Beranda / Romansa / Bukan Semata Fisik / Chapter 33 Sisi Lebih

Share

Chapter 33 Sisi Lebih

Penulis: Zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa hari ini Linara selalu saja sibuk dengan tugas tambahannya, selain tugas kuliah yang lambat laun menumpuk. Kini bebannya bertambah saat memasuki kelas tambahan, yaitu kelas bahasa. Mungkin dengan menambahnya bahasa membuat Linara semakin mempermudah untuk nanti menyusul Bunda.

Meskipun keberadaan Bunda tidak terlalu meyakinkan ada di negara yang berjulukan Kota Gerbang Dunia, Hamburg, Jerman. Setidaknya ada titik celah harapan untuk Linara tetap semangat dalam merajut hidup.

Semua berkat Kaivan, yang membantu mencari keberadaan Bunda hingga kini. Meskipun belum ada perkembangan lebih dari keberadaan Bunda. Tapi, Linara yakin Dia bisa bertemu dengan Bunda dan menyampaikan sedikit amanat dari Ayahnya.

Keseriusan Linara sangat terlihat dengan beberapa tumpuk buku disebelahnya, matanya menyorot helai demi helai kertas, Pena yang menyangkut disela jarinya, sangat terlihat fokus disudut salah satu meja pelanggan Kedai dekat jendela. Juga ada Fara yang ikut be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 34 Amarah Buta

    “Pagi, Ayah!” Sambut Altan begitu hangat saat Avraam baru saja usai menuruni anak tangga. “Pagi, Altan,” Avraam berjalan mendekati Altan yang sudah bersikap rapih dihadapan meja makan. “Kenapa belum dimakan sarapannya?” “Nungguin Ayah,” Avraam tersenyum begitu lembut, lalu menyiapkan sehelai roti untuk Altan. Baru saja Avraam hendak mengoleskan selai dipermukaan Roti, mendadak Altan menghentikannya. “Tunggu Yah,” “Kenapa? “Boleh engga kalau sarapannya Ke Kedai Paman Aathif aja?” Pinta Altan yang begitu sederhana. “Why?” Avraam sedikit heran dengan pintanya yang begitu sederhana, apakah kini Altan sudah mulai candu dengan sajian di Kedai Aathif? “Altan pengen roti yang dibuat Kak Linara kemarin, boleh kan Yah?” Pinta Altan dengan memohon. “Tentu saja! Selera mu sama dengan Ayah,” Avraam dengan sumringah meresponnya, “Maksud Ayah?” “Tidak, ya udah Ayo kita berangkat,” Ajak Avraam b

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 35 Sebuah Saran Surat

    “Bagaimana apa Rotinya enak?”“Enak banget, Kak!” Altan menjawab dengan penuh semangat, mulutnya penuh akan remahan roti.“Dan ini Americano mu, Tuan.”“T-terima Kasih,” Jawab Avraam dengan nada pelan, dengan mata yang beralih lawan arah.Linara tak memperdulikan Avraam, kini Linara hanya berpaling pada Altan yang begitu terlihat ceria. Suasana hati Altan seakan penuh bunga. Semua perhatiannya seakan tumpah pada Altan.“Ya udah, Altan makan yang banyak ya, Kakak mau lanjut bekerja.” Linara tersenyum pada Altan.“Tunggu, Kak!” Sesaat Altan menahan Linara dengan secepat kilat menggenggam tangannya.“Ada apa?” Linara mengelus lembut puncak kepala Altan.“Boleh temenin dulu Altan sarapan?” Pintanya dengan tatapan menggemaskan.“Altan jaga sikapmu!” Tukas Avraam, membuat Altan seketika tertunduk kasihan.“M

