Seperti biasa setiap pagi Adara sudah sibuk berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Kali ini suasana hatinya sedang senang, ia berharap kali ini ia bisa melatih Raka dengan penuh semangat.“Kali ini aku harus bisa membuat Raka berdiri, ya. Aku yakin setelah menonton siaran di televisi aku yakin dengan cara itu Raka bisa cepat berjalan.”Raka yang baru saja bangun langsung ke dapur untuk menemui Adara. Ia sengaja ingin sekali melihat Adara yang setiap hari nya sibuk di dapur.Ia pandangi Adara dari kejauhan, ia sangat senang melihat Adara yang selalu semangat. Seperti melihat matahari pagi yang bersinar yang selalu memancarkan energi positif setiap harinya.“Aku baru saja mau membangunkan mu!” jelas Adara.“Aku sudah bangun dari tadi, kamu masak apa hari ini?” tanya Raka.“Aku masak masakan kesukaanmu, oh iya nanti sesudah sarapan aku akan mengajakmu jalan-jalan ke taman belakang sambil kita berlatih lagi bagaimana apa kamu mau?”Raka menghela nafas ia merasa malas jika harus berlatih
“Mulai mala mini Viona akan menginap di sini! kamu tak usah khawatir, mulai besok Viona yang akan mengurusku!” jelas Raka.Viona tersenyum penuh kemenangan, ia tahu jika dirinya akan diterima oleh Raka di rumah itu. Adara hanya mengangguk dan terus menyantap makan malam nya hingga tandas.Dalam hati Adara sangat terkejut, namun ia masih bersikap bodo amat karena memang dia bukan istri yang diharapkan Raka, begitu pula Raka bukan suami pilihan Adara.“Kamu tak keberatan bukan jika aku tinggal dan mengurus Raka?” tanya Viona dengan ramah.Adara mengangguk dan terpaksa tersenyum. “Aku tidak keberatan kok!”Viona tersenyum simpul dan menggenggam tangan Adara. “Terimakasih banyak kamu telah menerimaku di rumah ini.”Akhirnya permasalahan Viona bisa teratasi juga. Setelah selesai makan malam Viona segera beristirahat di kamar tamu, sedang Adara kini tengah dilanda kegundahan. Bagaimana bisa Raka memasukan wanita lain ke rumahnya, walaupun di antara mereka tak ada rasa cinta, namun Raka har
Pagi-pagi sekali Adara sudah disibukkan dengan segudang pekerjaan yang telah menantinya. Kali ini ia sangat bersemangat karena tugas nya hanya membersihkan rumah dan membuatkan sarapan untuk mereka.“Akhirnya semua selesai dengan cepat, setelah ini aku bisa bersantai di kamar!” ucap Adara seraya membersihkan tangannya dengan kain lap.Ia berjalan ke ruang tengah dan di sana ia melihat Viona yang baru saja keluar dari kamar Raka. “Kenapa si wanita menyebalkan itu keluar dari kamar Raka?”Tanpa basa-basi Adara segera menghampiri Viona dan menarik tangannya. “Kamu dari mana? kenapa kamu keluar dari kamar Raka?” tanya Adara penasaran.Viona tersenyum manis di depan Adara seraya merapikan pakaian dan rambutnya yang berantakan. “Semalam aku tidur di kamar Raka, kenapa kamu keberatan jika aku tidur dengan suamimu?” tanya Viona dengan nada mengejek.“Aku tak habis pikir Raka bisa mengenal wanita murahan sepertimu. Aku tahu kamu adalah kekasihnya, namun kamu bisa menjaga sikapmu di rumah ini!
