Share

Bab 6

Author: Little Casper
last update Last Updated: 2022-09-26 17:31:39

"Aku tidak suka melihatmu sedih. Karena, hal itu juga membuat sakit hatiku. Aku ingin kau terus tersenyum cantik seperti tadi," ucap Alvaro membuat Selena kembali tersenyum.

Sungguh Alvaro merasa tidak tega untuk mengatakan hal yang sesungguhnya.

"Asal kau selalu ada di sisiku, aku akan baik-baik saja. Dan akan terus baik-baik saja," jawab Selena menggenggam tangan Alvaro.

Namun, hal itu membuat Alvaro merasa sedikit tercubit hatinya. Bagaimana nantinya jika ia mengatakan bahwa akan pergi untuk beberapa tahun kedepan karena melanjutkan study ke luar negeri?

"Makanlah dulu. Kau pasti lapar, kan?" ucap Alvaro dan Selena mengangguk semangat. Selena terus memasang senyum. Bersama Alvaro, hatinya sedikit merasa terobati.

Andai tak ada Alvaro, mungkin saat ini ia masih menangisi hidupnya yang terlihat malang. Selena makan dengan senang. Sesekali ia menyuapi Alvaro dan begitupun sebaliknya.

Sepasang manusia itu terlihat sangat serasi. Bahkan di kampusnya mereka mendapat julukan sepasang merpati yang seakan tak pernah dipisahkan.

Mereka kembali dari kantin. Selena melihat Ibunya dari balik kaca jendela. Ia menghela nafas, karena ternyata Ibunya masih tidur dengan nyenyak.

"Kau pasti sangat lelah," ucap Alvaro meraih tangan Selena dan mengajaknya duduk.

"Ya, mungkin. Tapi aku harus kuat!" ucap Selena dengan terus memasang senyum menatap kekasihnya.

Alvaro tahu, Selena adalah gadis yang kuat. Bahkan ia sangat tahu jika kekasihnya hanya sedang berusaha kuat. Ia memeluk Selena kembali. Membuat gadis itu sedikit heran karenanya.

"Berjanjilah, setelah ini, kau akan terus bahagia. Meski aku tak ada di sisimu," ucap Alvaro yang sekejap menghilangkan senyum di wajah Selena.

Selena bergegas melepas pelukan Alvaro. Ia menatap curiga pada kekasihnya. Sedang Alvaro masih berusaha menghindari bertemu mata dengannya.

"Aku... Aku akan pergi. Kakekku, menyuruhku tinggal bersamanya di sana. Minggu depan aku berangkat," ucap Alvaro dengan memejamkan mata erat. Merasa tak kuat menyampaikan hal menyedihkan ini bagi Selena.

Alvaro sedikit merasa bersalah, karena tidak mengatakan bahwa ia akan melanjutkan study di luar negeri. Ia terlanjur mengatakan bahwa dirinya adalah anak orang biasa yang sudah tak punya orang tua. Akan aneh rasanya jika ia mengatakan bahwa ia akan melanjutkan study ke sana.

Selena kembali meneteskan air mata. Baru beberapa waktu lalu ia sudah menghapus air mata itu karena kehadiran Alvaro. Kini ia kembali menangis karena mendengar apa yang diucapkan kekasihnya itu.

"Kau, ... Kau juga akan pergi?" lirih Selena yang membuatnya semakin terisak tangis.

Alvaro merasakan sesak dalam hatinya. Sungguh ia tak tega melihat air mata Selena.

"Aku janji, aku akan sering menghubungimu. Asalkan, kamu mau menungguku," ucap Alvaro. Selena menatap ke dalam manik mata Alvaro.

"Sampai kapan? Kapan kau akan kembali?" tanya Selena.

"Itu, ..." Bibir Alvaro kelu. Ia tak bisa menjawabnya.

