Home / Romansa / Bukan Sekedar Pengganti / Bab 3. Jangan Panggil Papa!

Share

Bab 3. Jangan Panggil Papa!

Author: Soesan
last update Last Updated: 2023-01-05 06:39:46

Ya, pemiliki suara itu sepertinya kaget melihat Ashera ada di mini market tempatnya berdiri saat ini.

Karena mendengar namanya disebut, Ashera pun menoleh dan melihat ke arah sumber suara.

"Ayah?" panggilnya lirih. Ashera tidak kalah terkejut, sama seperti pria itu.

Pria yang dipanggil ayah itu mengedarkan mata ke sekitar seolah dia ingin memastikan tidak ada yang mendengar Ashera memanggilnya ayah. Setelah merasa aman terkendali, pria itu kembali mengarahkan mata pada Ashera.

"Jangan penah memanggilku ayah! Kamu bukan anakku dan aku tidak pernah mempunyai putri sepertimu," ucap pria itu setengah berbisik seolah takut didengar oleh orang lain. Pria itu kembali mengedarkan mata.

Ashera terdiam. Manik matanya tidak berkedip menatap lekat dan dingin pria yang tidak pernah mengakui anak itu. Sebenarnya dia tidak kaget dengan penolakan itu, tetapi sebaliknya, Ashera mencibir dalam hati.

Pria itu adalah Kafi, mantan suami Zanna, ibunya. Kafi adalah ayah Ashera dan Aleysa. Sayangnya pria itu telah bercerai dengan Zanna, ibu Ashera sejak Ashera berumur 3 tahun dan Aleysa berumur 4 tahun. Alasan perceraian mereka tidak begitu jelas diketahui oleh Ashera dan Aleysa, bahkan sampai saat ini pemahaman kedua putri itu berbeda tentang alasan perceraian orang tua mereka.

Bagi Ashera, Kafi adalah bentuk ayah yang tidak bertanggung jawab yang telah menyakiti dan menelantarkan ibunya demi wanita lain, tapi bagi Aleysa sebaliknya. Zanna, ibunya yang telah menelantarkannya.

Ashera menghirup napas panjang dan menghempaskannya secara perlahan. Rasa yang bergejolak dalam hati ditekannya terlalu dalam.

"Aku sudah menjalankan tugasku, bagaimana dengan uangnya?" tanya Ashera.

Dia tidak peduli dengan larangan Kafi padanya untuk tidak memanggilnya ayah. Bagi Ashera, dia juga tidak membutuhkan sosok ayah seperti Kafi.

"Uangnya sudah aku transfer ke rumah sakit," jawab Kafi sembari memalingkan wajah menghindari tatapan Ashera.

"Rumah sakit?" Ashera kaget dan bingung. Dia juga merasa heran atas jawaban Kafi.

Kafi mengatakan telah melakukan transfer ke rumah sakit. Rumah sakit mana? Bahkan Ashera tidak pernah mengatakan dan menceritakan padanya juga pada Aleysa di mana ibunya dirawat saat ini.

"Anda telah membayarnya ke rumah sakit?” Ashera mencoba mengulang apa yang dikatakan oleh Kafi dengan sebuah pertanyaa sekedar mengulang.

Ashera sedikit memiliki keraguan atas apa yang dikatakan oleh Kafi. Ditatapnya lekat pria yang telah mencampakkan ibu dan dirinya selama 20 tahun.

Kafi mengalihkan mata ketika tatapan Ashera tepat mengenai manik matanya. Pria itu mengalihkan pandangnya ke arah lain, ke arah kasir mini market yang sedang menghitung barang belanjaan Ashera.

“Total semuanya lima puluh tiga ribu rupiah, Nona,” ucap kasir melihat Ashera yang masih memperhatikan Kafi.

“Biar aku saja yang membayarnya,” sahut Kafi.