“Terserah kalian saja, lagi pula aku sangat senang jika kalian tak ada rumah. Aku bisa lebih bebas melakukan apa saja yang aku mau!” jelas Adara.Viona dan Raka kini tiba di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, mereka menghabiskan waktu untuk berbelanja, makan dan mengobrol. Raka sangat senang akhirnya bisa keluar dari rumah menghirup udara segar.“Bagaimana apa kamu senang hari ini?” tanya Raka.Viona mengangguk dan tersenyum kepada Raka. “Aku sangat senang sekali hari ini, kamu banyak memberikan ku barang-barang yang aku mau. Terimakasih banyak, Sayang!” ucap Viona memeluk Raka.Raka pun sangat senang melihat sang kekasih sangat bahagia. Hari ini mereka menghabiskan waktu di mall. Sedang Adara sedari tadi pagi ia enggan keluar dari kamarnya. Ia menghabiskan waktu untuk tidur dan memainkan ponselnya.Napak sangat membosankan namun Adara sangat bersyukur beberapa jam ini tak ada yang mencari dirinya.“Apa aku telepon Mariana saja, sudah lama sekali aku tak mendengar kaba
Viona memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat, di sana Adara baru saja menyelesaikan tugasnya dan membantu Raka untuk berpakaian.Adara tak banyak berbicara, bukanya ia tak mau mengobrol banyak dengan Raka namun ia tak kuasa untuk mengatakan semua keluh kesahnya.“Sudah selesai, lebih baik kamu segera tidur lagipula ini sudah malam!” ucap Adara.Raka terus menatap Adara tanpa henti. “Apa ada yang mau kamu sampaikan padaku?”Adara menghela nafasnya perlahan dan menatap Raka. “Banyak sekali yang aku ingin katakan kepadamu, tetapi sudahlah ini sudah malam lagi pula aku sangat lelah!”Adara beranjak dari duduknya namun Raka menarik lengan Adara, dan ia pun duduk di sebelah Raka. “Kenapa, coba katakan apa yang ingin kamu katakan padaku? Aku akan mendengarkan semua yang kamu katakan!”Adara tak berani menatap Raka, ia masih diam seribu bahasa. Lidahnya kini terasa kelu untuk mengatakan semua kepada Raka.“Sebelumnya aku mau minta maaf, aku tahu kamu merasa tak nyaman dengan ke
“Cepat minta maaf kepada Adara!” pinta Raka.Viona menatap Adara dengan sinis, bagaimana bisa dia meminta maaf karena menurutnya dia tak bersalah dan dia tak melakukan apa-apa.“Adara, maafkan aku karena aku telah membuat kamu dimarahi, Raka,” ucap Viona terpaksa.Adara menatap Raka dan Viona. “Sudahlah, lagi pula kamu tak salah kok. Sebaiknya kita lanjutkan lagi sarapannya!” ucap Adara.Kali ini Viona merasa dipermalukan oleh Raka. Jika ada kesempatan ingin Rasanya Viona membalas apa yang dilakukan Adara, kali ini ia harus meninggalkan kediaman Raka karena suatu hal, ia meminta izin kepada Raka karena ia ada keperluan mendesak.Viona harus kembali ke kediaman mami Mona untuk sementara waktu, dengan berat hati ia harus pergi meninggalkan semua kemewahan yang baru saja ia mulai.“Sayang, maaf sebelumnya. Mami Mona tadi malam menelponku, ia meminta aku di untuk menemuinya dan mami Mona memintaku untuk tinggal sementara waktu di sana. Nanti jika urusanku sudah selesai aku akan kembali ke
