Home / Romansa / Bukan Suami Pilihan / Nyaman Di Dekatmu

Share

Nyaman Di Dekatmu

last update Last Updated: 2023-08-10 22:34:57

“Kamu harus semangat, ingat Adara hanya delapan bulan saja kamu menderita. Setelah itu kamu bisa menghirup udara segar di luar sana!” batinnya.

Dari dulu Adara tak pernah melakukan pekerjaan yang sering para asisten rumah tangganya lakukan, namun setelah menikah dengan Raka, Adara harus merasakan semua-nya.

“Adara!” teriak Raka.

Adara yang sedang membersihkan rak buku di ruang baca lari tergopoh-gopoh menghampiri Raka yang berada di kamar. Ia terkejut melihat Raka yang sudah tergeletak di lantai.

“Astaga! Kamu kenapa? Kenapa bisa jatuh begini!” ucap Adara seraya membantu Raka dengan sekuat tenaga duduk di ranjang.

Raka tak bisa berbuat apa-apa, yang ia rasakan hanya rasa sakit yang sangat teramat di bagian tangan dan kepalanya.

Raka terdiam, dia masih syok dengan kejadian yang baru saja ia alami. “Raka, lihat aku. Kamu baik-baik saja kan?” tanya Adara, ia meraup wajah Raka dan menatap-nya khawatir.

“Minumlah dulu, aku akan memanggil bu Hanifah sebentar,” ucap Adara bergegas beranjak dari ranjang.

Raka menarik lengan Adara, ia membalikan badan seraya melihat Raka menggenggam tangannya. “Jangan pergi!” ucap Raka memohon.

Adara kembali duduk di samping ranjang menatap Raka dengan penuh tanya. “Jangan pergi, temani aku di sini!” jelas Raka.

“Kenapa, apa ada yang sakit?”

Raka mengangguk. “Ambil ponselku dan telepon dokter Farhan,” pinta Raka.

Adara segera mencari nama dokter tersebut di layar ponsel. Bu Hanifah dan juga Lim datang dengan tergesa-gesa karena mendengar suara Raka berteriak memanggil Adara.

“Ada apa, Nyonya?” tanya bu Hanifah panik.

“Bu, apa bisa anda mencarikan nomor dokter Farhan? Raka barus aja jatuh dari ranjang dan dia mengeluh sakit kepala,” ucap Adara.

Bu Hanifah dengan segera memanggil dokter keluarga untuk segera datang ke kediaman Raka. Adara sangat panik karena Raka sejak tadi hanya diam dan terus menatap Adara tanpa henti.

“Tuan, apa anda baik-baik saja? Nyonya, Bagaimana kronologinya hingga Tuan bisa seperti ini?” tanya Lim.

“Aku mendengar Raka teriak memanggilku, aku langsung berlari menuju kamar. Pas aku tiba, Raka sudah tergeletak di lantai!” jelas Adara panik.

“Mohon tunggu sebentar, dokter Farhan sedang berada dalam perjalanan kemari. Bersabarlah, Tuan!” jelas bu Hanifah.

Raka terus menggenggam tangan Adara dengan erat, entah apa yang terjadi kepadanya sehingga ia tak mau melepaskan genggaman tangannya dari Adara.

Tak berselang lama dokter Farhan pun tiba di kediaman Raka dan langsung memeriksanya. Semua nampak tegang dan cemas ingin segera mendengar hasil pemeriksaan.

“Bagaimana keadaan suami saya, Dok?” tanya Adara.

“Bisa bicara di luar? saya akan menjelaskannya kepada anda!” jelas dokter Farhan.

Adara dan juga bu Hanifah serta dokter Farhan kini duduk di ruang keluarga untuk membahas apa yang sebenarnya terjadi kepada Raka.