Kafi menggunakan kesempatan ini untuk menghindari tatapan curiga Ashera, makanya dia mengatakan bila akan membayar semua tagihan Ashera, padahal dalam hati sama sekali tidak ingin mengeluarkan uang satu rupiah pun untuk Ashera.

“Tidak perlu, Tuan!” Ashera menahan tangan Kafi saat pria itu hendak mengeluarkan dompet. “Anda cukup memenuhi janji Anda padaku saja!” sambungnya menyindir dan mengingatkan Kafi pada janjinya.

Kafi terdiam. Dia canggung dan membisu, tiba-tiba sikapnya sedikit gemetar. Hanya saja dengan cepat pria itu mengalihkan dengan tersenyum.

“Sebaiknya kamu lekas kembali ke rumah sakit karena aku sudah membayarnya semua!” ucap Kafi sembari berlalu meninggalkan Ashera dengan tatapan yang tidak mau beralih darinya.

Entah mengapa Ashera merasa tidak yakin dengan perkataan pria itu, pria yang melarangnya memanggil ayah? Entah ayah macam apa dia? Di saat putrinya memangggil ayah, dia menolaknya, sedangkan ayah yang lain menginginkan anaknya memanggil dan mengakui sebagai ayah.

Setelah membayar tagihan belanjaan, Ashera berjalan ke luar untuk segera ke rumah sakit menenami ibunya. Sial! Saat dia membuka pintu mini market, saat itu juga hujan gerimis turun mengguyur bumi. Ashera menggerutu pelan karena ada saja yang menghalanginya untuk segera pergi ke rumah sakit.

Ashera harus menunggu hingga hujan sedikit reda. Meski gerimis, tapi lumayan deras dan bila dia tetap nekad menerobosnya, maka pakaiannya akan basah kuyup sehingga Ashera memilih untuk menunggu hingga sedikit reda.

“Halo, Ashera, kamu di mana?” Suara Trixi, sahabatnya dari dalam telepon selular Ashera yang bisa dikatakan jadul.

“Aku di mini market dekat rumah sakit. Ada apa?” jawab Ashera terdengar santai dan tenang.

“Ashera, apa yang kamu lakukan di sana? Cepat datang ke rumah sakit sekarang juga!”

“Trixi, ada apa? Apa yang terjadi pada ibuku?” Ashera mulai panik ketika suara Trixi terdengar cemas dan terkesan memaksanya untuk segera datang ke rumah sakit.

“Aku tidak bisa mengatakannya di sini. Cepat kamu datang!” desak Trixi.

Ashera semakin tidak tenang dan panik. Dia tidak bisa menunggu hingga hujan reda. Setelah menutup panggilannya, Ashera langsung menerobos hujan yang mulai turun dengan deras. Ashera tidak peduli dengan pakaian dan tubuhnya yang basah karena guyuran air hujan. Suara Trixi lebih menuntut dia untuk segera ke rumah sakit.

Dengan tubuh basah dan kedinginan, bibirnya pun gemetar dan mulai membiru, Ashera berjalan memasuki area rumah sakit dan langkahnya semakin cepat menelusuri koridor menuju ruang perawatan ibunya, Zanna.

Jantungnya berdebar dengan cepat ketika langkah kakinya telah semakin mendekati ruang perawatan ibunya. Darah Ashera semakin berdesir deras ketika melihat beberapa perawat dan dokter sedang memenuhi ruang perawatan ibunya. Kaki Ashera langsung terasa lemas tidak berdaya ketika melihat sahabatnya, Trixi mendekap mulutnya sendiri dan tampak menahan tangis dengan arah pandang ke arah kerumunan tim medis.

“Ibu!” teriak Ashera langsung berlari mendekat.

“Shera!”

Melihat kedatangan Ashera dengan tubuh basah dan langsung berlari ke arah tempat tidur, Trixi langsung menyambutnya dan memeluknya erat. Dia mencegah Ashera mendekati ibunya karena perawat dan dokter sedang melakukan pertolongan.

