Share

Part 79 : Jembatan yang Kokoh

Bus tua itu terus bergerak pelan melewati jalan. Suara knalpotnya terdengar mengaum-ngaum menempuh sebuah tanjakan yang cukup tinggi, setelah berhasil tiba di puncak, terlihatlah rumah-rumah para warga di desa Serampeh dalam jarak satu kilometer. Tidak lama lagi Rameng dan kawan-kawannya itu akan segera tiba di sana.

Sindi masih terjaga di kursi belakang. Tatapan matanya jauh melayang ke luar sana, melihat pohon-pohon besar yang tumbuh memenuhi hutan. Tujuh orang pria itu masih juga terjaga di depan, mereka tidak tidur semalaman.

Dari kursi sebelah, tiba-tiba Meri terbangun. Sindi dengan buru-buru segera menempelkan telunjuk di mulutnya, mengisyaratkan agar temannya itu tidak menimbulkan suara. Saat itu hari telah pagi, cahaya matahari memancar terang dari jendela samping, hingga masuk menembus kaca jendela bus tua itu yang sedang merayap di jalanan.

Suasana di dalam bus tua itu begitu hening, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka mulut untuk berbicara. Apakah mereka semua sedan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status