Share

3

Author: putrimaharani
last update Last Updated: 2022-12-04 06:23:41

Jika benar yang merobek fotonya adalah ayah Dylan, kenapa? Apa ada masalah yang menyebabkan beliau sampai merobek fotonya?

Tapi masih belum tentu juga. Minimal dirinya harus mencari tahu terlebih dahulu siapa foto anak perempuan itu, apakah benar itu dirinya atau bukan. Besok, ia harus menanyakan ini pada Dylan!

Esok paginya. Kiki masih sibuk mengurus keperluan Dylan, ia siapkan pakaian kantornya seperti biasa lalu dasi, sepatu dan kaus kaki.

Ia siapkan tas juga dan masukkan laptop ke dalamnya. Ia bereskan barang-barang yang berceceran di atas lantai termasuk.... Segitiga miliknya.

Ia masukkan baju kotor dan segitiga itu ke dalam box cucian baju kotor. Sebenarnya tugasnya disana bukan hanya sebagai pengawal pribadi saja akan tetapi asisten pribadi juga.

Jadi apapun yang Dylan lakukan harus selalu melibatkan dirinya. Ia yang diserahkan tugas untuk menyediakan segala keperluan Dylan, tadinya itu adalah pekerjaan Roni.

Akan tetapi kini diwariskan kepada penerusnya yaitu Kiki, meski sampai saat ini Roni masih terus menjabat sebagai kepala bodyguard disana.

Hingga pada akhirnya Dylan pun keluar dari kamar mandinya dalam keadaan yang sama seperti kemarin, telanjang dada dan hanya berhanduk saja.

Baru Kiki mau melangkah memberikan gantungan baju, akan tetapi Dylan langsung menyetopnya.

"Stop! Diam disitu! Biar saya aja yang ambil, jatuh lagi repot nanti." ucap Dylan. Kiki hanya terdiam disana manyun.

Dylan sigap mengambilnya dan segera pakai. Baru akan memakai celana dalam, Dylan langsung melihat tajam ke arah Kiki. "Madep sana kamu." suruhnya.

Kiki segera balik badan, membelakanginya.

Dylan segera memakainya, termasuk kemeja biru muda dan celana hitamnya. Sembari itu Dylan mengajaknya bicara.

"Tadi malam kamu mau nanya apa, Ki?" tanya Dylan.

"Nanti aja tuan, di kantor. Saya enggak bawa fotonya, ada didalam tas." ucap Kiki.

"Foto? Foto siapa?" tanya Dylan heran.

"Justru saya mau nanya sama tuan, siapa orang yang ada didalam foto itu. Saya gak sengaja nemu foto, ternyata pas dilihat fotonya robek. Disitu ada foto tuan muda, tuan dan nyonya." ucap Kiki.

Dylan semakin heran. "Foto siapa ya, perasaan jarang foto bareng orang. Tapi kenapa kamu kepo banget sama foto keluarga saya?" tanya Dylan.

"K-karena... Saya merasa seperti mengenal seseorang di dalam foto itu." ucap Kiki gugup.

Dylan semakin penasaran. "Siapa?"

Kiki semakin dicecar.

"Makanya nanti aja tuan. Ayo tuan keburu kesiangan. Saya kebawah dulu ya tuan. Perm--" baru akan pergi. Dylan langsung menarik tangannya.

"Tunggu Ki." ucapnya.

Kiki menoleh.

Dylan terus memandang ke arahnya, langkah demi langkah ia mulai mendekati Kiki. Tentu saja Kiki merasa deg-degan saat didekati sambil dilihati serius seperti itu.

Ia mulai panik, apakah Dylan sekarang ingin menyosornya?!

Kiki panas dingin, apalagi ketika dirinya melihat betapa tampannya pria dihadapannya ini.

"Ki... Sebenarnya..." ucap Dylan menggantung.

Kiki rusuh membatin.

"Duh, gimana ini gimana ini... Tuan muda mau nyosor! Apa dia lagi kesurupan ya?! Tapi kelanjutan dari kata sebenarnya itu apaan?! Apa mungkin dia mau bilang kalau dia suka--- Hah? Masa sih? Tapi kenapa harus nyosor duluan?!" batinnya.

Kiki bersiap akan teriak sekencang mungkin, akan tetapi Kiki langsung terperangah saat Dylan langsung mengambil sehelai rambut panjang diatas wignya.

