Share

bab 10

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-22 17:09:10

Sulis segera membaca ayat kursi, surat Al-Ikhlas, An-Nas dan Al-Falaq bersamaan dengan dada berdebar. Dan bacaannya semakin keras saat bola api itu melaju ke arahnya dengan cepat!

"Allahuakbar!" pekik Sulis seraya memejamkan mata dan berjongkok di samping ranjang Adinda.

"Ibu!"

Mendadak terdengar suara Damar yang muncul di hadapan Sulis. Damar yang muncul tanpa mata itu berdiri dan merentangkan kedua tangannya seolah menghalangi banaspati untuk menyerang ibunya.

Mulut Damar membentuk huruf 0 dan meniupkan angin yang keluar dari mulutnya sehingga mengusir banaspati itu.

Banaspati itu berbalik dari hadapan Damar lalu melayang-layang di sekitar kamar Sulis. Sulis memperhatikan banaspati itu dengan tegang. Dia teruskan membaca ayat kursi dan surat-surat pendek lainnya yang dihapalnya di luar kepala. Bahkan Damar pun ikut membacanya. Tak berapa lama berselang, banaspati itu terbang keluar dari kamar Sulis.

Sulis menghela nafas lega. Sosok yang mirip Damar di hadapan nya membalikkan bada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Aji Kristiawan
lanjutkan cerita
goodnovel comment avatar
Nurul Fajar
lanjut thor
goodnovel comment avatar
Kentang. Kunnyit90
blm up2 sih thor, di tunggu bangt loh ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • CARI JASADKU, BU   bab 11

    Sulis menangis tergugu. Hatinya sesak. Mendadak dia mendengar suara jeritan yang menyayat dari rumah mbok Darmi. "Aarghhh, tolong!!!"Sulis yang tadinya duduk bersimpuh di lantai dengan memegang buku harian Damar, sekarang mencoba berdiri dengan susah payah karena kaki dan lututnya masih terasa gemetaran. Pikiran Sulis masih mencerna cerita yang baru saja dibacanya. Akhirnya setelah menstabilkan nafas, dengan perlahan Sulis mengembalikan buku Damar ke tempat nya semula. Baru saja Sulis hendak menengok rumah mbok Darmi dari jendelanya yang terbuka, Sulis mendengar suara tangis yang begitu kencang. Setengah berlari, Sulis menuju ke kamar Adinda dan mencari penyebab Adinda menangis. Segera digantinya popok Adinda yang basah terkena buang air besarnya, dengan popok baru yang bersih. Lalu Sulis segera mengambil jarik dan menggendong Dinda sambil membawanya keluar rumah menuju rumah mbok Darmi, asal suara teriakan itu. "Tolong! Tolong ibu saya!"Baru saja Sulis menutup dan mengunci pint

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • CARI JASADKU, BU   bab 12

    'Ibu, apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin pak Slamet galau bercampur bingung seraya melihat dengan sedih ke arah mbok Darmi yang masih pingsan. Mendadak pinggang Slamet dicolek dari belakang. Kepala desa itu menoleh dan melihat Surti yang tengah kebingungan. "Pak Slamet, saya ...""Ada apa Sur, kamu bilang saja."Surti menatap ke arah ibu angkat nya yang masih tertidur pulas. "Hm, saya bingung tentang ibu mau dirawat dikelas berapa?" tanya Surti ragu. "Sementara saya tidak punya cukup uang."Pak Slamet berpikir sejenak, 'duh kalau aku minta mbok Darmi dirawat di ruang yang bagus atau VIP, pasti nanti banyak warga yang merasa iri dan bertanya-tanya tentang hal ini. Mereka bisa curiga pada kami. Tapi kalau mbok Darmi dirawat di ruang bangsal, apa nanti tidak marah ya? Kalau begitu, lebih baik dirawat di kelas satu saja. Walaupun tidak ruang paviliun, setidaknya pasiennya tidak perlu berjubel,' batin Slamet. Akhirnya lelaki itu menatap ke arah Surti."Dirawat di kelas 1 saja.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • CARI JASADKU, BU   bab 13

