Tidur cantik ala Hazelna akhirnya terusik kala pipinya ditepuk pelan dengan telapak tangan besar diiringi suara berat milik Joshua. Jarang-jarang cowok blasteran London-Korea itu membangunkan gadis manja tersebut. Biasanya yang seringkali membuat Hazel kembali dari dunia mimpi hanyalah Valdo dan bi Onik.
"Hazel." Lenguhan panjang dikeluarkan Hazel untuk jawaban dari panggilannya.
"Bangun, yuk!" Bukannya membuka mata, gadis yang terbalut piyama bercorak Hello Kitty itu memilih membalikkan badannya menjadi memunggungi sang sepupu.
"Hey, Cantik! Luna sama Luki masuk kolam." Ajaib. Mendengar dua nama kucingnya disebut, Hazel langsung membuka mata lebar-lebar. "Mana?! Ayo, kita susul!"
Cepat-cepat keduanya menyusuri anak tangga dengan tergesa-gesa, sebenarnya langkah Joshua santai tetapi karena tangannya ditarik jadilah ia seperti orang sedang sprint.
"Bibi, Luna sama Luki mana? Merek
Ketiga remaja tersebut baru saja turun dari kamar masing-masing. Satu-satunya perempuan di situ kini loncat-loncat kegirangan. Seperti halnya anak kecil, ia memiliki sisi manja yang akan ia tunjukkan pada beberapa orang saja.Senyum yang sedari membuka mata mengawali hari tak luntur terpancar. Aura kecantikannya pun tak mau kalah dari matahari yang kian menyinari bumi.Dua diantaranya berdiri merenggangkan otot agar tidak cedera nantinya. Saking terlalu fokus, bahkan mereka sama sekali tidak melirik gadis yang hampir saja menenggelamkan wajahnya di kolam sedalam dua meter itu."Hazel!" seru Valdo panik. Dirinya tadi bersama Joshua sedang fokus pemanasan tetapi suara gadis itu tiba-tiba hilang membuatnya mau tak mau menoleh."Gue mau berenang di sini, Val." Dijamin, mendengar suara rengekannya yang memenuhi indra pendengaran membuat kedua cowok itu menghela nafas berat dan mengangguk pasra
"Bilas dulu, geh, Non, Den," tegur bi Onik. Ketiga remaja yang baru saja menyelesaikan kegiatan berenangnya itu masih saja bersantai di atas kursi pantai lipat lengkap dengan bathrobe yang menutupi tubuh masing-masing."Iya, Bi. Betewe, makasih, ya, Bi. Cake buatan Bibi emang paling juara! Hazel sukaa pakai begete," puji gadis itu setelah menelan potongan brownies kesekian."Makasih, Non. Sekarang pada bilas, gih. Nanti masuk angin, loh." Netra wanita paruh baya itu beralih pada dua laki-laki yang sibuk dengan kegiatan mabarnya di handphone masing-masing. "Den, main gimnya nanti lagi, sekarang bilas dulu.""Iya, sebentar lagi, ya, Bi. Masih seru."Tangan Hazel terangkat memukul keduanya saat bi Onik meninggalkan mereka setelah geleng-geleng kepala sejenak. "Heh! Kampret! Gue mau ngomong," katanya."Wait, Zel. Sebentar lagi gue menang," jawab Valdo, tak mengalihkan pandangannya sa
Suara perempuan dari dalam laptopnya menyapa telinga perempuan yang dipanggil Oline, amat mengganggunya terlebih dengan nada melirih seakan sarat penyesalan juga menahan kesakitan. Dia, Oliveira Sykes Almondef."Oline, i'm sorry.""Eh? Hi, Olive, my best friend! I miss you so bad!" balasnya riang.Oline atau yang kita kenal sebagai Hazel, sebenarnya menangkap suara sahabatnya yang melirih tapi demi apapun ia tak ingin bersedih di saat mereka melepas rindu."Oline," rengek gadis bersyal tersebut. Sedangkan, yang dipanggil hanya terkekeh kecil."Sorry, sorry, I was just kidding with you. Don't be serious, okey?""Yes, I know it. Oline, I miss your voice-""Zel, katanya lo mau nyanyi? Jadi, gak? Sini, gue gitarin!" Sebuah seruan memotong perkataan Olive. Sontak saja membuat Olive senang mendengarnya. Walaupun perempuan itu
