An tertawa.Tertawa.Sudah berapa lama sejak ia melihat gadis itu tertawa seperti itu?Terlalu lama.Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia tahu itu tidak penting. Itu bukan urusannya. Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam sorot mata Seo Jun yang membuat darahnya naik beberapa derajat.Bukan karena pria itu salah.Tapi karena Ji An tersenyum seperti tak ada apa-apa.Padahal ia sedang berada dalam bahaya.Dan sialnya… satu-satunya orang yang tahu sejauh mana bahaya itu….adalah dirinya.Seon Woo menghela napas, panjang dan be

    Last Updated : 2025-04-25
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   AWAL HARAPAN

    Jam dinding berdetak lambat. Di luar, suara mobil yang melintas di jalan utama terdengar sayup melewati jendela kecil kamar Ji An. Di dalam ruangan sempit berukuran tak lebih dari dua belas meter persegi itu, seorang perempuan duduk bersandar di kursi rotan yang mulai reot. Pakaian rumahnya lusuh, rambutnya dicepol asal, dan wajahnya tampak lelah. Namun, matanya penuh tekad saat menatap layar laptop yang mulai memanas di pangkuannya.Nama lengkapnya, Han Ji An! Tertulis rapi di sudut kiri atas dokumen yang sedang ia susun.Lamaran kerja.Tangannya berhenti sejenak di atas keyboard. Ia menarik napas panjang, lalu melirik ke arah kalender tempel di dinding. Tanggal 27. Sudah hampir sebulan sejak dia keluar dari tempat kerja sebelumnya, dan tiga minggu sejak ia memutuskan untuk berhenti menggantungkan harapan pada siapa pun, termasuk orang tuanya.Notifikasi dari ponsel mengalihkan pikirannya. Pesan dari Min Ji.‘Kau lihat pengumuman lowongan di Cheonghwa Group? Divisi keuangan akhirnya

    Last Updated : 2025-03-04
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   WAWANCARA

    Telepon berdering saat Seon Woo baru saja menekan tombol enter terakhir di laptopnya.Ia sempat mengabaikannya. Tapi nada dering itu tak berhenti. Dua kali. Tiga kali. Akhirnya ia menghela napas dan mengangkat tanpa melihat layar.“Apa?”“Sopan sedikit, Woo-ya. Kau bicara pada kakekmu,” jawab suara tua itu dari seberang, terdengar setengah tergesa, setengah senang.“Maaf. Aku sedang kerja.”“Bagus. Kau bisa sekalian bantu.”Seon Woo memijat pelipisnya. “Tolong jangan bilang aku harus datang ke kantor, Kek.”“Kau harus datang ke kantor. Ada dokumen penting yang tertinggal di ruanganku. Dokumen itu berada di atas meja kerjaku. Tolong antarkan ke ruang rapat lantai 15. Sekarang.”“Kek... bukankah sekretarismu bisa….,” belum sempat Seon Woo menyelesaikan ucapannya, sang kakek lebih dulu menyela.“Dia sedang menyiapkan materi tambahan. Lagipula, ini hanya lima belas menit dari tempatmu. Anggap saja olahraga ringan."Seon Woo mendongak ke langit-langit apartemennya, nyaris frustasi. “Kau se

    Last Updated : 2025-03-04
  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Rival yang Tak Terlupakan

    Tubuh Ji An membeku. Detik-detik terasa lambat ketika ia mendarat tepat di depan sepasang sepatu kulit hitam yang berdiri kaku di lantai lobi.Sepatu itu milik seseorang yang tak asing.Seseorang yang tak pernah benar-benar hilang dari kepalanya, meski sudah bertahun-tahun berlalu.Park Seon Woo.Ji An tak langsung mendongak. Ia menatap ujung jas pria itu dengan napas tercekat, berusaha meyakinkan dirinya bahwa dunia tidak sekejam itu untuk mempertemukannya secepat ini. Tapi saat suara dingin dan datar itu terdengar, seluruh tubuhnya ikut bergetar.“Masih suka jatuh di tempat yang tidak tepat, Han Ji An?”Ia akhirnya mendongak. Pandangan mereka bertemu.Dan waktu tiba-tiba menariknya kembali ke hari itu, bertahun-tahun lalu. Ketika masa-masa ia berkuliah dan terlibat dengan Seon-Woo.“Siapa yang ngasih kamu ide absurd soal kebijakan fiskal itu?”Suara Seon Woo memotong diskusi kelas, membuat semua kepala menoleh. Termasuk Ji An yang berdiri dengan spidol di tangan, baru saja menyelesa

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Jangan Selidiki Terlalu Dalam!

