Share

BAB 44

Aвтор: jasheline
last update Последнее обновление: 2024-12-22 21:33:05

Selena dibawa ke klinik ayah Nicholas setelah Ryan segera menghubunginya begitu Selena kehilangan kesadaran. Mendengar kabar bahwa Selena sempat berhenti bernafas, ayah Nicholas langsung meninggalkan kliniknya, yang kebetulan sedang tidak terlalu sibuk, dan bergegas menuju pemakaman.

Kini Selena sudah berada di klinik tersebut, yang lebih dekat dari lokasi pemakaman daripada rumah mereka. Tubuhnya kini terbaring dengan infus terpasang. Ternyata, Selena terlalu kelelahan hingga tubuhnya tumbang tanpa ia sadari.

"Iya, Bang. Aku lupa... Hehe," ujar Selena, mencoba bercanda sambil tersenyum kecil saat berbicara dengan Nicholas melalui panggilan video. Ayahnya sebelumnya telah memberi tahu Nicholas bahwa Selena nyaris "dibawa" ke alam astral.

"Abang serius, Dek. Lain kali kalau merasa tubuhmu nggak sehat, jangan dipaksa, ya. Untung kamu kembali. Gimana kalau..." suara Nicholas terdengar serak, menahan emosi yang nyaris meledak.

Selena tersenyum lemah, namun matanya memancarkan rasa bersala
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Related chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 45

    Setelah semua selesai, Selena, Linggar, dan Rangga akhirnya meninggalkan klinik ayah Nicholas. Ayah Nicholas tidak ikut pulang karena masih harus menyelesaikan pekerjaannya dan pergi ke rumah sakit. Sebelum mereka berpisah, ia menitipkan Selena pada Rangga dan Linggar.Dalam perjalanan pulang, Selena memecah keheningan. "Li, kok bisa kepikiran manggil aki, padahal lu nggak tau apa yang gue alamin di dalam sana?" tanyanya sambil menoleh ke Linggar.Linggar terkejut. "Kok lu tau gue manggil aki?" tanyanya balik, matanya membelalak heran.Selena tersenyum tipis. "Gue bisa ngerasain," jawabnya singkat, seolah hal itu adalah sesuatu yang biasa.Linggar menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Nggak tau juga, gue cuma... keinget aja tiba-tiba. Saking paniknya liat lu nggak nafas, gue refleks manggil aki," ujarnya dengan nada serius, meski matanya menyiratkan rasa lega."Untung banget aki dateng. Makasih ya, Li," ucap Selena dengan tulus.Linggar hanya tersenyum kecil, tapi senyum itu penuh ma

    Последнее обновление : 2024-12-23
  • CALON TUMBAL   BAB 46

    Justin tengah mengemas pakaian-pakaiannya, memasukkannya dengan rapi ke dalam koper. Setelah selesai, ia berdiri dan melangkah keluar dari kamar yang penuh kenangan itu. Sadar akan keberuntungannya memiliki teman sebaik Nicholas, Justin merasa dirinya lah yang bodoh.Dengan langkah pelan, Justin berdiri di depan Nicholas, yang masih mematung dengan wajah dinginnya. Nicholas berdiri dekat meja dapur, menyilangkan tangan di depan dada, menatap Justin dengan tatapan yang sulit diartikan."Nic, maafin gue ya... Gue sadar gue temen yang nggak baik buat lu. Gue selalu bikin onar, selalu bikin elu repot. Gue minta maaf banget..." suara Justin terdengar penuh penyesalan."Udah tau kesalahan lu di mana!?" tanya Nicholas dengan nada ketus, mata Nicholas tajam menatapnya. Justin hanya bisa mengangguk perlahan."Gue bodoh, Nic... Gue gampang banget dimanfaatin sama Allee. Harusnya gue sadar kalau itu cuma akal-akalannya dia. Gue terlalu remehkan semuanya..." Justin menunduk, penuh rasa bersalah.

