Share

bab 5

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2023-08-21 08:49:08

Beberapa saat gadis itu berada di dalam kamar mandi, mendadak terdengar jeritan nya.

"Aaaaaaargggghhhh! Jangaaaaan!!!"

Suara Surti begitu keras, sehingga aku dan mbok Darmi terkejut dan saling berpandangan. Kami sontak berdiri dan menuju ke kamar mandi.

Mbok Darmi menggedor pintu kamar mandiku yang terbuat dari seng sehingga terdengar berisik.

"Sur! Surti! Kamu ngapain di dalam? Ayo keluar dari kamar mandi!"

Suasana hening sejenak. Tapi entah kenapa bulu kudukku meremang.

Mendadak terdengar suara tangisan yang menyayat dari mulut Surti.

"Tolong aku, Bu! Cari jasadku, Bu! Mereka jahat! Huhuhuhu!

Aku menelan ludah. Hanya satu pikiran yang terlintas di benakku. Surti kesurupan!

"Sulis, apa kamu keberatan kalau pintu ini kudobrak? Sepertinya Surti kesurupan!"

"Iya, Mbok. Dobrak saja. Daripada ada apa-apa dengan Surti," sahutku. "Lagi pula kayu tempat menempelnya engsel pintu ini sudah aus dan keropos, pasti mudah untuk mendobraknya."

Mbok Darmi menatapku.

"Ayo bantu aku, Lis."

Aku mengangguk lalu kami bersama-sama mendobrak pintu kamar mandi itu.

Braaaang!!! Braaaang!!!

Dua kali aku dan mbok Darmi mencoba mengarahkan berat badan kami untuk mendobrak pintu itu. Namun pintu itu masih tegak berdiri.

Dan saat kami hendak mencoba dobrakan yang ketiga, mendadak pintu kamar mandi terbuka dari dalam.

Aku dan mbok Darmi tercengang saat melihat Surti terdiam dengan kepala tertunduk. Rambut sepunggung Surti yang panjang dan tadinya diikat kebelakang sekarang tergerai dan menutupi wajahnya. Dan nafasku tercekat di tenggorokan saat melihat kaki Surti melayang.

Darahku berdesir dan jantungku berdebar kencang. Selama aku tinggal di sini, baru kali ini aku mengalami kejadian mistis seperti ini.

"Siapa kamu? Keluar kamu dari tubuh anakku! Dasar makhluk jadi-jadian!" hardik mbok Darmi. Mulutnya komat komit merapalkan sesuatu yang tidak bisa kudengar.

Surti yang awalnya terdiam dan menunduk mendadak mendongakkan wajahnya menghadap aku dan mbok Darmi.

Gadis itu menatap kami dengan keseluruhan mata yang memutih. Terdengar suara tangisan memilukan dari mulut nya.

"Tolong aku! Cari jasadku!"

Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Perlahan Surti melayang ke arah mbok Darmi. Dan dengan gerakan perlahan tangannya terulur ke arah mbok Darmi dan mence kik nya.

"Pergi kamu dari tubuh anakku!"

Tangan mbok Darmi mencengkeram tangan Surti dan berusaha melepaskan lehernya dari cengkeraman tangan Surti.

Mbok Darmi lalu menembang dalam bahasa jawa yang tak kumengerti artinya. Lalu dia menepuk kening Surti dan seketika Surti lemas dan jatuh pingsan menimpa tubuh ibu angkat nya.

"Surti!"

Aku segera membantu mbok Darmi memindahkan tubuh Surti ke lantai semen dapurku yang dingin.

Kutatap mbok Darmi dengan kebingungan.

"Mbok, apa Surti kesurupan ya? Padahal seumur-umur saya tidak di sini, saya dan keluarga saya tidak ada yang pernah kesurupan," tukasku bingung.

Mbok Darmi menghela nafas. "Seperti nya memang Damar sudah meninggal dan mungkin arwahnya gentayangan karena Damar mengalami hal yang buruk," sahut mbok Darmi.

