Hari sudah mulai panas. Waktu telah berganti, dan jam telah menunjukkan 10:33. Natasha dan Allen sedang beristirahat. Mereka sudah benar-benar lelah karena sudah setengah jam berdiri dan menyiapkan Kue Ulang Tahun untuk Kiran nanti.
Natasha dan Allen saat ini sedang menunggu kedatangan Kiran. Yah, Natasha dan Allen sudah menghubungi Kiran untuk datang kerumah Natasha. Mereka tidak memeberitau alasan kenapa mereka menyuruh atau bahkan memaksa Kiran untuk datang sekarang juga.
Kiran awalnya sangat bingung dengan kedua sahabatnya yang memaksanya. Tetapi, Kiran menyetujui ucapan mereka untuk datang kerumah Natasha, walau sedikit bingung.
Sedangkan Allen dan Natasha sudah mempersiapkan semua yang akan diperlukan nanti. Saat ini Natasha dan Allen tinggal menunggu kedatang Kiran yang entah kapan datangnya.
Natasha dan Allen menunggu Kiran dengan cara menonton televisi sembari duduk dan memakan beberpa cemilan ringan, agar tidak cepat bosan untuk menunggu kehadiran Kiran.
Rumah Kiran bisa dibilang sedikit jauh dari rumah Natasha dan Allen. Jadi, perlu waktu beberapa menit untuk Kiran sampai ke rumah Natasha.
"Huft! Kiran sangat lama! Aku hampir bosan dari tadi begini saja." keluh Natasha sembari menonton televisi.
"Sabat sedikit Nat. Mana tau ditengah jalan sana macetkan? Namanya juga Kota Nat. Pasti macetkan? Jadi, sabar dikit yah? Pasti disana Kiran juga sedang berusaha cepat berkendara untuk sampai di rumah ini Nat." ucap Allen memberi nasihat.
"Iyah juga sih. Tapi'kan kau tidak punya waktu lama Len?" ucap Natasha.
"Hmm? Nggak papa kok. Palingan aku nanti kena marah dan kena hukum oleh Ibu dan yang lainnya." ucap Allen berusaha bersabar dan tenang.
"Ha? Kau tidak merasa sakit gitu?" tanya Natasha.
"Sebenarnya sakit Nat. Bahkan melebihi dari perihnya tertusuk pisau dijantungku ini Nat. Tapi apa boleh buat? Apa dayaku yang tidak bisa melawan kedua orangtuaku dan saudaraku sendiri, Nat? Apa dayaku? Aku tidak bisa berbuat apa-apa, selain mengikuti alur jalan cerita mereka tentang jalan hidupku, Nat." ucap Allen membatin dengan air yang mulai menetes dalam bayangan.
"Len? Len? Kau tidak kenapa-kenapa'kan? Apa aku menyinggu perkataanmu? Atau aku ada berbuat salah denganmu Len?" ucap Natasha bertubi-tubi.
"Hmm....!" geleng Allen dengan senyuman manisnya.
"Lalu?"
"Aku hanya ingin bilang padamu, kalau aku sudah terbiasa dengan itu semua Nat. Hukuman dan amarah dari kedua orangtuaku dan juga kemarahan dari saudaraku, Alana. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk aku tidak mengatakan itu sudah biasa, bukan?" jelas Allen dengan nyeri dihatinya.
Allen berusaha mati-matian untuk menahan air matanya yang ingin sekali menetes membasahi kedua pipinya dan mengatakan kepada Natasha, betapa sakitnya penderitaan yang ia alami selama ia hidup di dunia ini.
"Len? Kau yakin? Atau kau sedang berbohong? Maksudku, lebih tepatnya kau berusaha berbohong kepadaku untuk membohongi dirimu sendiri? Benar atau tidak Len?" tanya Natasha karena ia ingin Allen tidak menutupi penderitaan atau bahkan rahasianya kepada kedua sahabatnya walau hanya sedikit saja.
"Nat? Apaan sih? Aku nggak kek gitu kok. Tenanglah!" ucap Allen berusaha tersenyum didepan Natasha.
"Ka--"
Natasha berhenti berbicara saat mendengar suara klakson mobil dari luar rumahnya. Lebih tepatnya didepan pagar rumahnya.
