Share

BAB 49

Penulis: jasheline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 22:29:30

Keesokan harinya, semua anak sudah berkumpul di restoran sesuai dengan yang diperintahkan oleh guru. Mereka menikmati sarapan sambil bercanda dan berbagi cerita tentang pengalaman tidur mereka di kamar masing-masing.

"Nyenyak banget gue tidur, maklum sih abis renang malam-malam," ujar seorang siswa dengan penuh semangat.

"Badan gue pegel, njir. Kayak abis digebukin, salah bantal apa ya?" keluh siswa lainnya sambil mengusap lehernya.

Selena hanya mendengarkan, matanya melirik ke sekeliling hotel, mengamati setiap sudut dengan cermat. Dia merasa ada yang tidak beres, dan instingnya terus mengarah pada karyawan lama hotel yang tidak terlihat di mana pun. Dia sangat ingin bertanya, tapi sepertinya tidak ada satupun yang bisa memberinya jawaban.

Tiba-tiba, seorang pria keluar dari arah dapur restoran. Dari pakaian dan cara berbicaranya yang sedang menegur karyawan, Selena bisa memastikan bahwa pria itu adalah bos atau pemilik hotel yang baru. Namun, dia tidak mengenal sosok itu sama sekali
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • CALON TUMBAL   BAB 50

    Selena hendak keluar, namun tangan nya dicekal oleh pemilik hotel itu. Selena pun menatap tangan yang menahan pergerakannya dengan ekspresi terkejut.Sementara itu, di luar ruangan, Linggar dan Rangga tampak cemas."Maaf, Pak, teman saya sudah mencariku," ujar Selena dengan nada hati-hati."Iya, maaf. Tapi, apa kamu nggak bisa cabut dulu kerisnya?" tanya pemilik hotel itu, mencoba menahan Selena lebih lama."Selena! Kamu di dalam!?" panggil Linggar khawatir."Iya, Li," jawab Selena singkat.Linggar merasa tak nyaman dengan atmosfer di sana, suasana yang mengingatkannya pada saat ia diteror oleh ratu siluman ular di rumahnya.Selena tak peduli lagi dengan pemilik hotel itu. Dengan cepat, ia membuka kunci pintu dan melangkah keluar."Selena, kamu..." Linggar terkejut."Ayo, kita pergi dari sini," kata Selena, dengan cepat menarik tangan Linggar dan Rangga, lalu berlari.Namun, arah larinya berbeda dengan jalan yang mereka tempuh saat datang. Linggar dan Rangga saling berpandangan bingun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • CALON TUMBAL   BAB 51

    Selena sudah berada di kamarnya saat ini. Namun, matanya sulit terpejam. Tidur siang yang terlalu lama hingga pukul tujuh malam tadi membuat rasa kantuk enggan kembali. Dia hanya bisa berbaring telentang di ranjang, pikirannya melayang pada kejadian aneh yang baru saja dilihatnya, asap yang melayang di belakang tubuh Rangga."Kalau itu nyata, apa berarti nyawa Rangga sedang terancam?" batinnya gelisah.Tapi logikanya segera membantah."Mungkin aku salah lihat. Buktinya tadi nggak ada lagi asap itu," gumamnya, mencoba menenangkan diri.Saat pikirannya sibuk bergumul, hidungnya tiba-tiba menangkap bau anyir yang menyengat. Bau itu memaksa Selena untuk bangun dari ranjang dan mencari asal sumbernya. Dengan langkah hati-hati, dia berusaha menelusuri jejak aroma tak wajar itu.Hingga akhirnya, dia menemukannya.Di sudut ruangan, berdiri sesosok perempuan bergaun putih. Sosok itu menunjukkan tubuhnya yang penuh luka, dengan darah mengalir membasahi kain putih yang ia kenakan."Kamu kenapa?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • CALON TUMBAL   BAB 52

    Beberapa hari kemudian, akhirnya tiba waktunya Rangga pulang ke kampung halamannya. Saat ini, dia sedang sibuk mengemas barang-barangnya, dibantu oleh Linggar dan Selena. Suasana terasa sedikit sendu, terutama bagi Selena, yang sedih karena sebentar lagi harus berpisah dengan Rangga.Mereka bertiga tengah memasukkan buku-buku sekolah Rangga ke dalam kardus. Selena lebih banyak diam, membuat Rangga merasa tidak nyaman melihat sahabatnya seperti itu. Inisiatif pun muncul dari Rangga untuk mencairkan suasana.Tanpa pikir panjang, dia mengambil penghapus dan melemparkannya ke arah Selena."Aduh!" Selena meringis kecil sambil memegangi kepalanya. "Sakit tahu!""Jangan ngelamun terus, nanti kerasukan lho," goda Rangga dengan tawa kecil di wajahnya.Selena memandang Rangga dengan ekspresi manyun. "Ish! Orang lagi sedih kita bakal pisah, eh malah ditimpuk pakai penghapus!""Kan ada Linggar. Dia bisa nemenin kamu," sahut Rangga, masih mencoba menghibur Selena.Selena menghela nafas panjang. "T