Aku mendelik. "Jujur saja, jauh di dalam hati saya, saya hanya ingin anak saya masih hidup."

Mbok Darmi menatap mataku lalu mengelus bahuku perlahan.

"Kamu harus siap dengan apa yang terjadi, Lis. Apapun yang menimpa Damar, kamu harus ikhlas. Walaupun aku cuma punya anak angkat, aku juga bisa merasakan bagaimana kehilangan anak kandung."

Aku tercengang. "Jadi, mbok Darmi pernah punya anak kandung?"

Mbok Darmi mengangguk. "Belum waktunya aku cerita hal itu, Lis. Sekarang yang terpenting ambil kan aku air dalam gayung. Aku akan menyadarkan Surti."

"Apa tidak sebaiknya kita pindahkan dulu Surti ke kasur, Mbok. Kamarnya Damar kan kosong. Mbok Darmi dan Surti bisa tidur di sana."

"Itu urusan mudah. Sekarang yang penting menyadarkan Surti dulu. Ambilkan air di gayung untukku, Lis."

Aku mengangguk lalu dengan melakukan permintaan Mbok Darmi.

Sekali lagi mbok Darmi komat kamit beberapa saat lalu meniup air dalam gayung itu, kemudian diciprat-cipratkannya air itu ke wajah Surti.

Tak lama kemudian Surti membuka mata.

"Apa yang terjadi di dalam kamar mandi, Sur?" tanyaku cemas.

Surti menatap ku lalu menatap ibu angkatnya bergantian.

"Apa yang terjadi padaku, Bu?"

"Kamu kesurupan, Sur. Kamu istirahat saja. Sulis, dimana kamar Damar? Tolong tunjukkan pada Surti biar dia istirahat. Pasti dia masih kaget," pinta mbok Darmi.

Aku pun mengangguk lalu berjalan ke arah kamar Damar. "Ayo sini, Sur, ikut aku."

Sebenarnya aku agak kecewa karena tidak bisa bertanya ada apa di kamar mandi rumah ini pada Surti, tapi biarlah aku akan bertanya besok. Mungkin sekarang Surti memang masih terkejut.

Surti berjalan mengekori ku dan setelah gadis itu kupersilakan istirahat, aku kembali ke dapur, bertepatan dengan mbok Darmi yang baru saja selesai merapikan kardus yang sudah kosong.

"Mbok, ada yang ingin saya tanyakan."

Aku berjalan mendekat ke arah perempuan yang berusia setengah abad itu.

Mbok Darmi menoleh. "Ada apa, Lis?"

Aku menatap mbok Darmi. Janda yang sehari-harinya berjualan nasi pecel dan gorengan itu menatap ku. Sejenak aku ragu untuk bertanya padanya karena pertanyaanku menyangkut privasi dan keimanan.

"Ada apa, Lis?"

"Tapi mbok jangan tersinggung ya. Aku cuma bertanya karena penasaran saja. Tadi kulihat saat Surti kesurupan, mbok Darmi dengan mudah membuat Surti sadar. Ada tembang Jawa dan kata-kata lain yang aku tidak tahu artinya. Jadi mbok, apa mbok Darmi mempunyai ilmu ghaib? Mungkin semacam dukun?"

Mbok Darmi tertawa mendengar ucapan ku.

"Aku bisa sih kalau hanya menyadarkan orang kesurupan saja. Tapi kalau untuk mengetahui informasi orang hilang atau santet, maupun kasus mistis lain, aku nggak bisa. Makanya kamu harus bertemu dukun yang bisa melakukan semua hal itu."

"Apa mbok punya kenalan dukun yang bisa membantu saya?"

"Ada. Tapi rumahnya di seberang desa dan di tengah hutan. Makanya kamu jangan lapor polisi. Hal ini hanya bisa ditangani oleh paranormal."