Natasha dan Allen saling bertatapan. Natasha dan Allen segera melompat dari duduknya dan membersihkan ruang tamu dan menyiapkan apa yang akan diperlukan nantinya.
"What?! Allen! Gimana donk? Itu sih Kiran udah didepan rumah. Aduh!" keluh Natasha panik.
"Nat? Udah jangan panik! Kita langsung siapkan semuanya saja agar cepat selesainya. Kita berpencar nyari tugas biar cepat, oke?" ucap Allen tegas.
"Ayo! Gaskan! Aku berurusan dengan dapur. Sedangkan kau diruang tamu ini yah? Nanti siapa yang luan siap harus bantu dan aku akan membuka gerbang dan kau didalam mempersiapkan apa yang belum siap. Oke'kan?" ucap Natasha.
"Ayo mulai sekarang! Aku setuju banget!" ucap Allen.
Lalu, Natasha dan Allen pun mulai mengerjakan apa yang harus mereka lakukan sekarang.
..............
"Aduh...! Kemana sih mereka berdua? Tadi maksa biar cepat datang. Nah sekarang giliran aku udah sampai, malah mereka yang nggak bukain gerbangnya. Entah kemana mereka berdua ini." omel Kiran didalam mobilnya sembari membunyikan suara klakson mobilnya berulang kali.
"Woii! Anak setan! Natasha....! Allen....! Bukain donk! Aku udah sampai nih...!" jerit Kiran sekuat tenaga agar Natasha dan Allen mendengarnya berteriak.
"Mana sih mereka?"
............
"Yaudah. Aku keluar yah? Siapkan semuanya dengan bagus! Harus sesuai seperti rencana kita yah Len?" ucap Natasha.
"Hmm! Pasti kok!" angguk Allen berantusias.
Setelah mengatakan itu, Natasha pun keluar rumah untuk membuka'kan gerbang rumahnya dan mempersilahkan Kiran untuk masuk dan memarkirkan mobil miliknya itu diparkiran rumah Natasha yang sudah dibuat.
"Iyah... sabar dikit nape sih Kir?! Nggak sabaran amat!" pekik Natasha sembari berjalan menuju gerbang.
"Makanya bukain donk! Lama tau nggak?!" kesal Kiran.
"Iyah...! Bising amat!" ucap Natasha sembari membukakan gerbang rumahnya.
Setelah membukakan gerbangnya. Kiran pun memasukan dan memarkirkan mobil miliknya. Setelah memarkirkannya, Kiran pun keluar dari mobil dengan membawa dua pelastik besar yang berisi cemilan mahal semua.
"Ini cemilan untuk kita ngumpul Kir?" tanya Natasha sembari membuka kedua pelastik besar itu.
"Hooh! Yah lu kira buat gua jual ditempat tukang kanglongmerat ha?" ucap Kiran ngegas.
"Yah nggak usah ngengas juga kali! Santai aja udah!" ucap Natasha.
"Hmm! Btw sih Allen kemana?" tanya Kiran bingung.
"Udah nggak usah banyak tanya! Itu sih Allen nunggu lu didalam. Udah cepat masuk sono!" ucap Natasha.
"Iyah!" ucap Kiran sembari berjalan masuk kedalam.
Lalu Kiran pun masuk kedalam rumah Natasha. Saat Kiran masuk, Kiran sedikit gugup. Entah kenapa, tapi itulah yang dirasakan Kiran.
"Kenapa berhenti?" tanya Natasha saat melihat Kiran berhenti.
"Ini Nat. Entah kenapa aku jadi gugup gini. Kayak aku baru pertama kali ke rumahmu." ucap Kiran.
"Alah! Alasan! Udah sama cepatan masuk!" paksa Natasha.
"Iyah ish! Maksa amat! Kayak ada sesuatu aja untuk k--"
"DORRR! SELAMAT ULANG TAHUN KIRAN TERSAYANGKU."
"Aawww!" teriak Kiran sekuat tenaga.
"HBD Kiran." ucap Allen sembari berjalan menuju kearah Allen dengan membawa kue ulang tahun yang mereka buat sendiri.
Kiran pun menangis terharu akan perlakuan kedua sahabatnya yang tidak ia duga-duga. Kiran langsung saja memeluk Natasha dan Allen tanpa aba-aba.
"Ish! Kalau meluk itu bilang-bilang nape Kir? Itu kuenya udah mau jatuh tadi dari tangan sih Allen." ucap Natasha.