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • CALON TUMBAL   BAB 53

    Linggar terkejut mendengar teriakan Selena, dia langsung melihat ke arahnya dengan cemas. Rangga yang sebelumnya tertidur di depan juga terbangun, terkejut mendengar nama dirinya dipanggil dengan suara panik oleh Selena."Selena, kenapa?" tanya Linggar dengan khawatir, sigap membuka botol air dan memberikannya pada Selena.Selena langsung meminum air itu dengan rakus, meneguk seluruhnya dalam sekali habis. Setelahnya, dia mengatur napas, berusaha menenangkan diri. Dengan lega, Selena sadar bahwa itu hanya mimpi. Namun, betapa anehnya mimpi yang datang begitu jelas di siang hari."Selena, kenapa? Kok kamu teriak manggil namaku?" tanya Rangga, kini berbalik ke belakang, penasaran."Nggak apa-apa, aku cuma mimpi aja tadi," jawab Selena, sambil memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri dari kegelisahan yang melanda.Rangga terkekeh mendengar penjelasan Selena, ia mengira mungkin Selena merasa cemas karena perpisahan yang akan datang, hingga terbawa dalam mimpi."Kita masih bisa ketemu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • CALON TUMBAL   BAB 54

    Rangga membuka buah kelapa yang dia petik tadi dan membagikannya kepada Linggar, ibunya, dan dirinya sendiri. Linggar sangat menikmati rasanya, merasakan manis alami yang segar."Bude, di rumah bude banyak energi yang asing," tiba-tiba Selena berbicara, membuat ibunya Rangga dan Rangga tertegun."Maksudnya, nak?" tanya ibunya, terlihat bingung."Ada yang aneh sama rumah ini. Aku lihat banyak sekali monyet di sekitar rumah Bude, tapi bukan monyet asli," jawab Selena. Rangga langsung tersedak."Pelan-pelan, Ra," ujar ibunya, cemas."Selena, maksud kamu bukan monyet asli?" tanya Rangga, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar."Banyak monyet. Ada satu, dua, tiga, empat, lima, enam... (Selena menoleh ke sana kemari) ada sembilan monyet," jawab Selena, matanya bergerak cepat, seolah mencoba menangkap setiap gerakan di sekitar mereka.Seketika itu, Rangga merinding. Saat di atas pohon kelapa, dia memang melihat monyet aneh yang terus menatapnya, dan sekarang Selena mengungkapkan sesuat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • CALON TUMBAL   BAB 55

    Selena dan Linggar telah selesai makan dan melaksanakan sholat. Kini, mereka berada di ruang tamu bersama bibi dan Ustadz Sholeh yang datang berkunjung.Kedatangan Ustadz Sholeh bukan tanpa alasan. Ia baru saja membantu Selena memagari rumah setelah menemukan sebuah buhul, yang ternyata merupakan kiriman untuk mencelakai Selena. Tanpa ragu, Selena membakar buhul tersebut, bersikap tegar meski situasinya cukup mencekam.“Rupanya, bukan hanya saya yang merasa ada sesuatu yang janggal dengan ayahnya Rangga. Setelah diamati, dia memang telah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya,” ujar Ustadz Sholeh sambil menghela nafas panjang.Selena menatapnya dengan cemas. “Jadi, yang ada di rumah Rangga itu bukan kiriman, Ustadz? Itu peliharaan ayah Rangga?” tanyanya.Ustadz Sholeh mengangguk, raut wajahnya menyiratkan keprihatinan. “Astaghfirullah…” gumam Selena pelan.“Kenapa Pakde sampai menempuh jalan itu? Ya Allah…” ucap Selena dengan mata berkaca-kaca. Kesedihannya terasa dalam; keluarga Ran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • CALON TUMBAL   BAB 56

    Selena dan Linggar melangkah perlahan menuju rumah ibunya Rangga. Ketika mereka masuk, terlihat wajah sang ibu tampak lemas dan pucat, seperti seseorang yang tengah memikul beban berat. Selena berusaha menjaga sikap. Ia tahu kebenaran tentang pakde tidak mudah disampaikan, namun ia harus memastikan satu hal: apakah ibunya Rangga sudah tahu atau belum.Tak lama, ibunya Rangga muncul dari dalam rumah dengan membawa nampan berisi minuman. Senyumnya samar, namun tetap ada kehangatan di sana. Ia meletakkan gelas-gelas itu di depan Selena dan Linggar, kemudian duduk di hadapan mereka."Minum dulu, Nak," ujarnya lembut, menyodorkan minuman itu."Terima kasih, bude," jawab Selena dan Linggar bersamaan, dengan nada sopan.Selena mencoba memulai pembicaraan, memilih kata dengan hati-hati. "Bude, kalau boleh tahu, sejak kapan pakde buka lapak buah?""Oh, sudah cukup lama," jawab ibunya Rangga sambil tersenyum tipis. "Sejak Rangga pindah ke Jakarta, pakde-mu mulai jualan buah di pasar."Selena me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • CALON TUMBAL   BAB 57