“Sebelumnya saya mau memberi tahu Nyonya tentang kondisi suami anda. Tuan Raka mengalami trauma akibat kecelakaan dua tahun yang lalu, tergantung apa yang membuatnya trauma kembali. Nyonya tidak usah khawatir, saya sudah resepkan obat untuk beberapa hari kedepan, dan diusahakan jangan dulu banyak beraktifitas!” jelas dokter Farhan.

“Apa karena kejadian jatuh tadi yang membuat dia seperti ini?” batinnya.

Adara mulai paham dengan keadaan Raka yang sebenarnya, ia mulai mencoba mengerti kondisi suaminya yang sebenarnya.

Bu Hanifah mengusap punggung Adara untuk menguatkan dirinya, karena Adara tak pernah mengetahui keadaan Raka yang sebenarnya. “Yang sabar Nyonya, kita akan merawat tuan hingga sembuh!” jelas bu Hanifah.

Adara mengangguk dan tersenyum simpul pada bu Hanifah. “Iya, Bu. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk kesembuhan raka.”

Adara beranjak dari sofa dan kembali ke kamar menghampiri Raka. Ia tatap wajah Raka yang terlihat pucat dan nampak tidurnya pun masih terlihat gelisah.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Adara.

Raka membuka matanya dengan perlahan, ia menatap Adara yang kini sudah ada di sampingnya. “Kamu dari mana?” tanya Raka lirih.

Adara tersenyum simpul dan menggenggam kedua tangan Raka. “A-aku baru saja mengantarkan dokter Farhan ke depan, apa kamu baik-baik saja?” tanya Adara.

Raka mengangguk dengan perlahan, di dalam hatinya ia masih takut jika kejadian dua tahun silam menghantuinya kembali.

“Sudah jangan takut, ada aku disini. Sekrang kamu istirahat ya, untuk sementra waktu kamu jangan dulu ke kantor.”

Raka mengangguk dan kembali menggenggam tangan Adara, untuk kali ini Raka tak mau sendiri. Dia belum bisa terbuka mengenai penyebab kecelakaan dua tau lalu.

“Kenapa hatiku tak karuan begini, kenapa jika seperti ini aku merasa tenang dan nyaman. Apa yang membuat dirimu seistimewa ini, Adara?” batinnya.

Adara tak meninggalkan Raka sedikit pun. Dia masih mengingat apa yang dikatakan dokter Farhan kepadanya. Ia tatap dan belai lembut wajah Raka, baru kali ini Adara melihat dari dekat wajah Raka yang tampan rupawan.

“Kenapa di saat seperti ini kamu sangat membuatku nyaman! bagaimanapun aku, aku adalah istrimu. Aku meminta kepadamu cintai aku apa adanya dan jadikan aku istrimu yang sesungguhnya, bukan pembantu!” ucap Adara lirih.

Ketukan pintu membuyarkan konsentrasi Adara, ia melihat ke arah pintu dan melihat bu Hanifah masuk kedalam kamar.

“Maaf, Nyonya. Di luar ada ayah anda!” jelas Bu Hanifah.

“Ayah? dia sama siapa kesini?” tanya Adara.

“Beliau datang sendiri, Nyonya!”

Adara beranjak dari duduknya dan menghampiri sang ayah. “Maaf, apa bisa bu Hanifah menjaga Raka sebentar? Aku mau menemui ayah!” pinta Adara kepada bu Hanifah.

Senyum menganbang di wajah Adara kali ini, kerinduannya yang sangat mendalam kepada sang ayah akhirnya terbayar sudah.

Adara berlari menghampiri sang ayah dan memeluknya erat. “Ayah, aku sangat merindukanmu!” ucap Adara seraya memeluk erat lelaki tua yang ia panggil ayah.

“Adara, Ayah juga sangat merindukanmu, Sayang! bagaimana kabarmu? Setelah menikah, kamu tak pernah menemui ayah!” ucap Handoko dengan penuh tanya.