"Hiks... makasih yah Guys? Kalian berdua memang The Beast deh. Aku sangat bahagia untuk ini semua. Aku bersyukur karena aku bisa bertemu dan bersahabat dengan orang baik seperti kalian berdua ini." ucap Kiran sembari menangis terharu.
"Kami juga sama keles. Iyahkan Len?" ucap Natasha dengan senyumannya.
"Hmm! Natasha benar Kiran." timpal Allen.
"Iyah... Thanks yah Len, Nat?"
"Iyah Kir. Sama-sama." ucap Allen dan Natasha serentak.
NOTE : 'Bagaimana pun, sahabatmu adalah bagian yang terbesar dari dalam hidupmu setelah keluargamu.'
Pagi hari telah muncul. Allen sih Gadis yang sudah terbiasa bangun pagi jam 05:00 subuh, hanya untuk membantu Bibi yang ia sayangi itu."Bi? Ini sudah jam 06:00. Aku bangunin Alana dulu yah?" ucap Allen."Iyah Non." ucapnya.Lalu Allen pun pergi naik keatas, tempat dimana Alana berada. Allen sudah selesai mandi dan bersih-bersih."Alana..." panggil Allen dari luar pintu karena takut Alana marah."Lan? Alana? Bangun. Ini sudah jam 06:00. Kamu harus siap-siap. Hari ini kita upacara." ucap Allen."Sshht! Bising tau nggak Len?!" teriak Alana marah."Maaf Lan. Tapi ini sudah pagi." ucap Allen."Issh! Siapa bilang ini masih subuh?! Bising tau nggak?!" sentak Alana lagi."Lan?""DIAM!!!" teriak Alana sekuat mungkin."Ada apa ini? Kenapa Alana teriak-teriak? Apa yang telah kamu lakukan padanya Allen?" tanyanya."Ibu? Tidak kok Bu. Allen nggak ngapa-ngapain. Allen hanya nyuruh Alana buat siap-siap untuk
"Yaudah. Jadi, lu kesini mau ngapain? Mau ngebantuin gua atau nggak nih?" tanya Argan."Hm? Yaudah. Karena lo kawan sekolah gua, pastinyalah gua bantuin." ucap Allen."Yaudah yuk bantuin!" ucap Argan bersemangat."Hmm..." dehem Allen sembari memerhatikan jam ditangan Argan.Argan sedikit bingung karena Allen menatap jam tangan mahalnya itu. Argan langsung berfikir negatif thinking dengan Allen. Argan langsung menarik tangannya dan menyembunyikan jam tangannya dibelakangnya."Kenapa?" tanya Allen bingung."Nggak! Lu ngapain lihat'tin jam tangan gua terus? Apa jangan-jangan lu mau nyolong yah? Bukannya ngebantuin malah mau nyolong aja! Sana ihh!" ucap Argan sedikit kasar mendorong Allen.Allen yang diperlakukan seperti itu pun sedikit bingung dan terdiam di tempat. Allen menatap Argan dengan tatapan bingungnya."Apaan sih?! Aku tuh lihat jam tangan kamu karena mau lihat udah jam berapa! Udah itu aja! Nggak ada tuh niatku buat nyo
"Kir." panggil Natasha."Hm?" dehemnya yang masih serius dengan buku ditangannya."Kir!" panggil Natasha lagi dengan nada yang sedikit menaik."Ish! Apaan sih, Nat! Ngeganggu orang lagi serius aja deh!" kesal Kiran yang terpaksa harus menghentikan aktifitas membacanya."Udah deh! Nggak usah terlalu serius kali sama tuh mapel. Lebih baik, lu serius tentang dimana keberadaan Allen sahabat kita satu-satunya Kir. Gimana sih? Jadi sahabat kok nggak peka amat Kir?!" ucap Natasha bingung dan menyindir."Ihh! Apaan sih Nat? Lu pikir gua gila apa? Main kata gua nggak peduli sama sahabat gua sendiri lagi! Tuh mulut kalau ngomong mohon difilter aja yah mbak? Takut ntar malah ngebuat orang pen nabok tuh mulutnya yah Mbak?" jelas Kiran kejam melotot."Ish! Dasar kucing garong! Gua masak jadi daging kucing sop baru tau rasa!" ucap Natasha tak masuk akal karena geramnya."Dih, anjim!" ucap Kiran."Udah ahk, nggak perlu basa-basi. Yang jelas s