“Trixi, apa yang terjadi pada ibuku?” tanya Ashera dalam isak tangisnya.

Trixi masih terus mendekap dan memeluk tubuh Ashera. Dia tidak mau melepaskannya karena khawatir Ashera akan histeris dan mengganggu tim medis dalam melaksanakan tugasnya.

“Ibumu mengalami syok, Shera,” jawab Trixi sedikit ragu, dia takut Ashera kaget mendengarnya.

Apa yang ditakutkan Trixi benar, setelah dia memberitahu apa yang terjadi pada ibunya, Ashera langsung menghentikan tangis dan merenggangkan pelukan mereka. Mata Ashera langsung menerobos dan menghujani Trixi dengan tatapan lekat meminta penjelasan dan merasa tidak percaya.

“Ashera, aku juga tidak tau kenapa ibumu bisa syok, tadinya baik-baik saja. Saat aku datang dan aku lihat ibumu lapar, dia meminta aku membelikan bubur untuknya, maka aku pergi meninggalkannya. Dan saat aku kembali, ibumu sudah kejang, dokter dan perawat juga sudah ada di sini,” jelas Trixi.

Tubuh Ashera saat itu semakin lemas, kakinya terasa tidak memiliki tulang lagi. Yang dimilikinya saat ini hanya ibunya, tidak ada lagi yang lain. Kafi dan Aleysa adalah orang lain, meski meraka keluarga. Demi kesembuhan dan pengobatan ibunya, Ashera merelakan mahkota kegadisannya hilang dalam rengkuhan Arion, tunangan Aleysa. Sekarang bila dia harus kehilangan nyawa ibunya juga, dunia ini tidak adil baginya.

Ashera menjatuhkan tubuhnya luruh di atas lantai rumah sakit yang dingin dan yang pastinya banyak kuman dan bakteri di sana, tapi dia tidak peduli. Hancur dan sakit hati dalam kehidupannya lebih mengkhawatirkan dari bakteri dan kuman yang menghinggapi tubuhnya.

Related chapters

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 4. Tidak Ada Uang Masuk

    “Ashera, kuatkan hatimu! Dokter sedang berusaha.” Trixi ikut jongkok mendekati Ashera yang telah menjauhkan diri darinya. Dia berusaha menenangkan dan menghibur Ashera, sahabatnya.“Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, Trixi. Hanya ibu yang aku punya,” tangis Ashera dalam kesedihan yang mendalam.“Ada aku, sahabatmu,” hibur Trixi.Ashera mengangkat wajah basah dan pucatnya, ditatapnya wajah Trixi, lalu dia kembali menangis dan memeluk erat sahabatnya itu.Trixi pun membalas pelukan Ashera dan terus memberinya dukungan. Dia tidak peduli tubuh basah Ashera. Selama ini hanya Trixi yang mau menemaninya dalam segala hal. Sahabatnya yang satu itu telah lebih dari saudara.“Nona Ashera,” panggil seorang dokter mendekatinya.Ashera dan Trixi melepaskan pelukan mereka. Mereka juga mengarahkan pandangnya pada dokter muda yang sedang berdiri menunggunya setelah keduanya menyeka dan mengeringkan air mata. Ashera dengan sisa tenaga berusaha bangkit dan berdiri dengan pertolongan Trixi.“Dokter, ap

    Last Updated : 2023-01-05
  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 5. Tidak Berdaya