Adara nampak murung, bukan ia tak mau menemui sang Ayah, tetapi permintaan Raka dan surat perjanjian yang ia sepakati dengan Raka membuat Adara tak bisa kemana-mana. Apa lagi melihat kondisi Raka yang kini sangat mengkhawatirkan.

“Maaf, Ayah bukan aku tak mau mengunjungi Ayah. Oh iya bagaimana keadaan Ayah? Ayah sehat kan?” tanya Adara mengalihkan pembicaraannya.

Dalam hatinya ingin sekali menceritakan keluh kesahnya kepada sang Ayah, namun semua hanya bisa Adara kubur dalam-dalam.

“Maaf, Ayah ada hal yang tak bisa Adara jelaskan sekarang. Nanti jika waktunya sudah tepat pasti Adara ceritakan semua kepada, Ayah!” batinnya.

“Ayah sehat, Ayah mengunjungimu karena Ayah rindu sekali kepada putri Ayah yang cantik ini. ngomong-ngomong kemana suamimu?” tanya Handoko.

“Raka sedang kurang sehat, dia sedang istirahat di kamar!” jelas Adara.

“Memangnya Raka sakit apa? apa boleh Ayah menjenguknya?”

Adara dan sang Ayah beranjak dari duduk nya, mereka menemui Raka yang tengah tidur pulas karena pengaruh obat.

Handoko nampak prihatin dengan kondisi Raka kali ini, ia tak menyangka jika Raka harus merasakan kesakitan yang teramat dalam hidupnya.

Menantu yang sangat ia banggakan dan sangat ia sayangi kini tergeletak lemas tak berdaya. “Semoga Raka segera pulih dan bisa berjalan kembali!” jelas Handoko.

Handoko menatap Adara dengan penuh tanya, banyak sekali pertanyaan dalam isi kepalanya mengenai kedua anaknya itu.

“Sayang, apa raka memperlakukanmu dengan baik?” tanya Handoko.

Related chapters

  • Bukan Suami Pilihan   Kesempatan Emas!

    Adara terkejut mendengar perkataan Ayah nya, kenapa sang Ayah bisa berkata demikian. Apa seorang ayah bisa merasakan apa yang dirasakan anaknya? “Tenang saja, Raka memperlakukanku dengan baik kok. Bahkan kedua orang tuanya pun sangat menyayangiku!” jelsa Adara. “Syukurlah kalau begitu, Ayah jadi tenang mendengarnya!” Senyum mengembang di wajah cantik Adara, dia tak mau memperlihatkan wajah sedihnya di depan sang Ayah, cukup dia yang merasakan dan memendam nya sendiri. “Oh, iya. Bagaimana dengan perusahaan? Apa semua berjalan dengan baik?” tanya Adara. Handoko tersenyum simpul di hadapan Adara, Handoko berbincang panjang lebar tentang perusahaan yang sekarang sudah semakin maju pesat. “Alhamdulillah, berkat Raka semua kembali normal. Ayah sudah bisa melunasi semua hutang ke bank dan para pekerja pun sudah mendapat upah yang layak,” jelas Handoko. “Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya!” Handoko tak bisa berlama-lama bersama sang anak, ia harus kembali ke kantor karena

    Last Updated : 2023-08-17
  • Bukan Suami Pilihan   Tak Ada Harapan

    “Dasar laki-laki kurang ajar, bisa-bisanya dia nyosor seperti itu. Awas saja, jika dia berani seperti itu lagi, aku tak akan segan memukul kepalanya.”Raka tertawa kecil mendengar perkataan Adara, dia hanya bisa menyampaikan isi hatinya. Si manusia setengah serigala itu kini bisa selembut dan sehangat itu. Apa jangan-jangan semua ada kaitannya dengan novel yang ia baca tadi?Adara mengerutkan keningnya dengan ekspresi tak suka. “Apa aku tak salah dengar, aku harus tidur denganmu?” ucap Adara.Raka tersenyum manis di depan Adara, ia sengaja melakukan itu untuk menarik hati Adara supaya ia mau menuruti apa yang Raka mau.“Memangnya kamu tak mau tidur dengan suamimu ini?” jelas Raka meyakinkan.Ia menatap Raka dengan sinis, bagaimana bisa Raka mencari kesempatan dalam kesempitan. Bukankah tadi dia sedang tidak enak badan hingga pagi tadi membuat orang yang ada di rumah itu panik!“Aku tak mau! Lagi pula kamu bukan tipeku, ingat kita menikah tidak karena cinta!” tegas Adara.Raka terus me