    Dari balik layar kaca ruangannya, Seon Woo memperhatikan interaksi itu.Lee Seo Jun.Namanya tidak asing. Nama yang ada pada daftar karyawan Divisi Akutansi yang ia pantau malam itu. Lulusan Magna Cumlaude dari Universitas Keuangan, Direkrut langsung oleh Cheonghwa tiga tahun lalu. Pintar, karir yang melonjak sukses, dan yang paling penting adalah…terlalu ramah untuk ukuran orang yang bekerja di dunia yang penuh angka dingin.Seon Woo menyipitkan mata saat melihat Ji An tertawa.Tertawa.Sudah berapa lama sejak ia melihat gadis itu tertawa seperti itu?Terlalu lama.Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia tahu itu tidak penting. Itu bukan urusannya. Tapi tetap saja, ada sesuatu dalam sorot mata Seo Jun yang membuat darahnya naik beberapa derajat.Bukan karena pria itu salah.Tapi karena Ji An tersenyum seperti tak ada apa-apa.Padahal ia sedang berada dalam bahaya.Dan sialnya… satu-satunya orang yang tahu sejauh mana bahaya itu….adalah dirinya.Seon Woo menghela napas, panjang dan be

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Pion dan Raja

    Dari lantai tertinggi Cheonghwa Group, kota Seoul terlihat seperti papan catur raksasa. Jalan-jalan menjadi garis, gedung-gedung jadi bidak. Dan manusia? Mereka pion. Bergerak sesuai aturan, tunduk pada tangan yang mengatur permainan.Seon Woo menyukai ketinggian. Ia bisa melihat semuanya dari atas. Jauh dari kebisingan, jauh dari distraksi. Tapi hari ini, satu pion tertentu menarik perhatiannya.Han Ji An.Nama itu muncul dalam berkas yang ia buka beberapa hari lalu. Awalnya ia mengabaikannya. Nama seperti ribuan lainnya. Tapi begitu melihat wajah di berkas perekrutan, semuanya berubah.Waktu tidak banyak mengubah Ji An. Masih punya tatapan yang sama, keras kepala, menantang, dan menyebalkan. Tapi sekarang… ia terlihat lebih dewasa. Lebih tajam. Lebih... rapuh.Dan hari ini, saat matanya secara tidak sengaja bertemu milik Ji An di antara kerumunan staf, Seon Woo tahu satu hal:Dinding antara masa lalu dan masa kini telah runtuh.Ia meletakkan cangkir kopinya. Berdiri. Jarinya menyent

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Kesialan di Hari Pertama

    Langkahnya terdengar mantap di atas lantai marmer putih mengilap lobi Cheonghwa Group. Gedung pencakar langit itu menjulang angkuh di tengah kota, tapi pagi ini, Han Ji An merasa ia mampu menyainginya, setidaknya untuk beberapa jam ke depan.Dengan blazer abu muda, kemeja putih bersih, dan sepatu hitam yang sedikit menyakiti tumitnya, Ji An menarik napas dalam. "Mulai hari ini, aku bukan pengangguran lagi," bisiknya pelan pada diri sendiri.Masih ada sepuluh menit sebelum waktu briefing pertamanya.Belum sempat ia mengambil langkah lagi, suara familiar memanggilnya dari samping.“Ji An!”Min Ji datang sambil menggenggam dua cangkir kopi dan sandwich segitiga yang dibungkus rapi. Dengan senyum lebarnya dan poni yang sedikit berantakan karena angin, gadis itu nyaris terlihat seperti sambutan resmi perusahaan.“Akhirnya resmi jadi pegawai Cheonghwa! Gimana perasaanmu?”“Campur aduk,” Ji An tergelak, mencoba meredakan gugup di dadanya. “Excited, gugup, takut nyasar ke toilet direksi.”Min