    Malam semakin larut, tetapi Selena masih terjaga. Ucapan Raja Monyet terus bergema di benaknya, mengusik ketenangannya. "Keluargamu bersekutu dengan iblis," katanya. Kata-kata itu seperti racun yang menyusup ke pikirannya."Bagaimana mungkin? Semua keluargaku sudah tiada..." gumam Selena sambil menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Ia menggigit bibir, mencoba meredam kekhawatiran yang menjalar. "Ataukah... apakah aku memiliki keluarga lain yang aku sendiri nggak tahu?"Berputar-putar di kamar tanpa arah, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh. Suara langkah berat terdengar dari atap rumahnya.Kriet!Selena terdiam, menengadah ke atas. Ia mengaktifkan kemampuan penglihatannya untuk melihat yang tak kasat mata. Di atap rumah, terlihat makhluk-makhluk mengerikan yang mencoba masuk. Tubuh mereka hitam legam, rambut panjang menjuntai seperti benang kusut. Mereka bertaring, dengan leher yang panjang menjulur seperti ular.Energi mereka begitu jahat, sangat negatif hingga membuat udar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

  • CALON TUMBAL   BAB 118

    Selena sudah bersama ibunya Intan, saat ini ibunya Intan sedang menangis tersedu-sedu karena kondisi Intan makin tidak normal. Ibunya Intan juga menceritakan pada Selena tentang kejadian kemarin saat ada belatung yang keluar dari kemaluan Intan, Selena dan Linggar sampai ngeri mendengarnya."Tiap malem dia selalu merintih kesakitan, minta ampun, minta tolong, tapi dia sama sekali nggak kebangun dan sadar. Tante ngaji, dia makin kesakitan. Tante nggak ngerti lagi harus gimana.." Ujar ibunya Intan."Kita ke rumah Faaz dulu ya, tan. Aku semalem udah ngomong sama orang tuanya. Abis itu aku kenalin tante sama temen papaku yang bantu nolongin Faaz waktu itu." Ujar Selena, dan ibunya Intan mengangguk."Iya nak, tante berharap ada yang bisa nolong Intan." Ujar ibunya Intan.Akhirnya Selena dan Linggar membawa ibunya Intan itu ke rumah orang tua Faaz, dimana di sana juga ada Faaz yang senang dengan kedatangan Selena. Selena salim dengan kedua orang tua Faaz dan kini mereka duduk di ruang tamu.

  • CALON TUMBAL   BAB 117

    Selena keluar dari ruangan Intan karena sejujurnya dia juga tidak tahan dengan bau dari tubuh Intan, padahal ruangan Intan itu sudah dipasangi pengharum ruangan dengan uap, tapi masih tidak mengalahkan bau dari tubuh Intan.Selena kini sedang berada di luar ruangan Intan bersama ibunya Intan yang masih menangis setelah mendengar cerita dari Selena tentang kelakuan Intan tanpa sepengetahuan dirinya."Besok, tolong anterin tante ke rumah korbannya Intan, mau kan nak? Tante mau minta maaf, barangkali maaf mereka juga bisa mengurangi penderitaan Intan." Ujar ibunya Intan."Iya tante, kebetulan besok libur." Ujar Selena."Tante.. kalau semisal Intan pergi.." Selena menggantung, tidak ingin menyakiti perasaan ibunya Intan."Tante ikhlas kalo emang Intan harus pergi, tante sudah memaafkan semua kesalahan Intan. Tante nggak tega liat Intan menderita, nak.. hiks! Tante nggak menyangka Intan malah jadi salah jalan begini." Ibunya Intan benar-benar terpukul."Insyaallah akan kami bantu, tante. B

  • CALON TUMBAL   BAB 116

    Seminggu setelah kejadian itu, akhirnya Faaz dinyatakan sembuh. Tapi meski demikian Faaz harus lebih mendekatkan diri pada yang maha kuasa, sebab hanya itu benteng tertinggi agar dia selamat.Faaz sama sekali tidak mengingat apapun yang pernah dia lakukan dengan Intan selama sebulan menjalin hubungan dengan Intan, bahkan Faaz sama sekali tidak mengenal siapa itu Intan. Begitu efek peletnya hilang, Faaz lupa dengan Intan.Dan juga.. Intan sendiri menghilang begitu saja, sudah seminggu lamanya dia tidak masuk kelas. Selena masih memikirkan apa kiranya yang terjadi dengan Intan sampai satu minggu itu tidak masuk kelas."Sel, gue dapet kabar dari anak kampus, katanya Intan masuk rumah sakit." Ujar Linggar."Intan masuk rumah sakit!?" Selena terkejut."Iya, katanya orang tuanya ngasih surat ke dosen, Intan nggak bisa masuk karena dia sakit keras dan dirawat." Sahut Linggar, Selena terdiam mendengarkan itu."Oiya! denger-denger sakitnya aneh, katanya dia sekarat dan.. seluruh badannya busuk

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status