Namanya juga bukan sekelumit sesal, ini baru sedikit dari deretan penyesalan yang akan hadir. Pada dasarnya, apa yang ditabur akan dituai. Yang penasaran sama gebetannya Riswan, sabar dulu ya.... masih proses bertemu. Boleh baca diceritaku yang judulnya JANDA TANGGUH DIKEJAR MANTAN SUAMI
"Bagaimana? Enak tidak?" tanya Akram pada Nara. Gadis kecil itu mengangguk kemudian kembali menyendok bubur ayam ditambah toping abon telur. Mereka sedang menikmati sarapan pagi di meja makan. Sedangkan Nara sudah duduk anteng makan bubur di depan televisi, menonton film kartun. Akram dan Danu membahas pekerjaan. Akram bertanya pada Arum dan Wina apa yang mereka ingin lakukan hari ini karena dia dan Danu sepertinya akan pulang larut malam. Keduanya bingung karena hari ini adalah hari Minggu. Wina tidak berangkat kerja karena semalam ia sudah meminta cuti sehari pada bosnya. Ia sengaja melakukan hal itu karena mengira dirinya tidak akan sanggup keluar kamar kostnya hari ini. Tapi situasi sudah berbeda dan jujur saja, perasaan ibu satu anak itu sudah mulai tenang. "Di rumah saja, istirahat. Mau keluar malas, macet," jawab Arum dan Wina turut mengangguk. "Adina sama Alyana mau ke sini ketemu kamu. Kalau kamu tidak keberatan, aku bolehkan mereka ke sini," ujar Akram menoleh setelah men
"Ardito!" panggil pengacara paruh baya itu sebelum masuk ke dalam mobilnya. Masih dengan senyum ramahnya, pria itu mengulurkan sebuah bungkusan kecil pada pemuda itu. Mereka bertiga berhenti sejenak. Kemudian pengacara itu mempersilahkan pasangan suami istri itu masuk lebih dulu ke dalam taksi online yang mereka pesan. Mereka paham jika pengacara itu ingin bicara berdua dengan Ardito. "Ini titipan dari klien saya. Dia bilang ini untuk kamu, karena dia ingin kamu bisa leluasa menghubungi kakak kamu kapan saja kamu mau. Di dalamnya juga ada kartu ATM dari rekening khusus pelajar yang sudah saya buka untuk kamu. Mulai sekarang kamu itu tanggung jawab klien saya, bukan lagi tanggung jawab paman dan bibi kamu. Mereka sudah memahami itu setelah bicara dengan klien saya. Secepatnya dia akan jemput kamu untuk ke Makassar, tapi dia minta kamu untuk bersabar," jelasnya sembari mengusap punggung Ardito sebelum pamit kembali ke kantor. Dalam perjalanan pulang, mereka bertiga diam saja. Paman da
Berkonsultasi dengan sahabat Riswan yang memang seorang pengacara handal membuat Akram lega. Setidaknya keputusannya untuk bekerja sama dengan beberapa pihak akan aman disertai legalitas hukum. Akram akui jika omnya, Haslanuddin adalah orang yang tenang dan selalu berpikir jangka panjang. Semua tindakannya dipikirkan dengan matang dan tidak ingin pengacara lain selain sahabat sepupunya ini. "Kita ketemu di kantor Kamis pekan depan. Titip salam untuk Om Has dan Tante Has," ujar pria berkacamata itu tersenyum ramah. Satu hal yang berbeda, sejak dulu semua sahabat setengah lusin Riswan akan memanggil pasangan suami istri itu sebutan om dan tante dengan nama Has yang merupakan awalan nama mereka. Kata mereka, namanya juga pemilik Yayasan HAS. "Iya Bang. Salam buat keluarga Abang juga. Sekali lagi terima kasih sudah meluangkan waktu dihari libur Abang," ujar Akram setelah pria itu menerima pesan dari istrinya jika sudah selesai berbelanja. "Jangan sungkan, Ram. Kamu adiknya Riswan, jadi
Masih dengan langkah mengendap-endap, Akram meletakkan tumpukan map di meja kerjanya. Malam ini ia pulang larut karena besok ia akan rapat dengan petinggi yayasan. Setelah bertemu Faiz dan mengunjungi Riswan di apartemennya, Akram tidak langsung pulang. Ia justru melajukan mobilnya ke kantor. Ada rencana yang ingin dilakukannya untuk Arum sehingga sebisa mungkin pekerjaannya tidak ada yang tertunda. Tadinya ia pikir Arum masih terjaga karena lampu kamar masih menyala. Ternyata wanita itu membaca novel hingga akhirnya ketiduran. Akram gerah karena seharian ini ia ke sana kemari mengurus pekerjaannya. Begitu santai ia meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Belasan menit berlalu, Akram kembali keluar hanya dengan mengenakan handuk. Hal pertama yang dilakukannya adalah meraih ponselnya yang bergetar. Pesan dari Riswan dan berisi pertanyaan tidak penting. Sepupunya itu sedang meledeknya dengan mengingatkan dirinya untuk tidak khilaf. Ingin rasanya ia mengembalikan pesan itu pada sepupuny
