"Evelyn, berhenti!" Ethan mencoba mengejar Evelyn yang berlari kencang menuruni anak tangga. Dengan perasaan emosi, Ethan mempercepat laju di kakinya saat melihat mantan Istrinya itu hendak masuk ke dalam kamarnya."BAM!"Suara bantingan daun pintu terdengar begitu nyaring saat Evelyn menutup pintu kamar. Ethan menggoyang-goyangkan gagang pintu itu dengan perasaan amarah yang sudah tidak tertahankan."Evelyn, buka! Ayo, kita bicara!" pinta Ethan di depan pintu kamar Evelyn. Evelyn yang berada di dalam kamar segera berlari ke arah tempat tidur, menjatuhkan tubuhnya yang tertelungkup di atas ranjang disertai tangisan yang pecah. Dia, mengambil bantal dan menutup kepalanya. Agar teriakan Ethan tidak terdengar olehnya. "Ethan, aku bukanlah seorang budak atau pelacur. Jika tidak ada kejelasan diantara kita, ku mohon, lepaskan aku dari belenggumu. Jangan mempermainkanku seperti yang sudah-sudah!" Evelyn menjerit bersama tangisnya di bawah bantal. Sedangkan di depan pintu kamar Evelyn, E
"Kau pikir, kau bisa keluar dari sini? Jangan bermimpi sesuatu yang tidak dapat kamu lakukan, Evelyn. Kau, akan tetap di sini dan menjadi budakku!" Evelyn melihat wajah pria itu dengan tubuh gemetaran. Wajah pria dihadapnya dipenuhi oleh darah dan satu tangannya menggenggam pistol, tatapan pria itu seperti seekor elang yang sedang menargetkan buruannya."Aku tidak akan mau menikah dengan pria sepertimu! Aku pikir, kamu adalah pria yang hanya dingin. Tapi… tapi, kau memang seorang monster, Ethan! Lepaskan aku dari sini!" "Hahaha… melepaskanmu? Lebih baik, kau mati. Biarkan aku membunuhmu dengan cara yang indah, Evelyn." Pupil mata Evelyn membola saat Ethan mengangkat pistolnya lalu diarahkan kepada Evelyn. Evelyn yang melihat nyawanya terancam, segera berlari dengan perasaan takut yang telah menyelimuti dirinya saat berlari, Kakinya gemetar begitu hebat. "Aaaaa…. Ethan, lepas! Kau benar-benar gila. Kau tidak waras!" Evelyn menjerit saat Ethan mencengkram rambut Evelyn dari belakang
"Kau akan ke perusahaan, Evelyn?" Ethan mencoba menyusul Evelyn saat dirinya tengah sarapan dan melihat Evelyn melengos begitu saja dengan wajah wanita itu tanpa Ekspresi. Dengan map di dalam dekapan, Evelyn pun menjawab, "ya…!" Dia segera menuju pintu keluar. Dari semalam, Evelyn mendiamkan pria kasar itu. Membuat Ethan semakin menggila ketika Evelyn yang ceria kini berubah dingin. 'Bagaimana konsepnya terbalik? Harusnya aku yang dingin. Kenapa harus wanita itu?' Ethan membatin kesal. Ethan berlari menyusul Evelyn saat Evelyn hendak menaiki mobil yang sudah ada supir di dalam mobil tersebut."Biar pergi bersamaku." Ethan menahan handle pintu mobil. Hening, tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Evelyn. Dengan hati-hati, Ethan yang merasa cukup bersalah pun menuntut tangan Evelyn. Membawa tangan itu ke mobilnya. Sesampainya di samping mobil, Ethan membuka pintu mobil tersebut kepada Evelyn. Evelyn menaiki mobil dengan wajah yang masih tetap sama dingin walau mentari pagi begit
"Siang!" Seru para anggota yang hadir dalam meeting. Evelyn, menatap satu per satu wajah orang-orang yang berada di meja panjang itu dengan tatapan penuh penekanan. "Aku tidak ingin membuang waktuku. Mungkin dari kalian sudah mengetahui siapa aku. Ya, aku wanita yang berasal dari sebuah perkampungan yang bekerja sebagai pemerah sapi," ucap Evelyn. Hening, tidak ada yang mencela ucapan Evelyn saat mendengar suara wanita itu terdengar begitu menekan. "Dengar, aku wanita yang begitu teliti dalam melihat situasi. Aku tidak peduli dengan pandangan kalian terhadapku seperti apa. Jadi, sebagai atasan kalian, aku tentu harus tegas dalam mendisiplinkan bawahanku! Ku harap, tidak ada yang bermain-main dalam melakukan pekerjaan," ucap Evelyn. Ruangan itu menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Awalnya mereka mengira jika Evelyn adalah wanita yang culun dan tentu memiliki tampang Idiot. Namun dugaan mereka salah. Evelyn terlihat lebih mirip seperti Setan betina yang memiliki aura ketegasan. E
