Home / Pernikahan / Bukan Sekadar Pengasuh / BAB 14 Dalam Satu Meja

Share

BAB 14 Dalam Satu Meja

Author: Pritca Ruby
last update Last Updated: 2024-09-20 22:55:13

"Lho, jangan, Tuan. Mbak Nin biasa makan sama saya ko di belakang."

Sudah bisa ditebak oleh Nindy jawaban itulah yang akan dikatakan oleh Bi Lastri.

"Untuk malam ini makan di sini saja ..., Bi Lastri juga makan di sini sama-sama. Sudah lama saya makan sendiri terus di meja makan sebesar ini. Jadi, kalian berdua temani saya makan."

Tidak ingin menimbulkan kecurigaan karena mencegah Nindy makan di belakang, Faiz langsung berinisiatif untuk mengajak Bi Lastri untuk turut serta makan di meja makan bersama-sama.

Nindy yang sudah kesenangan, langsung saja mengangguk tanpa menolak seperti yang dilakukan oleh Bi Lastri meski pada akhirnya Bi Lastri juga ikut makan di meja makan itu.

"Silakan duduk, Tuan. Saya bantu ambilkan makannya." Nindy mengambil nasi juga lauk-pauk ke dalam piring Faiz, sementara Bi Lastri ke belakang untuk mengambil piring lagi. "Makan yang banyak, ya. Biar tidurnya nyenyak, Mas Faiz," bisik Nindy dengan mengingatkan kembali panggilan sayang saat mereka berdua menjalin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 15 Malam Pertama yang Terjadi

    Sela langsung menatap tajam ke arah Bi Lastri tanpa bertanya. Ia justru heran mengapa wanita paruh baya yang sudah lama bekerja dengan keluarganya itu tiba-tiba saja meminta maaf. Padahal tidak melakukan kesalahan apapun padanya."Jangan bilang Bibi mau berhenti bekerja. Gak! Aku gak bakal izinin Bibi berhenti kerja dari rumah ini. Kalau gak ada Bibi, aku diurus siapa? Aku gak mau cari yang lain," ucap Sela dengan dugaannya yang menganggap permintaan maaf dari Bi Lastri itu adalah sebuah pengunduran diri."Bukan, Bibi tidak akan berhenti bekerja. Bibi hanya mau meminta maaf karena tadi sudah lancang makan di meja makan bersama Tuan Faiz dan Mbak Nindy." Bi Lastri meluruskan kesalahpahaman Sela yang salah menduga."Ya elah, Bi. Aku pikir minta maaf soal apa. Ya kalau itu sih terserah Bibi. Selama cowok itu gak masalah ya gak apa-apa. Aku gak mau mikirin hal yang gak penting kaya gitu." Sela kembali sibuk menghabiskan makannya sambil berselancar di media sosial."Ada satu hal lagi seben

    Last Updated : 2024-09-21
  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 16 Kesempatan Bercumbu

    "Tidak ada lagi malam-malam yang kamu pikirkan itu." Faiz memegang tangan Nindy dan menaruh piring di atas nakas samping sofa. "Setelah kejadian malam tanpa sadar itu terjadi, esoknya kami berdua sudah pindah ke rumah ini. Rumah yang sudah disiapkan oleh orang tua Sela, bahkan seisi rumah termasuk pekerja yang bekerja di sini itu Mama Sela yang mengaturnya. Lalu kami berdua sepakat untuk tidur di kamar masing-masing, tidak saling menggangu dan mencampuri urusan masing-masing sampai detik ini itu tidak berubah. Sejujurnya saat aku tau Sela hamil, aku juga syok karena malam itu aku tidak ingat apa-apa, terasa bukan aku ayah dari anak itu. Tapi tidak mungkin aku menuduh hal yang tidak seharusnya aku pikirkan. Mungkin saja, Sela sedang dalam masa subur dan spermaku juga dalam keadaan yang sehat. Sehingga terjadilah, dan lahirlah Arelia sekarang."Sentuhan dari tangan Faiz juga penjelasan yang terasa jujur itu, mampu menenangkan kemelut hati Nindy perihal hal itu. Setidaknya bagi Nindy, Fa

