Hari ini adalah hari pernikahan. Apakah Ana merasa gugup? Ya tentu saja. Pernikahan kali ini diadakan dengan lebih mewah dibandingkan pernikahan Ana yang sebelumnya. Pernikahan kali ini juga dengan calon suami yang sepertinya lebih baik dibanding mantan suaminya dulu. Namun Ana tetap khawatir. Dalam pernikahan yang sekarang Ana tidak mampu lagi untuk merasakan kasih sayang orang tuanya. Ana benar-benar sendirian dan tidak punya teman untuk mengobrol. Leona memang akan datang ke pernikahan ini tapi itu nanti. Kalau sudah seperti ini apa yang sebaiknya Ana lakukan ya? "Edna, ayo kita keluar. Calon suami kamu sudah menunggu." Claudia datang dengan wajah yang datar. Ana bisa memastikan bahwa tidak ada sedikitpun raut wajah yang gembira. Claudia benar-benar menghilangkan seluruh kasih sayangnya untuk Ana dan Ana hanya bisa menerima hal tersebut. "Iya, ma." Claudia mengapit tangan Ana dan kali ini pun kasih sayang Claudia tidak terasa oleh Ana. "Dengar ya Edna, setelah ini kami keluarga
"Edric, nama kamu itu kan Vincentius Edric Sastrawidjaja. Nama panggilan kamu memang Edric ya dari dulu?" Ana mulai memancing Edric untuk bisa mendapatkan informasi soal masa lalunya. Ini adalah hal yang sangat beresiko tidak akan memperoleh apa-apa. Tapi Ana akan lebih menyesal kalau dirinya benar-benar tidak mencoba untuk melakukan apapun. "Iya. Nama aku begitu. Nama panggilan aku juga begitu. Memang kenapa, Edna? Tiba-tiba banget nih. Apa kita lagi buka sesi untuk saling mengenal?" Wajah Edric terlihat usil saat menatap Edna. "Ya anggap aja gitu. Soalnya dari awal kan kamu memperkenalkan diri dengan nama Edric tapi aku merasa nama depan kamu bagus juga. Vincentius itu nama yang indah dan menakjubkan buat aku." Apakah Edric akan terpancing? Tapi melihat wajah Edric sekarang kenapa Ana jadi ragu ya? "Bilang saja kalau kamu pengen manggil aku pakai nama Vincentius. Nama Vincentius bukanlah panggilan yang buruk sih. Aku benar-benar suka dengan panggilan itu. Tapi apa gak kepanjangan
"Cerita ini beneran? Bukannya aku gak percaya sama kamu sih. Tapi selama aku temenan sama Marchelia aku gak pernah dengar nama Yudhis. Aku bahkan gak tahu kalau dia punya adik." Edric dan Marchelia adalah orang yang sama-sama baru dikenal oleh Ana. Untuk itulah Ana tidak tahu lagi dirinya harus percaya kepada siapa. "Kalau kamu punya saudara pembunuh apa iya kamu mau mengakui dia? Anggaplah kamu mau mengakui dia nih. Tapi masalahnya itu kalau saja hubungan kalian berjalan dengan baik kan? Kalau hubungan kalian saja gak berjalan dengan baik apa iya masih sudi untuk mengakui saudara seperti itu? Kalau aku sih gak akan sudi ya. Label gelap semacam itu sampai kapanpun akan tetap melekat, Edna. Tidak peduli bagaimanapun juga kamu tetap akan dikenang dengan label buruk semacam itu. Begitu juga dengan Yudhis. Karena kepala keluarga Sastrawidjaja sekarang adalah Yudhis maka Yudhis masih beruntung bisa punya nama belakang keluarganya. Keluarga besar sudah menolak kehadiran Yudhis tapi pada ak