Ethan kini duduk di kursi yang dingin, mata tajamnya menatap pria yang terikat di hadapannya. Pria di hadapan Ethan adalah Anak buah Antonio. Antonio, adalah pria yang pernah berhubungan dengan Alice. Dia adalah kunci di pengadilan nanti. Sudah sangat lama Ethan mencari keberadaan pria tersebut. Namun pria ini bukan sembarang pria."Katakan padaku, dimana Antonio?" tanya Ethan dengan suara rendah namun tegas.Pria itu menatapnya dengan mata yang penuh ketakutan. "Aku tidak bisa memberitahumu. Mereka akan membunuhku jika aku melakukannya."Ethan tersenyum sinis. "Oh, jangan khawatir. Jika kamu tidak memberitahuku, aku akan memastikan mereka tidak akan pernah menemukanmu."Pria itu tergagap-gagap, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Antonio sudah pergi! Dia adalah bagian dari organisasi Underground Black Scorpion. Antonio hanya ingin menghancurkan hidupmu, Ethan. Dia ingin melihatmu hancur!"Ethan merenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. "Hancur? Alasannya? berikan semua
"Bella! Apa yang terjadi?" Evelyn diserang kepanikan yang luar biasa, saat melihat sekretarisnya itu kini, sudah terbaring tak sadarkan diri bersama dengan beberapa petugas keamanan yang berjaga di depan pintu ruangan Evelyn. Evelyn menatap Alice yang berjalan di samping tubuhnya. "Apa yang kau lakukan kepada mereka?" Evelyn menyentak. Dengan memainkan kukunya acuh, Alice menjawab, "untuk apa kau memikirkan orang lain? Pikirkan dulu dirimu yang sebentar lagi akan ku lempar ke jurang!" "Heh, siapa yang ingin kau lempar, Alice?" Ethan dan Hubert berjalan dengan tegap bersama pihak petugas kepolisian yang mendampingi mereka. Alice yang menyadari kehadiran Ethan, segera berlari dan memeluk tubuh pria yang begitu dia rindukan. "Hubby, akhirnya! Kau datang bersama Polisi. Aku sungguh merindukanmu!" seru manja Alice. Evelyn tersenyum sinis melihat pemandangan itu. Pemandangan delapan tahun lalu. Benar-benar menyayat hati Evelyn. Ethan mendorong tubuh Alice. "Menjauhlah! Jangan lancan
Alberto begitu murka saat mendengar bahwa Ethan memenjarakan anaknya, Alice. Dengan kekuasaannya dan kemarahan yang membara, dia bergerak cepat untuk membebaskan Alice dan menuntut Ethan karena berani melawannya. Alberto tidak akan membiarkan siapapun menyakiti keluarganya tanpa konsekuensi.Dengan langkah mantap, Alberto memasuki kantor polisi tempat Alice ditahan. Ekspresi marah terpancar dari wajahnya, menunjukkan tekad yang kuat untuk melindungi anaknya. Dia tidak akan mengizinkan keadilan dirampas oleh kekuasaan orang lain.Alberto dengan suara tegas bertanya. "Di mana Alice? Aku ingin melihatnya sekarang juga!""Siapa Anda, Pak?" tanya pria berseragam."Apa kau buta? Aku Alberto, ayahnya Alice! Segera bawa dia ke sini atau Anda akan menghadapi konsekuensi yang serius!" ucap Alberto dengan suara meninggi."Ba-baik, Pak Alberto. Aku akan segera memanggilnya." jawab petugas itu sedikit gugup.Tak lama kemudian, Alice muncul di hadapan Alberto, Alice terlihat lemah dan takut. Alberto
"Tuan, aku punya kabar baik. Kita telah menemukan tempat persembunyian musuh yang membawa Nyonya Evelyn."David datang dengan napas terengah-engah, wajahnya penuh dengan kekhawatiran. Dia segera melaporkan kepada Ethan bahwa mereka telah menemukan tempat persembunyian musuh yang membawa Evelyn."Di mana tempat itu?" Ethan bertanya panik."Tempat itu terletak di tengah hutan lebat, di sebuah bangunan. Kita harus segera melakukan tindakan, Tuan."Ethan terlihat serius dalam gelisah. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk menyelamatkan Evelyn. Apapun yang terjadi, Ethan harus segera bergerak."Aku tidak bisa membiarkan Evelyn berada dalam bahaya lebih lama lagi." gumam Ethan dengan rasa gelisah yang kini meraja. "Segera Siapkan alat tempurku. Kita akan menuju ke sana!" titah Ethan. "Baik, Tuan. Aku juga akan memberitahu tim lain dan memastikan semuanya siap. Kita harus bergerak cepat.""Benar, karena setiap detik sangat berharga. Kalian, harus berhati-hati dan memastikan kembali den