    Last Updated : 2024-09-21
  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 17 Kamar Mandi jadi Saksi

    "Aku menginginkanmu malam ini," ucap Nindy dengan pipi yang sudah bersemu merah jambu karena malu telah mengatakan itu pada Faiz."Aku lebih menginginkanmu."Dengan semangat Faiz kembali mencumbui Nindy dengan perasaan senang tiada tara karena secara tidak langsung Nindy yang pertama kali menginginkannya.Seragam suster yang dikenakan Nindy, perlahan Faiz taris ke atas hingga tampaklah yang tadinya tertutup. Tangannya membelai dengan lembut hingga membuat nafas Nindy terengah-engah."Sekarang saja ...," pinta Nindy berbisik lembut."Aku ingin memuaskan kamu dengan perlahan. Kita nikmati setiap momennya, jangan terburu-buru agar kamu tidak sakit lagi," ucap Faiz yang ingin foreplay dengan cukup agar Nindy bisa dengan siap ia masuki tanpa rasa sakit karena sudah cukup pelumas yang dikeluarkan oleh Nindy.Namun ditengah kegiatan mereka, terdengar suara langkah kaki yang sudah dipastikan itu adalah Bi Lastri yang sedang berjalan menuruni anak tangga. Nindy langsung tersadar dan mencoba un

    Last Updated : 2024-09-22
  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 18 Tubuh Polos

    Dengan terburu-buru tetapi masih berhati-hati, Faiz keluar dari kamar setelah Bi Lastri keluar dari kamar Arelia. Sementara Nindy sibuk membasahi bajunya di dalam kamar mandi.Faiz sengaja menunggu sampai Bi Lastri kembali keluar dari kamar Nindy agar terkesan memergoki dirinya akan kembali masuk ke kamar Arelia."Eh? Tuan ....""Kenapa, Bi? Kok kaya kaget gitu lihat saya? Bibi habis apa dari kamar Nindy?""Ini saya ambilkan handuk sama baju Mbak Nindy katanya basah karena salah nyalain shower di kamar mandi Non Arel. Tuan habis dari luar?" tanya Bi Lastri mencoba memeriksa keraguannya tadi karena ia sedikit berpikir negatif kalau Nindy dan Faiz berduaan di kamar mandi. Namun setelah melihat Faiz baru saja akan masuk ke dalam kamar Arelia, perasaannya cukup lega sebab pikiran negatifnya itu sama sekali tidak benar.'Rasanya aku sudah salah besar jika terus mencurigai Mbak Nindy dengan Tuan Faiz. Padahal Mbak Nindy anak yang baik, tidak mungkin dia melakukan hal yang aku pikirkan. Begi

    Last Updated : 2024-09-22
  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 19 Perubahan Perasaan

    Pagi sekali Nindy sudah bersiap dan langsung masuk ke dalam kamar Arelia untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa saat jalan-jalan nanti terutama keperluan Arelia seperti popok, susu, baju ganti dan lainnya.Nindy sangat bersemangat karena dia begitu antusias bisa pergi keluar bersama Faiz meskipun Arelia juga turut serta. Baginya tidak masalah, karena Arelia pun masih bayi dan ia akan lebih leluasa sehingga tidak perlu menjaga sikap seperti di rumah yang serasa terawasi oleh Bi Lastri.Sambil menunggu Arelia yang biasa bangun pukul 7 pagi, Nindy ke dapur untuk sarapan sebelum Faiz turun."Selamat pagi, Bi. Aku mau sarapan duluan, ya. Aku sama roti aja," ucap Nindy yang menyapa Bi Lastri yang sedang menyiapkan sarapan."Mbak Nin hari ini keliatan seneng banget. Kenapa, Mbak? Dapat jatah cuti pulang?"Nindy menggelengkan kepalanya. "Nggak, Bi. Kemarin Tuan Faiz ngajak keluar sama baby Arel sekaligus beli barang-barangnya yang sudah habis. Sekarang kan baby Arel udah tambah berat