    Sulis baru saja memakaikan baju pada anaknya, Dinda, setelah anaknya mandi, saat ponselnya berbunyi nyaring. Dia segera meraih ponsel nya sambil menimang sang anak. "Halo, Assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Bu Sulis. Ini pak Eko. Apa yang ingin ibu sampai kan?" tanya Pak Eko dari seberang telepon. "Hm, sebenarnya hal ini sangat aneh. Bersangkutan dengan hal mistis."Sulis menjeda kalimatnya. Menunggu reaksi guru anaknya itu. "Hal mistis? Maksudnya apa ya, Bu?" "Apa bapak percaya tentang santet dan jin qorin?"Suasana hening sejenak. "Jujur saja saya adalah orang yang selalu menggunakan logika dalam segala hal. Tapi saya juga mempercayai bahwa makhluk astral seperti itu ada, walaupun saya belum pernah melihatnya langsung."Suasana hening sejenak. Sulis dan Pak Eko sibuk dengan pikirannya masing-masing. "Pak, saya ingin mengatakan hal yang sejujurnya. Saya tidak tahu harus mengatakannya ke siapa. Saya menanggung nya seorang diri dan dada saya serasa sesak saya ingin menceritakan pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • CARI JASADKU, BU   bab 14

    Beberapa tahun yang lalu,Darmi pulang dari sekolah dengan mengendarai sepeda kayuhnya saat dia melihat kucing cantik yang kakinya sedang terluka di pinggir jalan depan sebuah rumah sederhana.Gadis itu segera turun dari sepeda nya lalu menghampiri kucing berwarna hitam."Hai, kamu cantik sekali! Nama kamu siapa?"Awalnya kucing itu tampak ketakutan dan hendak lari, tapi karena kaki nya terluka, dia hanya bisa pasrah saat Darmi mengelus tubuh berbulu nya. "Darah kamu keluar banyak. Aku ikat dulu dengan pita rambut ku ya agar darahnya tidak keluar lagi," ujar Darmi seraya berlutut dan membelai kucing itu. Dengan cekatan, Darmi pun melepas kan pita yang mengikat rambut kepang duanya lalu mengikatkan nya ke kaki kucing di hadapannya. Setelah selesai, Darmi menggendong kucing di hadapannya dengan hati-hati. "Jangan sentuh kucing saya!" seru seorang laki-laki tampan dan gagah yang keluar dari rumah sederhana di hadapan Darmi. Gadis itu tercengang dan melepaskan kucing dari pelukan nya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • CARI JASADKU, BU   bab 15

    (Masih) beberapa saat sebelumnya,Firasat Abdi mengatakan ada yang tidak beres. Maka dia pun mengikuti mobil Slamet dengan motor maticnya. Abdi melajukan motornya dengan gusar, sesekali dia melihat ke kiri dan ke kanan jalanan yang lengang. Hari ini masih sore lepas ashar, tapi entah kenapa jalanan sudah lengang. Abdi menatap ke mobil sedan warna merah di hadapannya, memastikan tidak ada suara minta tolong atau apapun yang terlihat wajar sehingga dia bisa lapor ke polisi. Tapi nihil, tidak ada reaksi dari bocah gelandangan yang tadi dibawa masuk ke mobil itu. Abdi meraba ponsel di saku celananya. Dia mendesis kesal saat menyadari jika ponselnya ketinggalan di rumah. Padahal dia sangat ingin merekam mobil itu, atau paling tidak menyimpan gambarnya. Akhirnya Abdi hanya bisa mengingat-ingat warna mobil dan plat nomornya saja. Mendadak mobil itu berhenti di pinggir jalan, tepat di sebuah warung bakso. Tapi tidak ada tanda-tanda penghuni mobil itu akan keluar ke warung. Abdi pun iku