Sebulan setelah kabar duka dari Olive, Hazel kembali seperti sedia kala. Di tengah heningnya kamar Joshua, mereka dikejutkan dengan ketukan pintu yang berasal dari bi Onik, di tangan wanita paruh baya itu ada tiga gelas es teh pesanan mereka."Wah, pesanan datang!" sambut Hazel riang. Gadis itu sudah memakai piyamanya, lengkap dengan boneka teddy bear kesayangannya, hadiah ulang tahun ke sepuluh dari Olive."Sini, Bi, Valdo yang bawa ke dalam. Bibi udah selesai?" Tangan Valdo beralih meletakkan nampan di meja yang ada di kamar ini."Sudah, Den. Tinggal kunci-kunci aja," jawab wanita tersebut."Kalau udah selesai langsung istirahat ya, Bi," sahut Joshua setelah menyendok es krimnya. Terlihat, bi Onik mengangguk setuju.Satee satee! Te satee!"Ya udah, Bibi kunci-kunci dulu, Den. Non, jangan begadang lagi, ya." Hazel tak menyahut, cewek itu masih sibuk me
Dua bulan hubungan antara Hazel dan Bento terjalin, selama dua bulan itu pula keduanya sama-sama menjaga hubungan agar tidak terlalu menonjol apalagi jika ketahuan oleh kedua sepupu Hazel yang posesif.Seperti saat ini, keduanya berada di kantin yang sama tetapi meja yang berbeda. Hazel dengan kedua sahabatnya dipantau oleh Joshua dan sahabat cowok itu di meja sisi kiri juga Valdo dan sahabat di meja sisi kanan. Selang dua meja di depan Hazel, ada Bento yang menyunggingkan senyuman seolah berkata tak apa.Me :» makan!Be 🖤 :» kalo liat kamu aja kenyang, kenapa harus makan?» kamu jg makan gihMe :» gembel» udah selesai sayaangg 😋Be 🖤 :» kelas gih, aku cabutBenar saja, usai mengirimkan pesan Bento langsung undur diri dari kantin. Mata Hazel terus men
- P R O L O G - Kepala yang mulai berdenyut tak mengurangi rasa cintanya pada karya sastra, puisi. Seperti saat ini, dengan lincah goresan yang perlahan menjadi coretan hitam mulai memenuhi selembar kertas yang digunakan sebagai tempat penyimpanan karya tulisnya yang lain. Senyum manisnya hadir kala melihat karya kesekian kalinya sukses dan sempurna. "Ah, akhirnya! Puisi kali ini bagus, diksinya mulai baik, pokoknya gue harus sering-sering latihan, nih, biar makin keren lagi. Gila! Gue keren banget, ih, gak nyangka," monolognya sesekali terkikik kecil. "Gitu doang kok bangga, heran!" Suara itu jelas menganggunya. Setelah tahu siapa yang berbicara, ia merotasikan bola matanya tanpa bersuara. "Kalau lo kayak gitu dan dapat uang baru gue bangga, mungkin," lanjut orang itu. "Lo bisa diem gak? Gue gak pernah lagi ganggu kehidupan lo tapi kenapa lo malah ganggu gue, ha?
Seorang gadis yang masih bergelung dalam selimut tebalnya menggeliat kecil, tangannya terangkat menutup mulutnya yang menguap lebar. Ketukan pintu disusul pekikan seorang pria bahkan kala matanya melirik ke arah jam weker ia berdecak, pasalnya masih ada waktu tiga puluh menit lagi sebelum jam itu berdering."Hazel, bangun woi! Anak perawan geh jam segini belum bangun, pamali."Gadis yang dipanggil Hazel berdecak. "Iya iya, ini udah bangun." Tak lama suara derap langkah pun terdengar menjauh.Setelah yakin nyawanya sudah berkumpul, ia melangkah gontai ke arah kamar mandi dan membersihkan diri. Lima belas menit kemudian, dia keluar lengkap dengan kaos putih polos dan celana training hitam.Namun, sebelum ia keluar. Terlebih dahulu, ia memakai morning routine skincare dilapisi bedak tabur dan lip balm ke area wajah dan bibir, lalu beralih ke tatanan rambutnya yang ia kuncir mirip buntut kuda
Kaki jenjang Hazel membawanya ke lantai dasar dengan riang. Rambut hitamnya ia gerai menambah kadar kecantikan gadis blasteran Indo-London itu."Selamat pagi, sayangnya aku," sapanya ketika sampai di ruang makan dan duduk di sisi kiri Joshua, dimana ia tak memutuskan pandangan dari sang sepupu sedikitpun."Rok lo gak ada yang lebih pendek, Zel?" sindir Joshua membuat Valdo yang sedari tadi menunduk sontak mendongak.Tanpa menjawab, Hazel memilih untuk menerima sepiring roti panggang selai cokelat yang diulurkan oleh Bibi Onik, asisten yang diutus orang tua mereka."Ada kok. Cuma gue lagi males pake yang itu," jawabnya santai, setelah menelan sesuap sarapannya yang begitu nikmat. Terlebih ditambah susu cokelat hangat.Valdo yang penasaran lantas menegakkan badannya dan melirik ke arah setengah paha Hazel yang terekspos. Takut-takut bisa khilaf, dia kembali mendudukkan bokong