    Последнее обновление : 2024-12-24
  • CALON TUMBAL   BAB 47

    Semua anak sudah berkumpul di bandara dan kini mulai memasuki pesawat satu per satu. Mereka mencari tempat duduk sesuai tiket masing-masing. Tak disangka, Selena, Rangga, dan Linggar duduk dalam satu barisan yang sama, Selena di tengah diapit oleh keduanya.Melihat itu, Linggar dan Rangga bersorak kegirangan. Mereka bahkan melakukan tos tangan dengan kompak, sesuatu yang jarang terjadi.“Idih, tumben banget kalian akur,” ucap Selena sambil tersenyum. Biasanya, Linggar dan Rangga seperti kucing dan tikus yang tak pernah berhenti saling mengusik.Linggar hanya bisa menggaruk kepalanya sambil berusaha berdalih. “Ya kan… udah mau lulus. Bentar lagi nggak bakal ketemu dia lagi.”“Dih, mulai songongnya,” balas Rangga, melirik Linggar tajam. Namun Linggar pura-pura mengalihkan pandangannya ke luar jendela.Selena tersenyum hangat. “Aku senang deh lihat kalian akur gini. Berasa banget kekeluargaannya.”Perkataan Selena membuat Linggar dan Rangga saling melirik. Kata “kekeluargaan” yang diucap

    Последнее обновление : 2024-12-25
  • CALON TUMBAL   BAB 48

    Semua anak berkumpul di restoran hotel untuk makan malam. Selena duduk di meja bersama Linggar, Rangga, dan Citra. Sore tadi, gangguan dari sosok yang mengerjainya membuat Selena memutuskan untuk kembali membuka mata batinnya.Setelah makan malam, suasana semakin meriah. Para siswa mengadakan pool party di kolam renang utama hotel untuk menghilangkan kebosanan. Tidak ada minuman beralkohol di sana, hanya soda, jus, milkshake, dan minuman lain yang aman. Beberapa anak terlihat berenang sambil tertawa riang, ditemani alunan musik yang membuat malam terasa hidup.“Lompat! Lompat! Lompat!” sorak-sorai anak-anak bergema di udara, menciptakan keriuhan penuh kesenangan.Namun, Selena hanya duduk di meja, menolak ikut ke kolam. Ia memandang sekeliling dengan mata batinnya yang kini kembali terbuka. Dan apa yang dilihatnya membuat bulu kuduknya meremang. Energi di tempat ini jauh lebih menyeramkan dibandingkan saat ia pertama kali tiba.“Hotel ini keren banget, ya. Tiap kamar ada kolam renangn

    Последнее обновление : 2024-12-27
  • CALON TUMBAL   BAB 49

    Keesokan harinya, semua anak sudah berkumpul di restoran sesuai dengan yang diperintahkan oleh guru. Mereka menikmati sarapan sambil bercanda dan berbagi cerita tentang pengalaman tidur mereka di kamar masing-masing."Nyenyak banget gue tidur, maklum sih abis renang malam-malam," ujar seorang siswa dengan penuh semangat."Badan gue pegel, njir. Kayak abis digebukin, salah bantal apa ya?" keluh siswa lainnya sambil mengusap lehernya.Selena hanya mendengarkan, matanya melirik ke sekeliling hotel, mengamati setiap sudut dengan cermat. Dia merasa ada yang tidak beres, dan instingnya terus mengarah pada karyawan lama hotel yang tidak terlihat di mana pun. Dia sangat ingin bertanya, tapi sepertinya tidak ada satupun yang bisa memberinya jawaban.Tiba-tiba, seorang pria keluar dari arah dapur restoran. Dari pakaian dan cara berbicaranya yang sedang menegur karyawan, Selena bisa memastikan bahwa pria itu adalah bos atau pemilik hotel yang baru. Namun, dia tidak mengenal sosok itu sama sekali