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • CARI JASADKU, BU   bab 16

    Damar mencium punggung tangan Sulis, ibunya, saat akan berangkat ke sekolah untuk kegiatan Persami. "Bu, Damar berangkat dulu ya," ujar Damar seraya mengelus dan mencium kepala adiknya. Adinda yang sedang tertidur dalam gendongan ibunya menggeliat sedikit lalu kembali anteng. Ibunya menangkup wajah Damar dan mencium wajah dan pipi anak sulung nya. "Iya. Hati-hati di jalan, Sayang. Nanti malam kalau tidak hujan dan adikmu tidak rewel, ibu akan menengokmu," ujar Sulis. Damar mengangguk dan tersenyum sumringah lalu mengayuh sepedanya dengan riang. Jarak sekolah dengan rumah Damar cukup jauh, sekitar dua kilo. Bukannya di sekitar rumah Damar tidak ada sekolah, tapi memang Abdi dan Sulis memilih sekolah negeri agar biaya sekolah nya lebih murah dibandingkan sekolah swasta yang ada di dekat rumah Damar. Setelah berjalan hampir dua kilo dari rumah dan mendekati sungai, mendadak rantai sepeda Damar putus, sehingga tidak dapat dikendarai lagi. "Ya Allah, kenapa mesti putus sekarang sih

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • CARI JASADKU, BU   bab 17

    "Ibu ... ibu! Damar kangen sekali! Tolong aku pak Ustadz!"Tangan Ustadz Amir tetap memegang kepala Sulis. "Katakan siapa kamu dan dari mana asal kamu?" tanya ustadz Amir. "Saya qorin dari Damar. Saya hanya ingin jasad saya ditemukan dan dikuburkan dengan layak, Pak Ustadz! Huhuhu!"Ustadz Amir mengerut kan dahinya. Dia memang terbiasa berurusan dengan kesurupan dan berikhtiar mengobati santet, tapi belum pernah sekali pun dia berurusan dengan korban pelaku kriminal maupun pembun uhan. "Siapa yang membun uh kamu?" "Pak Slamet dan teman-teman nya. Banyak sekali anak-anak yang dibu nuh lalu dikubur di hutan. Termasuk Damar. Mereka ... mereka bahkan bekerja sama dengan jin besar berbentuk anjing. Saya tidak rela pak Ustadz! Saya ingin jasad saya ditemukan dan membalas perbuatan mereka!"Ustadz Amir merenung sejenak. Ini perkara sulit. Jelas sekali kalau mereka lapor polisi, polisi tidak akan mempercayai mereka. Mana bisa mereka yang selalu berpikir dengan logika mendadak menerima pet

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • CARI JASADKU, BU   bab 18

    Desi duduk di jok belakang mobil sedan warna merah dengan perasaan campur aduk. Bahkan di tengah perjalanan dia menangis. Supirnya Slamet, Udin, hanya melirik dari kaca spion yang tergantung di tengah mobil. Suasana mobil yang hening, mengakibatkan canggung bagi mereka berdua. "Kenapa kamu lihat-lihat aku?" tanya Desi galak, mendadak dia teringat kalau Udin, Tukiman, dan Parman adalah anak buah Slamet yang mengetahui bahkan ikut serta dalam proses tumbal itu. Bulu kuduk Desi langsung merinding, apalagi saat teringat mobil yang dia kendarai saat ini. "Saya hanya ingin menanyakan, ibu hendak diantar kemana?" tanya Udin lagi. "Antar aku pulang ke rumah saja," sahut Desi pendek. Dia memang punya rencana untuk mengemas semua perhiasan, uang tabungan, sertifikat rumah dan sertifikat berbagai aset lalu ingin pergi secepat nya pulang naik mobil sendiri ke rumah orang tua nya yang berjarak tiga jam dengan naik mobil untuk menyewa pengacara guna mengurus semua berkas perceraian nya. "Baikl

