Home / Romansa / Bukan Sang Pewaris / 42. Menunggu Sedikit Lebih Lama

Share

42. Menunggu Sedikit Lebih Lama

last update Last Updated: 2025-03-31 08:45:20

Berbanding terbalik dengan wajah Aleta yang seketika memucat. Kepalanya bergerak naik, menatap mobil yang berhenti tepat di depan mereka. Ya, itu mobil Bastian.

“Tetap di tempatmu,” ucap Leon sebelum melompat turun dan mengunci pintu mobil.

Aleta berusaha membuka pintu mobil dengan sia melihat Bastian yang juga turun dari mobil. Pandangan Bastian sejenak menatap ke tempatnya sebelum kembali pada Leon dengan penuh amarah.

Keduanya pria itu saling berhadap-hadapan. Bastian yang penuh ketegangan, berbanding terbalik dengan Leon yang bersikap sangat tenang.

Satu-satunya yang Aleta cemaskan hanyalah satu, Leon akan mengatakan tentang hubungan kedua pria itu pada Bastian.

***

“Ck, lagi-lagi kau merusak kesenanganku, Bastian,” gerutu Leon dengan nada kesal yang dibuat-buat. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku.

“Lepaskan Aleta, Leon. Kau sudah mendapatkan semu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Theresia Debbie
aleta jgn mau nunggu bastian deh...tdk ada kepastian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Sang Pewaris   43. Pernikahan Bastian

    Suara denting lift yang kembali terdengar dari arah belakang Bastian segera membekukan keduanya. Aleta sedikit mencondongkan tubuhnya, mengintip Leonlah yang melangkah keluar dari dalam lift. Kesiap pelan dari celah bibir Aleta pun membuat Bastian menyadari siapa yang datang. Pria itu melengkungkan senyum tipis untuk Aleta dan berjalan menuju pintu keluar rumah sakit. Leon tentu saja menyadari siapa yang baru saja bicara dengan sang istri. Pandangan pria itu tak lepas dari punggung Bastian yang melewati pintu putar sepanjang langkahnya menghampiri Aleta. “Hanya sesaat aku melepaskan pandangan darimu, dan inilah yang kalian lakukan?” dengus Leon ketika berhenti tepat di depan Aleta. Wajah gadis itu tidak pucat, tapi tak mengatakan apa pun untuk menyangkal apalagi mengiyakan. “Aku ingin pulang.” Suara Aleta datar dan dingin. Berusaha bangun dari duduknya. Ujung bibir Leon menipis tajam, melihat Aleta yang sed

    Last Updated : 2025-04-01
  • Bukan Sang Pewaris   44. Baby Lucien

    Leon menatap wajah Aleta yang dibasahi oleh peluh. Rintihan, erangan, jeritan serta ringisan di wajah Aleta membuatnya seluruh tubuhnya membeku. Membuatnya merasa begitu tak berdaya melihat rasa sakit yang tengah dialami oleh sang istri. Tangannya diremas oleh Aleta, hingga buku-buku jari gadis itu memutih. Akan tetapi, ia sama sekali tak merasakan apa pun meski kuku panjang Aleta menusuk dan meninggalkan bekas yang dalam di sana. Rasa sakit yang ia dapatkan dari cengkeraman Aleta jelas tak bisa dibandingkan dengan rasa sakit yang mendera perut sang istri. Yang tengah berjuang melahirkan buah hati mereka berdua. Dokter dan perawat tak berhenti mengarahkan Aleta untuk mengatur napas. Kapan saatnya untuk menahan dan mengembuskannya. Dan kapan saatnya untuk mengejan. Fokus Leon hanya pada wajah Aleta yang memucat dan basah oleh keringat. Salah satu telapak tangannya yang bergetar mengusap kening Aleta.

    Last Updated : 2025-04-02
  • Bukan Sang Pewaris   45. Leon Atau Bastian?

    Leon sempat tercengang dengan keberadaan Yoanna dan Monica yang saling berhadapan dan menatap ke arahnya dengan wajah pucat pasi. Dan hanya butuh satu detik baginya untuk menguasai amarah yang menyemburat di kedua mata, menampilkan raut sedingin yang biasa ia lakukan pada kedua wanita paruh baya itu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Leon berjalan melewati keduanya. Langsung ke meja resepsionis untuk mempertanyakan panggilannya pada sang dokter yang tak kunjung ditanggapi. “Leon?” Yoanna menyentakkan lengan Monica yang berusaha mencegahnya untuk berbuat nekat. Tapi ia jelas tak peduli. Meski Leon mengusirnya dan mengatakan tak ingin melihat wajahnya seperti yang selalu dikatakan sang putra. Ia akan mencobanya. Berkali-kali hingga hati sang putra luluh. Langkah Leon sama sekali tak berhenti, Yoanna berlari mengejar. Berhasil menangkap lengan sang putra dan akhirnya pria itu berhenti.