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 36 Seperti Mama

    “Terima kasih, Paman. Jadilah Anak yang baik ya, Altan.”“Iya, Dadah ... Ayah...,” Altan telihat begitu gembira, membuat Avraam tersenyum tentram.Avraam pergi perlahan hingga punggungnya terlihat semakin jauh perlahan tak nampak setelah mobilnya melaju cepat.“Yasudah Ayo kita masuk, Nak.” Aathif mendorong Kursi roda Altan kembali masuk kedalam Kedai.Altan duduk di Meja dekat dengan kasir, semua ditempatkan agar Altan tampak terpantau dari kejauhan. Linara hilir mudik melayani para pelanggan yang mulai berdatangan, sorot matanya juga selalu memantau Altan.“Rasanya Altan terlalu jauh, suasana Cafe juga mulai ramai,” Linara mulai cemas dengan posisi Altan yang sedang asik berkutat dengan pensil dan beberapa pensil warna nya.Linara langsung berjalan mendekati Altan, begitu dekat Linara langsung berjongkok dihadapan Altan, “Ada apa, Kak?” Tanya Altan pada Linara yang mendad

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 37 Akankah Gagal?

    Sudah dua pekan berlalu, namun balasan surat tak kunjung bertamu. Membuat Linara semakin resah perkara kabar Bunda, setiap malam selalu dihantui ketakutan dan kekhawatirannya akan kegagalan yang timbul.Akankah gagal?Semua yang Linara rancang untuk bertemu Bunda, dari mulai mengusai bahasa, mencari sumber informasi meskipun tidak 100% akurat, akan kah semua gagal begitu saja? Hanya karena menunggu balasan surat yang tak kunjung datang menyurat kembali?Resah dan gundah setiap malam, layaknya ritual wajib yang dilakukan sebelum tidur. Setiap pergantian hari, siang berganti malam hingga berganti kembali menjadi pagi, putaran poros hari yang menjadi drama saksi bisu kegelisahan hidup.“Bunda, Linara rindu...,”Jeritan hati kecilnya yang selalu menguak rindu, tapi tak kunjung syahdu. Hingga mata tertutup dengan sembab setiap harinya. Sungguh menyiksa, pabila hidup menahan rindu yang tak beradu, layaknya hidup hilang tanpa daksa.&nb

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 38 Terpecahnya Gundah

    Malam semakin larut, Kedai juga sudah terasa sepi, mungkin ini waktunya menutup Kedai. Tapi perkara hati Linara masih berkecamuk dengan kegelisahan juga rindu yang menyiksa. Wajahnya tampak lebih sendu dari biasanya, membuat Rayhan yang memperhatikannya merasa sakit campur khawatir dengan Linara.Saat secarik lap sedang diputar pada porosnya meja, menghilangkan sebagian noda yang tertinggal. Tapi lamunan sang pemegang lap tampak risau, dia tak berhenti mengelap meja, hingga menyenggol vas kecil yang menimbulkan sedikit bising.Prang!Pecahan belingnya menyebar, suara bising sesaat membuat Linara tersadar dengan cerobohnya. Segera berjongkok dan mulai memunguti serpihannya.“Kamu engga apa-apa, Linara?”Rayhan segera hadir, Linara hanya menatapnya sebentar lalu kembali memunguti serpihan beling. Rayhan menyadari perihal tatapan dingin Linara, segera mungkin dia membantunya.“Kalau

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 39 Hampir Terlepas

    Rayhan segera berlalu pergi, “Pantas saja Linara tidak mau bertemu dengan keduanya, ternyata begitu menyebalkan.’ Gerutu Rayhan sembari menghela napasnya.Linara masih saja bersembunyi dengan merangkul kakinya penuh takut. Rayhan meliriknya sembari tersenyum kecil, dengan cepat Rayhan menyajikan pesanan dan memberikannya penuh ramah. Beruntung saja Avraam lebih cepat menyelesaikan sarapannya bersama Altan, mereka langsung pergi begitu saja setelah usai semuanya.Dan beruntungnya Aathif belum berkecimpung kembali dunia Kedai, apabila sudah bertemu Avraam terkadang Aathif suka tidak tahu waktu berbincang dengan Avraam. Rayhan segera berjongkok dihadapan Linara, tapi saat melihat Linara, dia dalam keadaan tertidur dengan merangkul kakinya.Kaki yang dirangkul, rambut sebahu yang mulai memanjang itu bergantung bebas, matanya menutup dengan anggun, dengkuran kecil yang terdengar lembut. Melihat semuanya membuat Rayhan tersenyum manis.