“Setelah ini kamu mau kemana Adara?” tanya Raka.Adara menatap Raka dengan penuh tanya, ada angin apa tiba-tiba Raka berubah sangat perhatian.“Aku ingin langsung pulang saja, hari ini aku sangat lelah!” ucap Adara.“Kenapa, apa kamu sakit?” tanya Raka.Adara menggelengkan kepada. “Tidak, aku hanya butuh tiduran saja!” jelas Adara.“Baiklah jika itu maumu, tetapi terimakasih banyak berkat kamu terapi hari ini sangat membuatku bersemangat. Akhirnya sedikit-demi sedikit aku bisa berjalan!”Adara hanya membalasnya dengan senyuman, kali ini memang dia sangat kelelahan dan tidur di dalam mobil. Raka melihat Adara tertidur langsung memberi pundaknya untuk bersandar.“Maaf jika aku selalu merepotkanmu!” batinnya.Hari-hari berlalu, semakin hari kemajuan Raka untuk berjalan semakin membuahkan hasil. Raka kini tak lagi mengenakan kursi roda, kali ini dia bantu dengan tongkat untuk berjalan.Nampak apa yang Adara harapkan kini terwujud, Raka banyak perubahan setiap harinya. Kali ini Raka sengaj
“Memangnya kamu dapat kabar dari siapa jika ayah sakit?” tanya Raka.“Barusan ayah telepon jika dia sedang sakit, dan memintaku untuk segera pulang!” jelas Adara.Raka terdiam, ia tak bisa mengizinkan Adara pergi begitu saja, namun di satu sisi mertuanya sedang sakit dan membutuhkan anaknya.“Apa boleh aku pulang kerumahku, nanti jika ayah sudah sehat aku akan kembali lagi ke sini!” jelas Adara memohon.“Jika aku tak mengizinkan kamu pergi bagaimana?”Adara tiba-tiba merasa kecewa kepada Raka, ia tak menyangka jika suaminya itu tak mengijinkan Adara untuk mengunjungi ayahnya. Bagaimana bisa seorang anak melihat ayahnya sakit akan diam saja.“Apa kamu akan tega melihat ayah yang sedang sakit sendiri di rumah?” jelas Adara kesal.“Apa kamu pikir keputusan mu itu baik untukku? Nanti yang ada kamu tak akan kembali lagi ke rumah ini!” sergah Raka.Adara tak habis pikir dengan Raka, bisa-bisanya di situasi genting begini ia masih memikirkan hal semacam itu.“Aku mohon, izinkan aku pulang ke
Akhirnya mau tak mau Adara mengalah dan mengajak Julio untuk menonton bioskop bersama, terlihat raut wajah Julio yang sangat senang mereka ajak. Namun itu semua karena ide brilian Mariana yang ingin sekali dekat dengan Julio.Memang tak dipungkiri paras Julio yang sangat tampan dan juga berkarisma membuat Mariana jatuh hati pada lelaki tinggi maskulin itu. Berbanding terbalik dengan Adara yang sama sekali terlihat biasa saja di depan Julio.Dalam perjalanan menuju mall, Mariana sangat aktif mengajak Julio berbincang ketimbang Adara, ia sangat senang sekali bisa sedekat itu dengan lelaki yang ia sukai.“Jul, kamu sedang tidak kita ajak nonton?” tanya Mariana dengan penuh senyuman.Julio menyunggingkan senyumnya seraya melirik ke arah Adara. “Suka kok, lagi pula kebetulan sekali sudah lama aku ingin nonton, ya cuman aku ngak tau mau ke bioskop sama siapa,”“Ya kali aja ajak pacar kamu untuk nonton bersama gitu!”“Pacar? Aku masih single, lagipula aku sedang fokus kuliah saja!” jelas Jul