Aku hanya mengangguk perlahan walaupun dalam hati aku tidak sepenuhnya setuju pada ucapan nya.

***

Aku menatap jam bulat yang menempel di tembok kamarku. Sudah jam 10 malam. Suara kentongan sebanyak sepuluh kali juga sudah berbunyi.

Mbok Darmi sudah masuk kamar sejak tadi. Tapi aku belum bisa memejamkan mata.

Kulirik Adinda yang sedang tertidur. Hatiku gerimis lagi. Apa yang salah dengan hidupku. Suamiku meninggal saat umur Adinda dua bulan. Dan saat usia Adina enam bulan, Damar pun pergi.

Air mata menderas tak dapat kutahan. Perasaan ku sesak dan aku tak tahu harus mengadu kemana. Mendadak selintas ide muncul di kepalaku. Kuraih ponsel lalu menghubungi pak Eko, guru olahraga sekaligus pembina ekstra kurikuler Pramuka.

Kutunggu nada sambung berubah menjadi suara pak Eko.

"Halo. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, pak Eko. Apa pak Eko mempunyai kenalan seorang polisi? Damar hilang dan sampai sekarang belum pulang ke rumah."

Next?

Related chapters

  • CARI JASADKU, BU   bab 6

    POV penulis "Waalaikumsalam, pak Eko. Apa pak Eko mempunyai kenalan seorang polisi? Damar hilang dan sampai sekarang belum pulang ke rumah.""Astaghfirullah! Jadi Damar hilang, Bu?""Benar, Pak. Damar hilang dan belum ditemukan sampai sekarang. Saya bingung harus mencari kemana," sahut Sulis nyaris putus asa. Suasana di seberang telepon hening sejenak. Tapi terdengar secara samar, pak Eko seperti berbicara dengan orang di samping nya."Hm, besok kami akan ke rumah Damar setelah acara Persami ini selesai, Bu. Walaupun mungkin Damar tidak hilang di sekolah, tapi kami pihak sekolah juga ingin ikut serta membantu mencari anggota sekolah yang hilang. Kalau tentang anggota polisi, kebetulan sepupu saya adalah salah satu anggota polres. Saya akan mengajak saudara sepupu saya untuk ke rumah Damar juga.""Terimakasih, Pak. Terima kasih sekali. Saya akan sangat menantikan kehadiran bapak dan ibu guru Damar," sahut Sulis lega. Jujur saja saat ada seseorang yang bisa dipercaya mau membantunya,

    Last Updated : 2023-09-22
  • CARI JASADKU, BU   bab 7

    Sulis seketika terkesiap mendengar penuturan guru pembina Pramuka tersebut. Tapi secercah harapan muncul dengan keterangan dari pak Eko. "Apa benar yang bapak katakan barusan?" tanya Sulis menegaskan. "Iya benar. Untuk lebih jelas dan detailnya, saya akan langsung datang dengan sepupu saya nanti. Saya telepon hanya untuk memastikan kalau Bu Sulis ada di rumah," sahut Pak Eko. "Iya saya ada di rumah, Pak. Saya tunggu kedatangan nya," sahutku. Pak Eko lalu mengakhiri panggilan telepon. Mbok Darmi menatapku dengan pandangan penuh tanda tanya. "Siapa yang telepon, Lis?" "Guru Pramuka Damar, Mbok. Oh ya, ayo makan, Mbok? Masa aku makan sendiri."Mbok Darmi terdiam lalu menarik kursi kayu di hadapannya dan mendudukinya. "Kamu beneran bisa makan dengan menggendong anak kamu?""Bisa, Mbok. Aku sudah biasa melakukan nya."Mbok Darmi terdiam sejenak. "Kalau tentang yang guru Damar, kapan mereka akan kemari?""Nanti, mbok. Saya juga tidak bertanya jam pastinya."Aku melanjutkan makan dan