"Ini sebenarnya apa?" tanya Dylan.

Kiki tersentak. Itu kan rambutnya! Gawat kalau ketahuan ia memiliki rambut panjang!

"Ini rambut... Jangan-jangan...!" Dylan menebak. Kiki semakin deg-degan. Ia khawatir kalau Dylan menebaknya tepat sasaran. Bahkan ia bisa mendengar suara petir menggelegar dan suara degup jantung seperti efek suara di sinetron.

"Ini rambut selingkuhan kamu Ki?" tanya Dylan petir kembali menggelegar, Kiki pun tercengang. "Hah?"

Dylan langsung tertawa. "Kenapa mukanya sampe pucet gitu kamu? Hahaha, kayak lagi nunggu orang lahiran aja." ucap Dylan.

Kiki menatapnya datar. Rasanya sangat ingin memasukkan orang ini ke dalam toples.

"Atau jangan-jangan emang bener? Ini rambut selingkuhan kamu?" tanya Dylan.

"Enggak tuan! Saya enggak punya selingkuhan, pacar aja enggak ada boro-boro selingkuhan! Permisi." tandas Kiki langsung kabur, sepertinya ia sangat ogah diinterogasi lagi.

Meninggalkan Dylan yang sibuk tertawa dibelakang sana. "Ada-ada aja sih, dunia bisa kiamat kalo Kiki punya pacar. Cowok polos dan super sibuk kayak gitu mana ada pacar-pacaran. Eh tapi... Itu rambut siapa ya? Jadi penasaran." ucap Dylan yang mengakhiri itu dengan rasa heran.

Dylan pun turun untuk makan bersama kakeknya yang sedang duduk lebih dulu di meja makan. Diantara hidangan sarapan yang tersaji itu Dylan ikut makan bersama Rudi.

"Papa kamu bilang mau pulang ke Indonesia besok." ucap Rudi yang langsung membuat Dylan terbatuk, ia teguk air minumnya segera.

Kiki mendengar percakapan itu dari ujung sana, ia coba menguping.

"Kenapa enggak sekalian aja lama-lama disana. Lagian orang kayak dia kalo enggak sibuk ngurusin kerjaan ya cari mainan baru!" ucap Dylan. Rudi marah.

"Jaga bicara kamu Dylan! Belajar dari mana kamu bicara semena-mena kayak gitu?" tandas Rudi. Dylan menghela nafas, berpaling makan.

"Bagaimanapun juga dia itu ayah kamu, tanpa dia kamu enggak akan lahir ke dunia ini tahu." ucap Rudi. Dylan terdiam.

Kiki tahu jelas kalau suasana hati Dylan pasti akan selalu memburuk jika membahas soal ayahnya.

Makanya Kiki selalu mencoba untuk menghindari topik yang berhubungan dengan ayahnya.

Sekalipun ia merasa sangat penasaran dengan apa penyebab permusuhan diantara ayah dan anak itu.

Sepertinya konflik itu terjadi sebelum Kiki menjadi bodyguard Dylan, bahkan jauh sebelum itu.

Di kantor.

Kiki terus berjaga didepan pintu ruang kerja Dylan, tiba-tiba Dylan keluar dari dalam ruang kerjanya sambil membawa tas laptopnya. "Ayo kesana." Kiki mengangguk.

"Iya tuan." ucapnya segera mengekorinya.

Tujuan mereka berdua saat ini adalah menuju ruang meeting. Saat dijalan Kiki inisiatif membawakan tas Dylan.

"Biar saya aja tuan." ucap Kiki.

Mereka masuk ke dalam lift untuk turun menuju ruang meeting di lantai 1. "Sekarang kita mau meeting sama perusahaan apa?" tanya Dylan.

"Perusahaan Tara group tuan."

"Terus? Yang kamu tahu tentang kerja sama ini?" tanya Dylan.

"Yang akan dibahas dalam meeting kali ini adalah rencana kerja sama pembangunan apartemen dan mall di daerah Bekasi kota." ucap Kiki.

"Ok, bagus. Udah cocok sekarang."

"Cocok?"

"Bukan jadi asisten pribadi saya lagi. Tapi jadi sekertaris saya. Kamu mau jadi sekertaris saya, Ki?" tanya Dylan.

"E-eh, enggak tuan. Saya enggak sekolah tuan."

