Ketukan pintu kelas terdengar membuat penghuni sepawa atau hasil akronim dari sebelas mipa dua mengalihkan perhatian menuju pintu secara serempak.
Salah seorang dari mereka beranjak, menghampiri orang tersebut dan tak lama menyembulkan kepalanya ke dalam.
"Hazel, Jeje sama Nabila bikin masalah apa lagi kalian?" tanyanya.
"Masalah? Gak ada kayaknya. Apaan, sih?" Rasa penasarannya melambung tinggi, akhirnya demi menuntaskan rasa itu ia menghampiri teman sekelasnya yang masih saja di ambang pintu.
"Kenapa manggil gue? Eh, lo kelas sepuluh, kan?" Gadis yang ia ketahui adik kelasnya itu mengangguk pelan dan dengan hati-hati menyampaikan informasi bahwa ia dan kedua temannya dipanggil oleh guru BK. Selesai urusannya, gadis itu berlalu setelah mendapat ucapan terima kasih dari sang primadona Altair.
"Masuk, yuk! Bikin masalah apalagi lo sama mereka?"
"Gak ada ya, Setan! Dahlah, ayo guys, kita ke BK," ajak Hazel pada dua temannya. Dengan santai mereka meninggalkan kelas yang ribut menuju ruangan yang ditakuti sebagian besar siswa Altair.
"Permisi, Bu. Ibu panggil kami?" Sesaat setelah mereka memasuki ruangan ber-AC dengan satu meja di tengah ruangan beserta dua kursi di seberangnya. Tak lupa satu sofa abu di sudut ruangan bercat putih ini, pertanyaan itu terlontar.
Ibu Dinda, selaku guru BK dengan kacamata yang bertengger mengangguk sambil mengarahkan dagunya ke kursi dihadapan. Mereka duduk setelah salah satunya mengambil kursi di pojok ruang.
Ibu Dinda menghela napas, kemudian mengeluarkan suara lembutnya. "Berapa kali Ibu ingatkan untuk berubah, Nak? Apa perlu Ibu panggil orang tua kalian supaya kalian berubah?"
"Enggak, Bu. Orang tua Hazel juga gak mau merepotkan diri untuk pulang ke Indonesia demi Hazel," sahut Hazel kelewat santai. Sedang, kedua sahabatnya hanya terdiam.
"Nah, kalau gitu berubah, ya? Ibu mohon." Sejenak berpikir, akhirnya ketiga gadis pujaan Altair itu menganggukkan kepalanya serentak. Ibu Dinda tersenyum lembut. "Kalau gitu, maaf, ya. Ibu harus skors kalian selama tiga hari. Waktu kalian diskors ini jangan untuk main-main tapi untuk merenung dan merubah diri, ya, Nak. Bisa?"
"Kami usahakan, Bu," jawab Nabila mewakilkan.
"Ya sudah. Setelah keluar dari ruangan Ibu kalian bisa langsung pulang dan kembali lagi sekolah hari jumat." Ketiganya pun keluar dari sana bersamaan dengan napas berat yang diembus berharap semua beban yang di pundak ikut lenyap.
•••
"Luna! Luki! Ami pulang, Sayang!" seru Hazel kala kakinya menapak di rumah.
"Loh, kok Non Hazel udah pulang? Diskors lagi?" tanya Bi Onik yang diangguki pelan sambil melangkah menuju kamar.
"Bi, anak-anak Hazel mana?" tanyanya setelah mengganti baju seragam menjadi baju kebangsaannya, kaos oversize dan hotpants setengah paha yang tenggelam di balik baju, tak lupa cepolan rambutnya. Kalau kata Valdo, ia lebih mirip dengan ART ketimbang anak pebisnis sukses.
"Di kamarnya, Non." Gadis itu mengangguk dan berjalan menuju kamar kucingnya di lantai satu.
"Halo, sayangnya Ami. Ke pet shop, yuk! Kita medi pedi, dandan yang cantik, mumpung duo macan pengganggu kalian gak ada di rumah. Oke, Ami siap-siap dulu nanti baru giliran kalian yang Ami dandanin, oke?" Setelah puas menggendong dan mencium anaknya, dia berlalu ke lantai dua berganti pakaian. Kemudian memasukkan mereka ke tempat semestinya.