    Last Updated : 2023-08-25
  • Bukan Suami Pilihan   Semangat Untuk Sembuh

    Setiap hari Adara melatih Raka dengan penuh semangat, kali ini dia mengajaknya untuk berkeliling mansion. Tak terasa sudah 4 bulan berlalu mereka berlatih namun belum saja ada kemajuan.“Kamu kenapa, nampak lesu sekali?” tanya Adara.Raka memalingkan pandangan dan terdiam. Adara berlutut di hadapan Raka dan memandangi wajah nya yang murung.“JIka kamu mau, aku bisa menjadi pendengar yang baik untuk mu!” jelas Adara tersenyum manis.Ia menatap Adara dengan lesu. “Menurutmu aku lelaki seperti apa? apa aku lelaki yang sangat menyedihkan dan tak berguna?” tanya Raka.Sejenak Adara terdiam, kenapa Raka bisa berkata demikian, sebenarnya ada apa dengan Raka?“Maksud nya?”“Iya, katakan saja dengan jujur. Aku lebih menyukai wanita yang jujur tanpa topeng di depanku!”Dalam hati memang Adara sangat kesal jika Raka sudah dalam mode menyebalkan, namun kali ini Raka berkata yang sebenarnya.“Kamu itu adalah lelaki yang diberi keistimewaan oleh Tuhan, buktinya di saat kamu seperti ini masih banyak

    Last Updated : 2023-09-01
  • Bukan Suami Pilihan   Tamu Tak Di Undang

    Seperti biasa setiap pagi Adara sudah sibuk berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Kali ini suasana hatinya sedang senang, ia berharap kali ini ia bisa melatih Raka dengan penuh semangat.“Kali ini aku harus bisa membuat Raka berdiri, ya. Aku yakin setelah menonton siaran di televisi aku yakin dengan cara itu Raka bisa cepat berjalan.”Raka yang baru saja bangun langsung ke dapur untuk menemui Adara. Ia sengaja ingin sekali melihat Adara yang setiap hari nya sibuk di dapur.Ia pandangi Adara dari kejauhan, ia sangat senang melihat Adara yang selalu semangat. Seperti melihat matahari pagi yang bersinar yang selalu memancarkan energi positif setiap harinya.“Aku baru saja mau membangunkan mu!” jelas Adara.“Aku sudah bangun dari tadi, kamu masak apa hari ini?” tanya Raka.“Aku masak masakan kesukaanmu, oh iya nanti sesudah sarapan aku akan mengajakmu jalan-jalan ke taman belakang sambil kita berlatih lagi bagaimana apa kamu mau?”Raka menghela nafas ia merasa malas jika harus berlatih

    Last Updated : 2023-09-02
  • Bukan Suami Pilihan   Si Penggoda

    “Mulai mala mini Viona akan menginap di sini! kamu tak usah khawatir, mulai besok Viona yang akan mengurusku!” jelas Raka.Viona tersenyum penuh kemenangan, ia tahu jika dirinya akan diterima oleh Raka di rumah itu. Adara hanya mengangguk dan terus menyantap makan malam nya hingga tandas.Dalam hati Adara sangat terkejut, namun ia masih bersikap bodo amat karena memang dia bukan istri yang diharapkan Raka, begitu pula Raka bukan suami pilihan Adara.“Kamu tak keberatan bukan jika aku tinggal dan mengurus Raka?” tanya Viona dengan ramah.Adara mengangguk dan terpaksa tersenyum. “Aku tidak keberatan kok!”Viona tersenyum simpul dan menggenggam tangan Adara. “Terimakasih banyak kamu telah menerimaku di rumah ini.”Akhirnya permasalahan Viona bisa teratasi juga. Setelah selesai makan malam Viona segera beristirahat di kamar tamu, sedang Adara kini tengah dilanda kegundahan. Bagaimana bisa Raka memasukan wanita lain ke rumahnya, walaupun di antara mereka tak ada rasa cinta, namun Raka har