Dua bulan hubungan antara Hazel dan Bento terjalin, selama dua bulan itu pula keduanya sama-sama menjaga hubungan agar tidak terlalu menonjol apalagi jika ketahuan oleh kedua sepupu Hazel yang posesif.Seperti saat ini, keduanya berada di kantin yang sama tetapi meja yang berbeda. Hazel dengan kedua sahabatnya dipantau oleh Joshua dan sahabat cowok itu di meja sisi kiri juga Valdo dan sahabat di meja sisi kanan. Selang dua meja di depan Hazel, ada Bento yang menyunggingkan senyuman seolah berkata tak apa.Me :» makan!Be 🖤 :» kalo liat kamu aja kenyang, kenapa harus makan?» kamu jg makan gihMe :» gembel» udah selesai sayaangg 😋Be 🖤 :» kelas gih, aku cabutBenar saja, usai mengirimkan pesan Bento langsung undur diri dari kantin. Mata Hazel terus men
Sebulan setelah kabar duka dari Olive, Hazel kembali seperti sedia kala. Di tengah heningnya kamar Joshua, mereka dikejutkan dengan ketukan pintu yang berasal dari bi Onik, di tangan wanita paruh baya itu ada tiga gelas es teh pesanan mereka."Wah, pesanan datang!" sambut Hazel riang. Gadis itu sudah memakai piyamanya, lengkap dengan boneka teddy bear kesayangannya, hadiah ulang tahun ke sepuluh dari Olive."Sini, Bi, Valdo yang bawa ke dalam. Bibi udah selesai?" Tangan Valdo beralih meletakkan nampan di meja yang ada di kamar ini."Sudah, Den. Tinggal kunci-kunci aja," jawab wanita tersebut."Kalau udah selesai langsung istirahat ya, Bi," sahut Joshua setelah menyendok es krimnya. Terlihat, bi Onik mengangguk setuju.Satee satee! Te satee!"Ya udah, Bibi kunci-kunci dulu, Den. Non, jangan begadang lagi, ya." Hazel tak menyahut, cewek itu masih sibuk me
Suara perempuan dari dalam laptopnya menyapa telinga perempuan yang dipanggil Oline, amat mengganggunya terlebih dengan nada melirih seakan sarat penyesalan juga menahan kesakitan. Dia, Oliveira Sykes Almondef."Oline, i'm sorry.""Eh? Hi, Olive, my best friend! I miss you so bad!" balasnya riang.Oline atau yang kita kenal sebagai Hazel, sebenarnya menangkap suara sahabatnya yang melirih tapi demi apapun ia tak ingin bersedih di saat mereka melepas rindu."Oline," rengek gadis bersyal tersebut. Sedangkan, yang dipanggil hanya terkekeh kecil."Sorry, sorry, I was just kidding with you. Don't be serious, okey?""Yes, I know it. Oline, I miss your voice-""Zel, katanya lo mau nyanyi? Jadi, gak? Sini, gue gitarin!" Sebuah seruan memotong perkataan Olive. Sontak saja membuat Olive senang mendengarnya. Walaupun perempuan itu
"Bilas dulu, geh, Non, Den," tegur bi Onik. Ketiga remaja yang baru saja menyelesaikan kegiatan berenangnya itu masih saja bersantai di atas kursi pantai lipat lengkap dengan bathrobe yang menutupi tubuh masing-masing."Iya, Bi. Betewe, makasih, ya, Bi. Cake buatan Bibi emang paling juara! Hazel sukaa pakai begete," puji gadis itu setelah menelan potongan brownies kesekian."Makasih, Non. Sekarang pada bilas, gih. Nanti masuk angin, loh." Netra wanita paruh baya itu beralih pada dua laki-laki yang sibuk dengan kegiatan mabarnya di handphone masing-masing. "Den, main gimnya nanti lagi, sekarang bilas dulu.""Iya, sebentar lagi, ya, Bi. Masih seru."Tangan Hazel terangkat memukul keduanya saat bi Onik meninggalkan mereka setelah geleng-geleng kepala sejenak. "Heh! Kampret! Gue mau ngomong," katanya."Wait, Zel. Sebentar lagi gue menang," jawab Valdo, tak mengalihkan pandangannya sa
Ketiga remaja tersebut baru saja turun dari kamar masing-masing. Satu-satunya perempuan di situ kini loncat-loncat kegirangan. Seperti halnya anak kecil, ia memiliki sisi manja yang akan ia tunjukkan pada beberapa orang saja.Senyum yang sedari membuka mata mengawali hari tak luntur terpancar. Aura kecantikannya pun tak mau kalah dari matahari yang kian menyinari bumi.Dua diantaranya berdiri merenggangkan otot agar tidak cedera nantinya. Saking terlalu fokus, bahkan mereka sama sekali tidak melirik gadis yang hampir saja menenggelamkan wajahnya di kolam sedalam dua meter itu."Hazel!" seru Valdo panik. Dirinya tadi bersama Joshua sedang fokus pemanasan tetapi suara gadis itu tiba-tiba hilang membuatnya mau tak mau menoleh."Gue mau berenang di sini, Val." Dijamin, mendengar suara rengekannya yang memenuhi indra pendengaran membuat kedua cowok itu menghela nafas berat dan mengangguk pasra