Kaki jenjangnya terbalut rok selutut berwarna putih tulang dengan hoodie pastel sebagai outfit kali ini, setelah merasa puas dengan penampilannya. Ia mengendap-endap menuju rak penyimpanan kunci-kunci termasuk kunci mobil mewahnya.
"Bi, Hazel mau keluar sama anak-anak. Kalau mereka tanya, bilang aja Hazel hang out, oke!" tuturnya pada bibi yang sedang bertarung di dapur. Tanpa menunggu jawaban, ia beralih ke garasi dan tersenyum cerah ketika matanya menatap mobil hadiah ulang tahun yang ke tujuh belas dari maminya. Mobil yang sudah lama tak ia gunakan.
"Hai! Yuk, kita jalan-jalan sama anak-anak aku," monolognya sambil masuk ke mobil.
Pintu garasi terbuka otomatis setelah ia meng-capture wajahnya, sampai di depan gerbang yang belum terbuka, gadis berkacamata itu terkekeh geli melihat satpamnya terperangah tak percaya melihat mobil sport bernilai miliaran. Mobil Ferrari California berwarna putih.
"Mas, bukain dong! Hazel mau pergi, nih."
Satpam itu mengerjapkan mata sebentar. "Eh, iya, Non." Gerbang terbuka segera saja ia melesat cepat meninggalkan rumah. Namun, belum sempat melajukan mobilnya, ponsel milik gadis itu berdering, di pop up notification menampilkan sebuah grup yang mana terdiri dari ia dan dua sepupu tampannya itu.
Hazel diskors 3 hari (2)
my josh^^ :
» hazel dmn?
mr. val^^ :
» wih, hzl diskors? mntp! brp hr zl?
Me :
» gue di rumah jo, gosah bacot ya val
my josh^^ :
» ok
mr. val^^ :
» bct ap s? lo ngp zl?
mr. val^^ :
» bkn pas kita plkn kan? apa pas lo dihkm?
mr. val^^ :
» slhin joshua noh yg nghkum ank org muku
mr. val^^ :
» muju
mr. val^^ :
» mulj
mr. val^^ :
» mulu elah kybrd gd akhlk!
Me :
» REVALDO BERISIK ANJIR 😠
my josh^^ :
» bersisik
my josh^^ :
» berisik anjr, valdo setan!
mr. val^^ :
» 🤣🖕
Tepat setelah ia memasukkan ponselnya ke dalam sling bag di kursi sebelah kirinya, seorang pria paruh baya menghampiri.
"Non, mau ke mana?" tanya pria tersebut, dengan baju hitam khasnya yang amat lekat.
"Mau ke pet shop, terus mampir ke mal, balik lagi ke pet shop, setelahnya langsung pulang. Gimana, Pak?"
"Begini, Non, barusan den Joshua bilang ke Bapak untuk anterin Non ke manapun. Katanya, Non Hazel gak dibolehin bawa mobil sendiri, begitu, Non." Hazel ternganga tak percaya, baru saja ia akan meluncurkan kalimat penolakan, lagi-lagi ponselnya berdering.
my josh^^ :
» jgn bawa mobil sndr y cntk
Me :
» kenapa sii
my josh^^ :
» gpp, milih gue sita mobil lo atau nurut?
Me :
» y!
"Ya udah, Pak." Gadis itu keluar beserta dua pet cargo di tangan kanan kirinya, menghela napas pelan sebelum melanjutkan kata-katanya. "Yang ini tolong bawa ke garasi lagi, kita pake mobil yang biru aja." Pria tersebut mengangguk patuh dan berlalu.
"Loh, Non Hazel belum berangkat? Bibi kirain udah," tanya Bi Onik tiba-tiba muncul membawa dua gelas kopi hitam di atas nampan plastik berwarna birunya.