    Last Updated : 2024-09-23
  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 20 Tidak Sesuai Dugaan

    Mobil Faiz sudah melaju, suasananya hening karena Sela pada akhirnya turut serta di mobil itu untuk menuju ke tempat dimana ia memiliki janji dengan teman-temannya.Sela memang sudah menolak dan tidak ingin berada di dalam mobil Faiz, tetapi Bi Lastri terus membujuk dan langsung membukakan pintu mobil bagian depan agar Sela bisa duduk di samping Faiz. Sehingga otomatis Nindy duduk di belakang bersama Arelia.Sepanjang jalan, Sela hanya memainkan ponselnya. Faiz fokus pada jalan dan sesekali melihat ke arah belakang melalui kaca spion hanya untuk melihat Nindy yang sedari tadi memasang wajah sedih dan kecewa. Namun marah pun dia tidak punya kuasa.Di tengah perjalanan, tiba-tiba ponsel Sela berdering."Hallo. Ada apa, Mah?"Faiz hanya melirik, sebatas tahu saja jika yang menelepon Sela adalah ibu mertuanya."Kamu ke mana pagi-pagi, kayanya kamu lagi jalan.""Aku ada acara.""Acara apa? Sama siapa? Kok, kayanya Mama dengar ada suara baby. Itu cucu Mama?" tanya Feni yang dengan jelas men

    Last Updated : 2024-09-24
  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 21 Cafe Cinta

    Nindy tidak ingin membayangkan bagaimana reaksi orang tuanya saat tahu bahwa dia akan kembali dengan Faiz, bahkan sekarang mereka berdua sudah menjalin hubungan diam-diam."Aku takut mereka belum bisa memaafkan kamu. Aku takut mereka masih sakit hati dan tidak merestui kita. Aku takut penyakit Ayah malah kambuh lagi kalau tau hubungan kita akan kembali," ucap Nindy dengan lesu dan ketakutan yang dia bayangkan. Sedangkan hatinya benar-benar sudah tidak ingin kembali melepaskan Faiz.Faiz mengangguk lalu ia menarik nafas dalam-dalam. "Aku mengerti, wajar kalau orang tua kamu marah dan masih belum bisa memaafkan aku dan juga orang tuaku. Maka dari itu, kita harus bersabar. Jangan terburu-buru. Aku juga harus berhadapan dengan restu orang tuaku, begitu juga dengan orang tuamu. Kita harus yakin, pasti akan ada jalannya.""Asalkan kamu tidak meninggalkanku lagi. Aku pasti akan setia menunggu.""Percayalah."***"Lo dianterin sama siapa? Suami lo?" tanya Amel saat Sela baru saja masuk ke dal

    Last Updated : 2024-09-25
  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 22 Semakin Dikejar

    "Aduh, maaf-maaf. Aku gak sengaja," ucap Alika yang tidak sengaja menubruk seseorang saat tengah terburu-buru."Waduh, ada yang lagi modus nih. Pake pura-pura nabrak segala. Kayanya lagi ada yang mau cari perhatian lo seperti biasanya."Saat itu, Alika memang tidak sengaja menabrak gerombolan pebasket yang baru saja beres latihan. Ia menyadari jika itu kesalahannya yang tidak hati-hati. Sehingga ia tidak sungkan untuk langsung meminta maaf. Hanya saja ketidaksengajaan yang dia lakukan malah diartikan yang tidak-tidak."Maaf, aku emang gak sengaja. Lagi buru-buru. Kalian juga yang jalannya bergerombol. Ini kan lorong kelas, Hadi harusnya sisakan space untuk orang lain mau lewat juga," ucap Alika dengan berani karena permintaan maafnya malah disalah artikan."Wah, wah, kamu anak fakultas mana?""Memangnya kenapa? Apa hubungannya masalah ini dengan fakultasku? Kampus ini kan milik mahasiswa yang kuliah di sini juga. Semua fasilitas bisa nikmati oleh semua mahasiswa tanpa terkecuali.""Me

    Last Updated : 2024-09-25

Latest chapter

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 93 Memulai dari Nol?