Sosok yang dimaksud oleh Edric ternyata adalah orang yang benar-benar di luar perkiraan Ana. Dari tampangnya sih kelihatan sekali kalau orang ini adalah orang yang judes? Ya mungkin semacam itu. Bagaimana cara Ana bisa percaya dengan orang ini coba? Belum apa-apa saja Ana sudah merasa takut dengan manusia yang satu ini. "Edna, dia adalah Nata. Nata ini adalah orang yang sangat paham dengan pergaulan kelas atas. Nata yang akan mengajarkan kamu gimana cara bersikap dengan baik. Intinya Nata akan mengajarkan kamu bagaimana caranya untuk bisa bersosialisasi dengan baik di masyarakat ini. Oleh karena itu kamu gak perlu khawatir lagi ya. Semuanya akan baik-baik saja kok setelah ini." Edric memberikan senyum yang sebenarnya menenangkan untuk Ana. Tapi masalahnya adalah di Nata. Nata ini kelihatan sekali bukan orang yang akan mudah dihadapi. Ana harus mengambil sikap seperti apa terhadap Nata? Apakah Ana harus diam saja begitu? Tampaknya tidak bisa sesederhana itu. "Edna, aku diminta oleh E
Wajah Edric terlihat datar. "Nata, jangan melewati batas. Tugas kamu disini adalah membuat Edna bisa beradaptasi dengan pergaulan kelas atas. Kalau memang dia sudah memutuskan untuk menjadi Edna maka gak ada alasan untuk aku menghalangi keinginannya itu. Harusnya kamu sudah paham akan hal itu bukan? Kenapa hal seperti ini saja kamu tidak mengerti sih?" Edric terlihat geram dan tak suka dengan kalimat yang diucapkan oleh Nata. "Yah tugas aku memang hanya itu saja kok. Aku paham akan hal itu. Hanya saja melihat orang yang dengan tidak tahu malunya mengambil identitas orang lain itu cukup membuatku terganggu. Kamu masih mencintai orang itu? Sadar gak kalau dia bukanlah Ana yang sama dengan Ana yang menemani masa kecil kamu? Dia adalah Ana yang benar-benar berbeda, Edric. Kamu harus paham akan hal itu mulai hari ini. "Aku sudah paham sejak awal. Sejak aku dinikahkan dengan dia aku sudah paham dengan siapa yang aku nikahi. Kamu pikir aku mau menikahi Edna yang asli? Tentu saja tidak. Aku
"Edna, tadi kamu lari begitu karena apa? Aku minta maaf kalau kamu kaget dengan kedatangan Nata. Nata mungkin bikin kamu gak nyaman ya sampai akhirnya kamu pulang. Kamu bisa jelasin apa yang bikin kamu gak nyaman sama Nata?" Edric pulang malam dan mendapati Ana sudah merebahkan dirinya di kasur. "Gak ada yang bikin gak nyaman kok. Aku tuh cuma kaget saja. Nata itu kan wajahnya cantik, pembawaannya mahal. Pasti dia dari kalangan sosialita juga kan. Aku cuma gak enak karena orang terhormat seperti itu malah harus mengajari aku. Aku merasa gak nyaman saja sih." Ucapan Ana memang perlu dikonfrontasi. Pada awalnya Ana bilang tidak ada hal yang membuatnya tidak nyaman. Tapi diakhir dia bilang dia merasa tidak nyaman karena bagi Ana si Nata itu terlihat sangat terhormat. "Owh jadi kamu merasa gak nyaman karena itu. Nata itu gak se wah yang kamu bayangkan kok. Nata memang butuh pekerjaan ini karena dia butuh uang. Lagipula seandainya dia adalah orang dari kalangan sosialita memang kenapa? A
Saat ini Nata dan Ana berjalan bersebelahan. Kalau berjalan bersebelahan begini mereka mau bicara apa sebenarnya. Apa nanti kalau Ana melakukan kesalahan yang fatal. Bagaimana kalau nanti karenaAna tidak mengerti apapun ya jadi yang dia kerjakan pada umumnya akan jadi tertawaan sih kalau menurut pikiran buruknya yang selalu punya firasat negatif. "Sebenarnya sih kalau dibilang staf magang itu kurang terima karena pekerjaan kamu itu menjadi model suatu produlk. Kamu kan cantik jadi sangat sesuai dengan hal itu. Edric pandai memanfaatkan situasi yang ada dengan memanfaatkan istrinya." Nafa dengan suaranya yang terdengar ramah sekaligus tegas telah berhasil membuat Ana merasa terusik. Kata-kata cantik ini adalah kuncinya. Kamu yang punya kekuatan seperti itu harus bisa memanfaatkan hal tersebut dengan baik kan pasti. Nah jadi mulai sekarang kamu harus percaya diri dan melakukan segalanya yang terbaik dengan rasa percaya diri itu ya. Aku gak mau setiap kita bertemu untuk melakukan perte