"Aku pikir, hubungan kita akan berlangsung selamanya. Aku pikir, aku akan terus bersamamu dan kau akan selalu menemaniku. Aku pikir, ..." ucap Selena terbata sembari sesenggukan merasakan sesak dalam hatinya.

Alvaro segera merengkuh Selena dalam pelukannya. Ia pun merasa sakit jika harus berpisah dengan Selena. Dua tahun, waktu yang tak sebentar untuk mereka lalui bersama. Rasanya, mereka sudah saling membutuhkan satu sama lain.

Selama ini hubungan mereka baik-baik saja. Meski hanya perdebatan kecil yang terjadi, tapi tak pernah dari antara keduanya terjadi perpisahan.

"Aku janji akan selalu menghubungimu. Berjanjilah kau akan menungguku," ucap Alvaro kembali, sambil mengusap rambut panjang Selena.

"Tak bisakah kau tetap di sini saja?" tanya Selena.

"Aku hanya punya Kakek sebagai orang tuaku. Tak mungkin aku membiarkan ia pergi sendiri," ucap Alvaro sambil memejamkan mata. Merasa kalau dirinya telah berbohong pada Selena.

Namun, Alvaro merasa tak sepenuhnya berbohong akan hal itu. Memang benar jika ia hanya merasa Kakeknya sebagai orang tuanya. Meski ada Ayahnya, ia sama sekali tak menganggapnya ada karena kelakuan Ayahnya sendiri.

"Entah, apa aku bisa menunggumu, Al," ucap Selena lirih membuat Alvaro segera melepas pelukan mereka.

"Please! Don't say that! I love you, Selena. Please! Tunggulah aku," pinta Alvaro pada Selena.

Selena menunduk dalam. Ia tak tahu harus berkata apa, nyatanya berita yang di sampaikan Alvaro begitu tiba-tiba dan sangat mengejutkannya.

*********

Lima hari berlalu sejak Alvaro menyampaikan pesan akan pergi ke luar negeri pada Selena. Sejak itu pula, setiap hari Alvaro menemani Selena di rumah sakit. Menemani berbincang, mengajak tertawa, serta selalu membelikan makanan untuk Selena dan juga Ibunya.

Selena senang Alvaro selalu memberi perhatian padanya. Dan perhatian itu tak pernah berubah selama dua tahun selama mereka bersama.

Namun, karena perhatiannya itulah yang membuat Selena semakin sedih. Karena sebentar lagi ia akan ditinggal pergi Alvaro.

"Sayang, coba lihat? Aku bawa apa? Burger kesukaanmu!" seru Alvaro membawa dua bungkus burger yang ia dapat dari tempat yang biasa ia kunjungi bersama Selena.

Selena tersenyum lebar meraih burger dari tangan Alvaro. Ia segera membuka bungkus itu dan memakannya bersama Alvaro.

"Enak kan?" tanya Alvaro antusias dan senang sekali melihat Selena melahap burger yang dibawakannya.

Selena mengangguk sambil terus mengunyah makanannya.

"Kalau nanti aku pergi, kamu juga harus makan selahap ini, Sel. Aku gak mau kamu nanti sibuk bekerja dan merawat Ibumu, tapi kau melupakan kebutuhan dan kesehatan dirimu sendiri," ucap Alvaro yang menghentikan kunyahan Selena.

Susah payah Selena untuk tidak mengingat tentang Alvaro yang akan pergi, namun, laki-laki itu kembali mengingatkannya.

Mata Selena memanas. Ia tak kuasa menahan air matanya lagi. Sedang Alvaro juga menunduk merasakan kesedihan, karena perpisahan itu sudah hampir di depan mata.

Selena meletakkan makannya di atas meja. Ia mengusap air matanya yang kembali luruh. Pun sama dengan Alvaro, meski ia terlihat biasa saja. Namun, sebenarnya ia pun sangat merasa terluka.

"Jika ini sangat berat bagimu, maka lepaskanlah aku. Aku tahu, mungkin kita memang tak bisa bersama," ucap Selena tertunduk dan menangis.