    Последнее обновление : 2024-12-28
  • CALON TUMBAL   BAB 50

    Selena hendak keluar, namun tangan nya dicekal oleh pemilik hotel itu. Selena pun menatap tangan yang menahan pergerakannya dengan ekspresi terkejut.Sementara itu, di luar ruangan, Linggar dan Rangga tampak cemas."Maaf, Pak, teman saya sudah mencariku," ujar Selena dengan nada hati-hati."Iya, maaf. Tapi, apa kamu nggak bisa cabut dulu kerisnya?" tanya pemilik hotel itu, mencoba menahan Selena lebih lama."Selena! Kamu di dalam!?" panggil Linggar khawatir."Iya, Li," jawab Selena singkat.Linggar merasa tak nyaman dengan atmosfer di sana, suasana yang mengingatkannya pada saat ia diteror oleh ratu siluman ular di rumahnya.Selena tak peduli lagi dengan pemilik hotel itu. Dengan cepat, ia membuka kunci pintu dan melangkah keluar."Selena, kamu..." Linggar terkejut."Ayo, kita pergi dari sini," kata Selena, dengan cepat menarik tangan Linggar dan Rangga, lalu berlari.Namun, arah larinya berbeda dengan jalan yang mereka tempuh saat datang. Linggar dan Rangga saling berpandangan bingun

    Последнее обновление : 2024-12-29
  • CALON TUMBAL   BAB 51

    Selena sudah berada di kamarnya saat ini. Namun, matanya sulit terpejam. Tidur siang yang terlalu lama hingga pukul tujuh malam tadi membuat rasa kantuk enggan kembali. Dia hanya bisa berbaring telentang di ranjang, pikirannya melayang pada kejadian aneh yang baru saja dilihatnya, asap yang melayang di belakang tubuh Rangga."Kalau itu nyata, apa berarti nyawa Rangga sedang terancam?" batinnya gelisah.Tapi logikanya segera membantah."Mungkin aku salah lihat. Buktinya tadi nggak ada lagi asap itu," gumamnya, mencoba menenangkan diri.Saat pikirannya sibuk bergumul, hidungnya tiba-tiba menangkap bau anyir yang menyengat. Bau itu memaksa Selena untuk bangun dari ranjang dan mencari asal sumbernya. Dengan langkah hati-hati, dia berusaha menelusuri jejak aroma tak wajar itu.Hingga akhirnya, dia menemukannya.Di sudut ruangan, berdiri sesosok perempuan bergaun putih. Sosok itu menunjukkan tubuhnya yang penuh luka, dengan darah mengalir membasahi kain putih yang ia kenakan."Kamu kenapa?"

    Последнее обновление : 2025-01-01
  • CALON TUMBAL   BAB 52

    Beberapa hari kemudian, akhirnya tiba waktunya Rangga pulang ke kampung halamannya. Saat ini, dia sedang sibuk mengemas barang-barangnya, dibantu oleh Linggar dan Selena. Suasana terasa sedikit sendu, terutama bagi Selena, yang sedih karena sebentar lagi harus berpisah dengan Rangga.Mereka bertiga tengah memasukkan buku-buku sekolah Rangga ke dalam kardus. Selena lebih banyak diam, membuat Rangga merasa tidak nyaman melihat sahabatnya seperti itu. Inisiatif pun muncul dari Rangga untuk mencairkan suasana.Tanpa pikir panjang, dia mengambil penghapus dan melemparkannya ke arah Selena."Aduh!" Selena meringis kecil sambil memegangi kepalanya. "Sakit tahu!""Jangan ngelamun terus, nanti kerasukan lho," goda Rangga dengan tawa kecil di wajahnya.Selena memandang Rangga dengan ekspresi manyun. "Ish! Orang lagi sedih kita bakal pisah, eh malah ditimpuk pakai penghapus!""Kan ada Linggar. Dia bisa nemenin kamu," sahut Rangga, masih mencoba menghibur Selena.Selena menghela nafas panjang. "T