Hazel menggeleng lemah. "Joshua ngeselin, Bi. Kasihan dong mobil Hazel kalo gak pernah dipake sama sekali." Ujung matanya melirik ke arah mobil mewah miliknya yang dikendarai oleh orang kepercayaan orang tuanya untuk mengantarkan mereka ke manapun, terutama si gadis kesayangan satu-satunya. Ia kembali menjelajahi perlajanan yang tak luput dari kemacetan dengan mobil BMW seri 5 sedan 2021 berwarna biru mengkilap.
"Non, mari." Kini tubuhnya telah tenggelam dalam interior mobil yang selalu ia pandang, di sebelahnya terdapat dua pet cargo dengan salah satu isinya berada di pelukan.
Mata indahnya menyorot ke segala arah. Bibirnya melengkung indah melengkapi pahatan ayu dari Sang Tuhan yang patut ia syukuri. Jari lentiknya pun tak tinggal diam, membelai bulu halus di dadanya.
Mobil berwarna biru itu memutar stir lalu berhenti dan menemui isi toko yang sangat ia yakini bisa mengubah mood-nya. Dan benar! Mood buruknya akibat sang sepupu berubah seketika netranya memandang jauh mengelilingi ruangan full colour tersebut.
Saat kakinya menapak di salah satu sudut, diulurkanya dua pet cargo itu dan keluarlah isinya.
"Saya titip mereka, ya. Beri perawatan yang terbaik seperti biasa. Luna sama Luki di sini dulu, oke? Ami mau jalan-jalan nanti kalau Ami udah selesai, langsung Ami jemput deh, oke? Oke, babaii." Setelah itu, Hazel berlalu dan mobilnya melaju menuju mal yang biasanya ia jelajahi.
Sebelum turun, ia sempatkan untuk memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada sang supir. "Pak, jangan ditungguin, ya. Bapak mau kemana aja boleh kok asalkan nanti pas Hazel mau pulang Bapak ke sini lagi. Dan ini untuk keperluan Bapak. Hazel tinggal, ya, Pak. Makasih."
•••
Beberapa toko telah ia masuki, saat akan memasuki toko yang ke sekian perutnya memberontak ingin asupan. Akhirnya, gadis cantik itu memilih untuk singgah di salah satu restoran kesukaannya.
Jarinya menari di atas ponsel yang menunjukkan laman i*******m, sama seperti gadis-gadis pada umumnya, ia pun tak luput untuk men-stalk akun cogan walaupun sudah ada dua cogan di dalam rumahnya yang sialnya amat menyebalkan.
Seakan ada lampu pijar di atas kepalanya, ia mengirimkan pesan pada tiga sahabatnya untuk datang menemani dirinya shopping dan tak ada yang menolak, kecuali Tasya.
Menunggu cukup lama, akhirnya mereka datang. "Zel, tumben lo sendirian? Gue gak ada liat mobil lo di basemen," ucap Jeje yang diangguki Nabila sambil menyeruput secangkir cappuccino.
"Gue gak bawa mobil, paling mobilnya dibawa Pak Surya jalan-jalan. Udah ah, yuk, lanjut jalan!" Ketiganya pun meninggalkan restoran yang telah membuat bokongnya cukup panas setelah beberapa lama duduk.
Waktu menunjukkan pukul dua siang, kaki mereka pun serasa ingin patah saking lamanya berjalan dan menyerah. Mereka memutuskan untuk pulang setelah Hazel dijemput dan kembali ke pet shop, menjemput dua anak kesayangannya.
•••
Siang ini saat dirinya menyusuri jalan raya yang tak pernah sepi dengan mobil mewahnya yang dikendarai oleh Surya, sang supir pribadi. Atensinya teralihkan dari ponsel pintar berlogo apel gigit menuju sebuah toko aesthetic sebelah kanan jalan.
Kakinya mengayun menjelajahi segala penjuru toko mencari beberapa bungkus makanan serta camilan kesukaan kedua anaknya, dan tak lupa accessories yang menurutnya lucu, contohnya seperti kacamata dan kalung.
Tangannya memanjang dan kakinya berjinjit karena makanan kesukaan Luna dan Luki berada di rak lebih tinggi daripada tinggi badannya sendiri, yakni Whiskas. Sedangkan matanya kembali menelisik ke rak di seberang sana, yang mana rak tersebut berisi berbagai camilan.