    Last Updated : 2025-04-03
  • Bukan Sang Pewaris   46. Jamuan Malam

    Aleta menggoyang lembut lengan Leon yang berbaring tengkurap di ranjang. "Leon? Bangun." Leon mengerang pelan, matanya terbuka dan berkedip beberapa kali sebelum menatap ke arah Aleta yang membungkuk ke arahnya. "Kau bilang untuk membangunkanmu setelah meja makan siap. Aku dan mama sudah makan malam, jadi aku membawakan ..." Lengan Leon menangkap pinggang Aleta, menarik tubuh mungil wanita itu hingga duduk di tepi ranjang. Lalu mengangkat kepala dan meletakkannya di pangkuan Aleta. "Tunggu sebentar." Pekik Aleta tertahan di ujung lidah dengan gerakan yang tiba-tiba tersebut. Tubuhnya membeku, terkejut oleh kepala Leon yang ada di pangkuannya dengan lengan melingkari pinggang. Memeluknya. Begitu erat. Aleta terdiam. Keduanya terdiam. Kepala Aleta bergerak menuduk, menatap bagian belakang kepala Leon. Lama. Tangannya bergerak ter

    Last Updated : 2025-04-04
  • Bukan Sang Pewaris   47. Adik Kakak

    “Maaf, sebelumnya aku tak mengatakan kalau akan membawa cucu dan cucu menantuku di jamuan makan malam ini.” Phyllian lekas menjelaskan menangkap keterkejutan di wajah Leon. “Lagipula, kalian bersaudara. Jadi tidak harus bersikap seperti orang asing, kan?” Leon dan Bastian saling pandang, tanpa ekspresi. Saat keduanya beralih pada Phyllian Mamora, mereka memberikan seulas senyum untuk pria tua tersebut. Berlian melepaskan gayutan lengannya di Bastian dan menghampiri sang kakek. Memberikan pelukan dan ciuman di pipi. “Terima kasih sudah mengundang kami di acara makan malam ini, Kakek.” “Kalian baru saja pulang dari bulan madu, kan? Apakah kalian menikmati bulan muda kalian?” Berlian mengangguk, kembali menarik Bastian dan bergelayut di lengan sang suami dengan mesra. “Kenapa kakek perlu mempertanyakannya.” “Ya, kakek ingin segera menimang cicit. Rasanya s

    Last Updated : 2025-04-05
  • Bukan Sang Pewaris   48. Kecemburuan Leon

    “Tak ada lagi yang perlu kau cemaskan, istriku. Dan jangan membuatku semakin salah paham dengan kepedulian yang masih kau miliki untuknya.” Leon memegang tangan Aleta yang nyaris mencengkeram lengannya. “Bukankah kau bilang sudah benar-benar mengakhiri hubungan dengannya?” Aleta menelan ludahnya. Tubuhnya sedikit menjauh dari Leon dengan wajah yang tertunduk dalam. Tak siap jika harus menatap keterkejutan di wajah Bastian. Bastian yang menatap Aleta dan Leon semakin dibuat kesal akan rahasia apa pun itu yang keduanya sembunyikan. Semua orang? Apa maksud Leon dengan semua orang membodohinya karena keadaannya yang lemah? “Apakah tante Maida dan paman Jacob tak menceritakan kenapa aku memakai nama itu?” “Memangnya apa yang perlu mereka ceritakan padaku?” “Bahwa kau bukan putra sulung Jacob Thobias.” Mata Aleta terpejam. Merasakan kehen