"Ya entar saya sekolahin lagi kamu."

"M-maaf tuan, enggak. Saya lebih nyaman jadi bodyguard tuan." ucap Kiki. Dylan sedikit kecewa dengan ini.

"Gajinya gede loh Ki."

"Maaf tuan, enggak hehe."

Lift masih terus menurun, kini lift berada di lantai 14 lalu semakin menurun ke lantai 13.

"Oh iya Ki, kenapa kamu enggak cari pacar aja?" tanya Dylan.

"Masih belum kepikiran tuan." ucap Kiki.

Mereka saling terdiam beberapa saat, Kiki iseng-iseng mencari kesempatan untuk bertanya.

"Kalo tuan sendiri gimana? Selera wanita yang tuan inginkan yang kayak gimana? Saya cuma nanya aja sih tuan, karena ini supaya jadi referensi buat saya saat nyari pacar tuan bareng sama Putra. Katanya kan tuan mau minta cariin pacar sama kita berdua kemarin." ucap Kiki.

"Oh iya, bener itu. Untung kamu ngingetin, pokoknya secepatnya kalian berdua harus temuin saya wanita itu ya. Untuk masalah selera, saya suka sama wanita yang rambut hitam panjang, sukanya pake rok, putih, bersih, tinggi, pokoknya dia punya senyuman yang indah gitu. Kayak di--... Yah semacam itulah hehe." ucap Dylan.

Entah kenapa Kiki jadi terdiam saat mendengar pengakuannya. Ia cepat-cepat tersenyum saat Dylan tertawa.

Sesampainya di ruang meeting Kiki pun segera menaruh tasnya ke atas meja meeting, dimana disana sudah dikelilingi oleh banyak orang disekitarnya.

Mengumpul entah dari pihak Rolland group maupun pihak Tara group, meeting pun dimulai dengan membahas perencanaan kerja sama dan macam-macam kerja sama.

Dari perusahaan klien saling memperkenalkan diri masing-masing. Dylan menjabat tangan pimpinan perusahaan Tara group bernama Heri.

"Saya merasa sangat penasaran dengan anda, dan akhirnya kesampaian juga bertemu dengan cucu keluarga Rolland yang terkenal itu. Suatu kebanggaan buat saya." ucap Heri.

"Terima kasih Pak." ucap Dylan yang ikut antusias menyambutnya. Akan tetapi saat ia berniat akan melepas tangannya, Heri masih terus memegangnya dan tidak ingin melepasnya.

Dylan coba berkali-kali lepas, guncangkan hingga pada akhirnya pun terlepas juga.

Bahkan kini Heri mengerdipkan sebelah matanya genit pada Dylan persis seperti banci. Dylan segera memalingkan wajahnya dan menggidik geli.

Kiki sepanjang itu terus berada diluar ruang meeting berjaga. Ia tidak tahu jika didalam Dylan sedang bertekanan batin digoda berbagai cara oleh Heri. Seperti ketika sedang duduk, Heri coba meraih tangan Dylan yang duduk didepan mejanya.

Dylan pun segera menjauhkan tangannya dari meja. Setelah tangan, kini kaki Dylan yang di towel-towel oleh ujung sepatu Heri. Matanya kembali mengerdip.

Astaga! Orang ini kenapa sih!

Related chapters

  • Bukan Selera Tuan Muda   4

    Kiki diluar sana tiba-tiba pergi. Dylan menyadari kalau Kiki tidak ada lagi diluar, padahal barusan ia sangat ingin meminta pertolongannya. "Kiki kemana sih! Heran selalu ngilang kalo lagi butuh!"Di lain tempat Kiki terus mengikuti kemana kaki Putra menuju. Ternyata kini dirinya diarahkan menuju pantry. "Ini Ki, bantuin gue naruh ini buat ke ruang meeting." ucap Putra memberikan dua piring makanan pada Kiki. "OBnya soalnya lagi sibuk disuruh yang lain sama atasan." ucap Putra. Kiki menuruti pintanya dan segera membawakannya menuju ruang meeting kembali. Ia ditemani oleh Putra yang sibuk mendorong troli berisi gelas minuman. "Tunggulah Ki, jangan cepat-cepat. Mau ke toilet lo?" tanya Putra."Ayo Put, saya takut tuan kenapa-napa." ucap Kiki masih terburu-buru."Yaelah tuan muda mah enggak usah dipikirin Ki, udah gede dia. Emangnya masih bocah." ucap Putra.Tiba-tiba terjadi kehebohan di ruang meeting sana. Kiki maupun Putra pun jadi kaget hingga inisiatif berlari secepatnya dari s

