Share

Bab 14

Penulis: Little Casper
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Alvaro menarik napas panjang. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya di tempat yang sudah beberapa kali ia pijakkan kakinya di sana.

Namun, kali ini ia berada di negeri orang sendirian. Tanpa ada seseorang yang ia kenal, tanpa kakaknya, tanpa kakeknya yang selalu ia mintai sesuatu jika ia kurang sesuatu.

Ah, sebenarnya ia tak benar-benar sendiri. Karena kakeknya itu sudah mengutus dua pengawal serta satu asisten rumah tangga untuk merawat rumahnya yang akan ia jadikan tempat tinggal selama ia melanjutkan study di sini.

Hari pertama ia berada di negeri orang, ia ingin berjalan-jalan sendiri sekitar komplek rumahnya. Mungkin, karena ini hari libur bagi semua orang yang bekerja dan belajar. Yah, ini weekend semua orang sehingga pagi ini masih terasa sepi.

Alvaro juga tak mengijinkan dua pengawalnya, karena ia ingin berjalan-jalan sendiri.

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

Alvaro memotret beberapa tempat bagus yang akan ia tunjukkan pada Selena. Sedari ia turun dari pesawat memang belum mengabari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 15

    "Daniel, tunggu!!" pekik Sandy, lalu mengejarnya. Sedang Daniel sudah bertanya pada semua pegawai yang ia temui."Dia tidak masuk," ucap Daniel menghela napas panjang sembari duduk di pantry. Sandy melihat gurat sedih di wajah Daniel."Tadi aku mau mengatakan hal itu. Kalau, Selena tidak masuk hari ini," ucap Sandy menyesal karena baru mengatakannya sekarang. "Kau?!" Daniel terlihat marah. "Aku rasa, kau sudah benar-benar mencintainya," kata Sandy. "Pcckkk. Sudah berapa kali aku bilang. Aku hanya, ...""Niel. Mencintai itu tidak salah. Itu wajar dan sah-sah saja. Apa kau takut orang-orang mengataimu kalau kau mencintainya?" ucap Sandy membuat Daniel bungkam. Daniel juga masih belum tahu jelas tentang hal itu. Ia pikir, ia hanya ingin memanfaatkan Selena untuk kepentingannya. Tapi, ia juga tidak memungkiri bahwa ia juga menyukai gadis itu sejak pertama kali melihat. Daniel menghela napas panjang. Ia kembali berdiri dan berjalan menuju ruangannya. Diikuti Sandy di belakangnya. "Da

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 16

    "Siapkan mobil!" titah Daniel yang diangguki Sandy dengan senyum. Untuk kali ini, entah kenapa Sandy sangat mendukung temannya mengejar gadis bernama Selena. Seperti semesta sudah mendukung Daniel."Kenapa jadi begini, Bu? Jangan membuatku takut. Aku tak punya siapa-siapa lagi selain Ibu," ucap Selena sembari menggenggam tangan Ibunya. Ibunya sedang dalam keadaan tidak sadar diri karena percobaan bunuh diri dengan menyayat nadinya sebelah kiri. "Kita harus membawa Ibumu ke rumah Sakit, Selena. Perawatan luka dariku tak akan mampu mengobati sepenuhnya. Aku takut, lukanya akan menjadi infeksi atau hal buruk lainnya," ucap Rani memberi tahu Selena. "Aku benar-benar sudah tak ada uang lagi, Ran. Sudah banyak barang-barang yang kujual untuk membeli obat Ibu dan keperluan kita sehari-hari," kata Selena dengan terus memandang Ibunya sedih."Kau bisa memakai uangku dulu. Saat kau sudah gajian, kau bisa mengembalikannya.""Aku tidak mungkin melakukan itu, Ran. Aku saja tak bisa membayarmu.

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 17

    "Akhirnya, ponsel ini masih bisa diperbaiki. Padahal semua foto-fotoku bersama Selena ada di ponsel ini. Apalagi belum aku back up ke laptopku," ujar Alvaro sedih memandang ponselnya yang retak, tapi sudah bisa menyala karena telah selesai di service. Alvaro menyalin semua nomer telponnya ke dalam sim card yang baru, karena sim card nya yang lama sudah penuh. "Aku sudah sangat merindukanmu, Sel," ucap Alvaro. Jemarinya sudah menekan nomer ponsel Selena dan hendak menghubungi kekasihnya itu. Namun, ia ingin memberi kejutan pada Selena. Untuk itu, Alvaro lebih memilih ingin menghubungi Rani, perawat Ibu Selena lebih dulu. KAKEK CALLING. Nama yang muncul di layar ponselnya, membuat Alvaro mendengus pelan."Ya, hallo, Kek," sapa Alvaro pada kakeknya. "Dasar anak nakal! Kemana saja kau! Kenapa tidak pernah menghubungi Kakek?!" marah Sanjaya pada cucunya. Membuat Alvaro memejamkan mata dengan sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga. Suara kakeknya sangat-sangat mengejutkan. "Ponsel