Hingga tibalah ia di ruangan penitipan kucing. Di sanalah Luna dan Luki berada, namun sebelum itu ada seekor kucing yang dibiarkan bermain cukup menarik perhatiannya. Bulu kucing yang abu-abu membuatnya berpikir keras mengenai siapa pemilik kucing tersebut.
"Kucing ini kayaknya gue kenal, deh. Punya siapa, ya? Lucu banget!"
"Punya gue," sahut seseorang dari belakang. Sontak Hazel berbalik dengan kucing tersebut masih dipeluknya.
"Oh, punya lo? Ya udah! Kucing lucu, kamu main lagi ya, aku mau pulang." Hazel kembali mengambil langkah lebar. "Mbak, kucing saya yang barusan sudah selesai?"
"Sudah, Mbak. Ini, bukan?" Hazel tersenyum menanggapi dan mengangguk cepat. Jujur, ia ingin pulang dan menghindari makhluk bernama Rei yang sialnya adalah mantan Hazelna.
"Zel, please stop! Aku mau ngomong," ucapnya saat kaki Hazel menggapai beranda pet shop.
"Apalagi yang mau diomongin? Gue udah gak peduli lagi sama semua tentang lo. Dan gue kira lo paham bahasa manusia," balas gadis berbandana hitam itu sarkas.
"Zel, aku gak selingkuh, cewek itu yang deketin aku, ak-"
"Gue gak peduli."
"Zel, balikan yuk! Aku masih sayang sama kamu, please!"
"Lucu ya lo, lo pikir gue mau balikan sama pengkhianat kayak lo, hah?! In your dream. Bye!" Matanya menatap Pak Surya dan memasuki mobil kemudian berlalu.
"Dan aku gak akan melepaskan kamu dari genggamanku, Sayang." Usai bertutur seperti itu, senyuman miring tercipta di wajahnya.
"Assalamualaikum, Hazel pulang!" sapa Hazel dengan nada riang, tak ketinggalan dua pet cargo yang senantiasa ia bawa."Wa'alaikumussalam, wah kesayangan kita darimana, nih?" balas Valdo menggoda."Dari pet shop terus ke mal. Ah, iya, Val, tolong dong Luna sama Luki dibawa ke kamarnya, gue mau ambil hasil jalan-jalan," pintanya, dalam sekejap kucing tersebut raib dari pandangan."Non, ini ditaruh mana?" tanya Pak Surya."Eh? Aduh, maaf Pak, Hazel ngerepotin Bapak. Udah sini Hazel aja yang bawa Pak, Hazel jadi gak enak, nih." Sungguh tak enak rasanya, padahal bisa saja ia membawa belanjaan itu sendiri.Joshua sendiri yang sedari tadi hanya memicingkan matanya terkesiap melihat raut wajah Hazel yang kesal, bagaimanapun kesalnya seorang Hazelna itu bisa tertutup rapat dengan ekspresi yang lain. Namun, tetap saja Joshua bisa menerkanya."Ndak papa, Non. Ya u
Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa hari ini tepatnya hari Jumat, Hazel kembali ke aktivitas semulanya yakni, sekolah di Altair High School. Tempatnya mengemban ilmu selama hampir dua tahun ini.Sekolah yang memiliki tiga lantai di dua gedungnya yang berseberangan cukup jauh. Gedung MIPA dan gedung Sosial dimana lantai dasar terisi oleh seluruh kelas sepuluh, di lantai dua kelas sebelas dan di lantai tiga ada kelas dua belas. Dengan dilengkapi tangga juga lift. Diantara kedua gedung itu ada masjid dan gereja yang bersebelahan.Dilengkapi dua lapangan basket, in door dan out door. Satu ruangan luas untuk olahraga dalam ruang, misalnya senam lantai dll. Satu kolam renang in door, serta ada satu ruang khusus gym. Pun ada gedung ekstrakulikuler di sana, berisi beberapa ruangan luas khusus ekstrakurikuler yang biasanya menggunakan ruangan, misalnya vokal dan musik.Setelah melewati lobi, di ujung sana terlihat satu ge