    Последнее обновление : 2025-01-01

Latest chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 114

    Selena sedang sarapan dengan ayah Nicholas, dan ayah Nicholas menceritakan pada Selena apa yang kemudian Pak Hasan lakukan pada Faaz. Faaz sudah berhasil diselamatkan hanya tinggal pembersihan saja, dan Selena senang mendengarnya."Alhamdulillah ketemu sama Om Hasan, dia orang yang tepat." Ujar Selena."lya, tapi papa lebih bangga sama kamu, karena kamu sudah berhasil menyelamatkan sukmanya Faaz. Om Hasan bilang, nanti siang akan melakukan pembersihan di rumah Faaz." Ujar ayah Nicholas."Siang ya, pa? Aku nggak bisa bantuin dong." Ujar Selena."Nggak apa-apa, nak.. nggak semua hal harus kamu yang lakuin." Ujar ayah Nicholas, akhirnya Selena mengangguk."Tapi semalem bener-bener serem pa, di alam sana itu bukan kayak alam astral yang biasanya, bukan alam kosong, tapi kayak kota Jakarta asli." Ujar Selena."Mungkin yang kamu lihat memang asli, cuma mereka tidak melihat kamu. Ada sebutannya dulu, orang jawa kuno menyebutnya itu adalah merogo sukmo" Ujar ayah Nicholas, Selena pun mengerny

  • CALON TUMBAL   BAB 113

    Selena masuk kedalam kamar-kamar yang ada di ruangan itu, tapi Selena tak menemukan keberadaan Faaz, Selena terus memanggil Faaz, berharap akan ada sahutan. Dan saat itu Selena melihat nenek tua itu sedang muntah-muntah darah."Kak Faaz!" Panggil Selena dengan keras.Selena melihat Intan juga berubah menjadi mengerikan, Intan merangkak kesakitan, seluruh wajah nya berdarah-darah. Nenek tua itu tampak ngesot di lantai dan menuju ke sebuah pintu yang belum Selena masuki, Selena mengikutinya dan dia melihat Faaz."Kak Faaz!" Selena bergegas masuk dan langsung menghampiri Faaz yang sedang tak sadarkan diri."Kak Faaz! Bangun kak!" Selena menepuk Faaz tapi Faaz tetap tidak sadarkan diri."Kak Faaz, bangun ini Selena." Ujar Selena, dan saat itu Faaz membuka matanya."Kak, ayo kita pergi dari sini." Ujar Selena, dia menggandeng tangan Faaz tapi Faaz kebingungan."Kita dimana?" Tanya nya."Aku jelasin ntar, ayo sekarang kita pergi." Ujar Selena, dan menarik tangan Faaz.Faaz menutup mulut nya

  • CALON TUMBAL   BAB 112

    Faaz duduk dan keheranan karena semua orang sedang mengaji, dan dia diletakkan di tengah seperti mayit. Tapi dari tatapan nya, Faaz terlihat seperti bukan Faaz.Ibunya hendak bangun dan menghampiri Faaz tapi dilarang oleh Selena."Jangan tante, tante harus tetap duduk." Ujar Selena."Kalian ngapain ngaji kayak gini!?" Faaz marah."Karena kami ingin mengeluarkan kamu, dari tubuh kak Faaz." Ujar Selena."Hei! Kamu pikir siapa kamu!? Suruh mereka berhenti!" Ujar Faaz, tapi tentu Selena tidak mendengarkan nya."Kamu nggak kenal dia, Fa? Dia Selena, bukan nya lo sering bahas dia?" Ujar Doni, dan Faaz tampak mengalami sakit kepala.'Selena?' Faaz seolah berpikir keras, siapa gerangan Selena yang dimaksud. "Kak Faaz nggak bakal inget, dia bukan dia karena di otak nya cuma dipenuhi oleh Intan." Ujar Selena, seketika Faaz menatap Selena."Mana pacar gue! Kalian apain pacar gue!" Faaz hendak menghampiri Selena tapi langkah nya terhenti karena dia seolah menabrak pembatas."Om, tante.. semuanya

