Bab104"Pelan- pelan sayang," pinta Desert pada Deslim. Kemudian dia menoleh ke arah Jose White."Ayah melaporkan kejadian ini ke kepolisian Negeri Fantasy?" tanya Desert penasaran."Tidak, mengapa mereka ke sini?" ucap Jose White juga bingung."Ayah," lirih Deslim. "Jangan- jangan, aku sudah ketahuan," ucap wanita itu dengan suara bergetar."Tidak mungkin, kejadian itu sudah sangat lama, bagaimana mereka bisa tahu? Ini tahunan sayang, bukan sebulan dua bulan," sahut Desert mencoba membuat anaknya tenang."Lalu mengapa mereka datang kemari? Mereka itu pihak keamanan Negeri Fantasy, tempat aku membantai habis pelayan dan juga Case beserta anaknya.""Itulah kebodohan kamu, Deslim! Hanya gara- gara lelaki bodoh seperti Khan Wilson, kamu bertindak sekeji itu. Kalau sudah begini bagaimana?" bentak Jose White pusing, memikirkan kejadian demi kejadian mengerikan pada keluarganya."Ayah," tegur Desert."Apa?" bentak Jose White, menatap nyalang kepada istrinya. "Inilah hasil didikan kamu, seba
Bab105"Memangnya putriku salah apa? Jangan asal tangkap kalian itu," bentak Jose White tidak terima.Salah satu polisi mendekat dan memberikan surat penangkapan Deslim. "Putri Anda telah menjadi otak pembataian keluarga Welas dua tahun yang lalu. Bukti dan rekaman jejak kejahatan nona Deslim telah kami miliki. Maka dari itu, kami akan membawanya untuk diadili.""Ini tidak mungkin, semua pasti fitnah kejam," bentak Desert, yang tiba- tiba datang dari dapur. Rupanya wanita itu mendengar dengan jelas, perbincangan suaminya dan para polisi itu.Wanita paru baya itu memasang wajah marah dan menatap tajam para polisi. "Berani sekali kalian melakukan ini pada kami. Apakah kalian ingin membuat anak istri kalian hidup sengsara? Aku bisa saja menuduh kalian memfitnah anakku.""Silahkan jika memang Ibu bisa membuktikan, anak Ibu tidak bersalah," sahut lelaki yang berbadan tegap dengan kumis tebal di wajahnya."Kalian butuh apa? Uang? Aku bisa memberikan kalian banyak uang. Tapi jangan pernah b
Bab106"Terus saja kalian ribut, apakah kalian tidak bisa berdamai dengan masa lalu?" bentak seorang wanita paru baya, yang terkenal tegas dan juga kejam.Tetapi sisi lain wanita itu, dia baik hati, bahkan dialah yang melatih Case bela diri dan mendidiknya dengan keras."Mami," seru Case menunduk. "Case, kau boleh dendam dengan mereka yang menghancurkan hidup keluargamu, juga dengan tega membantai orang- orang kepercayaanmu dengan kejam. Tapi dengan lelaki lemah ini, apakah kamu harus begitu juga?"Case menunduk."Mam come on, aku tidak lemah," protes Joe.Wanita yang di panggil Mami itu menoleh tajam ke arah Joe. "Bagaimana tidak lemah? Kamu bahkan bertahun- tahun hanya bersembunyi dan tidak melakukan apapun." Case menutup mulutnya sembari tertawa kecil."Kan," desis Joe melirik Case. Wanita yang di lirik itu pun seketika memasang wajah datar, ketika mata Mami melihatnya."Berdamailah, kalian bukan anak muda lagi, tapi sudah menjadi orang tua. Bersikaplah layaknya orang tua yang b
Bab107Suara hentakkan high heels menggema. Seorang wanita berpakaian rapi, dengan rambut tergerai panjang sepinggang, hidung mancung dengan mengenakan kaca mata hitam."Kau yakin ini kantornya?" tanya wanita berkacamata itu, kepada wanita yang memegang lengannya."Benar Nona, saya yakin 100%." Wanita itu tersenyum, masih dengan berjalan santai, meski matanya masih dalam kondisi tidak dapat melihat.Sedangkan wanita di sampingnya begitu setia, menggapit lengannya, agar wanita berkacamata itu bisa berjalan dengan santai dan percaya diri.Sesampainya di resepsionis, keduanya di sambut dengan ramah."Apakah ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu resepsionis itu."Nona saya ingin bertemu dengan tuan Jeremy! Apakah bisa?""Sebentar, saya akan menanyakan nona Rebecca dulu," jawab resepsionis itu.Resepsionis itu menghubungi nona Rebecca, selaku sekertaris Jeremy.Usai menjawab panggilan telepon resepsionis, Rebecca pun berjalan dengan malas, menuju ruangan Jeremy. Mengetuk pelan pint