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29

Bab terbaru

  • CARI JASADKU, BU   bab 29 (tamat)

    Ustadz Amir, Eko, Anisa, dan Raden menuju rumah kontrakan Surti. Gadis itu langsung menghambur bersimpuh memeluk kaki Sulis. "Mbak Sulis, maafkan aku!" ujar Surti seraya menangis tersedu-sedu. Sulis yang sedang menggendong Dinda hanya bisa terdiam di tempatnya. Dia melirik ke arah luka di lengan Surti yang terbuka. Batinnya ingin memaki-maki Surti tapi di sisi lain dia tidak tega melihat Surti yang telah sebatang kara itu. "Mbak Sulis, jangan diam saja! Aku nggak mau Damar meneror ku terus menerus! Bilang pada arwah anak kamu agar jangan menghantui ku, Mbak!"Sulis hanya menundukkan kepalanya. Sementara yang lain menghela nafas, melihat kondisi ruang tamu Surti yang penuh dengan bunga. Sementara dukun yang dipanggil Surtu telah kabur terbirit-birit saat sadar Surti terluka karenanya. "Bangun lah, Sur. Meskipun aku sulit melupakan kesalahan mu dan keluarga mu, tapi luka kamu harus diobati dulu."Sulis menjeda kalimat nya. "Lalu, biar polisi yang memutuskan tentang kesalahan kamu ini

  • CARI JASADKU, BU   bab 28

    "Uang dari jin Anjing dan kamu tidak berhak menikmati nya. Mengakulah pada polisi dan serahkan uangnya pada anak-anak terlantar dan keluarga korban penculikan mbok Darmi, Mbak!"Surti gemetar ketakutan, apalagi saat menatap mulut Damar yang ternganga mengeluarkan cairan hitam, pekat, dan berbau anyir. Surti menjerit-jerit sambil bersimpuh dan menutup mukanya. "Jangan sakiti aku! Pergi kamu, Damar!""Aku tidak akan pergi sampai kamu menyerah kan diri pada polisi!" Damar mendekat ke arah Surti dan gadis itupun berteriak dan menjerit-jerit sampai pandangan matanya menggelap. ***Cahaya matahari menerobos masuk ke dalam rumah Surti, membangunkan gadis itu dari tidurnya yang berada di atas lantai kamar. Surti merasakan kepalanya pusing dan perlahan gadis itu duduk dan mengucek matanya. Perlahan gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Dipijitnya pangkal hidung karena Surti merasa kepalanya begitu pening."Astaga, Damar! Iya, aku ingat

  • CARI JASADKU, BU   bab 27

    Seumur hidup Raden menjadi polisi baru kali ini dia mengalami kejadian mistis yang aneh seperti saat ini. Dengan ngeri dia melihat Surya yang kehilangan matanya lengkap dengan lolongannya yang mengerikan. Mendadak ponsel nya yang sedang digenggam nya untuk menyinari bagian bawah jurang, berdering. Dengan cepat Raden menerima panggilan telepon dari Ustadz Amir. "Assalamualaikum, ada apa, Ustadz? Aduh, sinyalnya putus-putus," keluh Raden. "Waalaikumsalam. Iya. Kamu dimana pak Raden? Share loct sekarang ya? Saya akan menuju ke tempat kamu saat ini!" Tut Tut Tut!Panggilan terhenti karena sinyal yang buruk. Akhirnya Raden pun mengirimkan letak lokasi nya saat ini pada ustadz Amir. Perlu menunggu waktu beberapa saat sampai letak lokasi Raden bisa diterima di ponsel Ustadz Amir. Setelah mendapat kan lokasi Raden secara pasti, Ustadz Amir segera berlari sesuai dengan arah yang ditunjukkan oleh Raden. Sementara itu Raden masih berusaha untuk menelepon ambulance yang masih selalu gagal