    Ashera benar-benar tidak tau harus melakukan apa lagi di saat seperti ini. Mungkin bila kondisi ibunya baik dan tidak di ambang kematian, dia masih bisa berpikir dengan jernih dan cepat karena meski dia adalah gadis dari kota kecil, tetapi kemampuan otaknya tidak bisa dikatakan standar.Tidak memiliki pilihan lain, setelah dokter menjelaskan kondisi ibunya, Ashera harus mencari cara untuk segera mendapatkan uang itu bagaimanapun caranya.Hari ini Trixi menemaninya sampai hampir sore karena sore hari sahabatnya itu harus masuk kuliah sehingga Ashera menunggu ibunya sendirian. Meski dia telah melakukannya beberapa hari ini seperti itu, tetapi hari ini hati dan pikirannya sedang dilanda kesedihan yang mendalam.Ashera harus kehilangan keperawanannya, tidak mendapatkan uang yang dijanjikan oleh Aleysa dan juga Kafi, pria yang tidak mau mengakuinya sebagai anaknya. Dia juga hampir kehilangan ibunya. "Aku harus menemuinya dan menangih janji," gumam Ashera mengangkat kepala setelah beberapa

    Last Updated : 2023-01-05
  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 6. Aroma Yang Sama

    Ashera berjalan memutar ke arah belakang cafe. Entah apa yang akan dia lakukan. Izin pada Trixi, dia akan ke kamar mandi, tetapi dari caranya berjalan sedikit mengendap membuat Trixi merasa curiga dengan apa yang dilakukan oleh Ashera. Meski begitu, Trixi tidak memanggilnya dan hanya memperhatikannya saja.Menggunakan hoode dengan topi menutup wajah dan kaca mata, Ashera berjalan sangat hati-hati. Langkahnya kecil-kecil dan hampir berjinjit memasuki area cafe. Dilihatnya banyak orang yang sedang menikmati minuman sembari ketawa-ketiwi satu sama lain.Ashera berhenti sejenak di balik dinding. Dengan sedikit menjorokkan wajahnya untuk mengintai, dia mengedarkan mata mencari sosok Aleysa, tetapi setelah beberapa saat mengedarkan mata, sama sekali tidak dilihat Aleysa ada di antara orang-orang muda lainnya. Ashera menghela napas panjang merasa sedikit kecewa."Mungkin dia ada di ruang lain," gumam Ashera menghibur dan memberi semangat pada diri sendiri.Dengan kedua tangan jatuh dan terku

    Last Updated : 2023-01-26
  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 7. Melarikan Diri

    "Sayang, kenapa?" Arion merasakan hal aneh pada kekasihnya."Aku kebelet," seru Ashera segera memutar tubuh dan berlari ke toilet sembari memegangi bagian bawah perut layaknya orang menahan hasrat buang air kecil.Melihat kekasihnya berlari dan bersikap tidak seperti biasanya, Arion mengernyitkan dahi merasa ada yang tidak beres. Setelah bayangan punggung Ashera menghilang di balik pintu, keraguan dan perasaan curiga memerintahkan kedua kakinya untuk melangkah, tapi baru beberapa langkah ...."Tuan!" Seseorang memanggilnya dari arah belakang.Arion menghentikan langkahnya, lalu memutar poros lehernya, menoleh ke arah orang yang memanggilnya."Ada apa?" tanyanya dengan suara dingin.Pria tersebut langsung mendekati Arion dan langsung mencondongkan kepala ke arah Arion menyampaikan pesan yang dibawa dengan berbisik."Apa kamu yakin?" Mata Arion membulat."Yakin, Tuan.""Oke, kalau begitu atur agendaku untuk melakukan kunjungan ke tempat itu!" "Baik, Tuan." Pria itu mengangguk, lalu mun

    Last Updated : 2023-01-26
  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 8. Aku Juga Putrinya

    Langkah Ashera terhenti memastikan panggilan itu untuknya. Setelah beberapa saat menunggu tanpa menoleh dan melihat arah panggilan, Ashera kembali melangkahkan kaki karena dia pikir panggilan itu ternyata bukan untuk dirinya dan dia pun merasa lega."Nona!" Terdengar lagi panggilan itu ketika Ashera benar-benar melangkah.Ashera terpaksa menoleh ke belakang untuk memastikan. Alangkah terkejutnya dia saat melihat siapa yang memanggilnya. Jantung Ashera langsung berpacu seperti mendapat sengatan listrik dengan kejutan bervoltase tinggi. Yang memanggilnya adalah Arion, tunangan Aleysa, pria yang telah merenggut keperawanannya.Dengan cepat Ashera kembali memutar poros lehernya. Dengan hembusan satu napas yang panjang dan mendalam, Ashera kembali melangkah. Kali ini langkahnya semakin cepat. Dia tidak ingin bertemu dengan pria itu, apalagi sampai berurusan dengannya. Cukup malam itu saja, cukup sekali saja dan semuanya harus hilang dalam hidupnya."Hei, Nona, jangan pergi!" Semakin Asher