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 40 Terbawa

    Sepanjang jalan trotoar, mengikuti alunan irama bisingnya perkotaan. Ditengah perjalanan tapak kaki, sorot perhatiannya mengalih pada sebuah Toko. Toko yang menyerbak harumnya bunga dan deretan bunga yang tampak indah tersorot silau cahaya jingga.“Indah sekali...,” Ucap Linara saat memandang deretan bunga, sorotnya tertuju pada Peony Flower yang merekah indah berwarna merah muda.Seketika Linara membelokan arahnya, rasanya ingin sekali meminang indahnya Peony Flower. Saat memasuki Toko Bunga dipinggir jalan perkotaan, Linara disambut dengan hangat.“Ada yang bisa saya bantu, Nona?”“Saya ingin Peony flower itu dan Aster putih ya,” Jawab Linara sambil menunjuk arah bunga yang dituju.“Pilihan yang tepat, Nona. Tunggu sebentar ya, saya akan kemas untuk Anda.” Ujar pelayan Toko dengan segera mengemas bunga yang dipesan Linara.Pesanan Linara telah selesai, saat melihat

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 41 Langkah kecil

    “Roti ini enak loh, Linara.” Tunjuk Rayhan pada sepotong roti yang berada didalam etalase kaca. “Iyakah?” “Tentu, coba saja.” Rayhan langsung memesan roti yang dia maksud. "Wah iya, Roti ini enak banget!" Ucap Linara dengan mata yang berbinar saat menyantap sepotong roti atas rekomendasi Rayhan. Rayhan tersenyum dengan senang ketika ukiran senyum Linara kini terurai dengan lembut. Rasanya menenangkan jiwa. "Kamu akan menemukan Roti ini di Hamburg nanti," "Benarkah? Apa namanya?" Linara tak berhenti mengunyah dengan semangat hingga remahan roti muncul di pinggir bibirnya. Rayhan menatap remahan roti yang tertinggal ditepian bibir Linara, kini tangan Rayhan mulai menyibak dengan lembut remahan roti tersebut. "Ini namanya, Franzbrötchen," Jawab Rayhan sembari mengelap bibir Linara dengan tangan lembutnya. Linara sedikit terkejut saat tangan Rayhan kini menyentuh kembali, segera mungkin Linara menyibak tangan Rayhan

Bab terbaru

  • Bukan Semata Fisik   Informasi Tambahan

    Hallo, Readers!Saya ucapkan Terima kasih banyak yang sudah membaca sampai akhir, semoga ada hikmah yang dapat dipetik di Karya sederhana Saya.Saya selalu Author Bukan Semata Fisik, Mengucapkan Terima kasih banyak!Ringkas cerita:Kini Linara mengalami Amnesia akibat tabrakan saat menyebrang dipersimpangan Jalan menuju tempat kerja. Hingga semua yang dalam ingatannya hilang. Linara seperti terlahir kembali.Dan hal ini juga membuka Ajang kompetisi baru untuk Avraam dan Rayhan menunjukan kasih sayangnya dan membantu Linara mengingat semua kejadian manis diantara mereka berdua.Lantas siapa yang akan Linara pilih ketika ingatnnya sudah kembali? Apa Avraam atau Rayhan? Semua akan terjawab di Season 2, Tapi Season 2 ini entah kapan rillisnya, dan dimana terbitnya ^^ Intinya Linara tetap hidup dan akan selalu bahagia.See You!Salam hangat,Zhia

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 65 Apa ini Akhirnya? THE END

     “Benar kata Fara, Aku harus bijak dalam menentu. Memilih salah satunya atau meninggalkan keduanya.”Sepertinya gejolak hidup kini dirasakan kembali Linara, sepertinya pelangi sudah muncul setelah badai reda, pelangi yang penuh warna membias indah begitu saja dalam batin yang baru saja terkena badai yang berporak poranda.Perayaan Kelulusan mereka telah selesai, langit juga sudah mulai jingga. Hari yang begitu lelah, tapi rasanya semua kalah dengan keseruan hari ini yang penuh dengan warna. Untuk hari ini juga Linara tersenyum dengan bebas dan tertawa dengan lepas. Semua karena Fara yan berhasil mendobrak dilemanya.Hingga detik ini keputusan Linara masih abu-abu, entah dengan siapa Linara akan bersanding dikehidupan nanti, lelaki seperti apa yang Linara terima untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Apa Avraam? Yang tegas, memiliki segalanya bahkan terdengar sangat sempurna, meski status Avraam adalah Duda dengan anak satu?Atau R

