“Roti ini enak loh, Linara.” Tunjuk Rayhan pada sepotong roti yang berada didalam etalase kaca.
“Iyakah?”
“Tentu, coba saja.” Rayhan langsung memesan roti yang dia maksud.
"Wah iya, Roti ini enak banget!" Ucap Linara dengan mata yang berbinar saat menyantap sepotong roti atas rekomendasi Rayhan.
Rayhan tersenyum dengan senang ketika ukiran senyum Linara kini terurai dengan lembut. Rasanya menenangkan jiwa.
"Kamu akan menemukan Roti ini di Hamburg nanti,"
"Benarkah? Apa namanya?" Linara tak berhenti mengunyah dengan semangat hingga remahan roti muncul di pinggir bibirnya.
Rayhan menatap remahan roti yang tertinggal ditepian bibir Linara, kini tangan Rayhan mulai menyibak dengan lembut remahan roti tersebut.
"Ini namanya, Franzbrötchen," Jawab Rayhan sembari mengelap bibir Linara dengan tangan lembutnya.
Linara sedikit terkejut saat tangan Rayhan kini menyentuh kembali, segera mungkin Linara menyibak tangan Rayhan
Maaf apabila ada kesalahan dalam penyampaian, dan beberapa Typo dalam penulisan. Terima kasih. salam hangat ^^
Avraam hanya terdiam, matanya melirik arah lain, tentu saja itu membuat Linara kesal dengan reaksinya yang tampak bodoh, “Apa dia mendengarnya?”“Kak?” Linara menarik kecil mantel Avraam.“Jangan panggil Aku Kakak, Aku bukan Kakakmu.” Jawab Avraam dingin.“Ish, dasar aneh!”Rayhan langsung menyeru Linara untuk segera naik pada Taxi, Linara segera mendorong kopernya segera meninggalkan Avraam. Tentu saja Avraam mengikutinya.“Maaf, Tuan. Tapi saya memesan Taxi ini hanya untuk kami berdua,” Tahan Rayhan.Avraam hanya tersenyum tipis dan terus melalui Rayhan, “Aku ikut kalian, dan ongkosnya akan aku tanggung,”Sekilas Avraam berkata seperti itu, tentu saja perkataannya membuat Rayhan tersihir. Biaya Taxi cukup mahal menuju tempat tujuan, itu akan menimalisir pengeluaran selama di Hamburg. Entah kenapa Rayhan setuju aja saat Avraam berkata seperti it
Pagi menyambut lebih awal, celah sorot mentari juga tampak lebih hangat dari Negara biasa. Sinarnya yang masuk dalam celah Tirai membuat mata ingin membuka katupnya. Tidak ada suara kokok Ayam, hanya terdengar bising kendaraan, dan beberapa obrolan dunia luar yang terasa asing.“Sudah pagi ternyata,” Linara menguap sesaat, mengumpulkan nyawa sejenak.“Kenapa Aku disini?” Linara tersadar setelah beberapa menit dia terdiam, seketika melihat tubuhnya dibalik selimbut. Ternyata Pakaiannya juga masih utuh, badan lengketnya juga masih sama seperti kemarin. Linara menghela napas lega.“Siapa yang membawaku Kesini?” Tanyanya mencuat.Segera mungkin dirinya bangkit dari Ranjang yang tak biasa baginya, melirik sorot arah ruang yag tampak tak biasa, ingatanya tersadar bahwa Linara sedang tak dirumah. Berjalan perlahan membuka tirai jendela yang terkesan klasik.“Terang sekali!” Linara menyipi
Saat perjalan pulang menuju penginapan hanya sunyi yang menyisakan diantara mereka, saling diam satu sama lain, sepertinya hari ini sangat melelahkan. Hingga sampai di penginapan masih membisu. Rayhan yang langsung pergi mengarah kamar mandi, sedangkan Avraam yang langsung terduduk disofa dengan menengadahkan wajahnya menatap atap langit.Berbeda dengan Linara yang langsung menuju kamarnya, pikirannya sedang kacau, emosi juga menumpah erat pada hatinya yang penuh kecewa. Langkah pertama dalam pencarian gagal begitu saja.Linara merebahkan dirinya diatas ranjang, butiran kristal membasahi bantal, tubuhnya hampir terkoyak keadaan yang rumit, dan yang paling parah saat perpisahan di Parade. Hampir saja dirinya berpisah dari Avraam.“Hari yang cukup melelahkan,” Linara menghela napasnya.“Bunda dimana? Linara harap kita segera bertemu,” Harapnya terucap begitu dalam, dengan mata memandang pada langit yang sudah memb