    Last Updated : 2022-12-04
  • Bukan Selera Tuan Muda   5

    "Sayang. Maafin aku ya sayang, aku enggak tahu. Aku kira kamu---""Minta maaf sekarang juga! Sama Kiki!" tandas Dylan. "Karena kamu Kiki jadi yang kena imbasnya, karena kamu juga media berkata buruk tentang kepribadian saya! CEPAT!" tandasnya lagi. Klarissa memalingkan wajah, ia menyesal. Tapi dirinya jaim, gimana dong? "CEPAT!""K-kiki gue minta maaf." ucap Klarissa terpaksa.Kiki setengah tertawa melihatnya. Entahlah ia merasa dibela saja oleh lelaki ini. Tapi kok sesenang ini ya?"Akh Kiki! Gak boleh mikir aneh! Kamu itu bukan seleranya, udah hush hush hushh... Hidup itu bukan selalu tentang cinta Ki!" batin Kiki.Di waktu istirahat kerja. Kiki tiba-tiba ditarik tangannya oleh Putra. "Kerja mulu, ke kantin lah. Udah istirahat nih." ucap Putra yang mendadak muncul didepannya. Tepatnya saat ini Kiki sedang berjaga didepan ruang kerja Dylan. "Udah duluan aja. Tuan Dylan masih didalam. Enggak enak aku." ucap Kiki seraya menunjuk ke dalam ruang kerja Dylan, dimana sang tuan muda s

    Last Updated : 2022-12-04
  • Bukan Selera Tuan Muda   6

    "Ya karena enggak sesuai kriteria saya." ucap Dylan enteng."Tapi tuan, mohon maaf sebelumnya. Kita udah menghabiskan waktu, biaya dan tenaga banyak untuk ini. Masa sih diantara 60 orang enggak ada satu pun yang sesuai sama kriteria tuan? Minimal yang nyerempet-nyerempet dikit aja tuan." ucap Kiki."Enggak ada satupun yang sesuai kriteria saya. Dan saya enggak mau maksa diri saya buat nerima orang yang menurutmu nyerempet-nyerempet dikit itu." ucap Dylan tersenyum. Kiki menghela nafas. "Terserah tuan deh. Sekarang juga udah sore, kantor ini mau tutup. Kita lanjut besok ya tuan." ucap Kiki. "Oke." ucap Dylan seraya pergi dari sana akan tetapi baru beberapa langkah, Dylan langsung terjatuh. Kiki pun kaget dan langsung mendekatinya. "Tuan, tuan kenapa?" tanyanya panik. Dylan terus memegang kakinya. "Saya enggak bisa berdiri Ki. Aw. Kaki saya kesemutan." Dylan merintih. "Kesemutan? Yaudah saya bantu luruskan kakinya ya tuan." ucap Kiki segera meluruskan kedua kakinya diatas lantai d

    Last Updated : 2022-12-20
  • Bukan Selera Tuan Muda   7

    "Kamu... Suka sama dia?" tanya Rudi. Kiki tersentak tidak percaya. "E-enggak Kek." "Lalu kenapa kamu begitu perhatian sama dia?" tanya Rudi."K-karena dia adalah tuan saya Kek, saya diberi tanggung jawab untuk selalu berada disampingnya memenuhi kebutuhannya dan memperhatikannya setiap waktu. Bukan karena hal lain. Itu penjelasan saya, permisi. Dan ditambah saya seorang laki-laki. Tidak mungkin saya menjalin hubungan dengan tuan muda. Itu hal yang tidak etis menurut saya." pamit Kiki segera pergi meninggalkannya, setelah membungkuk terlebih dahulu. Esok paginya, di kantor Rolland Group.Sayembara masih terus dilakukan meski terhitung ini sudah hari ketiga, dimana kini hanya tinggal belasan orang saja yang tersisa. Dimana Kiki dan Putra tidak terlalu keteteran seperti kemarin-kemarin. Satu per satu perempuan sudah bergiliran masuk ke dalam ruangan dimana Dylan berada. Kali ini diantara 15 orang yang tersisa itu tidak ada satupun yang tak lolos di step awal, yaitu cara berjalan seb