    Last Updated : 2023-09-22
  • CARI JASADKU, BU   bab 8

    Pak Raden menghela nafas panjang. "Kalau begitu kuburan anak itu harus dibongkar dan mayatnya harus dikeluarkan karena keluarga anak itu juga sedang mencarinya!" Sulis terhenyak. 'Bongkar makam? Hal itu tidak pernah dilakukan di desa ini. Bisa-bisa dia dan polisi ini diprotes oleh warga desa. Bagaimana ini?' batin Sulis bingung. "Tapi pak, di desa ini tidak pernah ada makam dibongkar. Saya takut kalau ada makam yang dibongkar, akan menimbulkan pro dan kontra. Lagipula, belum tentu anak yang hilang itu adalah anak dari tetangga sebelah kan?" tanya Sulis ragu. Pak Raden menatap Sulis dengan serius. "Bu Sulis, ibu sudah memastikan sendiri kan kalau anak yang ditemukan di rumah ini adalah anak yang sama dengan yang ada di galeri ponsel saya, hal itu bisa menjadi alasan kuat bagi kepolisian untuk membongkar makam anak itu. Saya akan pulang ke polres dan kembali ke desa ini segera. Saya akan berusaha membantu bu Sulis dan orang-orang yang anaknya hilang. Saya curiga ada sesuatu yang leb

    Last Updated : 2023-09-22
  • CARI JASADKU, BU   bab 9

    Tapi alangkah terkejutnya Sulis, saat dia melihat bunga tujuh rupa dalam nampan yang telah layu, dua botol kendi dari tanah liat, dan kemenyan dalam sebuah tempayan kecil dari tanah liat yang apinya telah padam. Sulis menelan ludah. "Hah? Ada apa ini di kamar mbok Darmi? Bukan kah benda-benda ini adalah barang-barang yang biasanya dipakai oleh dukun di tivi-tivi?" gumam Sulis kaget. Dia semakin berjinjit agar bisa melihat sekeliling nya kamar mbok Darmi untuk mencari petunjuk. "Lha kok sepi. Kemana mbok Darmi membawa Adinda?" gumam Sulis kelu. Berbagai pikiran buruk melintas di dalam kepalanya. Sulis bermaksud untuk membuka jendela kamar itu saat kakinya terpeleset.Bruggghhh! "Awwww!!"Sulis memekik saat pant*tnya terjatuh di tanah. Dia mendesis kesakitan saat berusaha berdiri dari tempatnya terjatuh. Perempuan itu mengibas-ngibaskan rok nya lalu kembali ke teras rumahnya yang hanya berjarak dua ratus meter dari rumah mbok Darmi. Dengan lemas, Sulis duduk di anak tangga rumahny

    Last Updated : 2023-09-22
  • CARI JASADKU, BU   bab 10

    Sulis segera membaca ayat kursi, surat Al-Ikhlas, An-Nas dan Al-Falaq bersamaan dengan dada berdebar. Dan bacaannya semakin keras saat bola api itu melaju ke arahnya dengan cepat!"Allahuakbar!" pekik Sulis seraya memejamkan mata dan berjongkok di samping ranjang Adinda. "Ibu!"Mendadak terdengar suara Damar yang muncul di hadapan Sulis. Damar yang muncul tanpa mata itu berdiri dan merentangkan kedua tangannya seolah menghalangi banaspati untuk menyerang ibunya. Mulut Damar membentuk huruf 0 dan meniupkan angin yang keluar dari mulutnya sehingga mengusir banaspati itu. Banaspati itu berbalik dari hadapan Damar lalu melayang-layang di sekitar kamar Sulis. Sulis memperhatikan banaspati itu dengan tegang. Dia teruskan membaca ayat kursi dan surat-surat pendek lainnya yang dihapalnya di luar kepala. Bahkan Damar pun ikut membacanya. Tak berapa lama berselang, banaspati itu terbang keluar dari kamar Sulis.Sulis menghela nafas lega. Sosok yang mirip Damar di hadapan nya membalikkan bada