Mungkin demamnya Rayhan ada kaitannya dengan cuaca saat ini, menurut ramalan cuacanya hari ini adalah hari akhir musim panas dan mulai memasuki musim dingin. Perubahan suhu juga cukup signifikan.Angin juga sudah mulai bertiup dingin, aura musim dingin juga sudah mulai terasa. Rayhan yang sedang terduduk dipojok sofa dengan hidungnya yang memerah, wajahnya yang terlihat pucat itu semakin melihatkan dirinya sedang tidak baik-baik saja.Harumnya Sup Ayam menyebar wangi seisi ruangan, Linara terduduk saling berhadapan dengan membawa semangkuk Sup Ayam dan segelas teh jahe hangat. Untungnya Linara membawa beberapa jahe dari rumah, ya meskipun tergolong jahe instan yang sudah dikemas.“Minumlah,”“Aku tidak apa-apa, Linara.” Jawab Rayhan dengan nada yang mulai serak.“Ternyata Kamu manja juga ya,” Timpal Avraam meledek sembari memakan camilanny dengan santai.Rayhan hanya menatap tajam Avraam, rasanya ingin sek
Rencana awal memang bisa dikatakan rencana yang cukup ringan. Karena hanya sebagai uji coba semata saja, agar semua tampak lebih yakin dan nyata apa yang telah diinformasikan.Kedatangan kembali Rayhan dan Avraam membuat penjaga itu terlihat waspada. Gerak geriknya semakin aneh, dari cara penyampaian penjaga itu terdengar ada yang ditutupi. Apalagi saat Rayhan berpura-pura mencari kakaknya yang hilang dengan nama yang disebut dalam identitas Bunda Adel yang telah diganti.“Kenapa Anda bertanya pada Saya?” Penjaga itu semakin aneh pada akting Rayhan.“Maaf, Saya hanya bertanya saja, barangkali Anda tahu.” Balas Rayhan berusaha tenang.“Sepertinya Saya pernah melihat Anda?” Penjaga itu semakin curiga.“Saya dan teman saya baru saja kesini, mana mungkin Anda mengenal kami,” Jawab Avraam dengan bahasa internasional, inggris. Memperlihatkan bahwa dirinya adalah turis asing.“Cepatlah pergi dar
“Tak perlu repot-repot Saya menyuruh Anak buah untuk menyeret kalian, ternyata Kalian cerdas ya dengan datang sendiri. Sungguh membuat kagum!” Ucap Awal Jarvas dengan santai sembari memutar gelas wineAvraam tampak terlihat begitu santai, berbeda dengan Rayhan yang terlihat sebaliknya. Wajah Rayhan terlihat begitu waspada dan curiga terhadap geriknya. Avraam hanya tersenyum tanpa beban sedikitpun. Diposisi seperti ini Avraam juga terlihat seperti seorang penjahat licik.“Terima kasih atas jamuannya, Tuan. Bisakah Anda bebicara bahasa inggris?” Pinta Avraam begitu tenang.“Kenapa? Apa Translatormu payah?” Balas Jarvas melirik Rayhan.“Iya dia sangat payah dan menyusahkan, maka dari itu mari kita berbicara bahasa inggris saja.” Avraam membalasnya dengan senyum permulaan siasat. Melirik arah Rayhan dengan senyum paksa , “Benarkan?”Rayhan tampak emosi mendengar pernyataan Avraam