Lagi-lagi sofia membalasnya hanya dengan candaan, ia sama sekali sudah menganggap Raka sebagai teman dan partner kerja, namun Raka ingin sekali menganggap lebih dari itu.Raka yang sangat tergoda dengan bibir ranum Sofia langsung melumat dengan buas, Sofia yang terkejut memberontak dan mendorong tubuh kekar Raka, namun lagi-lagi ia tidak bisa terlepas dari kecupan panas itu.Raka yang sangat tergoda melakukan apa saja kepada Sofia hingga ia luluh dan pasrah. “Aku merindukanmu Sofia,”“Lepas, Raka. Apa yang telah kamu lakukan!”“Ayolah sayang, aku sangat merindukanmu. Aku ingin kita seperti dulu,”“Astaga, sadar Sofia dia sudah memiliki istri, apa jadinya jika istrinya tahu aku dan Raka berbuat seperti ini!” batinnya.“Sadar Raka, aku datang kesini bukan untuk reunian. Aku kesini untuk membahas bisnis, bagaimana jika istrimu tahu apa yang telah kita lakukan! Tidak, aku tidak mau dicap sebagai perebut suami orang, meski aku hanya mantan kekasihmu, tetapi aku tidak mau di cap jelek oleh
“Bagaimana hari ini di kampus, Nyonya?” tanya Lim yang masih fokus pada jalanan. Kali ini Adara sangat terbantu dengan kedatangan lelaki yang baru saja ia kenal. Jika bukan karena dia, mungkin Adara akan terlambat pulang ke rumah karena masih sibuk dengan tugasnya. “Lumayan menguras pikiranku, belum lagi minggu-minggu ini aku harus mengejar tugas yang tertinggal. Menyebalkan sekali bukan, begitu keluar dari rumah sakit aku harus kerja rodi mengerjakan tugas!” “Kuncinya hanya sabar, Nyonya. Yang terpenting perlahan tapi pasti semua akan selesai tepat waktu.” Kali ini Lim membelokan mobilnya ke sebuah gedung yang menjulang tinggi. Ia langsung masuk ke dalam parkiran menuju atap dari gedung tersebut. “Mau kemana kita, pak Lim? Bukankah ini kantor?” “Iya, Nyonya. Saya di minta tuan untuk mengajak anda ke kantor, karena tuan sedang ada rapat dadakan!” jelas Lim segera keluar dari mobil. Adara menatap bangunan yang menjulang tinggi itu dengan kagum, nampaknya kantor suaminya ini sanga
Adra memandang teduh pada wanita di hadapannya, ia mengusap lengan bu Marisa dengan lembut, bagaimana bisa menolak permintaan wanita sebaik bu Marisa, namun di sisi lain jika melihat Raka dia sama sekali tak mau itu terjadi. Tatapan hangat yang terpancar dari wajah bu Marisa yang sangat membuat dia nyaman. Wanita yang sangat sempurna dan tak pernah ia melihat beliau marah kepada siapapun. “Andai saja mendiang ibuku masih ada, mungkin ini rasanya. Ya Tuhan, maafkan aku jika selama ini aku selalu mengeluh dan selalu membicarakan yang mustahil, istigfar Adara!” Adara meminta izin untuk memeluk bu Marisa, ia merasa rindu kepada mendiang ibunya. Bu Marisa dengan senang hati membuka tangan nya lebar-lebar untuk memeluk Adara. Begitu rindunya Adara hingga ia memejamkan kedua matanya. Rasanya begitu hangat dan terasa nyata, seakan ia memeluk ibunya yang telah tiada. “Aku sangat merindukanmu, Bu. Begitu banyak hal sulit yang aku lalui bu, aku merindukanmu.” Adara berkata seakan ia sedang
Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia baru menyadari jika ia memiliki bidadari yang sangat cantik di kehidupannya.“Ya Tuhan, kemana saja aku selama ini. Aku selalu melewatkan istriku yang cantik ini. Maaf jika aku sudah telat menyadarinya. Mulai sekarang aku akan berusaha menjadi suami yang lebih baik lagi!” Raka menggenggam tangan Adara dan mengecup punggung tangannya.“Ini orang kesambet setan apa coba? kenapa dia berbicara seolah-olah meyakinkan aku dan membuat aku terbang ke awan. Sadar Adara … kamu jangan termakan rayuan dan perkataan Raka, yang sudah-sudah saja kamu selalu di kecewakan sama dia, iya kamu harus waspada!” batinnya.