"No! Itu akan lebih menyakitkanku, Selena," ucap Alvaro menatap Selena.

"Dengarkan aku. Aku sangat mencintaimu, Selena. Aku tak mungkin melupakanmu, please, tunggulah aku. Aku pasti akan segera kembali," ucap Alvaro mantap menatap kedua manik mata Selena.

Selena terus menatap wajah kekasihnya itu. Ia pandangi sepuasnya, karena setelah ini mungkin ia tak bisa melihatnya lagi. Selena memejamkan matanya, membiarkan air mata itu jatuh membasahi pipi. Lalu tersenyum dan mengangguk menatap Alvaro.

"Aku juga mencintaimu. Ya, baiklah, aku akan menunggumu," jawab Selena dan Alvaro kembali memeluk Selena.

Perasaan lega itu menyelimuti hati Alvaro. Setidaknya, ia juga tahu bahwa Selena sudah jujur padanya.

Perlahan, Alvaro meraih Selena dalam pelukannya. Dan detik kemudian ia menyentuh bibir manis Selena, mengecupnya sebentar lalu kembali mengusap air mata kekasihnya.

"Aku akan segera pulang," lirihnya.

*********

Alvaro sudah siap dengan segala perlengkapannya. Namun, dirinya masih sangat ingin tetap tinggal di sini agar bisa selalu bersama Selena. Namun, apa boleh buat. Selama ini ia pun hidup dari Kakeknya.

"Kenapa dengan wajahmu itu?" tanya Daniel melihat adiknya terdiam di atas ranjangnya.

"Tak bisakah kau katakan pada Kakek? Bahwa aku tidak ingin ke luar negeri sekarang?" ucap Alvaro lirih.

Related chapters

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 7

    Daniel mendengus pelan. Ia menutup pintu kamar Alvaro, lalu ikut duduk bersama adiknya. "Andai saja aku punya wewenang besar di rumah ini, mungkin aku bisa menunda keberangkatanmu," ucap Daniel menepuk bahu Alvaro. "Aku benar-benar berat meninggalkannya sendiri dalam kesedihan dan kesusahannya," ucap Alvaro lagi. Daniel memicingkan mata menatap adiknya dari samping. "Jadi, kau seperti ini karena kekasihmu? Bukan karena kakakmu ini yang baru bertemu denganmu beberapa hari?" ucap Daniel heran membuat Alvaro tersenyum samar. "Aku juga merindukanmu, Kak," ucap Alvaro beralih memeluk Daniel dan berakhir memanggilnya Kak. Membuat Daniel sedikit heran mendengarnya. "Wah, sebuah kejutan bagiku, kau mau memanggilku Kak. Apa aku sedang bermimpi?" ledek Daniel membuat Alvaro segera melepas pelukannya. "Sudahlah. Aku tak mau mendengar suara Kakek berteriak memanggilku lagi," ucap Alvaro berdiri dan menarik kopernya. Daniel tersenyum menatap adiknya. Lalu mereka pergi ke Bandara.Sanjaya be

    Last Updated : 2022-11-05
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 8

    Tin... Tin... Tin.Terdengar bunyi klakson bersahutan, membuat Daniel sedikit terkejut karenanya. Gara-gara memperhatikan gadis itu, hingga Daniel tidak sadar jika lampu merah sudah berganti hijau. Daniel bernafas lega. Ia merasa sedikit tenang hatinya hanya dengan melihat pemandangan sederhana itu. Entah kenapa, senyum gadis tadi menularkan senyum di wajahnya. Hingga saat ia tiba di kantor. Daniel berjalan lebih ringan dari sebelumnya ia keluar dari rumah. Dan semua berkat gadis dengan senyum manis berhati malaikat yang membuat kagum padanya. __________Daniel memasuki ruang rapat, di mana semua orang telah menunggu kehadirannya. Dan pertama yang ia lihat adalah Ayahnya dengan senyum menyebalkan yang ia berikan tadi dari rumah. Daniel menghela napas lalu duduk di samping sang Kakek."Baik, rapat hari ini kita mulai," ucap Sanjaya menatap semua orang yang hadir dalam ruangan itu. Starlight hotel dan Resort adalah sebuah perusahaan yang didirikan bersama para Saudara dan keluarga