    Last Updated : 2023-01-26
  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 9. Wanita Murahan

    "Memangnya apa yang telah kami lakukan pada Arion?" Tiba-tiba sebuah suara terdengar mengejek dari arah belakang.Ashera kaget dan langsung memutar tubuh ke belakang untuk melihat siapa yang datang dan meremehkannya. Sebenarnya tanpa melihat pun, dia sudah tau siapa yang menyahut teriakannya untuk Kafi."Memangnya apa yang telah kami lakukan pada Arion? Kamu pikir dia akan percaya padamu?" Alesya melangkah dan mendekati Ashera dengan ekspresi sombong dan angkuh. Dia mencibir keberanian Ashera yang telah mengancam keluarganya, termasuk mengancamnya. Aura keangkuhan Aleysa terasa kental dengan sorot mata penuh kebencian terhadap Ashera.Ashera geram. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, hanya saja sekuat hati ditekan rasa kesal itu. Bagaimanapun saat ini dia membutuhkan uang itu untuk pengobatan ibunya. Bahkan demi ibunya, Ashera melemahkan kembali otot tangannya yang tegang, berharap Aleysa mau mendengarkannya saat ini."Ibu ingin bertemu denganmu," ucap Ashera menahan kemarahannya

    Last Updated : 2023-01-26
  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 10. Pertemuan Kembali

    "Aku tidak akan pergi sebelum kalian menepati janji," tolak Ashera.Menurutnya, mereka telah berjanji dan bukan hanya itu saja, penghinaan yang dilakukan untuk ibunya harus dibayar mahal oleh mereka. Tidak peduli apakah mereka menganggapnya terlalu gila harta, tapi memang dia sangat membutuhkan uang itu."Apa yang telah kalian lakukan padaku, telah membuatku rugi besar. Bila kalian tidak menepati dan membayar apa yang telah kalian janjikan padaku, maka jangan salahkan aku bila aku mengatakan semua pada Arion! Dan aku pastikan hubungan kalian akan berakhir setelah pria itu tau siapa yang tidur dengannya malam itu." Nada melakukan ancaman pada mereka terlebih pada Aleysa."Ma?" Alesya ketakutan dan termakan ancaman Ashera. Aleysa merajuk pada Lydia seperti anak kecil. "Ma, aku tidak mau pertunanganku dengan Arion berakhir," lanjutnya.Lydia geram melihat sifat kekanakan dan juga ceroboh Aleysa. Meski Aleysa sombong dan angkuh, ternyata wanita itu ceroboh dan sangat mudah termakan ancama

    Last Updated : 2023-01-26
  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 11. Terjebak

    "Apa isi kartu yang aku berikan telah habis?" Arion tampak curiga."Kartu?" Ashera tercengang.Dia merasa bodoh karena telah mengutarakan apa yang dibutuhkan pada pria yang tidak dia kenal, namun sangat mengenal Aleysa. Untuk sesaat dia merasa bingung dan bisa dikatakan kebakaran jengot sendiri oleh ulahnya sendiri."Ya, kartu debit yang aku berikan padamu. Bukankah beberapa hari sebelum malam itu, aku telah menyuruh Fathan memberimu uang 100 juta? Atau kamu telah menggunakan untuk perawatan tubuh sehingga saat malam di dalam kamar hotel, aroma tubuhmu sangat segar dan menggairahkan?"Mata Ashera membulat sempurna. Seperti geledek menggelegar perkataan Arion dalam telinganya saat pria itu mengingatkan dirinya pada malam panas di dalam hotel. Andai Arion tau bila wanita yang telah melewati malam panasnya bukanlah Aleysa, kekasihnya, melainkan dirinya, mungkinkah Arion tetap akan memujinya seperti itu?Ya, sehari sebelum malam pembuktian bila Aleysa masih perawan, yang artinya sebelum