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 18

    "No!""Tidak!"Sahut Daniel dan Selena berbarengan. Membuat Sandy mengulum senyum karenanya. "Jangan berani keluar dari sini tanpa perintah dariku," imbuh Daniel. Sandy hanya mengangguk pasrah. "Bagaimana dengan tawaranku, Selena?" ucap Daniel membuka suara pada gadis di depannya. Demi apapun juga, sebenarnya ia sangat gugup berhadapan dengan Selena. "Tentang?" "Tentang tawaran menikah denganku," sambung Daniel. Selena mengatupkan bibirnya rapat. Sebenarnya Selena juga merasa tidak enak jika ia dibantu tapi tak bisa membalas kebaikan pria itu. "Aku masih butuh waktu untuk berpikir," kata Selena."Tapi aku tak punya banyak waktu, Selena," ucap Daniel penuh penekanan. Ia menghela napas sebentar, melihat Selena sedikit terkejut dengan ucapannya. "Maaf, aku tak bermaksud, ...""Untuk berapa lama?" tanya Selena memberanikan diri. Daniel menganga mendengar pertanyaan Selena. Otaknya masih sedikit berpikir perihal ucapan Selena baru saja. "Apa maksudmu?""Kau bilang, pernikahan itu ha

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 19

    "Ya?""Apa kau tidak membaca perjanjian ini?" tanya Rani heran. "Sudah. Memang kenapa?" tanya Selena bingung. Ia meraih kertas dari tangan Rani. Lalu seketika membuka mata lebar dengan tulisan yang ditunjuk Rani sebelumnya. "Ini?" Selena terbata. Ia seperti melewatkan sesuatu dalam poin perjanjiannya. "Tapi, Pak Daniel bilang hanya enam bulan-, tidak. Tidak mungkin. Dia sudah mengatakan dengan jelas padaku. Bahwa perjanjian ini hanya enam bulan, Ran," ucap Selena dengan bingung. "Meski dia berkata seperti itu. Seharusnya kau bisa membacanya lagi, Selena," ucap Rani dengan menhela napas pelan."Dia sudah membohongimu, Ran? Dia sudah menipuku!" teriak Selena meremas kertas pernjanjian itu dan berlari keluar kamar Ibunya. "Selena berhenti!" teriak Rani. Namun gadis itu sudah menghilang di pelupuk matanya. Rani hanya menarik napas panjang dan berharap semuanya baik-baik saja. *******Brak!!"Dasar brengsek!!" teriak Selena yang tiba-tiba masuk ke ruangan Daniel. Ia menerobos masuk t

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 20

    "Kita akan mengatakan yang sejujurnya. Ibumu sedang sakit dan Ayahmu---" ucap Daniel terhenti dan menatap Selena. Karena ia memang tidak tahu tentang Ayah Selena."Ayahku sudah meninggal," jawab Selena lirih membuat Daniel mengulas senyum tipis. "Baiklah! Kita katakan yang sebenarnya seperti itu. Jika kakek menolak, aku tak akan menghiraukannya. Karena aku hanya akan menikahimu," ucap Daniel serius Membuat Selena memicingkan mata. "Ck, kau berkata seperti itu, seolah kita adalah benar-benar pasangan yang sedang tidak direstui saja," celetuk Selena sambil mengusap pipinya. Membuat Daniel tertegun dan salah tingkah. Sedangkan Sandy sedang menahan tawa karena merasa lucu dengan atasan sekaligus temannya itu. Namun, ia segera terdiam setelah mendapat lirikan tajam dari Daniel.*********"Kau lihat gadis tadi?" "Iya, Tuan!""Aku ingin kau segera mencari semua informasi dari gadis itu. Jangan sampai ada yang tertinggal. Cari tahu segala hal, bahkan hal terkecil sekalipun!" perintah San

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 21

    Tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain. Degup jantung mereka pun, rasanya hampir terdengar di telinga masing-masing. Masih dalam posisi yang sama, Daniel meneguk salivanya susah payah. Selena, gadis itu sangat harum baginya. Saat berdekatan seperti ini, rasanya ia enggan untuk menjauh. Bahkan, ia sangat ingin terus mencium aroma harum yang memanjakan indera penciumannya. Namun, fokusnya menjadi buyar saat Selena bergerak melepas pelukan Daniel saat ia akan terjatuh itu. "M ... Maaf. Aku ... Hanya reflek tadi," ucap Daniel tergagap. "Terima kasih," lirih Selena tertunduk malu. "Tidak usah ganti baju lagi. Seperti ini saja. Kita makan dulu, sambil menunggu malam tiba untuk makan malam bersama Kakek," sambung Daniel menghentikan langkah Selena. Gadis itu melirik sebentar ke arah Daniel. Kemudian kembali menunduk dan menganggukkan kepala lemah. "Mmm... Begini saja. Biar adil, aku juga akan berganti pakaian resmi sepertimu. Kau tunggu di sini dulu. Duduk saja dulu, aku akan