    Last Updated : 2022-12-21
  • Bukan Selera Tuan Muda   8

    Selagi itu, mereka para pendemo masih sibuk menghancurkan dan membalikkan semua barang yang ada didepannya. Disaat yang sama juga Kiki, Putra, satpam maupun para karyawan lapangan yang ada disana bahu-membahu untuk menangkap maupun menghajar para pendemo tersebut. Berbeda halnya dengan Dylan yang begitu ketakutan, ia sedang bersembunyi di kamar mandi ketika itu. Ia bahkan terlihat gemetaran dan begitu cemas. Kiki terus berlari mencari dimana Dylan. Ia geledah semua tempat di lantai satu, meski mayoritas ruangan berpintu disana masih terkunci. Selagi terus mencari dirinya melihat beberapa orang yang langsung menghajarnya, ia balik menghindar dan ikut menghajar. Satu per satu orang yang dihajarnya pun tumbang seketika. Kiki berteriak."Tuan! Tuan dimana! Tuan Dylan!" pekik Kiki masih terus berlari. "Tuan!" tiba masanya ia melintasi toilet sambil meneriaki nama sang tuan, Dylan yang ada didalam pun membalas teriakannya. "Kiki! Kiki saya disini Ki!" pekiknya berulang-ulang, hingga

    Last Updated : 2022-12-23
  • Bukan Selera Tuan Muda   9

    "Kamu tidak perlu merasa penasaran dari siapa papa tahu tentang ini. Yang kamu perlu beritahu adalah jawaban dari pertanyaan papa itu." ucap Dietrich. Dylan bertambah kesal. Ia jadi semakin enggan untuk menjawab pertanyaannya. Ia hanya terdiam.Rudi yang melihat situasi ini pun angkat bicara. "Itu adalah gosip yang tidak benar. Kiki sendiri bilang, dia tidak suka dengan Dylan. Hal yang terjadi kemarin hanya salah paham saja dan oknum tertentu sepertinya sedang mencari kegaduhan dari misinformasi ini." bela Rudi.Meski begitu penuturan Rudi, akan tetapi Dietrich kembali berkata. "Kalau berita tentang putusnya kamu dari Klarissa, apa itu juga palsu?" tanya Dietrich pada Dylan. Tentu Dylan jadi terdiam karena hal ini, seberapa banyak sih ayahnya ini tahu tentang masalah pribadinya?Kali ini Dylan segera menjelaskan. "Ya karena Dylan mau cari wanita lain. Dan ada beberapa hal yang membuat Dylan yakin ingin memutuskan hubungan itu. Simpel kan?" ucap Dylan.Tentu Dietrich begitu menyayan

    Last Updated : 2022-12-25
  • Bukan Selera Tuan Muda   10

    Klarissa memalingkan wajahnya sebentar. Merasa sedikit malu, tapi sayangnya disaat itu saja. Dirinya lantas kembali berkata padanya. "Tapi kan aku udah minta maaf. Masa kamu enggak mau maafin aku sih? Bahkan ke Kiki juga, Kiki aja enggak merasa bermasalah dengan hal ini. Masa kamu sendiri merasa bermasalah sih?" tanya Klarissa."Karena Kiki enggak ada di posisi saya, dia enggak dimarahi siapapun, pusat perhatian siapapun dan bukan seorang pria yang cukup terkenal seperti saya. Jangan asal ucap hanya karena kamu tahu sedikit tentang hidup saya." ucap Dylan. "Y-ya maaf. Masa sih aku enggak dimaafin Lan? Kamu apa enggak tega sama aku yang udah dateng jauh-jauh kesini cuma untuk nemuin kamu?" tanya Klarissa memelas. "Ya kamu mau ngapain nemuin saya? Memang tidak ada pria lain yang akan menjadi incaran kamu selanjutnya?" tandas Dylan."Kok kamu ngomong gitu sih? Incaran apa maksudnya? Yang aku cinta kan kamu Lan!" ucap Klarissa.Dylan memilih terdiam ketika itu. Kiki maupun Putra saling