    Last Updated : 2023-09-03
  • Bukan Suami Pilihan   Mulai Berulah

    Pagi-pagi sekali Adara sudah disibukkan dengan segudang pekerjaan yang telah menantinya. Kali ini ia sangat bersemangat karena tugas nya hanya membersihkan rumah dan membuatkan sarapan untuk mereka.“Akhirnya semua selesai dengan cepat, setelah ini aku bisa bersantai di kamar!” ucap Adara seraya membersihkan tangannya dengan kain lap.Ia berjalan ke ruang tengah dan di sana ia melihat Viona yang baru saja keluar dari kamar Raka. “Kenapa si wanita menyebalkan itu keluar dari kamar Raka?”Tanpa basa-basi Adara segera menghampiri Viona dan menarik tangannya. “Kamu dari mana? kenapa kamu keluar dari kamar Raka?” tanya Adara penasaran.Viona tersenyum manis di depan Adara seraya merapikan pakaian dan rambutnya yang berantakan. “Semalam aku tidur di kamar Raka, kenapa kamu keberatan jika aku tidur dengan suamimu?” tanya Viona dengan nada mengejek.“Aku tak habis pikir Raka bisa mengenal wanita murahan sepertimu. Aku tahu kamu adalah kekasihnya, namun kamu bisa menjaga sikapmu di rumah ini!

    Last Updated : 2023-09-04
  • Bukan Suami Pilihan   Pelakor Matre

    “Terserah kalian saja, lagi pula aku sangat senang jika kalian tak ada rumah. Aku bisa lebih bebas melakukan apa saja yang aku mau!” jelas Adara.Viona dan Raka kini tiba di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, mereka menghabiskan waktu untuk berbelanja, makan dan mengobrol. Raka sangat senang akhirnya bisa keluar dari rumah menghirup udara segar.“Bagaimana apa kamu senang hari ini?” tanya Raka.Viona mengangguk dan tersenyum kepada Raka. “Aku sangat senang sekali hari ini, kamu banyak memberikan ku barang-barang yang aku mau. Terimakasih banyak, Sayang!” ucap Viona memeluk Raka.Raka pun sangat senang melihat sang kekasih sangat bahagia. Hari ini mereka menghabiskan waktu di mall. Sedang Adara sedari tadi pagi ia enggan keluar dari kamarnya. Ia menghabiskan waktu untuk tidur dan memainkan ponselnya.Napak sangat membosankan namun Adara sangat bersyukur beberapa jam ini tak ada yang mencari dirinya.“Apa aku telepon Mariana saja, sudah lama sekali aku tak mendengar kaba

    Last Updated : 2023-09-05
  • Bukan Suami Pilihan   Ini Yang Kamu Harapkan?

    Viona memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat, di sana Adara baru saja menyelesaikan tugasnya dan membantu Raka untuk berpakaian.Adara tak banyak berbicara, bukanya ia tak mau mengobrol banyak dengan Raka namun ia tak kuasa untuk mengatakan semua keluh kesahnya.“Sudah selesai, lebih baik kamu segera tidur lagipula ini sudah malam!” ucap Adara.Raka terus menatap Adara tanpa henti. “Apa ada yang mau kamu sampaikan padaku?”Adara menghela nafasnya perlahan dan menatap Raka. “Banyak sekali yang aku ingin katakan kepadamu, tetapi sudahlah ini sudah malam lagi pula aku sangat lelah!”Adara beranjak dari duduknya namun Raka menarik lengan Adara, dan ia pun duduk di sebelah Raka. “Kenapa, coba katakan apa yang ingin kamu katakan padaku? Aku akan mendengarkan semua yang kamu katakan!”Adara tak berani menatap Raka, ia masih diam seribu bahasa. Lidahnya kini terasa kelu untuk mengatakan semua kepada Raka.“Sebelumnya aku mau minta maaf, aku tahu kamu merasa tak nyaman dengan ke