“Saya yang akan menggantikan posisi Adelia, lagipula Saya lebih lihai selama bekerja disini. Dan Anda juga selalu mencari Saya, Bukan?”Jarvas tampak kikuk, keadaan seakan membalik semuanya, bimbang yang awalnya menimpa Avraam kini malah menipa Jarvas.“Bagaimana bisa Kau disini, Theo?” Jarvas seakan tak percaya akan kehadirannya.“Itu bukan urusan Anda Tuan, Jadi apakah Anda menerima Saya kembali menjadi Kaki tangan Tuan Jarvas?”Seketika Jarvas terdiam sesaat, dia ingin memilih Avraam karena dengan bersama Avraam dia lebih mudah untuk menjalin hubungan dengan perusahaan besar diluar sana, namun satu sisi Theo hadir kembali setelah sekian lama Jarvas mencarinya untuk bekerja dengannya lagi.Dalam sisi ini Theo sangatlah dipercaya oleh Jarvas, semua pekerjaan yang Theo lakukan selalu memuaskan, dia adalah karyawan cerdas, namun perkara menjalin hubungan dengan perusahaan lain dalam bernegosiasi cukup sulit
Inilah hari yang paling dinanti setiap manusia. Mungkin inilah sebagian harapan kecil juga yang diinginkan tiap insan. Berkumpul dengan keluarga tercinta, bersenda gurau didalamnya, hangat menabur ria dalam untai tawa sebuah keluarga.Pagi yang begitu terasa beda, sorot sinar mentari menari indah dalam penglihatan, terasa begitu silau. Terbangun dari tidurnya, suara bising dari bilik dapur terdengar juga meninggalkan aroma roti gandum yang telah dibakar, ditambah lapisan selai coklat, menambah aroma pagi semakin kuat.“Pagi, Linara.” Bunda Adelia menyambut Linara yang baru saja tersadar dalam mimpinya, perlahan mengumpulkan nyawa sembari menatap heran dengan hari ini yang masih tak sangka bagi Linara akan bertemu dengan Bunda.Terdiam sesaat, sambil mengucek matanya dan tersenyum kecil. Lalu menerima kenyataan manis ini bahwa Bunda Adelia benar-benar sudah ada bersamanya, seketika hangat menyelimutinya. Langkahnya juga kini pasti, melangkah menuju Bu
Hallo, Readers!Saya ucapkan Terima kasih banyak yang sudah membaca sampai akhir, semoga ada hikmah yang dapat dipetik di Karya sederhana Saya.Saya selalu Author Bukan Semata Fisik, Mengucapkan Terima kasih banyak!Ringkas cerita:Kini Linara mengalami Amnesia akibat tabrakan saat menyebrang dipersimpangan Jalan menuju tempat kerja. Hingga semua yang dalam ingatannya hilang. Linara seperti terlahir kembali.Dan hal ini juga membuka Ajang kompetisi baru untuk Avraam dan Rayhan menunjukan kasih sayangnya dan membantu Linara mengingat semua kejadian manis diantara mereka berdua.Lantas siapa yang akan Linara pilih ketika ingatnnya sudah kembali? Apa Avraam atau Rayhan? Semua akan terjawab di Season 2, Tapi Season 2 ini entah kapan rillisnya, dan dimana terbitnya ^^ Intinya Linara tetap hidup dan akan selalu bahagia.See You!Salam hangat,Zhia
“Benar kata Fara, Aku harus bijak dalam menentu. Memilih salah satunya atau meninggalkan keduanya.”Sepertinya gejolak hidup kini dirasakan kembali Linara, sepertinya pelangi sudah muncul setelah badai reda, pelangi yang penuh warna membias indah begitu saja dalam batin yang baru saja terkena badai yang berporak poranda.Perayaan Kelulusan mereka telah selesai, langit juga sudah mulai jingga. Hari yang begitu lelah, tapi rasanya semua kalah dengan keseruan hari ini yang penuh dengan warna. Untuk hari ini juga Linara tersenyum dengan bebas dan tertawa dengan lepas. Semua karena Fara yan berhasil mendobrak dilemanya.Hingga detik ini keputusan Linara masih abu-abu, entah dengan siapa Linara akan bersanding dikehidupan nanti, lelaki seperti apa yang Linara terima untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Apa Avraam? Yang tegas, memiliki segalanya bahkan terdengar sangat sempurna, meski status Avraam adalah Duda dengan anak satu?Atau R