    Last Updated : 2022-12-26
  • Bukan Selera Tuan Muda   11

    Dylan keburu pergi meninggalkan mereka yang memendam banyak pertanyaan didalam hatinya, meski mereka ikut mengekorinya menuju mobil.Ketika sampai didalam mobil. Dylan hanya diam saja disana, terduduk dalam keadaan melihat ke arah kaca mobil, berpangku tangan.Kiki dan Putra terlihat keheranan, tapi mereka juga merasa jika sopan kalau tiba-tiba menanyakan apa yang terjadi. Mereka pun memiih untuk berdiam diri hingga mobil itu melaju pergi.Tak lama mobil pun sampai didepan kantor. Kiki membuka pintu mobil dan membiarkan Dylan keluar dari sana. Dylan berpesan pada mereka. "Kamu dan Putra bisa istirahat sekarang, saya kasih kalian waktu satu jam untuk makan di kantin." ucap Dylan yang langsung pergi setelahnya, meninggalkan Putra di kursi setirnya tampak menghela nafas. "Yaelah bener kan kata gue, jauh-jauh ke restoran cuma nungguin pintu doang.""Enggak usah banyak ngarep deh. Udah yok ke kantin." ucap Kiki seraya pergi.Dylan kembali ke ruang kerjanya, terduduk di kursinya seraya me

    Last Updated : 2022-12-28

Latest chapter

  • Bukan Selera Tuan Muda   30

    Dylan langsung berlari keluar dari dalam mobilnya, menuju pintu yang tertutup dihadapannya. Ia segera gedor-gedor pintu itu. "Kiki! Kiki! Kiki kamu ada disini kan?!" tanya Dylan berkali-kali dalam keadaan seperti itu, coba memanggilnya. Akan tetapi pintu itu yang tertutup itu masih terbungkam, bahkan bisa terlihat dengan tanda gorden yang tertutup. Kemungkinan besar kalau sedang tidak ada orang didalam sana. "Sepertinya memang tidak ada orang tuan, dirumah non Kiara." ujar Rizal berdiri disebelahnya. Akan tetapi tiba-tiba pintu itu terbuka dan memunculkan seseorang dihadapan mereka berdua. Tentu Dylan sangat kaget saat melihat Kiki ada dihadapannya dalam wujudnya menjadi seorang laki-laki, memakai rambut pendek. "Kiki!" pekik Dylan yang sesegera mungkin mendekatinya dan mengguncang-guncang bahunya. "Ini bener kamu Ki?" tanya Dylan tidak percaya. Kiki hanya tersenyum tipis saat itu. "I-iya tuan." jawabnya."Kamu kemana aja sih? Saya ratusan kali menelepon kamu, email kamu, sms

  • Bukan Selera Tuan Muda   29

    Setelah Putra menelepon, Dylan tiba-tiba menelepon video. Kiki pun kaget, ia tidak terbiasa dengan telepon video. Ia bahkan terlihat berantakan saat itu, belum sempat mandi juga tadi sore. Ia bingung, tapi coba sedikit rapikan rambutnya atau sisiri dengan tangan agar tidak terlalu berantakan. Ia ekspresikan wajahnya dengan senyum menghadap kamera, kemudian ia pun terima telepon videonya. Terlihat disana Dylan sedang duduk bersandar pada dipan kasurnya, dipangkuannya juga ada sebuah laptop yang sering dipakainya. "Hai Ra ... Lagi apa?" tanya Dylan tersenyum. "E-eh hehe, a-aku habis makan barusan." ucap Kiki sedikit menutupi kalau dirinya habis teleponan dengan Putra. "Kamu gak tanya saya udah makan?" tanya Dylan, Kiki terkekeh. "Kamu sudah makan?" tanyanya. "Belum, nunggu ngeliat kamu dulu. Baru saya mau makan." ucap Dylan. Kiki makin terkekeh. "Kok gitu pak? Memangnya belum lapar? Ini udah jam 9 loh, nanti telat makan sakit perutnya. Bapak kan besok pagi kerja lagi." tanya Ki