Arum baru saja selesai mandi setelah sejak siang hingga sore berkutat di dapur. Ditemani Nara yang dengan senang hati membantunya memasukkan keripik bayam ke dalam toples. Arum gemas sekali melihat tingkahnya. Setelah itu Nara kembali bermain boneka Barbie sambil menonton film kartun yang serupa. Saat Arum sholat Ashar di kamar, ia turut memanggil Nara masuk dan duduk tak jauh darinya. Entah mengapa ia jadi selalu kepikiran jika anak itu jauh darinya. Ada saja yang ditakutkannya, semisalkan Nara tiba-tiba ke dapur dan mengambil sesuatu dan memecahkannya. Masih untung jika tidak terkena pecahan kaca atau benda tajam lainnya. Dulu ia pernah lalai saat menjaga Ardito dan hal itu masih teringat olehnya. Ketika ia membuat sup daging, perkedel dan sambal tempe, kegiatannya itu sama sekali tidak membuatnya lelah, justru sangat menikmatinya. Gadis kecil itu kembali ingin membantunya. Sempat bingung karena tidak tahu apa yang harus ia minta pada Nara. Saat melihat bahan masakannya, akhirnya
Arum menyalin folder berisi beberapa file tersebut dan menunggu prosesnya selama belasan menit. Setelah itu file yang diinput tadi kini muncul dalam dua kolom. File asli di kolom kiri dan hasil analisisnya berbentuk tabel dan poin-poin di kolom kanan. Berbagai tombol diklik bergantian sesuai warna dan simbol. Setengah jam kemudian, hasil analisis itu rampung dengan berbagai hasil sudut pandang. Akram terdiam menatap hasil print out yang muncul satu persatu dari printernya. Bukan hanya analisis keuangan yang tertera, tapi juga analisis hukum dan analisis faktor resiko lainnya. "Jadi kerjaan kamu selama ini seperti ini?" tanya Akram dan lagi-lagi Arum mengangguk seperti kebiasaannya. Memang tugasnya yang harus menginput semua hasil analisa itu kemudian memberitahukan pada atasannya. Termasuk mana pilihan yang paling menguntungkan untuk perusahaan sesuai hasil analisis software dan harapan atasannya. Dengan demikian atasannya bisa menentukan keputusan sesuai dengan kondisi terkini seka
"Selamat datang," sapa Bayu, CEO Pradipta Furniture itu dengan ramah. Pria itu adalah salah satu menantu dari atasan Arum, Darwenda Pradipta. "Kenapa kaget begitu Arum? Saya ini kakak iparnya Safwan, jadi tidak perlu terkejut melihat keberadaan saya di sini. Istri saya yang sudah merengek minta ketemu kamu." "Nona Biya juga di sini?" tanya Arum sedikit terkejut. Sudah lama mereka tidak bertemu. "Pokoknya aku nggak mau tahu Saf! Kamu yang salah! Aku itu mau telur dadar yang matang sempurna, nggak gosong! Kamu cium sendiri, ada bau gosongnya nih!" protes seseorang yang terdengar sedang kesal. "Ya Allah Bie... ini tuh sudah yang ketiga kalinya. Stok telur bisa habis. Lagian ini tuh nggak gosong, cuma berubah warna dari kuning jadi coklat, nggak sampai hitam kok? Dicoba dulu ya Bie yang jutek tapi cwantiek," bujuk lawan bicaranya dengan sabar. Masih dengan bibir yang mengerucut wanita itu meraih sendok dan mulai memakannya. Sembari mengunyah, wanita hamil itu kembali berucap, "Tapi tet
"Ti-tidak. Dia tidak terlihat seperti dokter," cicit Arum. Akram terkekeh dan mengangguk karena ucapan istrinya tidaklah salah. "Dia dokter umum, sementara pendidikan spesialis radiologi di Surabaya. Dia pulang ke sini cuma buat nikah sama Tasya, instruktur yoga yang datang sama dia," jelas Akram yang kembali terdiam menatap Arum. Ditatap intens seperti itu membuat Arum jadi risih. "Kenapa? Mau adu mulut?" Akram tertawa sembari menggeleng kemudian duduk di sisi tempat tidur. "Begini, nanti malam aku tidak pulang. Aku sudah janji sama mama menginap di sana kemarin, tapi tertunda jadinya malam ini. Apa kamu keberatan?" tanya Akram yang penasaran ingin tahu reaksi Arum seperti apa. "Kalau perlu yang lama. Kalau saja aku tidak sadar diri ini tempat kamu, aku pasti minta kamu tidak perlu puang saja sekalian sampai hari aku melahirkan. Tujuan kita nikah cuma buat dia," jawab Arum mengusap perutnya. "Apa tidak mungkin berubah jadi untuk kita? Untuk kita bertiga," ucap Akram yang membuat