    Last Updated : 2022-11-05
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 9

    "Saya minta maaf, Bu. Saya benar-benar minta maaf. Pagi ini Bus sangat sesak dan berjalan sangat lama," jawab Selena menunduk takut. "Saya tidak mau mendengar alasan apapun! Saya tidak suka dengan orang yang tidak disiplin waktu! Kau bisa putuskan sekarang. jika kau tidak bisa bekerja dengan baik, kau bisa mundur dan akan digantikan orang lain!" ucap Monika dengan menatap tajam ke arah Selena. Selena segera mengangkat kepalanya dan menggeleng menatap atasannya itu. "Maafkan saya, Bu. Besok saya akan berangkat lebih pagi dan tepat waktu!" jawab Selena tegas. Terdengar dengusan kasar dari atasan Selena yang ia lihat seperti guru matematikanya dulu yang killer saat sekolah menengah atas."Aku beri kesempatan sekali lagi. Jika besok kau terlambat, tidak perlu kukatakan kalau kau di pecat, kau harus sadar diri untuk angkat kaki dari hotel ini!" ucap Monika tegas menatap tajam ke arah Selena. Selena memejamkan mata dengan sedikit terkejut, ia hanya mengangguk cepat dan segera masuk ke

    Last Updated : 2022-11-05
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 10

    Selena menghela napas lelah. Ia sudah membersihkan sepuluh kamar dalam waktu tiga jam tanpa henti dan tanpa istirahat. Ia mengusap keringat yang membasahi keningnya. "Kalau saja kau di sini, Al. Kau pasti sudah membawakanku air minum dan sandwich coklat untukku," gumam Selena sembari berdiri melamun di pantry. Ia sedang mengisi botolnya dengan air minum. Kemudian mengulas senyum karena mengingat tentang Alvaro. "Airnya sudah penuh!" seru seseorang memperingati Selena. Membuat gadis itu terkejut dan menyadari bahwa airnya sudah tumpah dari botolnya karena terlalu penuh. "Aahh! Maafkan saya, saya sudah lalai!" pekik Selena kaget. Ia mendapati seorang pria yang berhadapan dengannya. Selena tertegun sejenak, melihat pria tampan di depannya. "Kau baik-baik saja?" tanya pria itu. "A, ... Ya, aku baik-baik saja," ucap Selena terbata dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Selena kembali terkejut, saat merasakan tangannya diusap kain lembut dari pria di depannya. "Apa yang kau, ..

    Last Updated : 2022-11-08
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 11

    "Hah?! Kau ini bicara apa, Lily? Mana mungkin dia menyukaiku. Kenal saja tidak. kau ini ada-ada saja," elak Selena menanggapi ucapan temannya itu. "Sudah kubilang. Kau ini terlalu cantik, Selena. Tidak ada yang tidak menyukaimu," ucap Lily menyusul Selena berjalan lebih dulu. "Sudahlah. Tak usah berbicara hal-hal aneh seperti itu. Sebaiknya, kita kembali bekerja," ucap Selena dengan senyum cantiknya."Aku berani bertaruh, pria tadi pasti menyukaimu," ujar Lily keras kepala. Selena hanya menggelengkan kepala menanggapi ocehan temannya itu. **********Daniel masuk ke dalam ruangannya. Ia mulai bingung dan merasa cemas. Sandy yang duduk di sofa ruangan Daniel menatal curiga ke arahnya. "Kau kenapa?" tanya Sandy penasaran. Daniel hanya melirik sekilas ke arah Sandy. Kemudian duduk dengan menghela napas panjang. "San. Sepertinya aku telah membuat masalah," gumam Daniel yang masih terdengar jelas oleh Sandy. "Masalah? Masalah apa?" tanya Sandy curiga. "Sepertinya, nanti sore aku tidak