    "Bu, kalau misalkan rumah sama toko kita ada yang mau beli satu miliar, kira-kira ibu bakal jual nggak?" tanya Alika dihari ketiga ia diberikan waktu oleh Sela, baru kali itulah ia memberanikan diri berbicara pada ibunya.Lita tersenyum. "Jangan mengkhayal, gak akan sampai nilai jual rumah sama toko ini sampai satu miliar.""Ya, inikah cuma misal aja, Bu. Berharap sesuatu yang baik kan nggak ada salahnya. Jadi, gimana kalau ada yang mau beli satu miliar, ibu bakalan jual?""Kayanya semua orang gak ada yang gak suka uang. Ibu juga sama. Tapi gak semua hal bisa dinilai dengan uang meskipun nominal uang itu lebih besar dari nilai barangnya. Selain memang mustahil ada yang mau membeli rumah dan toko ini sebesar itu, semuanya terlalu berarti untuk ibu dan ayah. Mengingat dulu perjuangan kami berdua untuk memiliki rumah itu tidaklah mudah.""Tapi waktu itu pas kita lagi bener-bener butuh uang untuk biaya operasi ayah, ibu bilang mau gadaikan atau menjual rumah sama toko ini.""Itukan disaat

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 92 Salah Besar

    Malam tiba, Nindy sudah menunggu kepulangan Faiz sambil menggendong Arelia di depan. Sebelumnya Faiz mengirimi pesan singkat jika ia tidak akan lembur."Tuh, Papa pulang," ucap Nindy pada Arelia yang semakin hari semakin pintar merespon meski belum bisa berbicara. "Tumben gak lembur, Mas?" tanya Nindy pelan. Ia hanya ingin bermesraan tetapi harus tetap waspada agar tidak ada orang lain yang mendengarnya."Sekarang di rumah ini ada pria lain tinggal. Aku tidak tenang karena takut dia macam-macam sama kamu. Aku takut dia jatuh cinta sama kamu."Pipi Nindy merona karena tersipu malu. "Ish, Mas. Kayak anak ABG aja cemburunya. Lagian Rico kan sukanya sama Sela. Kalau aku gak akan mudah berpaling." "Tetap saja.""Ya sudah, ayo masuk. Mumpung Bi Lastri di belakang lagi sibuk nyiapin bahan masakan untuk dimasak buat makan malam. Kan porsinya jadi bertambah satu orang. Sela juga belum pulang, Rico baru berangkat tadi siang."Mereka berdua pun bersama-sama masuk ke dalam kamar Arelia."Tadi a

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 91 Perbincangan Dua Asing

    "Kita belum sempat berkenalan dengan serius," tanya Rico pada Nindy yang baru saja keluar dari kamar. Arelia sudah tidur siang, waktunya ia untuk beristirahat dan makan.Tadi pagi, ia tidak melihat Rico karena belum bangun. Pagi-pagi pula ia melihat Faiz dan Sela sudah berangkat bersama meski dengan mobil yang berbeda.'Tengah siang bolong begini baru bangun? Padahal yang punya rumah udah kerja dari pagi,' batin Nindy."Nama saya Nindy.""Kamu udah tau aku, kan?"Nindy hanya mengangguk saja tak merespon lagi. Dia tidak terlalu ingin berbincang panjang lebar dengan Rico yang sangat asing baginya. Apalagi Rico sudah jelas ada di pihak Sela."Arel tidur, kamu mau istirahat, kan? Ayo makan siang bareng. Aku juga mau makan, belum makan apa-apa dari pagi."'Gimana mau makan pagi, bangun aja siang!' batin Nindy lagi."Mas Rico silakan makan di meja makan saja, nanti Bi Lastri yang siapkan. Saya makannya di belakang, di dapur kotor.""Kenapa? Gak apa-apa, makan sama aku aja di meja makan. Nan