Apa hubungan antara Edric dan Leo? Bukannya harusnya Edric tahu kalau dirinya dan Leo ini bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan. Bagaimana mungkin Edric menyuruh Ana untuk bekerja di tempat yang sama dengan Leo? Walaupun kemungkinannya mereka akan jarang bertemu tapi tetap saja kan ini menyebalkan sekali namanya. "Ah, Edna. Untuk urusan investor disini aku yang mengurus. Tempat ini kebetulan tidak terlalu disukai oleh Edric sehingga dia tidak terlalu peduli. Oleh karena adanya Leo disini karena persetujuanku, buat persetujuan Edric." Nata menjelaskan situasi yang terjadi hingga mampu menghilangkan kesalahpahaman yang sempat Ana pikirkan. "Aduh. Kenapa kamu harus menjelaskan hal seperti itu sih? Kesannya itu adik ipar... oh salah, mantan adik ipar itu gak suka sama aku kan. Kesannya kami punya hubungan yang buruk. Padahal hubungan kami baik-baik saja. Bukan berarti Edna bercerai dari Jagad lantas membuat hubungan kami juga jadi ikutan memburuk. Itu salah besar, Nata." Leo dengan seny
Edric dan Ana memutuskan untuk tidak kembali ke perkumpulan Sastrawidjaja. Sebenarnya yang memutuskan hal tersebut adalah Edric. Edric sih mengatakan keinginannya itu dengan suara yang tidak terdengar marah sama sekali. Namun Ana tetap ragu kalau Edric tidak marah pada dirinya. Bagaimanapun juga yang terjadi di dalam perkumpulan tadi adalah hal yang memalukan. Bisa jadi Edric merasa malu. Sungguh Ana merasa bersalah tapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Suasana di dalam mobil ini pun terlalu hening bagi Ana. Bagaimana ini? Edna, maaf ya kalau aku gak ngajak kamu untuk kembali ke perkumpulan tadi. Suasananya terlalu gak nyaman jadi kurang memungkinkan kalau mengajak kamu kesana lagi. Nanti di lain kesempatan aku akan ajak kamu untuk ikut perkumpulan lagi. Kalaupun tidak lewat perkumpulan keluarga seperti tadi aku akan berusaha mencari kesempatan supaya kamu bisa berbaur dengan keluargaku." Edric benar-benar terlihat tertekan tapi berusaha terlihat baik-baik saja di depan Ana. Bagi Ana
Ibu kandung Edna? Tantenya Clathria yang sudah mencelakai dirinya itu? Ibu kandung yang itu yang ada disini? Dengan segera Ana menoleh dan benar saja terdapat perempuan paruh baya yang berjalan ke arah dirinya. Makin dekat perempuan itu berjalan maka makin jelaslah bagaimana raut wajahnya. Ana bisa melihat kalau perempuan ini terlihat berkaca-kaca dan penuh keharuan. Hanya saja Ana tidak tahu harus bereaksi seperti apa hingga hanya bisa membeku. Apa yang kira-kira harus Ana lakukan ya? "Edna, sayang. Ini mama nak. Ah, panggil ibu saja. Ini ibu nak. Akhirnya kita bisa bertemu." Suara perempuan itu tentu saja menarik perhatian keluarga Sastrawidjaja yang sedang berkumpul. Walaupun mereka memiliki perkumpulan yang berbeda-beda tapi saat ini mereka berada di dalam satu ruangan yang sama. Tentu saja keadaan ini mendatangkan rasa canggung bagi Ana. Sebenarnya bagaimana bisa perempuan ini masuk ke dalam rumah ini? "Anda siapa? Kenapa masuk ke dalam rumah ini? Ini adalah perkumpulan keluarg