    Last Updated : 2022-11-08
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 12

    "Al!" pekik Selena. Seorang pria bertubuh tinggi dengan pakaian kasualnya berjalan ke arahnya. Lalu, menurunkan kacamata yang bertengger di kepala."Maaf, anda berbicara dengan saya?" tanya pria itu membuat Selena terdiam. Pria itu bukan Alvaro. Hanya seseorang yang terlihat mirip sepertinya. "Maaf, sepertinya saya salah orang," ucap Selena membungkukkan badan. Pria itu tersenyum sembari mengulurkan tangannya. "Sekalian saja kita berkenalan. Siapa namamu, Nona Cantik," tanya pria itu. Namun, seseorang di balik tembok mengepalkan tangan menyaksikan hal itu. Selena hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan pria itu tanpa berkata apapun. Membuat seseorang di balik tembok itu bernapas lega.Selena kembali ke pantry dan tersenyum. Lalu meminum minuman coklat itu. "Siapapun kamu, terima kasih untuk coklatnya. I like it," ucap Selena sembari menengok kanan kiri lagi.Seseorang tersenyum dibalik tembok yang tak terlihat oleh Selena. Ia tersenyum mendengar ucapan Selena yang mengucap terima k

    Last Updated : 2022-11-09
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 13

    Selena menghentikan langkah, saat ia hendak keluar. Ia berbalik dan menghadap Daniel."Sebenarnya apa maumu?!!!" pekik Selena geram. "Tidak usah berteriak! Orang-orang akan mendengar dan mengira di sini sedang terjadi sesuatu, nona," ucap Daniel memperingatkan. Seketika Selena menatap sekelilingnya. Ia merasa di bodohi. Mana mungkin hotel berbintang lima ini, apalagi suite room akan terdengar dari luar. Yang jelas setiap kamar di hotel ini kedap suara. "Jangan membuatku marah, Tuan! Berikan aku hukuman, tapi tidak dengan itu!" ucap Selena dingin dan sedikit memelas. "Aku tak benar-benar menikahimu, Nona. Hanya kontrak untuk beberapa bulan saja," sambung Daniel membuat Selena kembali menatap pria di depannya. "Anda jangan gila, Pak! Apa kau pikir, pernikahan itu sebuah permainan?!""Lalu? Apa kau mau sebuah pernikahan sungguhan? Oke, tidak masalah bagiku," jawab Daniel enteng dengan mengedikkan bahunya. Dan hal itu sukses membuat Selena semakin menganga tidak percaya."Maaf! Aku t

    Last Updated : 2022-11-09
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 14

    Alvaro menarik napas panjang. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya di tempat yang sudah beberapa kali ia pijakkan kakinya di sana. Namun, kali ini ia berada di negeri orang sendirian. Tanpa ada seseorang yang ia kenal, tanpa kakaknya, tanpa kakeknya yang selalu ia mintai sesuatu jika ia kurang sesuatu. Ah, sebenarnya ia tak benar-benar sendiri. Karena kakeknya itu sudah mengutus dua pengawal serta satu asisten rumah tangga untuk merawat rumahnya yang akan ia jadikan tempat tinggal selama ia melanjutkan study di sini.Hari pertama ia berada di negeri orang, ia ingin berjalan-jalan sendiri sekitar komplek rumahnya. Mungkin, karena ini hari libur bagi semua orang yang bekerja dan belajar. Yah, ini weekend semua orang sehingga pagi ini masih terasa sepi.Alvaro juga tak mengijinkan dua pengawalnya, karena ia ingin berjalan-jalan sendiri. Cekrek! Cekrek! Cekrek!Alvaro memotret beberapa tempat bagus yang akan ia tunjukkan pada Selena. Sedari ia turun dari pesawat memang belum mengabari