Argan dan Allen sedang didalam perjalanan menuju ke sekolah. Allen sangat gelisah, karena belum memberikan kabar untuk Kiran dan Natasha, sang sahabatnya."Kenapa Len? Lu kayaknya gelisah." ucap Argan yang menyadarinya."Eh? Ketahuan yah gelisahnya?" ucap Allen cengir."Ketahuanlah. Emang kenapa gelisah? Apa yang lu pikirin sampai gelisah galau merana begitu?" tanya Argan sedikit jahil."Nggak papa kok. Aku hanya gelisah karena hal kecil doank." ucap Allen tidak berniat untuk memberitaunya."Ohh... Kalau boleh ku nasehati yah? Nggak baik loh terlalu gelisah dengan hal kecil doank. Nanti, kalau kamu gelisah dalam hal kecil, bagaimana kamu mau menjalankan hal yang besar? Yahkan Len? Aku hanya menasehati loh... Jangan merasa nggak enak'kan yah? Sorry kalau ada ada kesalahan." ucap Argan menasehati sembari fokus menatap kedepan jalan raya."Hm? Iyah aku tau kok. Nggak papa juga kalau kamu menasehati aku. Lagian, terkadang nasehat orang ada benar
"Mau kemana lagi? Yah menyusup ke sekolah'lah! Biar nggak ketahuan sama guru Killer yang sadis loh!" jawab Argan santai tanpa melihat siapa yang bicara."Gan?" panggil Allen berbisik.Sayangnya, Argan tidak mendengar ucapan Allen dan malah lebih menatap kedepan."Emangnya siapa guru killernya?""Yah Pak Samson! Kan dia udah sedeng dari rahim emaknya." jawab Argan santai tanpa dosa."Ohh! Jadi Pak Samson memang udah sedeng dari rahim Ibu'nya yah?" ucapnya menahan geram seperti ingin menerkam habis Argan."Iy-- eh Bapak Guru yang paling ganteng dan tampan!" ucap Argan menoleh dan mencoba menggoda Gurunya."Hah! Dari tadi udah dipanggil tapi nggak ngerti juga'kan?" ucap Allen."Lu sih! Nggak manggil dari tadi!" ucap Argan menyalahkan Allen."Ish apaan sih?! Dari tadi tuh Allen udah manggil Argan dan ingin menyuruh Argan diam dan berbalik! Tapi Argan aja yang nggak mau dengerin Allen." ucap Allen sedikit marah.
"Pak." panggil Argan saat sudah berada didalam Ruang Kantor Guru."Ada apa?" tanya Pak Samson cuek."Bapak mau ngehukum kami'kan?""Hm!""Trus? Kenapa kami dari tadi malah disuruh berdiri gaje gini Pak? Udah hampir setengah jam disuruh berdiri Pak. Kasihanilah Pak... kami capek dan letih akan keberdirian yang tiada taranya Pak." dramatis Argan."Diam! Dramatis banget kamu!" sentak Pak Samson."Yaelah Pak. Buat kita bahagia dikit napa Pak?" ucap Argan."Mau ditambahin nggak hukumannya? Bapak lagi baik." ucap Pak Samson menahan amarahnya dengan seulas senyuman paksa."Eh... eh? Nggak jadi Pak." ucap Argan."Yasudah! Berdiri dengan tegak!" perintah Pak Samson."Pak?" panggil Allen pelan."Hmm?" dehem Pak Samson."Itu Pak... anu..." gugup Allen."Anu apaannya Allen? Bikin Bapak pusing!" ucap Pak Samson."Itu Pak... Allen kecapean berdiri terus. Bisa nggak Allen duduk sebentar? Sebenta