    Last Updated : 2023-01-27

Latest chapter

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 125. Sebagai Tangan Ibu

    "Hentikan, Aleysa!" teriak Arion sembari menangkis dan menahan tangan Aleysa ketika akan menampar wajah Ashera.Sejak tadi dia terdiam bukan karena tidak ingin menyelesaikan masalah ini. Arion hanya tidak ingin mencegah Ashera menumpahkan segala kemarahan, kekecewaan yang sejak lama dirasakan dan terkubur dalam hidupnya.Arion baru bertindak ketika Aleysa hendak menyakitinya. Mencelakai istrinya. Bukan hanya menahan tangan Aleysa saja, tapi Arion mendekap Ashera dalam pelukannya sebagai bentuk perlindungan."Arion, kamu-"Arion menghempaskan tangan Aleysa kasar dan menghujani dengan tatapan marah.Bukan hanya Aleysa yang terkejut, meski sebenarnya Arion pernah memperingatkan sebelumnya. Semua orang yang ada di sana memperhatikan mereka tidak kalah terkejutnya. Selama ini yang mereka tau, Arion sangat mencintai Aleysa, bahkan menjadikan wanita itu ratu. Sampai tidak ada yang berani menyentuhnya. Tapi hari ini, apa yang terjadi di depan mata mereka membuktikan bila Alyesa masih kalah d

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 124. Tamparan

    "Ashera, apa yang kamu katakan? Apa kamu menuduh aku telah membunuhnya? Kamu juga menjadikan aku orang yang pantas disalahkan atas kematiannya?"Alesya tidak terima dan merasa Ashera sedang menuduh dan menyudutkan dirinya atas kematian ibu mereka. Meski Zanna meninggal saat dikurung olehnya, namun Alesya tetap merasa tidak membunuhnya."Apa aku mengatakan seperti itu?" tantang Ashera.Alesya memberi ekspresi mencibir. Secara tidak sadar, Aleysa telah menunjukkan kesombongan dan sifat aslinya yang selama ini ditutupi dari Arion."Meski tidak mengatakan secara langsung, tapi ucapanmu termasuk tuduhan," jawab Aleysa tetap tidak mau kalah.Ashera tertawa kecil menanggapi. Kedua tangan terlipat di depan dada. Tatapannya terus menghunus Aleysa, menilik ke dalam manik mata kakak perempuannya itu."Kamu seharusnya berterima kasih karena aku telah menguburkan wanita miskin itu dengan layak," sambung Aleysa.Aleysa merasa dirinya telah menjadi pahlawan karena telah memberi penghormatan terakhir

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 123. Pantas Diperjuangkan

    Arion: Jangan biarkan tumbuh akar di tubuhku karena menunggumu terlalu lama!Ashera: Belum selesai.Arion mengirim emot kesal.Ashera tertawa kecil melihat emot yang dikirm Arion padanya.Sejak hari di mana Ashera mendengar secara langsung apa yang dikatakan Arion pada Kafi di rumah sakit, hubungan mereka semakin dekat layaknya suami istri sungguhan. Keraguan Ashera tentang dirinya sebagai pengganti, tidak ada lagi dalam hatinya. Bukan hanya perkataan saja, Arion pun membuktikan dengan sikap dan cara memperlakukannya. Ashera dapat merasakan bila dia telah memiliki cinta Arion seutuhnya dan mengakui bila dia pun telah jatuh cinta."Ashera, fokuslah!" Fathan yang sejak tadi memperhatikan sedikit geram melihat Ashera lebih sering melihat ponsel dan tersenyum sendiri, daripada memperhatikan presentasi yang sedang dibacakan oleh klien mereka."Maaf." Ashera segera menyembunyikan ponselnya di bawah meja, di atas pangkuannya, tapi masih saja sesekali melirik dan jemarinya masih aktif memba