Chapter 64 Dilema AkhirDilema yang menjadi satu padu saat gelora asmara berpadu saling bertabrak satu sama lain. Yang satu tidak ingin melepaskan, dan satunya tak ingin melukai. Saling menjaga, namun goresannya masih akan tetap ada.Pikirnya yang masih menggelorai perasaan yang tak pasti Dia labuhkan untuk siapa dan dengan siapa hati ini cocok bersanding. Rasanya terlalu rumit untuk menentukan semuanya, keduanya baik. namun, salah satu harus terpilih menjadi yang terbaik, tapi disisi itu luka akan terjadi begitu dalam satu pihak tidak terpilih.“Kenapa semua terjadi padaku? Kenapa mereka memilihku?” Bimbang Linara masih bergelayut dalam pikirnya, ketika hangatnya tubuh Rayhan masih terasa jelas ketika dada bidangnya memeluk hangat belakang punggung Linara. Butiran air mata yang menetes juga masih terasa begitu jelas basahnya saat membanjiri pilu hati.“Kenapa Kamu mengatakan hal itu Ray? Mengapa Kau mengatakan saat hatiku sedang be
Chapter 63 Bergelut Rasa.Senja yang berbalut jingga, begitu tenang memandangnya. Warna yang begitu lembut dengan sorot mentari yang hendak tenggelam. Lautan jingga seakan mengikuti perjalanan yang panjang ini. Linara masih menatap langit jingga dengan matanya yang bulat berbinar.Saat itu pula beberapa pedih merekam kembali pada pikirannya, entah sejak kapan Linara mulai mengingat hal pahit mengenal asmara. Padahal baru saja Linara secara tidak langsung menerima Avraam. Dalam batinnya juga merasa heran, mengapa Linara menerimanya? “Kenapa Aku menerimanya?” Tanya itu selalu menyangkut dalam batinnya yang berdesir. Mungkin jawabannya adalah jantung ini, setiap Linara dekat dengan Avraam rasanya berbeda sekali degupan yang Linara rasakan.Namun, satu sisi juga ada sosok Rayhan yang selalu hadir dalam harinya. Rayhan tak kalah baik dan perhatian. Bahkan tidak bisa terhitung saat mereka bersama, akibat sering bertemu. Namun hal yang b
Chapter 62Entah sejak kapan aku mencintainyaSeperti pagi biasanya, mata membuka dicuaca yang lebih dingin dari biasanya. Membuat tubuh merasa bergetar menahan dingin yang menusuk hingga tulang. “18 Celcius, pantas saja dingin seperti ini.” Ucap Linara saat melihat layar ponsel yang menyajikan informasi cuaca. Tak perlu banyak bicara lagi, Linara segera membangkitkan tubuhnya dari gelaran ranjang yang hangat, sungguh hal tersulit berpisah dengan kehangatannya. Berjalan menuju arah meja belajar, mengamatami foto yang tertancap pada mading sederhana buatannya. “Bukankah ini Taman Kota?” Linara mengerutkan alisnya.“Kenapa Aku pajang ya? Pasti ada kenangan didalamnya. Hah! Kesalnya punya memori rusak ini,” Gerutu Linara yang mengatai dirinya sendiri, lalu setelah itu Linara pergi berlalu menuju kamar mandi. Meskipun tidak ada kelas hari ini, untuk kali ini Linara berniat pe