"Wah, berani juga lo nemuin gua. Gua pikir lo takut."Kedua laki-laki yang masih nangkring di atas motor Kawasaki Ninja 300 berwarna hitam dan putih masing-masing insan itu tersenyum miring."Bacot banget." Di atas motor putih itu sambil mengunyah permen karet membalas. "Gue gak punya banyak waktu. So, penting gak?"Rei meludah ke arah kirinya. "Gua gak mau basa-basi, sih. Gu-""Kan yang basa-basi elo, Sat," potong Valdo kesal."Kayak apa yang gua chat, gua nantangin kalian balapan dengan Hazel jadi taruhan.""Wah, sialan nih Si anjing! Hazel gak ada urusannya ya, njir. Jangan bawa-bawa nama sepupu gue!" Joshua yang sedari tadi menahan emosi, kini meluap-luap."Santai dong, santai." Dua orang cewek dengan pakaian kurang bahan di sebelah Rei ikut menyahut. Entahlah, apa fungsi keduanya yang jelas-jelas membuat salah satu sepupu Hazel
Di depan kamar Hazel, ia langsung disuguhi pemandangan kedua lelaki bermata merah akibat kurang tidur tak lupa dengan beberapa luka yang menghiasi wajah tampan mereka."Pagi, Zel," sapa mereka bersamaan ditambah senyuman manis berharap agar perempuan itu luluh.Hazel menatap keduanya datar dan melengos pergi diekori dua lelaki itu. Bahkan ke manapun kaki Hazel melaju begitu juga dengan keduanya. Benar-benar mirip dengan anak ayam pada induknya."Zel, lo tau gak? Kita dikeroyok sama si Rei soalnya dia kalah balapan," ungkap Valdo. Joshua di sebelahnya reflek menyenggol lengannya.Joshua berbisik, "Sst! Hazel jangan tau nanti– eh, Hazel." Tatapan tajam yang dilayangkan sepupunya itu menghentikan.Hazel diam membisu, melangkah ke ruang tengah. Ah, iya, kedua laki-laki itu paham sekarang. Walaupun sedang dalam mode diamnya ia tetap perhatian apalagi jika wajah merek
"Gue gak suka kalian berurusan lagi sama Rei, pokoknya jangan! Gue bisa lebih marah dari kemarin, loh. Apalagi kalau cuma menghilang dari hadapan kalian, gampang!" omel Hazel."Lo juga salah," sahut Joshua santai."Iya, gue tau, sorry.""Makanya sekarang kalau ada apapun langsung cerita jangan ambil keputusan sendiri," ujar Valdo yang sedari tadi menyimak."Yang ambil keputusan sendiri siapa?" Joshua sengaja memancing, Valdo sepertinya tidak sadar bahwa ia menyindir dirinya sendiri."Ya gue, udah ah, sorry. Sini berpelukan! Kangen banget gue sama Hazel." Akhirnya Hazel meringsek dalam pelukan Valdo yang memang ia rindukan dan dirinya merasakan beberapa kecupan yang tersemat di pucuk kepalanya.Beralih ke pelukan Joshua, ia pun kembali mendapat kecupan yang sama kali ini ditambah elusan lembut pada surainya. "Jangan diulangi, ya," pintanya yang langsung diangg
Tidur cantik ala Hazelna akhirnya terusik kala pipinya ditepuk pelan dengan telapak tangan besar diiringi suara berat milik Joshua. Jarang-jarang cowok blasteran London-Korea itu membangunkan gadis manja tersebut. Biasanya yang seringkali membuat Hazel kembali dari dunia mimpi hanyalah Valdo dan bi Onik."Hazel." Lenguhan panjang dikeluarkan Hazel untuk jawaban dari panggilannya."Bangun, yuk!" Bukannya membuka mata, gadis yang terbalut piyama bercorak Hello Kitty itu memilih membalikkan badannya menjadi memunggungi sang sepupu."Hey, Cantik! Luna sama Luki masuk kolam." Ajaib. Mendengar dua nama kucingnya disebut, Hazel langsung membuka mata lebar-lebar. "Mana?! Ayo, kita susul!"Cepat-cepat keduanya menyusuri anak tangga dengan tergesa-gesa, sebenarnya langkah Joshua santai tetapi karena tangannya ditarik jadilah ia seperti orang sedang sprint."Bibi, Luna sama Luki mana? Merek