    Last Updated : 2023-09-22
  • CARI JASADKU, BU   bab 11

    Sulis menangis tergugu. Hatinya sesak. Mendadak dia mendengar suara jeritan yang menyayat dari rumah mbok Darmi. "Aarghhh, tolong!!!"Sulis yang tadinya duduk bersimpuh di lantai dengan memegang buku harian Damar, sekarang mencoba berdiri dengan susah payah karena kaki dan lututnya masih terasa gemetaran. Pikiran Sulis masih mencerna cerita yang baru saja dibacanya. Akhirnya setelah menstabilkan nafas, dengan perlahan Sulis mengembalikan buku Damar ke tempat nya semula. Baru saja Sulis hendak menengok rumah mbok Darmi dari jendelanya yang terbuka, Sulis mendengar suara tangis yang begitu kencang. Setengah berlari, Sulis menuju ke kamar Adinda dan mencari penyebab Adinda menangis. Segera digantinya popok Adinda yang basah terkena buang air besarnya, dengan popok baru yang bersih. Lalu Sulis segera mengambil jarik dan menggendong Dinda sambil membawanya keluar rumah menuju rumah mbok Darmi, asal suara teriakan itu. "Tolong! Tolong ibu saya!"Baru saja Sulis menutup dan mengunci pint

    Last Updated : 2023-09-27
  • CARI JASADKU, BU   bab 12

    'Ibu, apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin pak Slamet galau bercampur bingung seraya melihat dengan sedih ke arah mbok Darmi yang masih pingsan. Mendadak pinggang Slamet dicolek dari belakang. Kepala desa itu menoleh dan melihat Surti yang tengah kebingungan. "Pak Slamet, saya ...""Ada apa Sur, kamu bilang saja."Surti menatap ke arah ibu angkat nya yang masih tertidur pulas. "Hm, saya bingung tentang ibu mau dirawat dikelas berapa?" tanya Surti ragu. "Sementara saya tidak punya cukup uang."Pak Slamet berpikir sejenak, 'duh kalau aku minta mbok Darmi dirawat di ruang yang bagus atau VIP, pasti nanti banyak warga yang merasa iri dan bertanya-tanya tentang hal ini. Mereka bisa curiga pada kami. Tapi kalau mbok Darmi dirawat di ruang bangsal, apa nanti tidak marah ya? Kalau begitu, lebih baik dirawat di kelas satu saja. Walaupun tidak ruang paviliun, setidaknya pasiennya tidak perlu berjubel,' batin Slamet. Akhirnya lelaki itu menatap ke arah Surti."Dirawat di kelas 1 saja.

    Last Updated : 2023-09-27
  • CARI JASADKU, BU   bab 13

    Sulis baru saja memakaikan baju pada anaknya, Dinda, setelah anaknya mandi, saat ponselnya berbunyi nyaring. Dia segera meraih ponsel nya sambil menimang sang anak. "Halo, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Bu Sulis. Ini pak Eko. Apa yang ingin ibu sampai kan?" tanya Pak Eko dari seberang telepon. "Hm, sebenarnya hal ini sangat aneh. Bersangkutan dengan hal mistis."Sulis menjeda kalimatnya. Menunggu reaksi guru anaknya itu. "Hal mistis? Maksudnya apa ya, Bu?" "Apa bapak percaya tentang santet dan jin qorin?"Suasana hening sejenak. "Jujur saja saya adalah orang yang selalu menggunakan logika dalam segala hal. Tapi saya juga mempercayai bahwa makhluk astral seperti itu ada, walaupun saya belum pernah melihatnya langsung."Suasana hening sejenak. Sulis dan Pak Eko sibuk dengan pikirannya masing-masing. "Pak, saya ingin mengatakan hal yang sejujurnya. Saya tidak tahu harus mengatakannya ke siapa. Saya menanggung nya seorang diri dan dada saya serasa sesak saya ingin menceritakan pa