Pagi hari telah menyinari seluruh sudut Kota Jakarta. Allen Zaleska adalah seorang Gadis buruk rupa yang sedang menjemur seember pakaian yang sudah dicuci bersih."Huft! Akhirnya siap juga. Oh yah? Hari ini aku ada janji sama Natasha buat bikin kue. Hihihi, telat dikit nggak papa kali yah?" gumamnya sendiri.Setelah mengatakan itu, Allen pergi masuk kedalam rumah untuk membersihkan dirinya sendiri."Allen?" panggil seorang wanita paruh baya."Ibu? Ada apa, Bu?" tanyanya."Itu, kenapa sarapan pagi belum siap?" tanyanya jutek."Maaf Bu, hari ini Allen mau pergi ke rumah Natasha buat kue. Allen sudah janji jam 08:00, Bu." cicitnya takut."Ha? Kalau mau pergi itu musti lihat dulu! Gimana seh?!" ucap Alana sinis."Alana? Kamu udah bangun sayang?" ucapnya perhatian."Udah Mah. Itu, sih Allen kalau kerjaannya belum siap, nggak usah dikasih keluar Mah. Ntar jadi ngerunjak!" ucap Alana sinis."Nggak kok Alana. Aku nggak ak
"Natasha... Natasha..." panggil Allen sembari menenteng tasnya."Dimana yah Natasha? Kok nggak nongol sih? Apa pergi kali yah?" pikir Allen sembari celinga-celingu melihat kesana-kesini untuk mencari keberadaan Natasha.Setelah beberapa menit meneliti, Allen pun baru tersadar bahwa Natasha tidak ada di rumah.Allen menunggu Natasha diluar rumah sembari duduk dan bermain handphone miliknya.Allen membuka sebuah Room Chat. Allen melihat, bahwa Natasha sudah mengechat dirinya terlebih dahulu. Hanya saja, Allen terlalu sibuk mengerjakan tugasnya di rumah tadi.Disitu tertulis bahwa Natasha mengirim sebuah pesan dengan ucapan, 'Len, nanti jam 08:00 pagi aku keluar rumah. Jadi, kau nggak perlu datang jam segitu yah? Karena aku harus bekerja separuh waktu. Nanti, jam 10:00 aku pasti datang. Maaf yah?'.Kira-kira begitulah pesan dari Natasha untuk Allen. Allen yang baru saja melihatnya merasa kecewa sedikit. Allen menghirup dan menghembuskan nafasny
"Pak." panggil Argan saat sudah berada didalam Ruang Kantor Guru."Ada apa?" tanya Pak Samson cuek."Bapak mau ngehukum kami'kan?""Hm!""Trus? Kenapa kami dari tadi malah disuruh berdiri gaje gini Pak? Udah hampir setengah jam disuruh berdiri Pak. Kasihanilah Pak... kami capek dan letih akan keberdirian yang tiada taranya Pak." dramatis Argan."Diam! Dramatis banget kamu!" sentak Pak Samson."Yaelah Pak. Buat kita bahagia dikit napa Pak?" ucap Argan."Mau ditambahin nggak hukumannya? Bapak lagi baik." ucap Pak Samson menahan amarahnya dengan seulas senyuman paksa."Eh... eh? Nggak jadi Pak." ucap Argan."Yasudah! Berdiri dengan tegak!" perintah Pak Samson."Pak?" panggil Allen pelan."Hmm?" dehem Pak Samson."Itu Pak... anu..." gugup Allen."Anu apaannya Allen? Bikin Bapak pusing!" ucap Pak Samson."Itu Pak... Allen kecapean berdiri terus. Bisa nggak Allen duduk sebentar? Sebenta
"Mau kemana lagi? Yah menyusup ke sekolah'lah! Biar nggak ketahuan sama guru Killer yang sadis loh!" jawab Argan santai tanpa melihat siapa yang bicara."Gan?" panggil Allen berbisik.Sayangnya, Argan tidak mendengar ucapan Allen dan malah lebih menatap kedepan."Emangnya siapa guru killernya?""Yah Pak Samson! Kan dia udah sedeng dari rahim emaknya." jawab Argan santai tanpa dosa."Ohh! Jadi Pak Samson memang udah sedeng dari rahim Ibu'nya yah?" ucapnya menahan geram seperti ingin menerkam habis Argan."Iy-- eh Bapak Guru yang paling ganteng dan tampan!" ucap Argan menoleh dan mencoba menggoda Gurunya."Hah! Dari tadi udah dipanggil tapi nggak ngerti juga'kan?" ucap Allen."Lu sih! Nggak manggil dari tadi!" ucap Argan menyalahkan Allen."Ish apaan sih?! Dari tadi tuh Allen udah manggil Argan dan ingin menyuruh Argan diam dan berbalik! Tapi Argan aja yang nggak mau dengerin Allen." ucap Allen sedikit marah.