Ketiga remaja tersebut baru saja turun dari kamar masing-masing. Satu-satunya perempuan di situ kini loncat-loncat kegirangan. Seperti halnya anak kecil, ia memiliki sisi manja yang akan ia tunjukkan pada beberapa orang saja.Senyum yang sedari membuka mata mengawali hari tak luntur terpancar. Aura kecantikannya pun tak mau kalah dari matahari yang kian menyinari bumi.Dua diantaranya berdiri merenggangkan otot agar tidak cedera nantinya. Saking terlalu fokus, bahkan mereka sama sekali tidak melirik gadis yang hampir saja menenggelamkan wajahnya di kolam sedalam dua meter itu."Hazel!" seru Valdo panik. Dirinya tadi bersama Joshua sedang fokus pemanasan tetapi suara gadis itu tiba-tiba hilang membuatnya mau tak mau menoleh."Gue mau berenang di sini, Val." Dijamin, mendengar suara rengekannya yang memenuhi indra pendengaran membuat kedua cowok itu menghela nafas berat dan mengangguk pasra
"Bilas dulu, geh, Non, Den," tegur bi Onik. Ketiga remaja yang baru saja menyelesaikan kegiatan berenangnya itu masih saja bersantai di atas kursi pantai lipat lengkap dengan bathrobe yang menutupi tubuh masing-masing."Iya, Bi. Betewe, makasih, ya, Bi. Cake buatan Bibi emang paling juara! Hazel sukaa pakai begete," puji gadis itu setelah menelan potongan brownies kesekian."Makasih, Non. Sekarang pada bilas, gih. Nanti masuk angin, loh." Netra wanita paruh baya itu beralih pada dua laki-laki yang sibuk dengan kegiatan mabarnya di handphone masing-masing. "Den, main gimnya nanti lagi, sekarang bilas dulu.""Iya, sebentar lagi, ya, Bi. Masih seru."Tangan Hazel terangkat memukul keduanya saat bi Onik meninggalkan mereka setelah geleng-geleng kepala sejenak. "Heh! Kampret! Gue mau ngomong," katanya."Wait, Zel. Sebentar lagi gue menang," jawab Valdo, tak mengalihkan pandangannya sa
Dua bulan hubungan antara Hazel dan Bento terjalin, selama dua bulan itu pula keduanya sama-sama menjaga hubungan agar tidak terlalu menonjol apalagi jika ketahuan oleh kedua sepupu Hazel yang posesif.Seperti saat ini, keduanya berada di kantin yang sama tetapi meja yang berbeda. Hazel dengan kedua sahabatnya dipantau oleh Joshua dan sahabat cowok itu di meja sisi kiri juga Valdo dan sahabat di meja sisi kanan. Selang dua meja di depan Hazel, ada Bento yang menyunggingkan senyuman seolah berkata tak apa.Me :» makan!Be 🖤 :» kalo liat kamu aja kenyang, kenapa harus makan?» kamu jg makan gihMe :» gembel» udah selesai sayaangg 😋Be 🖤 :» kelas gih, aku cabutBenar saja, usai mengirimkan pesan Bento langsung undur diri dari kantin. Mata Hazel terus men
Sebulan setelah kabar duka dari Olive, Hazel kembali seperti sedia kala. Di tengah heningnya kamar Joshua, mereka dikejutkan dengan ketukan pintu yang berasal dari bi Onik, di tangan wanita paruh baya itu ada tiga gelas es teh pesanan mereka."Wah, pesanan datang!" sambut Hazel riang. Gadis itu sudah memakai piyamanya, lengkap dengan boneka teddy bear kesayangannya, hadiah ulang tahun ke sepuluh dari Olive."Sini, Bi, Valdo yang bawa ke dalam. Bibi udah selesai?" Tangan Valdo beralih meletakkan nampan di meja yang ada di kamar ini."Sudah, Den. Tinggal kunci-kunci aja," jawab wanita tersebut."Kalau udah selesai langsung istirahat ya, Bi," sahut Joshua setelah menyendok es krimnya. Terlihat, bi Onik mengangguk setuju.Satee satee! Te satee!"Ya udah, Bibi kunci-kunci dulu, Den. Non, jangan begadang lagi, ya." Hazel tak menyahut, cewek itu masih sibuk me