    Last Updated : 2023-09-06

Latest chapter

  • Bukan Suami Pilihan   Nonton Bersama

    Akhirnya mau tak mau Adara mengalah dan mengajak Julio untuk menonton bioskop bersama, terlihat raut wajah Julio yang sangat senang mereka ajak. Namun itu semua karena ide brilian Mariana yang ingin sekali dekat dengan Julio.Memang tak dipungkiri paras Julio yang sangat tampan dan juga berkarisma membuat Mariana jatuh hati pada lelaki tinggi maskulin itu. Berbanding terbalik dengan Adara yang sama sekali terlihat biasa saja di depan Julio.Dalam perjalanan menuju mall, Mariana sangat aktif mengajak Julio berbincang ketimbang Adara, ia sangat senang sekali bisa sedekat itu dengan lelaki yang ia sukai.“Jul, kamu sedang tidak kita ajak nonton?” tanya Mariana dengan penuh senyuman.Julio menyunggingkan senyumnya seraya melirik ke arah Adara. “Suka kok, lagi pula kebetulan sekali sudah lama aku ingin nonton, ya cuman aku ngak tau mau ke bioskop sama siapa,”“Ya kali aja ajak pacar kamu untuk nonton bersama gitu!”“Pacar? Aku masih single, lagipula aku sedang fokus kuliah saja!” jelas Jul

  • Bukan Suami Pilihan   Perayu Handal

    Lagi-lagi sofia membalasnya hanya dengan candaan, ia sama sekali sudah menganggap Raka sebagai teman dan partner kerja, namun Raka ingin sekali menganggap lebih dari itu.Raka yang sangat tergoda dengan bibir ranum Sofia langsung melumat dengan buas, Sofia yang terkejut memberontak dan mendorong tubuh kekar Raka, namun lagi-lagi ia tidak bisa terlepas dari kecupan panas itu.Raka yang sangat tergoda melakukan apa saja kepada Sofia hingga ia luluh dan pasrah. “Aku merindukanmu Sofia,”“Lepas, Raka. Apa yang telah kamu lakukan!”“Ayolah sayang, aku sangat merindukanmu. Aku ingin kita seperti dulu,”“Astaga, sadar Sofia dia sudah memiliki istri, apa jadinya jika istrinya tahu aku dan Raka berbuat seperti ini!” batinnya.“Sadar Raka, aku datang kesini bukan untuk reunian. Aku kesini untuk membahas bisnis, bagaimana jika istrimu tahu apa yang telah kita lakukan! Tidak, aku tidak mau dicap sebagai perebut suami orang, meski aku hanya mantan kekasihmu, tetapi aku tidak mau di cap jelek oleh