Apa yang dikatakan oleh Edric tentang Nata seolah membuka pikiran Ana. Ana tahu bahwa Edric sedang meyakinkan dirinya bahwa dirinya dan Nata tidak berada pada level yang sama. Walaupun demikian tetap saja Ana merasa bahwa dirinyalah yang berada pada level paling bawah. Edric kan tidak tahu apa saja yang sudah terjadi di dalam hidup Ana dan apa yang dia lakukan agar dia bisa menjadi Edna. Seandainya saat ini Edric tahu pasti dirinya langsung membuang Ana dan bahkan merasa jijik karena sudah mengagungkan Ana diatas Nata. "Kok diam saja? Oh aku mau ngasih tahu besok ada pertemuan keluarga. Kamu gak perlu khawatir karena aku ada disana juga. Tapi aku minta tolong ke kamu supaya kamu juga bisa membela diri kamu sendiri ketika mungkin saja kamu direndahkan. Bagaimanapun juga aku memang harus bertanggung jawab karena yang bisa membuat kamu direndahkan nanti adalah statusku sebagai Sastrawidjaja gadungan. Hanya saja kalau aku terlihat terlalu membela kamu dan kamu tidak bisa membela diri kam
Mantan? Ya bukan hal aneh sih kalau Edric mempunyai mantan. Edric adalah pria dewasa yang tentu saja sudah bergaul dengan banyak orang termasuk perempuan. Namun tetap saja Ana tidak suka jika mantan yang dimaksud adalah Nata. Bagaimana mungkin Ana yang merupakan istri Edric bekerja satu tempat dengan mantan Edric? "Kenapa diam saja? Kalau kamu gak nyaman gak perlu diteruskan, na. Lagipula ini sudah masa lalu dan bisa dibilang kami putus gak baik-baik. Jadi gak ada alasan untuk kembali ke masa itu. Seandainya ada alasan pun tentu saja aku gak akan menikah kan. Aku sudah selesai dengan masa laluku, na." Edric menjelaskan dengan nada yang menenangkan hingga membuat Ana ingin berhenti sampai disini saja untuk pembahasan ini. Namun rasa penasarannya terlalu besar hingga Ana merasa bahwa dirinya tidak bisa jika berhenti di tengah-tengah. "Cerita aja, Edric. Kalau aku gak tahu apa-apa soal masa lalu kamu yang ada aku malah hanya terus berprasangka. Aku gak mau seperti itu." Baiklah Ana aka
Ana tahu ucapan Edric ini amat berbahaya. Sebaiknya Ana segera berhenti dan tidak membahas hal ini lagi. Ini akan lebih baik untuk Ana juga. "Walaupun kita gak ada perasaan cinta satu sama lain kok rasanya tetap gak etis ya kamu ngomongin cewek lain. Sudahlah, aku capek banget sekarang ini. Sekarang aku mau istirahat saja. Kamu memangnya gak mau istirahat sekarang?" Ana dengan langkah yang terburu-buru mulai mengalihkan pembicaraan. Bukan hal yang baik kalau Edric sampai mengungkit hal semacam itu. "Yang mancing-mancing kan juga kamu ini tadi. Ya sudah kamu sendiri maunya gimana? Kita stop pembicaraan ini? Lalu besok kamu masih mau kerja di tempat itu? Kalau kamu gak mau juga gak masalah lho. Aku akan carikan tempat lain untuk kamu supaya kamu bisa bekerja lebih nyaman. Aku tahu kalau Leo mungkin saja akan mencari-cari alasan untuk datang ke tempat itu. Selain memang untuk menganggu kamu tapi dia juga menjalani hubungan istimewa dengan Nata." Edric memberitahukan Ana sesuatu yang la
Edric terdiam lama saat mendengar pertanyaan Ana dan kemudian menjawab dengan santai. "Yah aku Edric, Edna. Edric yang dikenalkan sama keluarga Sastrawidjaja untuk menikah dengan kamu. Kamu berharap aku ini siapa?" Edric mengakhiri pertanyaannya dengan tawa geli. Tawa yang sayangnya tidak membuat Ana ikut merasa lucu karena dia merasa ada yang aneh disini. "Aku gak berharap kamu siapa-siapa. Aku cuma berharap kamu Edric yang seperti aku kenal. Edric yang mau membangun hubungan baik dengan aku tanpa ada rasa permusuhan di pernikahan ini. Ya walaupun aku tetap tidak paham kenapa harus seperti ini? Kenapa kamu tetap apa ya? Kenapa sikap kamu terlalu baik? Buatku itu aneh sekali. Aku gak tahu kenapa dibanding menjaga hubungan dekat supaya tidak bermusuhan aku menganggap kamu seakan melakukan pernikahan ini dengan sungguhan bukannya seperti pernikahan yang dijodohkan." Ana tahu tata kalimatnya berantakan dan entah bisa dipahami atau tidak oleh Edric. Tapi Ana hanya menyampaikan apa yang a