    Last Updated : 2022-11-10

Latest chapter

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 98. Epilog 2 (TAMAT)

    Apa?!" Begitulah jika Selena ada maunya. Ia akan memanggil Daniel dengan sebutan 'Sayang', karena tahu suaminya itu tidak akan menolak. "Ya, baiklah. Besok aku akan mengurus semuanya," jawab Daniel meski dalam otaknya sudah pusing memikirkan segalanya. Bahkan, pagi-pagi sekali Daniel menghubungi dokter kandungan yang biasa menangani Selena. Sebenarnya, saat check up sejak sebulan yang lalu, dokter sudah bisa memprediksi jenis kelamin bayi Selena dan Daniel. Namun, Selena mengatakan agar tidak mengatakannya. Ia bilang, agar menjadi surprise saat bayinya lahir. Namun, siapa yang menyangka, jika keinginan istri Daniel mendadak berubah?Dokter sudah menuliskan jenis kelamin anak Selena dan Daniel dalam sebuah kertas yang digulung pada sebuah tabung plastik. Lalu memasukkannya ke dalam sebuah balon besar. Karena acaranya begitu mendadak, jadi Daniel tak bisa berpikir untuk melakukan ide rencana yang lebih baik. Untuk itu, ia hanya mengadakan acara seperti pada umumnya. Jika saja Dani

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 97. Epilog 1

    Waktu terus berlalu. Bahkan musim telah berganti. Segala masalah yang mereka lewati pun telah menjadi hal yang hanya bisa diingat. Kita tak akan pernah tahu dengan apa yang akan terjadi. Bahkan kesulitan yang kita alami juga datangnya dari Yang Maha Kuasa, semata hanya untuk memberi kemudahan setelah kita bisa melewatinya. Meninggalnya kedua orang tua Selena, pernikahan kontrak yang dilakukan Daniel dan Selena, bahkan harus rela berpisah dengan Alvaro yang notabene adalah kekasihnya. Kemudian meninggalnya sang kakek, kejadian Alvaro di luar negeri dengan Nick, atau kembalinya sang Mama yang membuat Alvaro dan Daniel menangis haru. Serta cinta yang perlahan tumbuh di hati Selena untuk Daniel ataupun sikap rela menerima Alvaro yang mau bertanggung jawab atas Jessica, semua sudah tak luput dari campur tangan Tuhan. Lalu, kini keluarga yang sedang berbahagia itu, sedang riuh menanti kelahiran seorang bayi yang sudah ditunggu sejak sembilan bulan lamanya. Alvaro menangis haru, saat per

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 96. Usai

    Setelah drama sesenggukan Jessica di kamar rias, kini sepasang mempelai pengantin itu sedang berjalan menuju altar. Tentu saja Jessica sudah diperbaiki make upnya. Karena air matanya tentu membuat riasan Jessica sedikit rusak. Daniel mengundang semua rekan kerjanya, serta para karyawan di seluruh cabang Jaya Group. Membuat pesta pernikahan Alvaro terasa sangat meriah. "Kenapa kau memandangnya seperti itu?" tanya Daniel ketika Selena menyaksikan Alvaro dan Jessica sebagai raja dan ratu hari ini. Selena hanya memutar bola mata malas. Ia tahu, suaminya itu pasti dalam mode cemburu. "Sayang, aku punya mata. Dan kau sangat tahu apa gunanya mata, kan? Untuk apa punya mata, jika tak digunakan dengan baik?" jawab Selena sehalus mungkin. "Tapi, memandang seperti itu, apakah itu cara yang baik?" protes Daniel kembali membuat Selena menarik napas panjang. Apa salahnya melihat pasangan yang menikah itu sedang berbahagia? "Apa aku tak boleh melihatnya? Apa aku harus ke kamar saja?" kesal Sel