  • Bukan Suami Pilihan   Tergoda Mantan

    “Bagaimana hari ini di kampus, Nyonya?” tanya Lim yang masih fokus pada jalanan. Kali ini Adara sangat terbantu dengan kedatangan lelaki yang baru saja ia kenal. Jika bukan karena dia, mungkin Adara akan terlambat pulang ke rumah karena masih sibuk dengan tugasnya. “Lumayan menguras pikiranku, belum lagi minggu-minggu ini aku harus mengejar tugas yang tertinggal. Menyebalkan sekali bukan, begitu keluar dari rumah sakit aku harus kerja rodi mengerjakan tugas!” “Kuncinya hanya sabar, Nyonya. Yang terpenting perlahan tapi pasti semua akan selesai tepat waktu.” Kali ini Lim membelokan mobilnya ke sebuah gedung yang menjulang tinggi. Ia langsung masuk ke dalam parkiran menuju atap dari gedung tersebut. “Mau kemana kita, pak Lim? Bukankah ini kantor?” “Iya, Nyonya. Saya di minta tuan untuk mengajak anda ke kantor, karena tuan sedang ada rapat dadakan!” jelas Lim segera keluar dari mobil. Adara menatap bangunan yang menjulang tinggi itu dengan kagum, nampaknya kantor suaminya ini sanga

  • Bukan Suami Pilihan   Siapa Dia?

    Adra memandang teduh pada wanita di hadapannya, ia mengusap lengan bu Marisa dengan lembut, bagaimana bisa menolak permintaan wanita sebaik bu Marisa, namun di sisi lain jika melihat Raka dia sama sekali tak mau itu terjadi. Tatapan hangat yang terpancar dari wajah bu Marisa yang sangat membuat dia nyaman. Wanita yang sangat sempurna dan tak pernah ia melihat beliau marah kepada siapapun. “Andai saja mendiang ibuku masih ada, mungkin ini rasanya. Ya Tuhan, maafkan aku jika selama ini aku selalu mengeluh dan selalu membicarakan yang mustahil, istigfar Adara!” Adara meminta izin untuk memeluk bu Marisa, ia merasa rindu kepada mendiang ibunya. Bu Marisa dengan senang hati membuka tangan nya lebar-lebar untuk memeluk Adara. Begitu rindunya Adara hingga ia memejamkan kedua matanya. Rasanya begitu hangat dan terasa nyata, seakan ia memeluk ibunya yang telah tiada. “Aku sangat merindukanmu, Bu. Begitu banyak hal sulit yang aku lalui bu, aku merindukanmu.” Adara berkata seakan ia sedang

  • Bukan Suami Pilihan   Memperbaiki Diri

    Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia baru menyadari jika ia memiliki bidadari yang sangat cantik di kehidupannya.“Ya Tuhan, kemana saja aku selama ini. Aku selalu melewatkan istriku yang cantik ini. Maaf jika aku sudah telat menyadarinya. Mulai sekarang aku akan berusaha menjadi suami yang lebih baik lagi!” Raka menggenggam tangan Adara dan mengecup punggung tangannya.“Ini orang kesambet setan apa coba? kenapa dia berbicara seolah-olah meyakinkan aku dan membuat aku terbang ke awan. Sadar Adara … kamu jangan termakan rayuan dan perkataan Raka, yang sudah-sudah saja kamu selalu di kecewakan sama dia, iya kamu harus waspada!” batinnya.

  • Bukan Suami Pilihan   Menyadari Kesalahan

    Raka teringat kembali mimpinya, ia melihat wajah Adara yang sangat sedih dan pergi meninggalkan dirinya. Raka merasa bersalah, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan mengakhiri fantasinya bersama Viona, namun lagi-lagi Raka selalu tersesat.Viona terkejut dengan perlakuan Raka terhadapnya, biasanya Raka dengan buas langsung menerkam Viona tanpa ampun.“Kenapa kamu seperti ini? apa yang kamu pikirkan hingga kamu tidak mau menyentuhku?” tanya Viona yang tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.Dengan pakaian yang berantakan dan tubuh penuh tanda yang Raka berikan, Viona terus menatap Raka dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa kamu tidak melakukannya? Biasanya di manapun kamu mau kamu melakukannya dengan penuh gairah!” jelas Viona kesal dan kecewa.“Cukup! Pakai pakaianmu dan pergi dari sini, aku tak mau melihat wajahmu lagi. Mulai detik ini aku tak akan peduli lagi kamu mau berbuat apa, aku tak mau berurusan lagi denganmu.”Raka keluar membanting pintu mobil dengan keras, ia kesal se