  • CALON TUMBAL   BAB 111

    Akhirnya pada sore harinya ketika kuliah berakhir, Doni langsung mencegah Faaz yang hendak keluar kelas. Faaz juga sudah mendapat panggilan dari ayah nya tapi Faaz menolak pulang dengan alasan dia ada tugas yang harus dikerjakan. "Fa, bokap lu nelpon gue, dia bilang minta lu pulang." Ujar Doni, Faaz menatap Doni dengan tatapan yang sangat dingin. "Lu yang minta, kan? Mau ngapain si lu!?" Ujar Faaz dan Doni sedikit tertegun. "Fa, lu tuh dalam bahaya dan kita semua sedang berusaha nyelamatin elu. Kita semua care sama nyawa lu jadi please pulang ya, Fa." Ujar Doni, Faaz hanya tersenyum dingin. "Nggak! Jangan ikut campur urusan gue, jangan deket-deket gue, jangan ganggu gue, lu paham!?" Ujar Faaz dengan penuh penekanan. Faaz hendak melangkah pergi tapi Doni akhirnya melakukan hal nekat. "BUGH!!" "UKH!" Doni memukul kepala Faaz sampai pingsan. "Sorry, Fa. Kalo nggak gini, lu nggak slamet." Ujar Doni, lalu menyeret tubuh Faaz. Selena sedang berjalan menuju ke kelas Faaz dan

  • CALON TUMBAL   BAB 110

    Selena tiba di universitas dengan langkah cepat. Kini, ia sudah bersama Linggar. Matanya langsung menangkap sosok Doni di kejauhan, dan tanpa ragu, ia menghampirinya sambil membawa sebotol air putih di tangannya, air yang telah didoakan."Kak..." panggil Selena lembut.Doni mengangguk tanpa banyak bicara, menerima air itu dengan ekspresi tenang. Tanpa menunggu lama, Selena berbalik dan melangkah masuk ke dalam kelasnya bersama Linggar.Sementara itu, Doni juga berjalan menuju kelasnya. Begitu masuk, ia melihat Faaz duduk sambil memegangi kepalanya. Raut wajahnya tampak kesakitan."Lu kenapa, Fa?" Doni bertanya dengan nada khawatir.Faaz menghela napas berat. "Nggak tahu kenapa… kepala gue sakit banget."Tanpa berpikir panjang, Doni mengulurkan botol air yang baru saja diberikan Selena. "Nih, minum dulu."Faaz, yang tengah kesakitan, langsung meneguknya tanpa curiga sedikit pun. Seteguk, dua teguk… Air itu mengalir melewati tenggorokannya, memberikan sensasi dingin yang aneh.Doni mena

  • CALON TUMBAL   BAB 109

    Kenzi dan Selena menaiki eskalator menuju lantai tempat Kenzo dirawat. Sepanjang perjalanan, Kenzi terus menunduk, seolah tak ingin dunia melihat luka yang menggores hatinya. Rasa sakit yang selama ini ia pendam, kini mengalir begitu dalam, membanjiri pikirannya.Sesampainya di depan kamar Kenzo, Kenzi mengambil nafas dalam sebelum mendorong pintu. Begitu masuk, ia langsung disambut pemandangan ibunya yang tengah menangis dalam pelukan sang ayah."Kenzi!" seru ibunya dengan suara bergetar. "Kenzi sayang… maafin Mama, Nak."Dengan cepat, ia bangkit dan langsung memeluk putranya erat, seakan takut kehilangan lagi.Sayang… Ibunya baru saja memanggilnya dengan kata itu. Sesuatu yang selama ini tak pernah ia dengar."Kenzi… maafin Mama," lanjutnya, suaranya terisak. "Mama nggak tau kalau selama ini kamu udah melakukan banyak hal buat kami."Tapi Kenzi hanya diam. Bibirnya melengkung dalam senyuman tipis, tapi hatinya tetap terasa hampa. Tak ada kebahagiaan yang menyeruak, tak ada kehangata