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 64 Dilema Akhir

    Chapter 64 Dilema AkhirDilema yang menjadi satu padu saat gelora asmara berpadu saling bertabrak satu sama lain. Yang satu tidak ingin melepaskan, dan satunya tak ingin melukai. Saling menjaga, namun goresannya masih akan tetap ada.Pikirnya yang masih menggelorai perasaan yang tak pasti Dia labuhkan untuk siapa dan dengan siapa hati ini cocok bersanding. Rasanya terlalu rumit untuk menentukan semuanya, keduanya baik. namun, salah satu harus terpilih menjadi yang terbaik, tapi disisi itu luka akan terjadi begitu dalam satu pihak tidak terpilih.“Kenapa semua terjadi padaku? Kenapa mereka memilihku?” Bimbang Linara masih bergelayut dalam pikirnya, ketika hangatnya tubuh Rayhan masih terasa jelas ketika dada bidangnya memeluk hangat belakang punggung Linara. Butiran air mata yang menetes juga masih terasa begitu jelas basahnya saat membanjiri pilu hati.“Kenapa Kamu mengatakan hal itu Ray? Mengapa Kau mengatakan saat hatiku sedang be

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 63 Bergelut Rasa

     Chapter 63 Bergelut Rasa.Senja yang berbalut jingga, begitu tenang memandangnya. Warna yang begitu lembut dengan sorot mentari yang hendak tenggelam. Lautan jingga seakan mengikuti perjalanan yang panjang ini. Linara masih menatap langit jingga dengan matanya yang bulat berbinar.Saat itu pula beberapa pedih merekam kembali pada pikirannya, entah sejak kapan Linara mulai mengingat hal pahit mengenal asmara. Padahal baru saja Linara secara tidak langsung menerima Avraam. Dalam batinnya juga merasa heran, mengapa Linara menerimanya? “Kenapa Aku menerimanya?” Tanya itu selalu menyangkut dalam batinnya yang berdesir. Mungkin jawabannya adalah jantung ini, setiap Linara dekat dengan Avraam rasanya berbeda sekali degupan yang Linara rasakan.Namun, satu sisi juga ada sosok Rayhan yang selalu hadir dalam harinya. Rayhan tak kalah baik dan perhatian. Bahkan tidak bisa terhitung saat mereka bersama, akibat sering bertemu. Namun hal yang b

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 62 Entah sejak kapan Aku mencintainya

    Chapter 62Entah sejak kapan aku mencintainyaSeperti pagi biasanya, mata membuka dicuaca yang lebih dingin dari biasanya. Membuat tubuh merasa bergetar menahan dingin yang menusuk hingga tulang. “18 Celcius, pantas saja dingin seperti ini.” Ucap Linara saat melihat layar ponsel yang menyajikan informasi cuaca. Tak perlu banyak bicara lagi, Linara segera membangkitkan tubuhnya dari gelaran ranjang yang hangat, sungguh hal tersulit berpisah dengan kehangatannya. Berjalan menuju arah meja belajar, mengamatami foto yang tertancap pada mading sederhana buatannya. “Bukankah ini Taman Kota?” Linara mengerutkan alisnya.“Kenapa Aku pajang ya? Pasti ada kenangan didalamnya. Hah! Kesalnya punya memori rusak ini,” Gerutu Linara yang mengatai dirinya sendiri, lalu setelah itu Linara pergi berlalu menuju kamar mandi. Meskipun tidak ada kelas hari ini, untuk kali ini Linara berniat pe

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 61 Satu hari bersama Rayhan