Argan dan Allen sedang didalam perjalanan menuju ke sekolah. Allen sangat gelisah, karena belum memberikan kabar untuk Kiran dan Natasha, sang sahabatnya."Kenapa Len? Lu kayaknya gelisah." ucap Argan yang menyadarinya."Eh? Ketahuan yah gelisahnya?" ucap Allen cengir."Ketahuanlah. Emang kenapa gelisah? Apa yang lu pikirin sampai gelisah galau merana begitu?" tanya Argan sedikit jahil."Nggak papa kok. Aku hanya gelisah karena hal kecil doank." ucap Allen tidak berniat untuk memberitaunya."Ohh... Kalau boleh ku nasehati yah? Nggak baik loh terlalu gelisah dengan hal kecil doank. Nanti, kalau kamu gelisah dalam hal kecil, bagaimana kamu mau menjalankan hal yang besar? Yahkan Len? Aku hanya menasehati loh... Jangan merasa nggak enak'kan yah? Sorry kalau ada ada kesalahan." ucap Argan menasehati sembari fokus menatap kedepan jalan raya."Hm? Iyah aku tau kok. Nggak papa juga kalau kamu menasehati aku. Lagian, terkadang nasehat orang ada benar
"Kir." panggil Natasha."Hm?" dehemnya yang masih serius dengan buku ditangannya."Kir!" panggil Natasha lagi dengan nada yang sedikit menaik."Ish! Apaan sih, Nat! Ngeganggu orang lagi serius aja deh!" kesal Kiran yang terpaksa harus menghentikan aktifitas membacanya."Udah deh! Nggak usah terlalu serius kali sama tuh mapel. Lebih baik, lu serius tentang dimana keberadaan Allen sahabat kita satu-satunya Kir. Gimana sih? Jadi sahabat kok nggak peka amat Kir?!" ucap Natasha bingung dan menyindir."Ihh! Apaan sih Nat? Lu pikir gua gila apa? Main kata gua nggak peduli sama sahabat gua sendiri lagi! Tuh mulut kalau ngomong mohon difilter aja yah mbak? Takut ntar malah ngebuat orang pen nabok tuh mulutnya yah Mbak?" jelas Kiran kejam melotot."Ish! Dasar kucing garong! Gua masak jadi daging kucing sop baru tau rasa!" ucap Natasha tak masuk akal karena geramnya."Dih, anjim!" ucap Kiran."Udah ahk, nggak perlu basa-basi. Yang jelas s
"Yaudah. Jadi, lu kesini mau ngapain? Mau ngebantuin gua atau nggak nih?" tanya Argan."Hm? Yaudah. Karena lo kawan sekolah gua, pastinyalah gua bantuin." ucap Allen."Yaudah yuk bantuin!" ucap Argan bersemangat."Hmm..." dehem Allen sembari memerhatikan jam ditangan Argan.Argan sedikit bingung karena Allen menatap jam tangan mahalnya itu. Argan langsung berfikir negatif thinking dengan Allen. Argan langsung menarik tangannya dan menyembunyikan jam tangannya dibelakangnya."Kenapa?" tanya Allen bingung."Nggak! Lu ngapain lihat'tin jam tangan gua terus? Apa jangan-jangan lu mau nyolong yah? Bukannya ngebantuin malah mau nyolong aja! Sana ihh!" ucap Argan sedikit kasar mendorong Allen.Allen yang diperlakukan seperti itu pun sedikit bingung dan terdiam di tempat. Allen menatap Argan dengan tatapan bingungnya."Apaan sih?! Aku tuh lihat jam tangan kamu karena mau lihat udah jam berapa! Udah itu aja! Nggak ada tuh niatku buat nyo
Pagi hari telah muncul. Allen sih Gadis yang sudah terbiasa bangun pagi jam 05:00 subuh, hanya untuk membantu Bibi yang ia sayangi itu."Bi? Ini sudah jam 06:00. Aku bangunin Alana dulu yah?" ucap Allen."Iyah Non." ucapnya.Lalu Allen pun pergi naik keatas, tempat dimana Alana berada. Allen sudah selesai mandi dan bersih-bersih."Alana..." panggil Allen dari luar pintu karena takut Alana marah."Lan? Alana? Bangun. Ini sudah jam 06:00. Kamu harus siap-siap. Hari ini kita upacara." ucap Allen."Sshht! Bising tau nggak Len?!" teriak Alana marah."Maaf Lan. Tapi ini sudah pagi." ucap Allen."Issh! Siapa bilang ini masih subuh?! Bising tau nggak?!" sentak Alana lagi."Lan?""DIAM!!!" teriak Alana sekuat mungkin."Ada apa ini? Kenapa Alana teriak-teriak? Apa yang telah kamu lakukan padanya Allen?" tanyanya."Ibu? Tidak kok Bu. Allen nggak ngapa-ngapain. Allen hanya nyuruh Alana buat siap-siap untuk