    Last Updated : 2025-04-06
  • Bukan Sang Pewaris   49. Tidak Baik-Baik Saja

    “Apa kau tahu di mana Bastian? Atau … setidaknya dia memberitahumu ke mana dia pergi?” Suara panik Maida seketika terdengar dari seberang. Aleta tak sempat mendengarkan rentetan kalimat selanjutnya sang tante ketika ponselnya tiba-tiba ditarik dari arah belakang. Berpindah ke telinga Leon yang entah sejak kapan sudah bangun. “Hmptt …” Pekikan Aleta terbungkam oleh telapak tangan Leon di mulutnya. Menarik tubuhnya kembali duduk di tepi ranjang, bersandar pada dada bidang Leon yang telanjang. “Semalam dia mengatakan tentang Leon adalah saudara kandungnya. Wajahnya terlihat sangat kacau dan langsung meninggalkan rumah. Hingga sekarang, dia tidak pulang. Tante sudah berusaha mencarinya di mana pun. Tapi sampai sekarang dia masih belum kembali. Dan ponselnya juga sudah tidak aktif. Tante hanya cemas sesuatu terjadi dengannya. Apakah Leon yang memberitahu semua ini pada Bastian?” “Ya, Tante.” Leon membalas. Kesiap kage

    Last Updated : 2025-04-07
  • Bukan Sang Pewaris   50. Sebagai Putra Tertua Jacob Thobias

    Aleta berusaha setengah mati untuk menahan perasaannya. Menahan tubuhnya tetapi tak bergerak. Tetapi isakan pilu Bastian memengaruhinya lebih kuat. Leon ataupun pernikahannya. Saat ini, tak ada lagi yang harus ia pedulikan. Tubuhnya jatuh memeluk Bastian. Menjatuhkan kepala pria itu di pundaknya. Yang langsung ditangkap oleh Bastian. Memeluknya semakin kuat dan isakan yang semakin tersedu. “Aku sudah kehilangan semuanya. Aku melepaskan semuanya demi dirimu. Kita kembali dan aku berusaha mendapatkan kembali apa yang seharusnya kumiliki, demi dirimu. Jika kau juga meninggalkanku seperti ini. Aku tak tahu apalagi yang harus kulakukan.” Mata Aleta terpejam. Kedua matanya mulai memanas dan digenangi air mata. “Aku hampir lompat dari jembatan, melemparkan diriku ke depan mobil, dan satu-satunya alasan yang mencegahku melakukannya hanyalah kau, Aleta. Hanya kau. Alasanku tetap bernapas hingga saat ini h

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • Bukan Sang Pewaris   Bonus 3 (Bukan Keluarga Sempurna)

    Suara tawa Julia memenuhi ruang makan. Sementara Leon terkekeh, menahan tawa ketika Aleta tertunduk malu dengan cerita pria itu di meja makan. “Ya, aku tak akan meny alahkanmu, Aleta. Ada banyak orang yang salah paham dengan hubungan kami. Selain kau, memang hanya aku satu-satunya teman dekat yang dimiliki oleh Leon. Terutama karena aku wanita, dan aku menjadi satu-satunya wanita yang tak mungkin jatuh cinta pada manusia tak punya hati seperti Leon.”Leon mendengus tipis. “Tak mungkin, ya?” ejeknya. “Dan aku memiliki hati. Hanya bukan untukmu saja,” koreksinya menambahkan.Julia mengangguk tanpa keraguan sedikit pun. “Aku tak akan memandangmu sebagai seorang teman yang layak dikasihi jika kemungkinan itu ada, Leon. Aku cukup tahu diri akan kesabaranku menghadapi karakter keras kepala sepertimu. Egoku tak sekuat itu untuk menerima pasangan egois, tak berperasaan, dan bodoh sepertimu. Kau sangat beruntung akhirnya menemukan wanita yang tepat untukmu. Dan ka

  • Bukan Sang Pewaris   Bonus 2 (Bukan Istri Pertama)

    Kening Aleta berkerut melihat keseriusan di wajah Leon ketika membaca pesan singkat yang baru saja masuk ke dalam ponsel pria itu  Leon duduk tepat di sampingnya, dan tubuh keduanya masih dalam keadaan telanjang. Dan keringat masih membasahi tubuh keduanya, setelah aktiitas panas mereka.Dan sejujurnya sangat mudah bagi Aleta untuk melirik siapa pengirim pesan yang berhasil mendapatkan perhatian Leon. Tapi entah kenapa, ada sedikit kesungkanan yang membuatnya hanya terdiam. Menunggu pria itu mengatakan sesuatu.“Aku harus pergi,” ucap Leon. Menoleh ke samping dan mendaratkan satu kecupan di kening Aleta sembari salah satu tangan meletakkan ponselnya ke nakas dengan posisi terbalik.Aleta hanya memberikan satu anggukan singkat. Dengan pandangan mengikuti Leon yang bergerak turun dari ranjang. Mengenakan celana karet dan langsung menuju pintu kamar mandi untuk membersihkan diri.‘Juliakah? Seseorang yang menghubungin Leon baru saja?’