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 122. Memakanmu di Pagi Hari

    "Emmmm ...."Sudut bibir Arion tersenyum melihat wanita di samping tidurnya mengeliat dan berganti posisi. Senyumnya semakin lebar saat posisi itu menguntungkan baginya. Ashera yang tadi tidur membelakanginya sedangkan dia memeluknya, kini berputar haluan sehingga mereka saling berhadapan. Untungnya lagi, Ashera langsung merapatkan pelukan mencari kehangatan pada tubuhnya. Ashera menyembunyikan wajah dalam dada bidangnya.Karena tidak ingin mengganggu tidur nyenyak sang istri, Arion pun terdiam tanpa bergerak. Bahkan untuk bernapas pun rasanya sayang sekali. Dia takut pergerakan dada dan hembusan napasnya membangunkan Ashera.Arion telah berusaha tenang, tapi ada saja yang mengusik ketenangan mereka dan membuat Ashera kembali mengubah posisinya."Sial" makinya lirih saat dering ponselnya terdengar nyaring.Arion kesal karena lupa mematikan nada dering ponselnya saat hendak tidur semalam. Karena terlena oleh cinta dan cumbuan, dia pun turut terlelap bersama Ashera setelah ritual malam

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 121. Suapan Pertama Hingga Akhir

    "Kalau begitu, aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi," ucap Ashera.Ashera kembali bangkit sembari meraih jas dan tas kerja Arion yang diletakkan di samping duduknya."Tidak perlu!" Arion kembali menahan dengan menyentuh tangan Ashera. "Tetap di sini dan temani aku makan!" "Tapi-"Arion menyentuh kedua sisi pundak Ashera dan memintanya kembali duduk dengan santai di sampingnya.Ashera pun patuh. Meski sedikit canggung dan kaku, tapi dia tidak membantah perintah suami."Ini sudah sangat larut, aku takut bila harus makan sendirian," ucap Arion mencari alasan.Percaya?Tidak. Ashera tidak percaya dengan alasan yang diberikan Arion untuk menahannya. Kulit dahinya pun sedikit berkerut.Arion bukan tidak peka pada ekspresi wajah istrinya. Dia hanya berpura-pura tidak peka saja."Buka mulutmu!" Arion menyodorkan sesuap penuh ke arah mulut Ashera."Aku tau kamu juga belum makan," sambung Arion ketika Ashera tidak juga mau membuka mulutnya. Melainkan malah menatapnya lekat.Masih mena

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 120. Menunggu Hingga Larut

    "Apa Ashera belum kembali?""Belum."Arion merasa cemas dan khawatir ketika tiba di perusahaan tidak melihat Ashera di meja kerjanya. Nomornya juga tidak aktif. Menurut informasi yang dia dapat, istrinya itu pergi menemui temannya setelah terjadi pertengkaran dengan salah satu karyawannya di toilet umum."Bagaimana dengan Trixi?" Arion melihat Fathan."Sama, nomornya tidak dapat dihubungi."Berkali-kali Fathan menghubungi nomor Trixi, tapi sama dengan nomor Ashera. Nomornya tidak aktif, Fathan malah masuk ke dalam pesan suara untuk ditinggalkan.Arion bertambah cemas. Karena terburu-buru setelah mendapat telepon dari Kafi tentang kondisi Aleysa, dia melupakan Ashera. Padahal istrinya itu lebih membutuhkan dirinya di saat orang lain memandangnya sebelah mata."Bagaimana dengan wanita itu? Apa sudah memberinya hukuman?" "Sesuai dengan perintahmu. Aku sudah minta HRD untuk memecat dan memasukkan namanya dalam daftar hitam. Seumur hidup, tidak akan ada perusahaan yang berani menerimanya