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 90 Aula Serbaguna

    "Lo pikir, lo bisa ngerasa tenang karena Gery ngelindungi lo?" Sela dan kedua temannya, juga Alika yang ia incar, kini tengah berada di gedung aula serba guna di kampus mereka. Selama hidupnya, Alika belum pernah merasa yang namanya takut pada siapapun selagi ia tidak bersalah. Sehingga semasa sekolah Alika tidak pernah mengalami perundungan. Ia bahkan menjadi penyelamat teman-temannya yang bungkam tidak bisa mengadu pada guru atau orang tua.Lain hal dengan sekarang, dia lah yang mengalami langsung sebagai mahasiswi yang tengah dirundung atas kesalahan yang tidak ia perbuat. Ia juga bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi korban yang tidak bisa mengungkapkan apa yang terjadi pada orang yang lebih dewasa atau pada pihak yang bisa melindunginya, karena sebuah ancaman yang mengganggu dan ketakutan jika ancaman itu menjadi kenyataan."Aku sudah pernah bilang beberapa kali, kalau aku gak suka sama Gery."Meski sudah berkali-kali Alika mengatakan itu, Sela tidak puas. Karena ia juga tah

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 89 Tamparan

    Karena sudah terlalu lama diluar, Faiz dan Nindy pun pulang. Berharap kasur yang mereka pesan juga sudah terkirim dan sampai di rumah. Tentunya agar tidak menimbulkan kecurigaan karena mereka sudah pergi cukup lama dari rumah. Meskipun sebenarnya kecurigaan itu sudah timbul dalam diri Sela.Sesampainya di rumah, benar saja. Kasur yang di pesan sudah sampai di diletakan di dalam kamar Arelia. Juga barang-barang Nindy yang ternyata sudah dikeluarkan dari kamarnya oleh Bi Lastri atas perintah Sela sewaktu keduanya pergi."Bibi yang keluarin semua barang-baranya Nindy?" tanya Faiz disaat Nindy diam terpaku melihat barang-barangnya tergelatak di lantai depan kamar Arelia. Rasanya seperti terusir dengan paksa sebab ia seolah tidak diizinkan untuk membereskan barangnya sendiri."Nyonya Sela yang meminta, Tuan," jawab Bi Lastri sambil menggendong Arelia yang baru saja ia buatkan susu."Ini tidak sopan, Bi. Bagaimana pun Nindy juga mempunyai privasi sendiri. Jadi harusnya biarkan dia yang memb

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 88 Ranjang Baru

    "Terima kasih, Pak.""Tolong langsung di kirim sekarang kasurnya ke alamat itu. Saya mau sudah sampai sebelum malam. Karena kasurnya akan digunakan untuk tidur malam ini."Faiz memastikan bahwa kasur yang baru saja dipesan untuk Nindy agar segera dikirim ke alamat yang sudah dia berikan. Sementara itu dia dan Nindy akan mencari makan sebelum pulang."Mau sekalian beli yang lain? Ada yang ingin kamu beli?"Nindy sekilas tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Ya sudah, sekarang kita cari makan saja."Setelah mendapatkan tempat untuk makan, pesanan mereka juga langsung dibuatkan oleh pelayan."Kayanya aku butuh kepastian kamu, Mas. Secepatnya," ucap Nindy yang sudah menahan dari tadi ingin segera membahasnya dengan Faiz."Aku pasti akan kembali sama kamu. Memang secepatnya sedang aku usahakan, Sayang.""Kapan tepatnya? Ibu aku sudah tau semuanya, awalnya memang ibu marah dan gak mau sampai aku kembali sama kamu lagi. Tapi, aku meyakinkannya dengan menceritakan semuanya tentang pernika