  • Bukan Sang Pewaris   Bonus 1 (Bukan Sang Pewaris)

    “Kita pulang?” Leon menatap ke arah Aleta, dengan tatapan penuh arti. Keduanya berdiri di depan teras rumah sakit. Dengan baby Lucien yang berada dalam gendongan Aleta dan lengannya yang melingkar posesif di pinggang sang istri.Aleta memberikan satu anggukan tipis. Dengan seulas senyum dan binar di kedua mata coklatnya. Ya, ia akan pulang. Ke mana pun Leon membawanya karena sekarang, pria itu adalah rumahnya.Nirel dan Monica yang baru saja keluar dari pintu putar rumah sakit sengaja melambatkan langkahnya. Membiarkan Aleta dan Leon berada di depan, sekaligus sengaja menciptakan jarak yang terkesan seadanya. Agar keduanya tak merasa terganggu oleh kebe radaannya.Kedua pasangan paruh baya tersebut saling pandang. Saling melemparkan senyum dalam pandangan tersebut. “Sepertinya kali ini aku percaya dengan pilihanmu. Yang terbaik untuk Aleta,” gumam Monica lirih. Memastikan Aleta dan Leon tak mendengarnya. “Apakah sejak awal kau tahu mereka ak

  • Bukan Sang Pewaris   80. Ternyata Saling Merindukan (Ending)

    ‘Cukup untuk kita bertiga.’Bagaimana mungkin Leon tak terpengaruh dengan jawaban yang diberikan oleh Aleta tersebut. Mempertanyakan kembali seberapa serius keinginan Aleta akan dirinya dan pernikahan mereka, hanya akan memperjelas bahwa dirinyalah yang begitu tolol telah melepaskan sang istri demi perusahaan.‘Bagaimana mungkin kau melakukan semua ini demi kebahagiaan semua orang. Jika kau sendiri tak bisa membahagiakan dirimu sendiri, Leon.’Kata-kata Julia pun kembali terngiang di benaknya.‘Jika kau tak becus mempertahankan kebahagiaanmu sendiri, aku tak akan terkejut jika apa yang kau lakukan saat ini untuk bertahan. Semua itu pada akhirnya tak bisa kau pertahankan. Karena kau sendirilah yang menghancurkan dirimu sendiri, Leon. Bukan kakek Aleta maupun Bastian. Juga bukan semua orang yang saat ini sedang menyusun rencana untuk menggulingkanmu.’“Jika keinginanmu terhadapku dan putra kita tidak cukup untukmu, akulah yang aka

  • Bukan Sang Pewaris   79. Cukup Untuk Kita Bertiga

    “Aku tidak menandatanganinya tanpa keinginanku, Aleta. Apalagi yang kau butuhkan dan tunggu untuk menerima gugatan ini? Semua yang kau inginkan ada di dalam sini.”Aleta mengerjap dengan jawaban dingin yang diberikan Leon. Menelan kekecewaan yang sengaja di berikan Leon padanya. Tentu saja ia bisa menangkap kesengajaan pria itu untuk membuatnya kecewa. Dengan cepat, Aleta memasang ekspresi datarnya seapik mungkin. Kedua matanya menatap lurus tatapan intens Leon yang berusaha melucuti perasaannya. “Kakekku akan tetap mengusirmu dari perusahaan meski kita bercerai.”Leon membeku, keterkejutan menampar wajah pria itu dan butuh beberapa detik lebih lama baginya untuk mencerna keterkejutan dan menguasai raut wajahnya. Demi menyimpan kemarahan yang nyaris tak bisa disembunyikan dengan baik.Meski ini adalah informasi penting yang sudah ia perkirakan dan kartu lain untuk membuat Phyllian Mamora tak berkutik berada di tangannya. Ia hanya tak menyangka Ph