Bab108"Rebecca!" Kembali suara Jeremy terdengar keras, membuat Rebecca terkejut dan setengah berlari ke arah meja kerja Jeremy."Apakah telingamu bermasalah?" tanya Jeremy, ketika Rebecca mendekat."Hah?" Rebecca mendadak oleng.Membuat Jeremy menatap wanita itu dengan heran. "Gunakan telepon dan panggil keamanan kantor sekarang juga! Aku tidak suka, ada tikus berbaju branded di kantor ini," sindir Jeremy."Baa- baik." Rebecca merutuki dirinya dalam hati, yang terlihat nampak tidak karuan dan salah tingkah di depan bos tampan dan dinginnya ini."Kamu benar- benar ingin mengusirku?" tanya Deslim, kemudian wanita itu bangkit berdiri."Jika kamu tidak maafkanku, lebih baik aku mati. Sekarang juga, aku akan mati ...." Deslim berteriak."Dasar wanita bodoh dan pengganggu," desah Jeremy. "Kamu aku maafkan, dan pergilah, aku tidak ingin melihat kamu lagi.""Kenapa? Bukankah ketika kita telah berdamai, kamu tidak boleh membenciku lagi. Dan kurasa, kita bisa saling mengoreksi kesalahan dan me
Bab109"Jeremy, aku merindukanmu," lirih Deslim. Kemudian kedua tangan kekar, memegang kedua lengan Deslim, membuat wanita itu terkejut."Jeremy! Apa ini? Kamu benar- benar mengusirku?" tanya Deslim panik."Tentu saja! Kamu pengganggu," sahut Jeremy kesal."Aku hanya rindu pada kamu, Jeremy!! Aku tidak ingin berpisah sama kamu," lirih Deslim sembari terisak. Namun kedua lelaki bertubuh besar itu menyeret Deslim dengan kasar, meninggalkan ruangan Jeremy."Awas kalian berdua! Berani sekali menyeretku begini." Deslim memaki, mengancam dan meracau tidak jelas."Nona ...." Wanita yang sedari tadi menemani Deslim ke kantor pun terkejut. Demi melancarkan aksi Deslim menerobos memasuki ruangan Jeremy, wanita ini rela bertarik- tarikan dengan resepsionis hingga berakhir di usir keluar kantor. Sedangkan Deslim memang Jeremy yang meminta resepsionis membiarkannya."Lepaskan Nona saya," pinta wanita itu, kepada dua keamanan kantor Jeremy. "Kalian jahat sekali kepada wanita lemah yang buta," be
Bab110Rebecca terbatuk, dan membuka perlahan matanya, ketika matahari menyinari terang ke wajahnya.Langit- langit kamar, membuatnya sangat terkejut."Hah, dimana aku?" gumam Rebecca, sembari menyapu ke sekeliling ruangan dengan matanya."Dimana ini?" Rebecca mengernyit. Kemudian dia kembali dilanda syok, ketika melihat tubuhnya."Akhh, baju siapa ini? Kenapa aku pakai baju orang lain? Astaga, baju laki- laki."Rebecca merasa gelisah, ketika melihat baju kemeja yang dia gunakan. "Oh Tuhan," lirih wanita itu kembali dan berusaha bangkit dari tempat tidur.Gagang pintu kamar di putar, menampilkan sosok lelaki tampan, dengan baju kaos putih, celana pendek santai."Tuan ...." Rebecca syok dengan dada berdebar."Kau sudah bangun.""Apa yang terjadi? Mengapa aku ada di sini. Dan, siapa yang menggantikan bajuku?" Pertanyaan beruntun Rebecca layangkan, kepada Jeremy.Lelaki itu membawa nampan, berisi susu hangat dan roti bakar."Mabuk aja lagi, nggak pinter minum, tapi berani minum banyak,"
Bab111"Jangan membuat lelucuan Tuan, jika nyatanya kita senasib dalam hal percintaan," ejek Rebecca spontan, membuat wajah Jeremy memerah menahan malu."Memangnya kamu tahu apa dengan masa lalu saya," seru Jeremy."Tidak tahu sih, tapi dari perdebatan tempo itu, saya bisa mengambil kesimpulan, bahwa Anda korban pengkhianatan.""Sok tahu," ketus Jeremy. Rebecca hanya tersenyum kecil, tanpa menyahut lagi.Perjalanan menjadi hening, keduanya tengah sibuk, dengan pikiran masing- masing. Sedangkan Deslim, kini telah kembali ke kota Monarki, dengan sejuta kekecewaan membelut hatinya."Kapan aku bisa melihat lagi, Bu? Aku lelah dengan semua kegelapan ini. Bahkan, tidak ada satu pun yang bisa aku lakukan, aku ketergantungan dengan bantuan orang lain. Bukan cuma itu, tidak ada satu pun orang yang mau denganku," ucap Deslim terisak, ketika Desert memasuki kamar anaknya itu.Desert mendekat dan memeluk anak sulungnya itu. "Bersabarlah, Nak. Cepat atau lambat, kamu pasti bisa melihat lagi. Ayah