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 95. Before Wedding

    Selena mengeratkan pegangannya pada gelas. Ia sudah menduga bahwa Daniel akan berpikir demikian. Salahnya sendiri, kenapa ia menampilkan sikap yang aneh. "Daniel... Aku tidak...""Aku tidak apa-apa, Selena. Aku sangat tahu hatimu. Wajar saja jika kau...""Aku tidak cemburu, Daniel. Aku hanya heran saja, mereka,... Alvaro sangat cepat dekat dengan Jessica. Juga, Jessica..."Selena menggantungkan ucapannya. Ia menyadari jika maksud dari ucapannya juga masih mengandung maksud yang dikatakan Daniel. Daniel segera menangkap kegelisahan istrinya itu. Ia menghampiri Selena, dan meletakkan gelas yang dibawa olehnya. "Tak perlu kau menjelaskan, aku sudah paham. Aku tahu. Sangat tahu. Memang tidak mudah melupakan seseorang yang pernah mengisi hati kita. Namun, harus selalu kau ingat, bahwa ada aku, di sisimu," ujar Daniel meletakkan sebelah tangan Selena di dadanya. Selena tersenyum lega. Sebelumnya ia takut, jika Daniel akan salah sangka padanya. Namun, siapa yang menyangka jika suaminya s

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 94. Apa kau cemburu?

    "Daniel?! Kau?! Bagaimana kau bisa ada di sini?" pekik Alvaro yang segera beranjak dan berhadapan dengan Daniel. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Al?!""Kau pun tak menghiraukan pertanyaanku, Niel!" kesal Alvaro kemudian. Keduanya mendengkus kesal bersamaan. Membuat Daniel tersenyum geli melihatnya. Ia sadar, dirinya dan adiknya adalah dua orang yang hampir sama memiliki sifat. Yaitu tidak sabaran, dan mungkin mau menang sendiri. "Oke, fine! Tadi aku mengikutimu dari belakang karena...""Dasar penguntit!" kesal Alvaro dan Daniel tercengang mendengarnya. "Dengarkan aku dulu, Adik laknat!" maki Daniel yang terpancing kesal. Alvaro hanya mendengus kasar dan membuang muka. Ia enggan bertatap muka dengan kakaknya itu. "Aku hanya menghawatirkanmu. Jadi aku mengikutimu. Apa aku salah?" "Salah! Karena kau plin plan dengan ucapanmu!" ketus Alvaro beranjak keluar dari kamarnya. Ia tak ingin istirahat Jessica terganggu. "Plin plan? Apa maksudmu?" tanya Daniel heran. Ia mengikuti langkah a

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 93. Jessica muntah-muntah

    Sejak kepergian Alvaro saat mereka berpisah di Bandara, sejak itu pula Jessica merasakan kegelisahan. Gelisah karena sepertinya perutnya mulai mengalami rasa tidak nyaman seperti beberapa terakhir yang ia alami. Namun, kembali Jessica mengingat apa yang diucapkan Alvaro tadi, ia memejamkan mata dan mengingat pelukan Alvaro serta mengingat aroma tubuh calon Ayah dari anaknya itu. Sungguh, dia bukan wanita mesum selama ini. Namun, entah kenapa pikirannya tentang Alvaro sedikit membantu mengusir rasa tidak nyaman seperti mual yang ia alami. "Huufftt. Bagus, seperti itu Jessica. Kau pasti bisa," gumam Jessica terus menerus mensugesti dirinya sendiri agar tak menuruti rasa mualnya. Setibanya di apartemen Alvaro, Jessica menemukan kamar Alvaro dengan khas aroma laki-laki itu. Membuatnya merasa senang karena sepertinya ia bisa merasakan kehadiran Alvaro di sini. "Aku akan tidur di kamar ini, Anna. Bolehkah?" tanya Jessica sedikit takut. "Tentu saja, Nona. Tuan Alvaro memberiku pesan unt

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 92. Baik-baik saja.