Chapter 61Satu hari bersama RayhanRayhan mulai berkait dengan hari demi hari melihat Linara yang tampak lebih dekat dengan Avraam, apalagi Altan yang selalu saja menempel pada Linara bak Induknya. Tentu saja itu semua membuat Rayhan merasakan pergolakan api dalam hati yang tak mampu terucap, Dia hanya memilih memendam.“Apa Linara dan Avraam telah resmi menjadi sepasang kekasih?” Dalam diamnya selalu berasumsi seperti itu apabila Avraam lebih dekat dengan Linara. dalam batinnya selalu berkecamuk seperti itu.Apalagi akhir-akhir ini juga Avraam sering sekali ke Kedai, tak hanya sebagai pembeli namun sekaligus sebagai penyetor harian pinjaman yang selalu hadir. Ditambah sulitnya berkomunikasi langsung dengan Linara, pasti saja ada halangannya.“Ingin sekali Aku bersama Linara sehari full, meskipun hanya bercerita tentang hal yang tidak berguna itu sangat berguna bagiku. Tapi ... Kapan? Hah! Aku terlalu pengecut!” Batinnya berkata demi
Chapter 60Alasan demi kebaikan“Hari sudah sore, Kita pulang yuk, Altan?” Ajak Linara saat senja mulai menuai Taman Kota, mentari akan berganti dengan rembulan. Jingga menyilau dengan hangat, di Kota yang penuh dengan penghuni.Altan hanya mengangguk ajakan Linara, tangannya menggandeng jemari Linara.“Altan senang banget bisa ketemu dengan Kak Linara,” Ujar Altan ditengah perjalanan menyusuri trotoar.Linara hanya menuai senyum dengan berkata, “Kakak juga senang.”“Semoga Kak Linara cepat pulih dari sakitnya, Altan yakin Kak Linara wanita yang tangguh nan kuat, pasti bisa menghadapi semuanya.” Dalam batin Altan yang takjub dengan Linara.***Avraam yang menunggu disudut meja yang biasa dia tempati, meremas cemas menanti kedatangan Altan juga Linara yang tak kunjung memunculkan dirinya. Hingga kesabaran Avraam sampai pada titik lelahnya. Membuat Avraam segera beranjak dari Zona nyama
Chapter 59Aku harus mengingat AltanHari demi hari berjalan dengan tenang, layaknya kehangatan yang dulu kini kembali dengan lebih hangat. Bunda Adelia yang kini fokus membantu Kakek Aathif berjualan di Kedai kopi tua miliknya. Karena tidak ada lagi yang dikejar selain mempertahankan bisnis klasik yang telah berjalan belasan tahun.Disamping itu juga Linara butuh waktu istirahat 3-4 hari untuk kembali fit kebugaran tubuhnya sebelum merajut kembali kuliahnya. Sepanjang hari didalam sangkar itu sungguh mennyebalkan dan membosankan, hingga membuat Linara memutuskan untuk berkecimpung dunia Kedai kembali. Sekedar mempertajam kembali ingatannya.Kaki palsu yang dipasangnya kini telah kuat untuk berjalan, dengan langkah yang mantap Linara keluar dari ranah pribadinya. Senyum selembut sutra siap tersaji untuk para pelanggan yang berkunjung.“Lho kok Linara disini? Bukannya istirahat?” Ucap Bunda sembari sibuk dengan mengisi ulang bahan pokok.
Chapter 58Penyesalan dan gelisah“APA!” Sahut Kaivan dan Fara bersamaan tak percaya dengan ucapan yang terlontar AathifKata yang penuh dengan nada dadakan itu membuat Fara maupun Kaivan segera membabi buta membersihkan segalanya. Mungkin hanya dalam hitungan menit semua telah bersih dan kembali seperti semula, sungguh kekuatan yang hadir dalam detik akhir.Aathif terduduk sebentar setelah sedikit membantu pembersihan dapurnya yang buruk rupa itu. secangkir teh hangat memberi ketenangannya. Sedangkan Kedua kerdilnya masih membersihkan sisa kotoran yang tersisa.Kini kedua kerdil itu terduduk saling menopang punggungnya satu sama lain, noda dibaju yang tersisa juga masih jelas terlihat menodai Apronnya juga wajahnya, seakan telah perang dadakan melawan kuman.“Gue cape banget...,” Keluh Fara dengan napasnya yang terengah engah seakan telah dikejar pemburu kejam dalam hutan liar.“Lah Gue juga sama Far,” Jaw