Hari sudah mulai panas. Waktu telah berganti, dan jam telah menunjukkan 10:33. Natasha dan Allen sedang beristirahat. Mereka sudah benar-benar lelah karena sudah setengah jam berdiri dan menyiapkan Kue Ulang Tahun untuk Kiran nanti.Natasha dan Allen saat ini sedang menunggu kedatangan Kiran. Yah, Natasha dan Allen sudah menghubungi Kiran untuk datang kerumah Natasha. Mereka tidak memeberitau alasan kenapa mereka menyuruh atau bahkan memaksa Kiran untuk datang sekarang juga.Kiran awalnya sangat bingung dengan kedua sahabatnya yang memaksanya. Tetapi, Kiran menyetujui ucapan mereka untuk datang kerumah Natasha, walau sedikit bingung.Sedangkan Allen dan Natasha sudah mempersiapkan semua yang akan diperlukan nanti. Saat ini Natasha dan Allen tinggal menunggu kedatang Kiran yang entah kapan datangnya.Natasha dan Allen menunggu Kiran dengan cara menonton televisi sembari duduk dan memakan beberpa cemilan ringan, agar tidak cepat bosan untuk menunggu kehadir
"Natasha... Natasha..." panggil Allen sembari menenteng tasnya."Dimana yah Natasha? Kok nggak nongol sih? Apa pergi kali yah?" pikir Allen sembari celinga-celingu melihat kesana-kesini untuk mencari keberadaan Natasha.Setelah beberapa menit meneliti, Allen pun baru tersadar bahwa Natasha tidak ada di rumah.Allen menunggu Natasha diluar rumah sembari duduk dan bermain handphone miliknya.Allen membuka sebuah Room Chat. Allen melihat, bahwa Natasha sudah mengechat dirinya terlebih dahulu. Hanya saja, Allen terlalu sibuk mengerjakan tugasnya di rumah tadi.Disitu tertulis bahwa Natasha mengirim sebuah pesan dengan ucapan, 'Len, nanti jam 08:00 pagi aku keluar rumah. Jadi, kau nggak perlu datang jam segitu yah? Karena aku harus bekerja separuh waktu. Nanti, jam 10:00 aku pasti datang. Maaf yah?'.Kira-kira begitulah pesan dari Natasha untuk Allen. Allen yang baru saja melihatnya merasa kecewa sedikit. Allen menghirup dan menghembuskan nafasny
Pagi hari telah menyinari seluruh sudut Kota Jakarta. Allen Zaleska adalah seorang Gadis buruk rupa yang sedang menjemur seember pakaian yang sudah dicuci bersih."Huft! Akhirnya siap juga. Oh yah? Hari ini aku ada janji sama Natasha buat bikin kue. Hihihi, telat dikit nggak papa kali yah?" gumamnya sendiri.Setelah mengatakan itu, Allen pergi masuk kedalam rumah untuk membersihkan dirinya sendiri."Allen?" panggil seorang wanita paruh baya."Ibu? Ada apa, Bu?" tanyanya."Itu, kenapa sarapan pagi belum siap?" tanyanya jutek."Maaf Bu, hari ini Allen mau pergi ke rumah Natasha buat kue. Allen sudah janji jam 08:00, Bu." cicitnya takut."Ha? Kalau mau pergi itu musti lihat dulu! Gimana seh?!" ucap Alana sinis."Alana? Kamu udah bangun sayang?" ucapnya perhatian."Udah Mah. Itu, sih Allen kalau kerjaannya belum siap, nggak usah dikasih keluar Mah. Ntar jadi ngerunjak!" ucap Alana sinis."Nggak kok Alana. Aku nggak ak