  • Bukan Selera Tuan Muda   28

    "Tepat, yah meski masih agak nyerempet sedikit dengan bisnis perusahaan kita haha." ujar Richard. Putra tersentak sepanjang mendengar percakapan mereka, seakan dirantai seluruh tubuhnya hingga membuatnya terus mematung didepan sana dengan keadaan raut wajah tidak percaya. Seingat Putra yang terjadi tepat tiga belas tahun lalu adalah peristiwa yang sering dijabarkan oleh Kiki, dimana dirinya menjadi korban dari tragedi kebakaran di rumahnya. Yang turut menghanguskan kedua orang tuanya, tersisa hanya dirinya saja yang masih selamat dalam kejadian itu.Ia membatin. "Ini pasti ada hubungannya sama Kiki, gue yakin banget orang yang ngomong barusan itu direktur dari perusahaan Dean Kyle. Yakin banget gua kalo dia itu pelakunya, gue bener-bener enggak nyangka, kok bisa. Bahkan bapaknya Non Klarissa juga ngomongnya seakan-akan dia emang kongkalikong merencanakan tragedi belasan tahun lalu itu." batin Putra. Tiba-tiba seseorang menepuk punggungnya dari belakang, sontak saja Putra kaget bu

  • Bukan Selera Tuan Muda   27

    Sekitar pukul sebelas malam, Kiki dan Dylan segera pulang. Mereka saling jalan berdampingan sepanjang perjalanan pulang itu, menyusuri gelapnya jalan yang dikelilingi oleh beberapa pepohonan.Malam yang dingin dan sejuk, seakan suasana saat itu sudah benar-benar pagi, padahal masih belum berganti hari. Dylan merasa kedinginan, dirinya tidak terbiasa dengan suhu sedingin ini. Apakah mungkin ini pengaruh dari dekatnya mereka dengan wilayah pegunungan?"Kamu tahu? Sepanjang saya jalan sama kamu, saya selalu teringat sama Kiki. Kenapa ya kalian terlihat begitu mirip?" tanya Dylan heran. Kiki hanya tersenyum mendengarnya, menganggapnya hal biasa. "Semua orang yang kenal dekat sama saya dan Kiki juga bilangnya begitu pak. Kita terlihat sangat mirip.Bahkan saya pun sampai heran apakah Kiki sebenarnya saudara kandung saya atau bukan." ujar Kiki coba menimpalinya dengan kebohongan lain. Dan mirisnya Dylan benar-benar tidak menyadari hal itu. "Entahlah, mungkin juga karena saya terlalu ba

  • Bukan Selera Tuan Muda   26

    "Oh iya! Itu kan ada pasar malam di lapangan!" ucap Kiki antusias. "Pasar malam?" Dylan terheran. Kiki langsung bangkit dari duduknya dengan perasaan senang. "Saya mau kesana, katanya ada hadiah yang dapat jam tangan seharga lima ratus ribu! Saya mau kesana!" ucap Kiki. "Kamu tunggu sini aja." ucapnya langsung kabur, tentu saja Dylan tidak mau ditinggal sendirian. "Hei! Saya ikut!" Dylan mengikutinya. Rizal baru akan mengikutinya namun Dylan sudah berteriak. "Jangan ikut!" Mereka berdua akhirnya sampai didepan sebuah pasar malam yang dikelilingi oleh cahaya lampu disetiap wahananya atau di berbagai sisi kios-kios yang bertebaran. Kiki begitu antusias ketika melihatnya, entah kenapa dirinya jadi merasa nostalgia saat seluruh pandangannya terfokus pada suasana pasar malam itu. Seperti halnya di masa lalu, saat dirinya pergi ke pasar malam bersama kedua orang tuanya. Mendadak sebuah senyum terukir manis di sudut bibirnya. Terkesan lirih, tanpa disadari Dylan melihatnya. Entah ke

  • Bukan Selera Tuan Muda   25

    "Ya terus gimana? Mau ngapain kalau sudah tahu saya ada disini? Saya enggak bisa nikah sama kamu, saya enggak cinta sama kamu." ujar Kiki."Yakin gak cinta sama saya? Kalau gitu yang namanya Kiara juga enggak cinta sama saya ya? Janji belasan tahun lalu akan kamu lupakan sebegitu mudah?" tanya Dylan. Kiki tersentak, ia memalingkan wajahnya merasa tidak nyaman."Maaf saya harus pergi." ucap Kiki yang coba meraih kunci motornya lagi. "Enggak mungkin semudah itu." Dylan masih tetap menghalaunya dan menyembunyikan kuncinya. Dylan beralih memegang tangan Kiki dan membawanya pergi dari sana. Mereka jalan berdampingan di tepian tempat pemancingan, kemudian saling berdiri dan berhadapan. Angin berhembus sejuk dan Dylan pun berkata. "Saya tidak berniat untuk memaksa kamu, saya akan menunggu kamu sampai kapanpun kamu siap. Tapi yang jelas ada satu hal penting yang ingin saya tanyakan ke kamu. Dimana sebenarnya keberadaan Kiki sekarang?" tanya Dylan, Kiki tersentak. Ia hanya memalingkan w