Suara perempuan dari dalam laptopnya menyapa telinga perempuan yang dipanggil Oline, amat mengganggunya terlebih dengan nada melirih seakan sarat penyesalan juga menahan kesakitan. Dia, Oliveira Sykes Almondef."Oline, i'm sorry.""Eh? Hi, Olive, my best friend! I miss you so bad!" balasnya riang.Oline atau yang kita kenal sebagai Hazel, sebenarnya menangkap suara sahabatnya yang melirih tapi demi apapun ia tak ingin bersedih di saat mereka melepas rindu."Oline," rengek gadis bersyal tersebut. Sedangkan, yang dipanggil hanya terkekeh kecil."Sorry, sorry, I was just kidding with you. Don't be serious, okey?""Yes, I know it. Oline, I miss your voice-""Zel, katanya lo mau nyanyi? Jadi, gak? Sini, gue gitarin!" Sebuah seruan memotong perkataan Olive. Sontak saja membuat Olive senang mendengarnya. Walaupun perempuan itu
"Bilas dulu, geh, Non, Den," tegur bi Onik. Ketiga remaja yang baru saja menyelesaikan kegiatan berenangnya itu masih saja bersantai di atas kursi pantai lipat lengkap dengan bathrobe yang menutupi tubuh masing-masing."Iya, Bi. Betewe, makasih, ya, Bi. Cake buatan Bibi emang paling juara! Hazel sukaa pakai begete," puji gadis itu setelah menelan potongan brownies kesekian."Makasih, Non. Sekarang pada bilas, gih. Nanti masuk angin, loh." Netra wanita paruh baya itu beralih pada dua laki-laki yang sibuk dengan kegiatan mabarnya di handphone masing-masing. "Den, main gimnya nanti lagi, sekarang bilas dulu.""Iya, sebentar lagi, ya, Bi. Masih seru."Tangan Hazel terangkat memukul keduanya saat bi Onik meninggalkan mereka setelah geleng-geleng kepala sejenak. "Heh! Kampret! Gue mau ngomong," katanya."Wait, Zel. Sebentar lagi gue menang," jawab Valdo, tak mengalihkan pandangannya sa
Ketiga remaja tersebut baru saja turun dari kamar masing-masing. Satu-satunya perempuan di situ kini loncat-loncat kegirangan. Seperti halnya anak kecil, ia memiliki sisi manja yang akan ia tunjukkan pada beberapa orang saja.Senyum yang sedari membuka mata mengawali hari tak luntur terpancar. Aura kecantikannya pun tak mau kalah dari matahari yang kian menyinari bumi.Dua diantaranya berdiri merenggangkan otot agar tidak cedera nantinya. Saking terlalu fokus, bahkan mereka sama sekali tidak melirik gadis yang hampir saja menenggelamkan wajahnya di kolam sedalam dua meter itu."Hazel!" seru Valdo panik. Dirinya tadi bersama Joshua sedang fokus pemanasan tetapi suara gadis itu tiba-tiba hilang membuatnya mau tak mau menoleh."Gue mau berenang di sini, Val." Dijamin, mendengar suara rengekannya yang memenuhi indra pendengaran membuat kedua cowok itu menghela nafas berat dan mengangguk pasra