  • Bukan Sang Pewaris   78. Keputusan Leon

    Phyllian Mamora dan Bastian tentu saja tak menyukai keberadaan Leon di ruang perawatan anak tersebut. Dan sama sekali tak menutupi kebencian keduanya di depan Leon. Aleta yang merasa terjebak dengan kecanggungan tersebut pun tak bisa melakukan apa pun. Terutama dengan sang kakek yang jelas-jelas ingin menyeret Leon keluar dari ruangan tersebut tapi tak mungkin membuat keributan di ruang perawatan baby Lucien yang kini sudah berbaring di ranjang pasien.“Kakek ingin bicara sebentar,” ucap Phyllian. Melirik ke arah Leon yang masih duduk di kursi. Tak melepaskan pandangan dari baby Lucien sedikit pun. Aleta mengangguk pelan, mengikuti sang kakek menuju pintu.“Awasi dia untukku,” pintah Phyllian pada Bastian sebelum mencapai pintu.Aleta tentu saja merasa tak nyaman dengan pintah tersebut. “K-kakek …”“Kakek tidak mempercayainya, Aleta. Siapa yang tahu kalau dia akan membawa lari cicitku.” Jawaban Phyllian yang tidak lirih se

  • Bukan Sang Pewaris   77. Kedatangan Leon

    “Kau masih belum menyentuhnya?” gumam Monica membuka berkas di meja yang tampaknya masih tak tersentuh, bahkan setelah beberapa hari setelah Aleta mencoba menemui Leon di kantor. Kepalanya berputar, menatap sang putri yang berdiri di tengah ruangan, menggendong baby Lucien yang tampaknya mulai tenang.Aleta hanya menatap sang mama, tanpa memberikan jawaban apa pun.“Masih ingin bicara dengan Leon?”Aleta memberikan satu anggukan pelan, menundukkan wajah dan menatap sang putra yang sudah terlelap. Ia pun berjalan mendekati boks bayi, membaringkan baby Lucien dan tetap berdiri di samping boks bayi.“Tadi malam papamu bertemu dengan kakekmu.” Monica mendekati Aleta. Menyentuh pundak wanita itu dengan lembut. “Kakekmu mengatakan akan mengambil alih semua permasalaha ini dan mengatur pengacara terbaik untukmu.”Aleta menoleh ke samping, napasnya semakin tertahan. “K-kakek?”Monica mengangguk. “Mama dan papa sudah menega

  • Bukan Sang Pewaris   76. Haruskah Merelakan Semuanya?

    “Apakah pria itu berhasil mempengaruhimu sehingga membuatmu seperti ini?” ulang Bastian dengan penekanan di ujung kalimatnya. “Jadi pria itu sudah berhasil mengubah perasaanmu padaku?”Aleta tak langsung menjawab. Menatap binar harapan di kedua mata Bqstian yang perlahan meredup. Sama sekali tak menyangkal pertanyaan tersebut.Bahkan pertanyaan tersebutlah yang membuat Aleta tersadar. Bahwa perasaannya pada Bastian memang sudah berubah. Berubah sepenuhnya tanpa ia sadari.Bastian menggeleng. “Tidak. Ini terlalu cepat, Aleta. Dan semua ini bukan karena Leon.Tetapi karena ancaman Berlian padamu, kan?”Aleta tetap bergeming. Ekspresi wajah Bastian tampak begitu emosional.“Berlian sudah mengatakan padaku. Semua itu hanya kelicikannya, Aleta. Percaya padaku.” Bastian melangkah maju, tetapi tubuh Aleta bergerak mundur. Mempertahankan jarak di antara mereka tetap terbentang.Aleta menggeleng. “Kakekku, kau, dan Berl

  • Bukan Sang Pewaris   75. Tak Baik-Baik Saja

    Aleta menatap berkas yang tergeletak di sampingnya. Tak ia sentuh sejak kemarin sang mama meletakkannya di sana. Tahu benar apa yang ada di dalam sana, tetapi ia tak memiliki keberanian untuk membukanya.Semua harapan dan keinginannya ada di dalam sana. Terkabulkan hanya dengan membubuhkan tanda tangannya di sana.Namun …Akan tetapi …Kenapa sekarang perasaannya telah berubah? Kenapa keinginan dan harapannya tidak sama?‘Mama tak tahu apakah mama perlu menyampaikannya padamu. Kakekmu dan Bastian menukarkan semua ini dengan perusahaan.’‘Mama dan papa tidak memihak siapa pun selain dirimu, Aleta. Yang kami inginkan hanyalah kebahagiaanmu semata. Jadi … pertimbangkan baik-baik keputusanmu.’Kata-kata sang mama kembali terngiang. Semudah inikah Leon menyerah untuknya? UntukLucien? Ya, tentu saja dirinya tak bisa dibandingkan dengan kursi tertinggi di Thobias Group.Aleta menghela napas pan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status