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 119. Membujuk dan Berharap

    "Tuan, Ashera sekarang sudah menjadi istri Anda. Dia pasti akan mengikuti semua yang Anda katakan. Tolong minta dia mendonorkan darahnya untuk Alesya, putriku!" mohon Kafi menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada.Arion terdiam. Wajah dinginnya tetap dingin dengan tatapan lekat. Ada gelombang dalam hati yang tidak bisa dipahami oleh siapa pun, termasuk Kafi.Terdengar helaan napas panjang sebelum akhirnya Arion memutar tubuh menghadap serong menghindari Kafi."Tuan, aku tau Anda sebenarnya mencintai Alesya dan aku yakin pasti tidak mau Alesya mati. Aku mohon, tolong bujuk Ashera mendonorkan darahnya untuk Alesya!" Kafi mengejar Arion.Arion kembali menatap dalam dan lekat wajah memelas Kafi. Ada rasa kasihan, iba dan miris melihat pria yang biasanya terlihat angkuh dan tegar, kini tampak lusuh, lesuh dan menyedihkan. Hanya saja ada perasaan marah dan geram yang tidak bisa diungkapkan, alias terpendam dalam hati. Arion menahannya.Sejak kedatangan Arion ke rumah sakit untuk meli

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 118. Mencari Tau

    "Ashera, selamat ya. Kamu sudah berhasil merebut Arion dari saudaramu sendiri," ucap salah seorang wanita saat mereka bertemu di dalam kamar mandi umum perusahaan.Setelah menikah dengan Arion, ini kali pertamanya Ashera masuk kerja. Sejak semalam hal ini sudah mengganggu pikiran Ashera. Dia yakin dengan hal ini, di perusahaan pasti akan ada yang mencibir dan menganggapnya salah, telah merebut Arion dari Aleysa."Jaga bicaramu!" sahut Ashera tetap terlihat tenang dan terkesan tidak peduli."Memiliki wajah mirip dan lebih polos ternyata tidak menjamin menjadi orang baik," sindirnya lagi.Ashera menegakkan punggung dan mematikan kran air, lalu mengambil tisu dan mengeringkan tangan. Sorot matanya menatap lekat dan tajam wanita di samping yang memandangnya telah merebut Arion dari Aleysa dengan cara licik, menjatuhkan Aleysa lewat klarifikasinya."Sebaiknya tidak usah bicara kalau kamu tidak tau yang sebenarnya, daripada ucapanmu itu membawa petaka bagi dirimu sendiri!" Wanita itu malah

  • Bukan Sekedar Pengganti   Bab 117. Menghilangkan Selera Makan

    "Katamu tidak ada orang di rumah, lalu mereka?" Mata Ashera mengarah pada dua pria yang sedang berjaga di luar rumah.Arion pun turut mengarahkan pandangnya sesuai arah pandang Ashera. Tidak butuh waktu lama untuk mengerti dan paham apa yang dimaksud dan dikhawatirkan Ashera."Anggap saja mereka bukan orang!" tanggap Arion cuek bebek dan seenaknya sendiri.Mata Ashera membola mendengar perkataan Arion. Masalahnya bukan harus menganggap mereka apa? Melainkan dia merasa malu dan sangsi. Bisa saja mereka hanya berpura-pura tidak tau apa yang telah terjadi di ruang makan saat Arion mencumbu dan membawanya melayang.Ada rasa marah dan kesal dalam hatinya. Hanya saja dia tidak bisa menyalahkan Arion sepenuhnya. Dia pun menikmati, bahkan tidak menolak sama sekali saat Arion melakukan tugas dan kewajibannya sebagai suami dan sebaliknya. Hanya saja dia merasa malu bila membayangkan orang-orang itu tau apa yang mereka lakukan."Ashera!" Arion membangunkan Ashera dari lamunannya. "Masih memikir

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status