Tidur cantik ala Hazelna akhirnya terusik kala pipinya ditepuk pelan dengan telapak tangan besar diiringi suara berat milik Joshua. Jarang-jarang cowok blasteran London-Korea itu membangunkan gadis manja tersebut. Biasanya yang seringkali membuat Hazel kembali dari dunia mimpi hanyalah Valdo dan bi Onik."Hazel." Lenguhan panjang dikeluarkan Hazel untuk jawaban dari panggilannya."Bangun, yuk!" Bukannya membuka mata, gadis yang terbalut piyama bercorak Hello Kitty itu memilih membalikkan badannya menjadi memunggungi sang sepupu."Hey, Cantik! Luna sama Luki masuk kolam." Ajaib. Mendengar dua nama kucingnya disebut, Hazel langsung membuka mata lebar-lebar. "Mana?! Ayo, kita susul!"Cepat-cepat keduanya menyusuri anak tangga dengan tergesa-gesa, sebenarnya langkah Joshua santai tetapi karena tangannya ditarik jadilah ia seperti orang sedang sprint."Bibi, Luna sama Luki mana? Merek
"Gue gak suka kalian berurusan lagi sama Rei, pokoknya jangan! Gue bisa lebih marah dari kemarin, loh. Apalagi kalau cuma menghilang dari hadapan kalian, gampang!" omel Hazel."Lo juga salah," sahut Joshua santai."Iya, gue tau, sorry.""Makanya sekarang kalau ada apapun langsung cerita jangan ambil keputusan sendiri," ujar Valdo yang sedari tadi menyimak."Yang ambil keputusan sendiri siapa?" Joshua sengaja memancing, Valdo sepertinya tidak sadar bahwa ia menyindir dirinya sendiri."Ya gue, udah ah, sorry. Sini berpelukan! Kangen banget gue sama Hazel." Akhirnya Hazel meringsek dalam pelukan Valdo yang memang ia rindukan dan dirinya merasakan beberapa kecupan yang tersemat di pucuk kepalanya.Beralih ke pelukan Joshua, ia pun kembali mendapat kecupan yang sama kali ini ditambah elusan lembut pada surainya. "Jangan diulangi, ya," pintanya yang langsung diangg
Di depan kamar Hazel, ia langsung disuguhi pemandangan kedua lelaki bermata merah akibat kurang tidur tak lupa dengan beberapa luka yang menghiasi wajah tampan mereka."Pagi, Zel," sapa mereka bersamaan ditambah senyuman manis berharap agar perempuan itu luluh.Hazel menatap keduanya datar dan melengos pergi diekori dua lelaki itu. Bahkan ke manapun kaki Hazel melaju begitu juga dengan keduanya. Benar-benar mirip dengan anak ayam pada induknya."Zel, lo tau gak? Kita dikeroyok sama si Rei soalnya dia kalah balapan," ungkap Valdo. Joshua di sebelahnya reflek menyenggol lengannya.Joshua berbisik, "Sst! Hazel jangan tau nanti– eh, Hazel." Tatapan tajam yang dilayangkan sepupunya itu menghentikan.Hazel diam membisu, melangkah ke ruang tengah. Ah, iya, kedua laki-laki itu paham sekarang. Walaupun sedang dalam mode diamnya ia tetap perhatian apalagi jika wajah merek
"Wah, berani juga lo nemuin gua. Gua pikir lo takut."Kedua laki-laki yang masih nangkring di atas motor Kawasaki Ninja 300 berwarna hitam dan putih masing-masing insan itu tersenyum miring."Bacot banget." Di atas motor putih itu sambil mengunyah permen karet membalas. "Gue gak punya banyak waktu. So, penting gak?"Rei meludah ke arah kirinya. "Gua gak mau basa-basi, sih. Gu-""Kan yang basa-basi elo, Sat," potong Valdo kesal."Kayak apa yang gua chat, gua nantangin kalian balapan dengan Hazel jadi taruhan.""Wah, sialan nih Si anjing! Hazel gak ada urusannya ya, njir. Jangan bawa-bawa nama sepupu gue!" Joshua yang sedari tadi menahan emosi, kini meluap-luap."Santai dong, santai." Dua orang cewek dengan pakaian kurang bahan di sebelah Rei ikut menyahut. Entahlah, apa fungsi keduanya yang jelas-jelas membuat salah satu sepupu Hazel