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Rival yang Tak Terlupakan

    Tubuh Ji An membeku. Detik-detik terasa lambat ketika ia mendarat tepat di depan sepasang sepatu kulit hitam yang berdiri kaku di lantai lobi.Sepatu itu milik seseorang yang tak asing.Seseorang yang tak pernah benar-benar hilang dari kepalanya, meski sudah bertahun-tahun berlalu.Park Seon Woo.Ji An tak langsung mendongak. Ia menatap ujung jas pria itu dengan napas tercekat, berusaha meyakinkan dirinya bahwa dunia tidak sekejam itu untuk mempertemukannya secepat ini. Tapi saat suara dingin dan datar itu terdengar, seluruh tubuhnya ikut bergetar.“Masih suka jatuh di tempat yang tidak tepat, Han Ji An?”Ia akhirnya mendongak. Pandangan mereka bertemu.Dan waktu tiba-tiba menariknya kembali ke hari itu, bertahun-tahun lalu. Ketika masa-masa ia berkuliah dan terlibat dengan Seon-Woo.“Siapa yang ngasih kamu ide absurd soal kebijakan fiskal itu?”Suara Seon Woo memotong diskusi kelas, membuat semua kepala menoleh. Termasuk Ji An yang berdiri dengan spidol di tangan, baru saja menyelesa

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   WAWANCARA

    Telepon berdering saat Seon Woo baru saja menekan tombol enter terakhir di laptopnya.Ia sempat mengabaikannya. Tapi nada dering itu tak berhenti. Dua kali. Tiga kali. Akhirnya ia menghela napas dan mengangkat tanpa melihat layar.“Apa?”“Sopan sedikit, Woo-ya. Kau bicara pada kakekmu,” jawab suara tua itu dari seberang, terdengar setengah tergesa, setengah senang.“Maaf. Aku sedang kerja.”“Bagus. Kau bisa sekalian bantu.”Seon Woo memijat pelipisnya. “Tolong jangan bilang aku harus datang ke kantor, Kek.”“Kau harus datang ke kantor. Ada dokumen penting yang tertinggal di ruanganku. Dokumen itu berada di atas meja kerjaku. Tolong antarkan ke ruang rapat lantai 15. Sekarang.”“Kek... bukankah sekretarismu bisa….,” belum sempat Seon Woo menyelesaikan ucapannya, sang kakek lebih dulu menyela.“Dia sedang menyiapkan materi tambahan. Lagipula, ini hanya lima belas menit dari tempatmu. Anggap saja olahraga ringan."Seon Woo mendongak ke langit-langit apartemennya, nyaris frustasi. “Kau se

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   AWAL HARAPAN

    Jam dinding berdetak lambat. Di luar, suara mobil yang melintas di jalan utama terdengar sayup melewati jendela kecil kamar Ji An. Di dalam ruangan sempit berukuran tak lebih dari dua belas meter persegi itu, seorang perempuan duduk bersandar di kursi rotan yang mulai reot. Pakaian rumahnya lusuh, rambutnya dicepol asal, dan wajahnya tampak lelah. Namun, matanya penuh tekad saat menatap layar laptop yang mulai memanas di pangkuannya.Nama lengkapnya, Han Ji An! Tertulis rapi di sudut kiri atas dokumen yang sedang ia susun.Lamaran kerja.Tangannya berhenti sejenak di atas keyboard. Ia menarik napas panjang, lalu melirik ke arah kalender tempel di dinding. Tanggal 27. Sudah hampir sebulan sejak dia keluar dari tempat kerja sebelumnya, dan tiga minggu sejak ia memutuskan untuk berhenti menggantungkan harapan pada siapa pun, termasuk orang tuanya.Notifikasi dari ponsel mengalihkan pikirannya. Pesan dari Min Ji.‘Kau lihat pengumuman lowongan di Cheonghwa Group? Divisi keuangan akhirnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status