Raka teringat kembali mimpinya, ia melihat wajah Adara yang sangat sedih dan pergi meninggalkan dirinya. Raka merasa bersalah, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan mengakhiri fantasinya bersama Viona, namun lagi-lagi Raka selalu tersesat.Viona terkejut dengan perlakuan Raka terhadapnya, biasanya Raka dengan buas langsung menerkam Viona tanpa ampun.“Kenapa kamu seperti ini? apa yang kamu pikirkan hingga kamu tidak mau menyentuhku?” tanya Viona yang tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.Dengan pakaian yang berantakan dan tubuh penuh tanda yang Raka berikan, Viona terus menatap Raka dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa kamu tidak melakukannya? Biasanya di manapun kamu mau kamu melakukannya dengan penuh gairah!” jelas Viona kesal dan kecewa.“Cukup! Pakai pakaianmu dan pergi dari sini, aku tak mau melihat wajahmu lagi. Mulai detik ini aku tak akan peduli lagi kamu mau berbuat apa, aku tak mau berurusan lagi denganmu.”Raka keluar membanting pintu mobil dengan keras, ia kesal se
Lim terheran-heran mendengar Tuannya menceritakan mimpinya. Karena memang terkadang arti dari mimpi adalah sebuah pertanda untuk kita, atau bunga tidur yang indah. Namun kembali lagi bagaimana kita menyikapi mimpi itu sendiri.“Itu hanya bunga tidur saja, Tuan. Sudah jangan terlalu dipikirkan, apa Tuan mau kopi? Memang hanya kopi pinggir jalan tetapi ini sangat enak, kopi café yang mahal saja kalah dengan rasa kopi di sini!” jelas Lim.Raka tak lagi mempermasalahkan mimpinya, benar apa yang dikatakan Lim itu hanya bunga tidur yang bila mana di artikan tak akan cukup satu hari membahasnya. “Apa kopi di sini seenak yang kamu katakan?”Lim segera memesankan kopi yang sama persis ia pesan tadi, tak lama pesanan Lim datang dan ia memberikan nya kepada Tuan nya.“Silahkan, Tuan. Meski tampilan nya sederhana tetapi rasanya sangat berkelas,”Ternyata kopi yang Raka minum rasanya sangat berkelas, benar apa yang dikatakan Lim, seperti kopi-kopi di kedai atau café kopi yang sering dikunjungi.“
Saing pun berganti malam, setelah shalat isya bu Marisa kini menyiapkan camilan. Begitu sangat senang sekali ada bu Marisa di sini.Sembari ngemil-ngemil cantik bersama bu Marisa, kami banyak bercerita dan Ibu bercerita tentang masa kecil Raka yang sangat menggemaskan, dan juga banyak sekali kejadian yang selalu membuat Ibu menggelengkan kepala.Bukan itu saja, kadang banyak laporan dari teman-teman nya jika Raka sering berkelahi karena hal yang sepele. Apa lagi anak lelaki itu sering terlihat tengil dari teman sebayanya.Bu Marisa menceritakan semua sedetail itu, hingga hari naas di mana Raka mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia duduk di kursi roda. Pada akhirnya Raka bertemu dengan Adara, dan ia mampu mengurus Raka hingga Raka bisa berjalan kembali.Semua perkembangan dan perubahan Raka membuat bu Marisa sangat senang, lambat laun semua hal buruk yang sering Raka lakukan perlahan ia tinggalkan. Bu Marisa sangat senang karena tidak salah memilih menantu.“Ibu sangat senang kar
Lim tertunduk merasa bersalah karena pergi dari tugasnya. “Maaf, Tuan. Saya tadi ke luar untuk membeli kopi dan camilan, apa Tuan mau?” ucap Lim menawarkan secangkir kopi.Raka melihat Lim membawa secangkir kopi dan kantong plastik yang berisikan camilan. “Belikan saya satu, rasanya tak enak tidur di rumah sakit. Dari tadi aku mencium bau obat membuat kepalaku sakit!” jelas Raka.Lim memberikan secangkir kopi dan camilan yang ia beli tadi. “Ini buat Tuan saja, biar saya beli lagi,”“Terimakasih banyak, Lim. Ini kamu beli lagi!” ucap Raka menyodorkan dua lembar uang ratusan.“Terimakasih banyak, Tuan. Saya permisi dulu!” jelas Lim segera pergi untuk membeli secangkir kopi ke tempat yang sama.Di sana dia masih melihat Viona duduk di kursi yang sama. Ia melihat lelaki yang bersama Viona itu tengah mendekap dan mencium si wanita di depan umum tanpa ragu.Lim memalingkan pandangannya, ia merasa jijik melihat orang yang mengumbar kemesraan di depan umum. Apa lagi sampai berbuat yang tidak-