"Aku beneran gak tahu na kalau Leo jadi investor di tempat itu. Tempat itu seperti yang Nata bilang ke kamu, aku gak peduli sama sekali. Aku menempatkan kamu disitu karena aku ingin kamu belajar dulu dari tempat yang gak menguntungkan. Aku beneran gak punya maksud apapun kok untuk itu. Aku benar-benar minta maaf ya, na. Sumpah aku gak tahu dan beneran minta maaf." Edric yang tahu soal kejadian tidak menyenangkan dari Nata tanpa aba-aba langsung meminta maaf pada Ana yang sedang merebahkan dirinya di atas kasur. Kejadian di kantor tadi bisa dibilang telah membuang seluruh tenaganya menjadi tidak bersisa. "Kenapa sih? Kenapa juga kamu harus meminta maaf? Aku juga tahu kalau tempat itu gak kamu urus karena orang-orang disana sudah ngasih tahu. Jadi gak perlu minta maaf soal itu. Lagian gak usah lagi lah dibahas soal itu. Aku saja mau melupakan itu kok. Lah ini kamu malah membahas hal itu lagi." Ana tahu Edric adalah tipe yang langsung menjelaskan inti permasalahan tapi masalahnya disini
Apa hubungan antara Edric dan Leo? Bukannya harusnya Edric tahu kalau dirinya dan Leo ini bisa dianggap sebagai musuh bebuyutan. Bagaimana mungkin Edric menyuruh Ana untuk bekerja di tempat yang sama dengan Leo? Walaupun kemungkinannya mereka akan jarang bertemu tapi tetap saja kan ini menyebalkan sekali namanya. "Ah, Edna. Untuk urusan investor disini aku yang mengurus. Tempat ini kebetulan tidak terlalu disukai oleh Edric sehingga dia tidak terlalu peduli. Oleh karena adanya Leo disini karena persetujuanku, buat persetujuan Edric." Nata menjelaskan situasi yang terjadi hingga mampu menghilangkan kesalahpahaman yang sempat Ana pikirkan. "Aduh. Kenapa kamu harus menjelaskan hal seperti itu sih? Kesannya itu adik ipar... oh salah, mantan adik ipar itu gak suka sama aku kan. Kesannya kami punya hubungan yang buruk. Padahal hubungan kami baik-baik saja. Bukan berarti Edna bercerai dari Jagad lantas membuat hubungan kami juga jadi ikutan memburuk. Itu salah besar, Nata." Leo dengan seny
Saat ini Nata dan Ana berjalan bersebelahan. Kalau berjalan bersebelahan begini mereka mau bicara apa sebenarnya. Apa nanti kalau Ana melakukan kesalahan yang fatal. Bagaimana kalau nanti karenaAna tidak mengerti apapun ya jadi yang dia kerjakan pada umumnya akan jadi tertawaan sih kalau menurut pikiran buruknya yang selalu punya firasat negatif. "Sebenarnya sih kalau dibilang staf magang itu kurang terima karena pekerjaan kamu itu menjadi model suatu produlk. Kamu kan cantik jadi sangat sesuai dengan hal itu. Edric pandai memanfaatkan situasi yang ada dengan memanfaatkan istrinya." Nafa dengan suaranya yang terdengar ramah sekaligus tegas telah berhasil membuat Ana merasa terusik. Kata-kata cantik ini adalah kuncinya. Kamu yang punya kekuatan seperti itu harus bisa memanfaatkan hal tersebut dengan baik kan pasti. Nah jadi mulai sekarang kamu harus percaya diri dan melakukan segalanya yang terbaik dengan rasa percaya diri itu ya. Aku gak mau setiap kita bertemu untuk melakukan perte