    Last Updated : 2023-09-27

Latest chapter

  • CARI JASADKU, BU   bab 29 (tamat)

    Ustadz Amir, Eko, Anisa, dan Raden menuju rumah kontrakan Surti. Gadis itu langsung menghambur bersimpuh memeluk kaki Sulis. "Mbak Sulis, maafkan aku!" ujar Surti seraya menangis tersedu-sedu. Sulis yang sedang menggendong Dinda hanya bisa terdiam di tempatnya. Dia melirik ke arah luka di lengan Surti yang terbuka. Batinnya ingin memaki-maki Surti tapi di sisi lain dia tidak tega melihat Surti yang telah sebatang kara itu. "Mbak Sulis, jangan diam saja! Aku nggak mau Damar meneror ku terus menerus! Bilang pada arwah anak kamu agar jangan menghantui ku, Mbak!"Sulis hanya menundukkan kepalanya. Sementara yang lain menghela nafas, melihat kondisi ruang tamu Surti yang penuh dengan bunga. Sementara dukun yang dipanggil Surtu telah kabur terbirit-birit saat sadar Surti terluka karenanya. "Bangun lah, Sur. Meskipun aku sulit melupakan kesalahan mu dan keluarga mu, tapi luka kamu harus diobati dulu."Sulis menjeda kalimat nya. "Lalu, biar polisi yang memutuskan tentang kesalahan kamu ini

  • CARI JASADKU, BU   bab 28

    "Uang dari jin Anjing dan kamu tidak berhak menikmati nya. Mengakulah pada polisi dan serahkan uangnya pada anak-anak terlantar dan keluarga korban penculikan mbok Darmi, Mbak!"Surti gemetar ketakutan, apalagi saat menatap mulut Damar yang ternganga mengeluarkan cairan hitam, pekat, dan berbau anyir. Surti menjerit-jerit sambil bersimpuh dan menutup mukanya. "Jangan sakiti aku! Pergi kamu, Damar!""Aku tidak akan pergi sampai kamu menyerah kan diri pada polisi!" Damar mendekat ke arah Surti dan gadis itupun berteriak dan menjerit-jerit sampai pandangan matanya menggelap. ***Cahaya matahari menerobos masuk ke dalam rumah Surti, membangunkan gadis itu dari tidurnya yang berada di atas lantai kamar. Surti merasakan kepalanya pusing dan perlahan gadis itu duduk dan mengucek matanya. Perlahan gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Dipijitnya pangkal hidung karena Surti merasa kepalanya begitu pening."Astaga, Damar! Iya, aku ingat

  • CARI JASADKU, BU   bab 27

    Seumur hidup Raden menjadi polisi baru kali ini dia mengalami kejadian mistis yang aneh seperti saat ini. Dengan ngeri dia melihat Surya yang kehilangan matanya lengkap dengan lolongannya yang mengerikan. Mendadak ponsel nya yang sedang digenggam nya untuk menyinari bagian bawah jurang, berdering. Dengan cepat Raden menerima panggilan telepon dari Ustadz Amir. "Assalamualaikum, ada apa, Ustadz? Aduh, sinyalnya putus-putus," keluh Raden. "Waalaikumsalam. Iya. Kamu dimana pak Raden? Share loct sekarang ya? Saya akan menuju ke tempat kamu saat ini!" Tut Tut Tut!Panggilan terhenti karena sinyal yang buruk. Akhirnya Raden pun mengirimkan letak lokasi nya saat ini pada ustadz Amir. Perlu menunggu waktu beberapa saat sampai letak lokasi Raden bisa diterima di ponsel Ustadz Amir. Setelah mendapat kan lokasi Raden secara pasti, Ustadz Amir segera berlari sesuai dengan arah yang ditunjukkan oleh Raden. Sementara itu Raden masih berusaha untuk menelepon ambulance yang masih selalu gagal