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 87 Waktu Berdua yang Langka

    "Yakin gak apa-apa kamu pulang sendiri bawa baby Arel? Mama sama Papa ikut, ya. Nanti kami pulang dengan sopir. Mama khawatir baby Arel sendirian di kursi belakang.""Selagi tidurnya di car seat, aku yakin aman. Aku juga gak akan ngebut, Mah. Aku pulang," ucap Faiz berpamitan pada kedua orang tuanya untuk pulang bersama Arelia saja.Pikiran Faiz tidak tenang jika ia hanya menunggu kabar dari Nindy yang tidak kunjung ada. Akhirnya ia putuskan untuk pulang, agar saat Nindy pulang nanti ia langsung bisa bertanya apa saja yang tejadi.Faiz berpikir jika di rumahnya hanya ada Bi Lastri karena Sela pergi entah ke mana dan dengan siapa. Dan kebiasaan Sela selalu pulang larut malam jika sudah keluar rumah disaat akhir pekan. Hal itu membuat Faiz ingin cepat pulang saja.Sesampainya di rumah, Faiz langsung menggendong Arelia yang tertidur saat di perjalanan. Beruntunglah Arelia tidak menangis karena itu pasti akan sangat merepotkan dirinya yang hanya seorang diri di dalam mobil.Baru saja menu

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 86 Mengendus Kecurigaan

    "Biar aku tanya, apa ibu bisa memaafkan laki-laki itu beserta keluarga setelah apa yang terjadi satu tahun yang lalu sama keluarga kita?" tanya Alika dengan tenang padahal dia sendiri memiliki permasalahan yang serius yang membuat dia tidak tenang setiap harinya, tetapi harus tetap bersikap biasa saja."Sebenarnya ibu hanya tidak suka dengan kesombongan keluarga, orang tua Faiz bukan dengan Faiznya. Kamu sendiri pasti setuju dengan ibu. Kita sudah kenal Faiz bertahun-tahun dan tau bagaimana baiknya dia selama ini pada kita. Tapi karena perbedaan diantara keluarga kita dengan keluarga dia, makanya orang tua Faiz tidak setuju anaknya menikah dengan kakakmu."Alika mengangguk. "Aku juga berpikiran yang sama seperti ibu. Tapi sebenarnya aku tidak bisa langsung mendukung keputusan kak Nin yang mau balik lagi sama kak Faiz. Meskipun kak Nin bilang dia percaya bisa kembali lagi sama-sama, tapi kita kan gak tau keluarganya apa bisa menerima atau menolak kita lagi untuk kedua kalinya. Ditambah

  • Bukan Sekadar Pengasuh   BAB 85 Sofa menjadi Saksi

    Rico mematung, ia seolah membeku disaat Sela meminta untuk mempraktekan apa yang sudah dia jelaskan.Lalu Sela tertawa kecil. "Bercanda, Kak. Aku cuman bercanda doang."Seketika Rico bisa bernafas dengan lega, ia sudah mencair karena ternyata Sela hanya bergurau saja. Padahal jika harus pun Rico mau melakukannya."Kak Rico ini tegang banget kaya belum pernah ciuman sama cewek aja," goda Sela yang merasa tidak puas dengan godaannya tadi.Sela memang orang yang cukup licik, ia akan memanfaatkan rasa suka Rico agar bisa tunduk dan membantu apapun yang dia perlukan. Padahal ia sama sekali tidak berniat untuk membalas rasa suka itu karena Rico bukanlah laki-laki tipe idealnya. Bahkan dengan Faiz saja, secara sadar Sela pasti lebih memilih Faiz dari fisik juga latar belakang keluarga, tentu juga dengan kekayaannya."Memang tidak pernah."Sela terkejut. "Bohong banget! Udah mau 27 tahun tapi belum pernah ciuman sama cewek? Kakak di Bali ngapain aja sih? Aku aja ciuman pertama itu pas SMA," u

DMCA.com Protection Status