  • Bukan Suami Pilihan   Lebih Baik Jujur

    Lim terheran-heran mendengar Tuannya menceritakan mimpinya. Karena memang terkadang arti dari mimpi adalah sebuah pertanda untuk kita, atau bunga tidur yang indah. Namun kembali lagi bagaimana kita menyikapi mimpi itu sendiri.“Itu hanya bunga tidur saja, Tuan. Sudah jangan terlalu dipikirkan, apa Tuan mau kopi? Memang hanya kopi pinggir jalan tetapi ini sangat enak, kopi café yang mahal saja kalah dengan rasa kopi di sini!” jelas Lim.Raka tak lagi mempermasalahkan mimpinya, benar apa yang dikatakan Lim itu hanya bunga tidur yang bila mana di artikan tak akan cukup satu hari membahasnya. “Apa kopi di sini seenak yang kamu katakan?”Lim segera memesankan kopi yang sama persis ia pesan tadi, tak lama pesanan Lim datang dan ia memberikan nya kepada Tuan nya.“Silahkan, Tuan. Meski tampilan nya sederhana tetapi rasanya sangat berkelas,”Ternyata kopi yang Raka minum rasanya sangat berkelas, benar apa yang dikatakan Lim, seperti kopi-kopi di kedai atau café kopi yang sering dikunjungi.“

  • Bukan Suami Pilihan   Cucu Untuk Ibu

    Saing pun berganti malam, setelah shalat isya bu Marisa kini menyiapkan camilan. Begitu sangat senang sekali ada bu Marisa di sini.Sembari ngemil-ngemil cantik bersama bu Marisa, kami banyak bercerita dan Ibu bercerita tentang masa kecil Raka yang sangat menggemaskan, dan juga banyak sekali kejadian yang selalu membuat Ibu menggelengkan kepala.Bukan itu saja, kadang banyak laporan dari teman-teman nya jika Raka sering berkelahi karena hal yang sepele. Apa lagi anak lelaki itu sering terlihat tengil dari teman sebayanya.Bu Marisa menceritakan semua sedetail itu, hingga hari naas di mana Raka mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia duduk di kursi roda. Pada akhirnya Raka bertemu dengan Adara, dan ia mampu mengurus Raka hingga Raka bisa berjalan kembali.Semua perkembangan dan perubahan Raka membuat bu Marisa sangat senang, lambat laun semua hal buruk yang sering Raka lakukan perlahan ia tinggalkan. Bu Marisa sangat senang karena tidak salah memilih menantu.“Ibu sangat senang kar

  • Bukan Suami Pilihan   Semua Demi Kamu

    Lim tertunduk merasa bersalah karena pergi dari tugasnya. “Maaf, Tuan. Saya tadi ke luar untuk membeli kopi dan camilan, apa Tuan mau?” ucap Lim menawarkan secangkir kopi.Raka melihat Lim membawa secangkir kopi dan kantong plastik yang berisikan camilan. “Belikan saya satu, rasanya tak enak tidur di rumah sakit. Dari tadi aku mencium bau obat membuat kepalaku sakit!” jelas Raka.Lim memberikan secangkir kopi dan camilan yang ia beli tadi. “Ini buat Tuan saja, biar saya beli lagi,”“Terimakasih banyak, Lim. Ini kamu beli lagi!” ucap Raka menyodorkan dua lembar uang ratusan.“Terimakasih banyak, Tuan. Saya permisi dulu!” jelas Lim segera pergi untuk membeli secangkir kopi ke tempat yang sama.Di sana dia masih melihat Viona duduk di kursi yang sama. Ia melihat lelaki yang bersama Viona itu tengah mendekap dan mencium si wanita di depan umum tanpa ragu.Lim memalingkan pandangannya, ia merasa jijik melihat orang yang mengumbar kemesraan di depan umum. Apa lagi sampai berbuat yang tidak-

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status