  • CARI JASADKU, BU   bab 26

    Beberapa saat sebelumnya,Dinda telah tenang dalam pelukan Anisa, sedangkan Ustadz Amir, Eko, dan Raden berkumpul di ruang tamu ruang Eko. "Ini tidak masuk di akal. Masa aku harus percaya dengan keterangan dari makhluk tak kasat mata?" tanya Raden. Matanya menyapu ke arah Ustadz Amir dan Eko. "Raden, apa kamu lupa bahwa atas petunjuk siapa jasad beberapa anak korban penculikan ditemukan?" tanya Eko menatap balik ke arah temannya yang selalu menggunakan ilmu logika itu. "Itu ... kan atas keterangan Tukiman, memangnya siapa lagi?" tanya Raden lagi. "Baiklah. Kalau memang penemuan jasad anak-anak itu semata-mata karena kesaksian dari Tukiman, apakah kamu bisa menjawab bagaimana cara Tukiman ma ti?" tanya Eko sekali lagi. Dan kali ini Raden tampak kebingungan menjawab pertanyaan Eko. "Itu ... seperti nya karena ada sejenis ular atau biawak yang masuk ke dalam penjara lalu memakan bola mata Tukiman," sahut Raden. Nada suaranya terdengar tak yakin. Tapi hal itu lebih dia percayai darip

  • CARI JASADKU, BU   bab 25

    Beberapa waktu yang lalu,Surya dan mbok Darmi telah mengatur siasat untuk membawa Sulis ke vila milik Slamet.Namun, saat mendatangi rumah Sulis, mereka hanya menemukan Eko yang sedang hilir mudik di dalam ruang tamunya. "Btary, kata Slamet dulu di rumah ini dipasangi cctv dan seperti nya penghuni rumah ini bukan Sulis lagi. Aku ingin kita mengamati lagi kemana Sulis saat ini," ujar Surya yang duduk di belakang kemudi. "Baiklah. Aku sih terserah kamu, Sur," sahut Btary Ayu santai seraya mengunyah melati dari cawan kayu yang dibawanya. Akhirnya mereka mengikuti Eko berangkat ke sekolah, tempatnya mengajar sampai Eko pulang ke rumah nya. Surya dan Btary ayu terkejut saat melihat Sulis sedang menggendong Dinda keluar dari rumah Eko. "Wah, ternyata ada di sini si Sulis. Bagaimana caranya agar kita bisa membawanya?" gumam Surya lebih kepada dirinya sendiri. "Kita ikutin saja dulu gerak-gerik nya. Lalu saat Sulis sedang sendirian atau tidak siaga, kita akan membawanya segera," sahut

  • CARI JASADKU, BU   bab 24

    "Slameeet!!!" Surya berseru seperti orang kehilangan akal dan menghambur ke arah anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi."Met, Slamet!"Surya dengan panik mendekat ke arah jasad Slamet yang sudah terbujur kaku, lelaki itu berlutut di samping jasad anaknya. Dengan perlahan diusap nya punggung Slamet yang berdarah-darah dan tertembus batang pohon jambu air itu. "Ini semua gara-gara set*n sialan itu! Awas saja kamu setaaan!" seru Surya berteriak dengan suaranya yang parau. Slamet dengan penuh amarah mencoba melepaskan jasad Slamet dari batang pohon jambu air itu. Dengan susah payah, akhirnya Surya berhasil memisahkan tubuh Slamet dari potongan pohon yang menancap di tubuh nya. Dengan nanar, dipandanginya tubuh Slamet dengan luka yang menganga begitu dalam di perut Slamet. "Bapak tidak akan diam saja melihat kamu disakiti seperti ini, Met. Bapak akan balas dendam. Bapak akan membalas kan dendam kamu!" Dengan tertatih, Surya menyeret tubuh Slamet ke dalam rumah, lalu memandikan nya d