  • CARI JASADKU, BU   bab 26

    Beberapa saat sebelumnya,Dinda telah tenang dalam pelukan Anisa, sedangkan Ustadz Amir, Eko, dan Raden berkumpul di ruang tamu ruang Eko. "Ini tidak masuk di akal. Masa aku harus percaya dengan keterangan dari makhluk tak kasat mata?" tanya Raden. Matanya menyapu ke arah Ustadz Amir dan Eko. "Raden, apa kamu lupa bahwa atas petunjuk siapa jasad beberapa anak korban penculikan ditemukan?" tanya Eko menatap balik ke arah temannya yang selalu menggunakan ilmu logika itu. "Itu ... kan atas keterangan Tukiman, memangnya siapa lagi?" tanya Raden lagi. "Baiklah. Kalau memang penemuan jasad anak-anak itu semata-mata karena kesaksian dari Tukiman, apakah kamu bisa menjawab bagaimana cara Tukiman ma ti?" tanya Eko sekali lagi. Dan kali ini Raden tampak kebingungan menjawab pertanyaan Eko. "Itu ... seperti nya karena ada sejenis ular atau biawak yang masuk ke dalam penjara lalu memakan bola mata Tukiman," sahut Raden. Nada suaranya terdengar tak yakin. Tapi hal itu lebih dia percayai darip

  • CARI JASADKU, BU   bab 25

    Beberapa waktu yang lalu,Surya dan mbok Darmi telah mengatur siasat untuk membawa Sulis ke vila milik Slamet.Namun, saat mendatangi rumah Sulis, mereka hanya menemukan Eko yang sedang hilir mudik di dalam ruang tamunya. "Btary, kata Slamet dulu di rumah ini dipasangi cctv dan seperti nya penghuni rumah ini bukan Sulis lagi. Aku ingin kita mengamati lagi kemana Sulis saat ini," ujar Surya yang duduk di belakang kemudi. "Baiklah. Aku sih terserah kamu, Sur," sahut Btary Ayu santai seraya mengunyah melati dari cawan kayu yang dibawanya. Akhirnya mereka mengikuti Eko berangkat ke sekolah, tempatnya mengajar sampai Eko pulang ke rumah nya. Surya dan Btary ayu terkejut saat melihat Sulis sedang menggendong Dinda keluar dari rumah Eko. "Wah, ternyata ada di sini si Sulis. Bagaimana caranya agar kita bisa membawanya?" gumam Surya lebih kepada dirinya sendiri. "Kita ikutin saja dulu gerak-gerik nya. Lalu saat Sulis sedang sendirian atau tidak siaga, kita akan membawanya segera," sahut

  • CARI JASADKU, BU   bab 24

    "Slameeet!!!" Surya berseru seperti orang kehilangan akal dan menghambur ke arah anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi."Met, Slamet!"Surya dengan panik mendekat ke arah jasad Slamet yang sudah terbujur kaku, lelaki itu berlutut di samping jasad anaknya. Dengan perlahan diusap nya punggung Slamet yang berdarah-darah dan tertembus batang pohon jambu air itu. "Ini semua gara-gara set*n sialan itu! Awas saja kamu setaaan!" seru Surya berteriak dengan suaranya yang parau. Slamet dengan penuh amarah mencoba melepaskan jasad Slamet dari batang pohon jambu air itu. Dengan susah payah, akhirnya Surya berhasil memisahkan tubuh Slamet dari potongan pohon yang menancap di tubuh nya. Dengan nanar, dipandanginya tubuh Slamet dengan luka yang menganga begitu dalam di perut Slamet. "Bapak tidak akan diam saja melihat kamu disakiti seperti ini, Met. Bapak akan balas dendam. Bapak akan membalas kan dendam kamu!" Dengan tertatih, Surya menyeret tubuh Slamet ke dalam rumah, lalu memandikan nya d