Tidur cantik ala Hazelna akhirnya terusik kala pipinya ditepuk pelan dengan telapak tangan besar diiringi suara berat milik Joshua. Jarang-jarang cowok blasteran London-Korea itu membangunkan gadis manja tersebut. Biasanya yang seringkali membuat Hazel kembali dari dunia mimpi hanyalah Valdo dan bi Onik."Hazel." Lenguhan panjang dikeluarkan Hazel untuk jawaban dari panggilannya."Bangun, yuk!" Bukannya membuka mata, gadis yang terbalut piyama bercorak Hello Kitty itu memilih membalikkan badannya menjadi memunggungi sang sepupu."Hey, Cantik! Luna sama Luki masuk kolam." Ajaib. Mendengar dua nama kucingnya disebut, Hazel langsung membuka mata lebar-lebar. "Mana?! Ayo, kita susul!"Cepat-cepat keduanya menyusuri anak tangga dengan tergesa-gesa, sebenarnya langkah Joshua santai tetapi karena tangannya ditarik jadilah ia seperti orang sedang sprint."Bibi, Luna sama Luki mana? Merek
"Gue gak suka kalian berurusan lagi sama Rei, pokoknya jangan! Gue bisa lebih marah dari kemarin, loh. Apalagi kalau cuma menghilang dari hadapan kalian, gampang!" omel Hazel."Lo juga salah," sahut Joshua santai."Iya, gue tau, sorry.""Makanya sekarang kalau ada apapun langsung cerita jangan ambil keputusan sendiri," ujar Valdo yang sedari tadi menyimak."Yang ambil keputusan sendiri siapa?" Joshua sengaja memancing, Valdo sepertinya tidak sadar bahwa ia menyindir dirinya sendiri."Ya gue, udah ah, sorry. Sini berpelukan! Kangen banget gue sama Hazel." Akhirnya Hazel meringsek dalam pelukan Valdo yang memang ia rindukan dan dirinya merasakan beberapa kecupan yang tersemat di pucuk kepalanya.Beralih ke pelukan Joshua, ia pun kembali mendapat kecupan yang sama kali ini ditambah elusan lembut pada surainya. "Jangan diulangi, ya," pintanya yang langsung diangg
Di depan kamar Hazel, ia langsung disuguhi pemandangan kedua lelaki bermata merah akibat kurang tidur tak lupa dengan beberapa luka yang menghiasi wajah tampan mereka."Pagi, Zel," sapa mereka bersamaan ditambah senyuman manis berharap agar perempuan itu luluh.Hazel menatap keduanya datar dan melengos pergi diekori dua lelaki itu. Bahkan ke manapun kaki Hazel melaju begitu juga dengan keduanya. Benar-benar mirip dengan anak ayam pada induknya."Zel, lo tau gak? Kita dikeroyok sama si Rei soalnya dia kalah balapan," ungkap Valdo. Joshua di sebelahnya reflek menyenggol lengannya.Joshua berbisik, "Sst! Hazel jangan tau nanti– eh, Hazel." Tatapan tajam yang dilayangkan sepupunya itu menghentikan.Hazel diam membisu, melangkah ke ruang tengah. Ah, iya, kedua laki-laki itu paham sekarang. Walaupun sedang dalam mode diamnya ia tetap perhatian apalagi jika wajah merek
"Wah, berani juga lo nemuin gua. Gua pikir lo takut."Kedua laki-laki yang masih nangkring di atas motor Kawasaki Ninja 300 berwarna hitam dan putih masing-masing insan itu tersenyum miring."Bacot banget." Di atas motor putih itu sambil mengunyah permen karet membalas. "Gue gak punya banyak waktu. So, penting gak?"Rei meludah ke arah kirinya. "Gua gak mau basa-basi, sih. Gu-""Kan yang basa-basi elo, Sat," potong Valdo kesal."Kayak apa yang gua chat, gua nantangin kalian balapan dengan Hazel jadi taruhan.""Wah, sialan nih Si anjing! Hazel gak ada urusannya ya, njir. Jangan bawa-bawa nama sepupu gue!" Joshua yang sedari tadi menahan emosi, kini meluap-luap."Santai dong, santai." Dua orang cewek dengan pakaian kurang bahan di sebelah Rei ikut menyahut. Entahlah, apa fungsi keduanya yang jelas-jelas membuat salah satu sepupu Hazel