  • CALON TUMBAL   BAB 108

    Selena duduk bersama kedua orang tua Kenzo serta saudara kembarnya, Kenzi. Ia telah menyampaikan semua yang dikatakan Kenzo, tanpa ada yang ditutupi. Kini, keheningan menyelimuti ruangan. Ibunya terdiam sesaat sebelum akhirnya membuka suara."Tapi tetap saja, dia itu bawa sial sejak lahir," ucapnya dingin.Kenzi menunduk. Tatapannya kosong, tapi hatinya penuh luka yang selama ini tak pernah sembuh.Selena menghela napas, mencoba tetap tenang meski dadanya bergejolak. "Tante, nggak ada satu anak pun yang bisa memilih dari rahim siapa dia dilahirkan. Lahirnya seorang anak itu anugerah, rezeki. Itu titipan Allah untuk Tante dan Om." Ucapannya lembut, penuh pemahaman, namun tegas.Kenzi menahan napas, matanya berkaca-kaca. Sementara itu, sang ayah menatap Kenzi dengan ekspresi sulit diartikan."Kenzi bukan pembawa sial," lanjut Selena, suaranya sedikit bergetar. "Cap yang Tante kasih ke dia itu doa dari Tante sendiri. Kenapa bisa Tante sebenci itu sama anak kandung Tante? Anak yang Tante

  • CALON TUMBAL   BAB 107

    Selena berdiri di dalam ruangan rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Matanya terpejam, tubuhnya sedikit gemetar, dan kedua tangannya terangkat seolah sedang menarik sesuatu yang tak terlihat. Bagi orang biasa, ia mungkin tampak seperti sedang melakukan gerakan aneh seperti seseorang yang kesurupan atau berhalusinasi. Tapi di dunia astral, sesuatu yang mengerikan sedang terjadi.Asap hitam pekat merayap keluar dari punggungnya, menggeliat liar seperti makhluk hidup. Selena menggenggam asap itu dengan erat, memaksanya untuk berkumpul di telapak tangannya. Tiba-tiba, asap itu mulai membentuk sosok.Sebuah wajah mengerikan muncul, seorang perempuan dengan mata cekung yang bersinar merah, mulut sobek hingga ke telinga, dan deretan gigi runcing yang meneteskan cairan hitam pekat."Khhk! Khhhk! Lepas!!!" jerit sosok itu, tubuhnya menggeliat kesakitan dalam genggaman Selena.Tapi Selena tetap kuat. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi sesuatu seperti ini."Siapa yang mengirimmu?" tanyanya,

  • CALON TUMBAL   BAB 106

    Saat jam istirahat tiba, akhirnya Selena mengizinkan sosok bernama Roy untuk berbicara. Wajah hantu itu dipenuhi kecemasan, matanya memohon dengan putus asa."Tolongin dia, Selena."Selena menatapnya lekat. Ia sudah tahu kekhawatiran Roy. Sudah sejak lama ia menyadari bahwa Faaz berada dalam bahaya besar."Iya, aku tahu," ujar Selena, suaranya tenang tapi tegas. "Tapi ini nggak mudah."Selena menarik napas, menatap lurus ke arah Roy yang kini menunduk. "Masalahnya, apa yang ada di belakang Intan itu bukan sekadar sosok biasa. Intan jelas-jelas sudah melakukan perjanjian sama setan."Ucapan itu membuat udara di sekitar mereka terasa lebih dingin. Roy mengepalkan tangannya."Selain Kak Roy, siapa teman Kak Faaz yang paling dekat sama dia?" tanya Selena."Doni! Kamu ingat wakil ketua BEM, kan?" jawab Roy cepat.Selena mengangguk. "Oke, aku bakal minta bantuan Kak Doni. Semoga dia gampang diajak ngomong."Setelah itu, Selena kembali ke alam nyata. Begitu kesadarannya kembali, ia langsung

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status