  • Bukan Selera Tuan Muda   24

    Esok harinya, Dylan pun meminta Rizal untuk menghubungi langsung media cetak yang menerbitkan koran tersebut, dimana dirinya meminta Rizal untuk mencari tahu dimana foto itu berasal serta dimana tepatnya lokasi perlombaan memancing itu diadakan.Putra mengetuk pintu ruang kerjanya, Dylan berkata padanya. "Put, kamu mau bantu saya nyari Kiki lagi?" tanya Dylan. Putra melempar tawa. "Tuan ... Ini tuh udah berbulan-bulan semenjak Kiki pergi dan enggak ninggalin kabar sekalipun ke kita. Otomatis dia udah enggak mau ngeliat kita lagi tuan. Udahlah tuan, biarin aja Kiki ngelakuin hal semaunya. Mungkin memang ini keinginan dia untuk menjauhkan diri dari kita." ujar Putra. Setelah dikatakan seperti itu, Dylan pun jadi malas untuk mengajak Putra pergi kesana.Entah kenapa Putra seperti terkesan selalu menghalaunya untuk mencari Kiki, membuatnya semakin pesimis dan selalu meyakinkannya kalau pencarian yang dilakukannya itu akan berujung sia-sia.Pada akhirnya Dylan pun tidak mengajak Putra,

  • Bukan Selera Tuan Muda   23

    Disaat Dylan berjalan keluar dari ruang kerjanya, tiba-tiba ia berpapasan dengan Dietrich. "Katanya Klarissa kesini ya barusan? Kamu gak ketemu?" tanya Dietrich yang semakin membuat sang anak malas untuk berlama-lama dengannya, ia memilih lanjut berjalan."Hey! Dylan! Papa lagi ngomong!" pekik Dietrich. Dylan terus melangkah pergi melewati lorong, lift, koridor atau bahkan pintu utama kantor. Ia berjalan menuju area parkir. Entah kenapa sepanjang berjalan menuju sana ia teringat dengan saat ketika Kiki memayunginya yang sedang berlari menghindari hujan. Dylan pun kembali merasa galau, diam-diam ia merasa rindu dengan keadaannya dulu. Saat ketika Kiki masih bekerja dibawahnya.Ia sesegera mungkin masuk ke dalam mobilnya lalu nyalakan, ia jalankan mobilnya saat itu juga, keluar dari area kantor. Saking merasa rungsingnya perasaan Dylan saat itu, dirinya malah memilih kabur dengan tanpa disupiri oleh Putra sekalipun. Ia hanya ingin menyendiri. Bodoh sekali, padahal hanya kehilangan

  • Bukan Selera Tuan Muda   22

    "Enggak sih tuan. Saya enggak dengar. Dia enggak pernah cerita apa-apa tentang hal kayak gitu." ucap Putra. "Coba kamu lacak dimana keberadaannya sekarang lewat ponselnya." titah Dylan.Putra setengah tertawa. "Lacak? Bukannya harusnya dibiarin aja ya tuan? Kan itu keinginan Kiki sendiri. Mungkin emang ada alasan kenapa Kiki ngelakuin hal ini." ucap Putra. Dylan tercengang mendengar hal itu, ia tampak tidak percaya dengan responnya barusan. "Jadi kamu membiarkan Kiki pergi begitu saja? Kamu ... heh, kamu apa enggak merasa khawatir atau apapun gitu sama dia? Tiba-tiba pergi gitu aja. Kiki itu yang sepanjang hari ada disebelah kamu, tertawa bareng kamu, sedih bareng kamu, makan bareng kamu, ngobrol bareng kamu, yang menjalankan tugas dan kewajibannya sama kamu. Yang suka menolong kamu dan macam-macam. Kamu apa enggak nganggep dia lebih gitu?" tanya Dylan tidak habis pikir. "Emang maksud tuan saya harus menganggap Kiki seperti apa? Y-ya ini memang keinginan dia buat resign dari kerja

DMCA.com Protection Status