    Daniel memutar tubuhnya dan memeluk erat tubuh Selena. Ia seakan siap membiarkan pisau yang dipegang Angel untuk menusuk tubuhnya. Namun, sepersekian detik, ia masih tak merasakan apapun juga."Alvaro!" histeris Selena. Sontak membuat Daniel menoleh ke belakang.Ia terkejut melihat adiknya terkulai lemas dan melihat darah dari punggungnya. Daniel tercengang. Ia masih tidak percaya bahwa Alvaro menggantikan dirinya ditikam oleh Angel. Segera ia menghampiri tubuh Alvaro dan menopangnya. "Tidak! Boy? Kau tidak apa-apa, kan?" ucap Arkanta yang juga segera menghampiri Alvaro. Darah yang terlihat di tangan Daniel membuat amarahnya mencuat. "Brengsek!" Daniel menarik kerah baju Arkanta dan...Bug"Lihat ulahmu, Brengsek!" Arkanta jatuh tersungkur akibat pukulan keras dari Daniel. Bahkan, laki-laki itu lupa akan status Arkanta yang sebagai Ayahnya. Namun, Daniel sudah tidak peduli. Bahkan, bertahun-tahun lalu ia sudah tak menganggapnya sebagai seorang Ayah.Setelah melukai dan mengurung

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 91. Penyerangan

    Dua insan yang sedang dimabuk gairah itu sedang berada dalam ruangan dan tengah memadu kasih layaknya pasangan suami istri. Lenguhan, desahan terdengar hebat menggema di ruangan yang cukup besar milik Arkanta. Untung saja, Arkanta membuat ruangan itu kedap suara, karena memang itulah tujuannya ia mendirikan kamar itu. Kegiatan panas Arkanta dan Angel terhenti ketika ketukan pintu terdengar keras dan menuntut untuk segera dibuka. Bahkan, Arkanta menggeram marah dan berjanji akan membunuh siapa saja yang mengganggu aktifitasnya. "Brengsek! Apa yang kalian lakukan!" marah Arkanta saat telah membuka pintu kamarnya. Bahkan, ia tak sempat memakai pakaiannya, hanya sehelai handuk yang menutupi bagian bawah. Arkanta benar-benar marah. Bagaimana tidak, gairahnya sedang diubun-ubun, tapi semua harus terhenti karena pengawalnya datang."Bos! Ada yang datang menyerbu markas kita!" seru salah seorang pengawal membuat Arkanta mendelikkan mata tidak percaya."Apa?!" Deru napas Arkanta makin membur

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 90. Aksi Penyelamatan Selena

    Dulu, saat Selena dan Alvaro masih menjadi sepasang kekasih, hanya dengan isyarat mata saja mereka seolah mengerti maksudnya. Seperti saat ada kuliah yang terasa membosankan, Alvaro hanya mengisyaratkan mata pada Selena dengan maksud keluar dari kelas. Mereka sangat terpingkal setelah keluar dari kelas dimana jam kuliah yang bagi mereka terasa membosankan. Kini, mungkin karena tak lagi bersama, atau mungkin cinta Selena telah hilang dan sirna dari hatinya, hingga lupa tentang isyarat mata yang sering mereka lakukan di kampus. "Baiklah, Boy! Malam ini kita istirahat dulu. Aku sudah mempersiapkan kepergian kita besok. Jadi bersiaplah. Dan jangan mengelabuhiku," ucap Arkanta yang menghentikan isyarat mata Alvaro pada Selena. Untung saja Arkanta tidak melihatnya. "Baiklah, Ayah! Aku sangat senang sekali dengan rencanamu. Sepertinya, malam ini aku akan mimpi indah karena mendapat kejutan darimu," sahut Alvaro yang diakhiri dengan tawa menggelegarnya berharap apa yang dilakukannya diperc

DMCA.com Protection Status