    Chapter 61Satu hari bersama RayhanRayhan mulai berkait dengan hari demi hari melihat Linara yang tampak lebih dekat dengan Avraam, apalagi Altan yang selalu saja menempel pada Linara bak Induknya. Tentu saja itu semua membuat Rayhan merasakan pergolakan api dalam hati yang tak mampu terucap, Dia hanya memilih memendam.“Apa Linara dan Avraam telah resmi menjadi sepasang kekasih?” Dalam diamnya selalu berasumsi seperti itu apabila Avraam lebih dekat dengan Linara. dalam batinnya selalu berkecamuk seperti itu.Apalagi akhir-akhir ini juga Avraam sering sekali ke Kedai, tak hanya sebagai pembeli namun sekaligus sebagai penyetor harian pinjaman yang selalu hadir. Ditambah sulitnya berkomunikasi langsung dengan Linara, pasti saja ada halangannya.“Ingin sekali Aku bersama Linara sehari full, meskipun hanya bercerita tentang hal yang tidak berguna itu sangat berguna bagiku. Tapi ... Kapan? Hah! Aku terlalu pengecut!” Batinnya berkata demi

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 60 Alasan demi kebaikan

    Chapter 60Alasan demi kebaikan“Hari sudah sore, Kita pulang yuk, Altan?” Ajak Linara saat senja mulai menuai Taman Kota, mentari akan berganti dengan rembulan. Jingga menyilau dengan hangat, di Kota yang penuh dengan penghuni.Altan hanya mengangguk ajakan Linara, tangannya menggandeng jemari Linara.“Altan senang banget bisa ketemu dengan Kak Linara,” Ujar Altan ditengah perjalanan menyusuri trotoar.Linara hanya menuai senyum dengan berkata, “Kakak juga senang.”“Semoga Kak Linara cepat pulih dari sakitnya, Altan yakin Kak Linara wanita yang tangguh nan kuat, pasti bisa menghadapi semuanya.” Dalam batin Altan yang takjub dengan Linara.***Avraam yang menunggu disudut meja yang biasa dia tempati, meremas cemas menanti kedatangan Altan juga Linara yang tak kunjung memunculkan dirinya. Hingga kesabaran Avraam sampai pada titik lelahnya. Membuat Avraam segera beranjak dari Zona nyama

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 59 Aku harus mengingat Altan

    Chapter 59Aku harus mengingat AltanHari demi hari berjalan dengan tenang, layaknya kehangatan yang dulu kini kembali dengan lebih hangat. Bunda Adelia yang kini fokus membantu Kakek Aathif berjualan di Kedai kopi tua miliknya. Karena tidak ada lagi yang dikejar selain mempertahankan bisnis klasik yang telah berjalan belasan tahun.Disamping itu juga Linara butuh waktu istirahat 3-4 hari untuk kembali fit kebugaran tubuhnya sebelum merajut kembali kuliahnya. Sepanjang hari didalam sangkar itu sungguh mennyebalkan dan membosankan, hingga membuat Linara memutuskan untuk berkecimpung dunia Kedai kembali. Sekedar mempertajam kembali ingatannya.Kaki palsu yang dipasangnya kini telah kuat untuk berjalan, dengan langkah yang mantap Linara keluar dari ranah pribadinya. Senyum selembut sutra siap tersaji untuk para pelanggan yang berkunjung.“Lho kok Linara disini? Bukannya istirahat?” Ucap Bunda sembari sibuk dengan mengisi ulang bahan pokok.

  • Bukan Semata Fisik   Chapter 58 Penyesalan dan Gelisah

    Chapter 58Penyesalan dan gelisah“APA!” Sahut Kaivan dan Fara bersamaan tak percaya dengan ucapan yang terlontar AathifKata yang penuh dengan nada dadakan itu membuat Fara maupun Kaivan segera membabi buta membersihkan segalanya. Mungkin hanya dalam hitungan menit semua telah bersih dan kembali seperti semula, sungguh kekuatan yang hadir dalam detik akhir.Aathif terduduk sebentar setelah sedikit membantu pembersihan dapurnya yang buruk rupa itu. secangkir teh hangat memberi ketenangannya. Sedangkan Kedua kerdilnya masih membersihkan sisa kotoran yang tersisa.Kini kedua kerdil itu terduduk saling menopang punggungnya satu sama lain, noda dibaju yang tersisa juga masih jelas terlihat menodai Apronnya juga wajahnya, seakan telah perang dadakan melawan kuman.“Gue cape banget...,” Keluh Fara dengan napasnya yang terengah engah seakan telah dikejar pemburu kejam dalam hutan liar.“Lah Gue juga sama Far,” Jaw

DMCA.com Protection Status