  • CARI JASADKU, BU   bab 23

    Warning : ada adegan gore ya kak... 🙏🏻Saat tangannya terulur ke arah jendela, Slamet sangat terkejut karena melihat ibunya yang berdiri mematung menatap nya di bawah pohon mangga di halaman tengah rumahnya. "Ibu?" desis Slamet terkejut. Dia dan mbok Darmi berpandangan selama beberapa saat. Mendadak lampu tidur di kamar Slamet padam selama beberapa detik. Lalu beberapa saat kemudian langsung menyala. Slamet sejenak menatap ke arah lampu kamar tidurnya dan menelan ludah, dan saat teringat ibunya yang berada di samping kamar tidurnya, Slamet segera menoleh lagi ke arah luar jendela kamarnya. Dan rupanya ibunya menghilang. Hanya desau angin malam yang menampar pipinya. "Apa aku salah lihat ya?" tanya Slamet seraya menarik daun jendela nya yang terbuat dari kayu. "Aaarrgghhhh!"Bertepatan dengan dia yang menarik daun jendela nya agar tertutup, sepotong tangan berkudis dan bernanah menarik tangannya diantara teralis jendela. Slamet menjerit sejadi-jadinya saat menatap mata ibu nya

  • CARI JASADKU, BU   bab 22

    Suara ketukan di pintu rawat inap Mbok Darmi, membuat Surti tersentak dan mengalihkan pandangan nya dari ponsel iPhone yang selama ini dirahasiakan nya. Surti lalu beranjak ke pintu dan terkejut saat melihat seorang suster yang berdiri di ambang pintu. "Mbak ini keluarga dari mbok Darmi kan?" tanya suster itu.Surti mengangguk dan suster itu mengeluarkan amplop putih dari saku bajunya. "Ini ada tagihan pembayaran dari rumah sakit. Ibu Darmi sudah hampir sepuluh hari dirawat dan belum ada uang muka. Jadi pihak rumah sakit, meminta mbak ini untuk membayar tagihan selama sepuluh hari ini dahulu."Surti menelan ludah dengan susah payah. Mbok Darmi memang dirawat di ICU setelah tragedi kesurupan jin Damar, sedangkan Surti menunggu nya di paviliun agar tidak bolak balik ke rumah nya, itupun atas usul Damar. Tangan Surti meraih amplop putih itu dan memandang sang suster. "Baiklah. Saya akan baca tagihan rumah sakit dulu, Sus, baru kemudian saya bayar."Suster itu mengangguk dengan sopan

  • CARI JASADKU, BU   bab 21

    Damar baru saja dimasukkan ke liang lahat saat gerimis hujan membasahi bumi. Sulis tertegun saat menatap para penggali kubur yang mengeruk tanah dan menutupkannya ke atas makam Damar. Mendadak memori saat Damar masih hidup tergambar dengan jelas di kepala Sulis. "Damar! Damar anakku! Pak, keluar kan anak saya dari dalam dan!" seru Sulis langsung menghambur ke batu nisan milik Damar. Sulis memang bersikeras untuk mengantarkan Damar ke tempat peristirahatan terakhir nya, karena Adinda dititipkan pada istri Eko. Tapi rupanya, Sulis tidak bisa mengendalikan diri saat melihat Damar dikuburkan. Perempuan itu menangis meraung-raung saat jenazah Damar mulai tertimbun tanah. Tanpa menghiraukan hujan yang mengguyur dan tanah becek yang mengotori baju Sulis, perempuan itu berlutut dan memeluk batu nisan putra sulung nya. "Ya Allah, Damar! Kenapa Engkau memberikan aku cobaan seperti ini ya Allah! Aku nggak kuat, Ya Allah!" seru Sulis menangis dengan tersedu-sedu di atas makam anaknya. Bebe

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status