  • CARI JASADKU, BU   bab 23

    Warning : ada adegan gore ya kak... 🙏🏻Saat tangannya terulur ke arah jendela, Slamet sangat terkejut karena melihat ibunya yang berdiri mematung menatap nya di bawah pohon mangga di halaman tengah rumahnya. "Ibu?" desis Slamet terkejut. Dia dan mbok Darmi berpandangan selama beberapa saat. Mendadak lampu tidur di kamar Slamet padam selama beberapa detik. Lalu beberapa saat kemudian langsung menyala. Slamet sejenak menatap ke arah lampu kamar tidurnya dan menelan ludah, dan saat teringat ibunya yang berada di samping kamar tidurnya, Slamet segera menoleh lagi ke arah luar jendela kamarnya. Dan rupanya ibunya menghilang. Hanya desau angin malam yang menampar pipinya. "Apa aku salah lihat ya?" tanya Slamet seraya menarik daun jendela nya yang terbuat dari kayu. "Aaarrgghhhh!"Bertepatan dengan dia yang menarik daun jendela nya agar tertutup, sepotong tangan berkudis dan bernanah menarik tangannya diantara teralis jendela. Slamet menjerit sejadi-jadinya saat menatap mata ibu nya

  • CARI JASADKU, BU   bab 22

    Suara ketukan di pintu rawat inap Mbok Darmi, membuat Surti tersentak dan mengalihkan pandangan nya dari ponsel iPhone yang selama ini dirahasiakan nya. Surti lalu beranjak ke pintu dan terkejut saat melihat seorang suster yang berdiri di ambang pintu. "Mbak ini keluarga dari mbok Darmi kan?" tanya suster itu.Surti mengangguk dan suster itu mengeluarkan amplop putih dari saku bajunya. "Ini ada tagihan pembayaran dari rumah sakit. Ibu Darmi sudah hampir sepuluh hari dirawat dan belum ada uang muka. Jadi pihak rumah sakit, meminta mbak ini untuk membayar tagihan selama sepuluh hari ini dahulu."Surti menelan ludah dengan susah payah. Mbok Darmi memang dirawat di ICU setelah tragedi kesurupan jin Damar, sedangkan Surti menunggu nya di paviliun agar tidak bolak balik ke rumah nya, itupun atas usul Damar. Tangan Surti meraih amplop putih itu dan memandang sang suster. "Baiklah. Saya akan baca tagihan rumah sakit dulu, Sus, baru kemudian saya bayar."Suster itu mengangguk dengan sopan

  • CARI JASADKU, BU   bab 21

    Damar baru saja dimasukkan ke liang lahat saat gerimis hujan membasahi bumi. Sulis tertegun saat menatap para penggali kubur yang mengeruk tanah dan menutupkannya ke atas makam Damar. Mendadak memori saat Damar masih hidup tergambar dengan jelas di kepala Sulis. "Damar! Damar anakku! Pak, keluar kan anak saya dari dalam dan!" seru Sulis langsung menghambur ke batu nisan milik Damar. Sulis memang bersikeras untuk mengantarkan Damar ke tempat peristirahatan terakhir nya, karena Adinda dititipkan pada istri Eko. Tapi rupanya, Sulis tidak bisa mengendalikan diri saat melihat Damar dikuburkan. Perempuan itu menangis meraung-raung saat jenazah Damar mulai tertimbun tanah. Tanpa menghiraukan hujan yang mengguyur dan tanah becek yang mengotori baju Sulis, perempuan itu berlutut dan memeluk batu nisan putra sulung nya. "Ya Allah, Damar! Kenapa Engkau memberikan aku cobaan seperti ini ya Allah! Aku nggak kuat, Ya Allah!" seru Sulis menangis dengan tersedu-sedu di atas makam anaknya. Bebe

DMCA.com Protection Status