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 22

    "Apa kau bilang?!" tanya Selena marah. Daniel merutuki kebodohannya. Karena tak bisa mengontrol mulutnya. "Kau tak berhak menilai kekasihku! Kau tak tahu apapun tentang dia! Dan lagi, kau tak tahu keadaan yang sesungguhnya!!" teriak Selena mulai marah. Bahkan, matanya sudah membendung air mata. Daniel terdiam. Ia merasa telah melampaui batas. Tak seharusnya ia berkata begitu. "Selena, aku tak ber...""Kau tak berhak menilaiku ataupun kekasihku! Kau tak tahu apa-apa!!!'" teriak Selena menumpahkan kesedihannya. Entah bagaimana, seketika itu juga ia mengingat Alvaro, dan seakan membenarkan perkataan Daniel. Bahkan hingga kini, Alvaro pun masih belum menghubunginya. "Selena. Maaf. Aku tak bermaksud begitu." Daniel merasa bersalah karena Selena menangis begitu saja. Jika begini, maka makan malampun akan batal. Bagaimana ini?"Selena, aku minta maaf. Aku tak bermaksud menilai ataupun menyinggungmu. Aku...""Saya tidak bisa melanjutkan ini lagi. Saya harus pergi," ucap Selena hendak men

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 98. Epilog 2 (TAMAT)

    Apa?!" Begitulah jika Selena ada maunya. Ia akan memanggil Daniel dengan sebutan 'Sayang', karena tahu suaminya itu tidak akan menolak. "Ya, baiklah. Besok aku akan mengurus semuanya," jawab Daniel meski dalam otaknya sudah pusing memikirkan segalanya. Bahkan, pagi-pagi sekali Daniel menghubungi dokter kandungan yang biasa menangani Selena. Sebenarnya, saat check up sejak sebulan yang lalu, dokter sudah bisa memprediksi jenis kelamin bayi Selena dan Daniel. Namun, Selena mengatakan agar tidak mengatakannya. Ia bilang, agar menjadi surprise saat bayinya lahir. Namun, siapa yang menyangka, jika keinginan istri Daniel mendadak berubah?Dokter sudah menuliskan jenis kelamin anak Selena dan Daniel dalam sebuah kertas yang digulung pada sebuah tabung plastik. Lalu memasukkannya ke dalam sebuah balon besar. Karena acaranya begitu mendadak, jadi Daniel tak bisa berpikir untuk melakukan ide rencana yang lebih baik. Untuk itu, ia hanya mengadakan acara seperti pada umumnya. Jika saja Dani

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 97. Epilog 1

    Waktu terus berlalu. Bahkan musim telah berganti. Segala masalah yang mereka lewati pun telah menjadi hal yang hanya bisa diingat. Kita tak akan pernah tahu dengan apa yang akan terjadi. Bahkan kesulitan yang kita alami juga datangnya dari Yang Maha Kuasa, semata hanya untuk memberi kemudahan setelah kita bisa melewatinya. Meninggalnya kedua orang tua Selena, pernikahan kontrak yang dilakukan Daniel dan Selena, bahkan harus rela berpisah dengan Alvaro yang notabene adalah kekasihnya. Kemudian meninggalnya sang kakek, kejadian Alvaro di luar negeri dengan Nick, atau kembalinya sang Mama yang membuat Alvaro dan Daniel menangis haru. Serta cinta yang perlahan tumbuh di hati Selena untuk Daniel ataupun sikap rela menerima Alvaro yang mau bertanggung jawab atas Jessica, semua sudah tak luput dari campur tangan Tuhan. Lalu, kini keluarga yang sedang berbahagia itu, sedang riuh menanti kelahiran seorang bayi yang sudah ditunggu sejak sembilan bulan lamanya. Alvaro menangis haru, saat per

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 96. Usai

    Setelah drama sesenggukan Jessica di kamar rias, kini sepasang mempelai pengantin itu sedang berjalan menuju altar. Tentu saja Jessica sudah diperbaiki make upnya. Karena air matanya tentu membuat riasan Jessica sedikit rusak. Daniel mengundang semua rekan kerjanya, serta para karyawan di seluruh cabang Jaya Group. Membuat pesta pernikahan Alvaro terasa sangat meriah. "Kenapa kau memandangnya seperti itu?" tanya Daniel ketika Selena menyaksikan Alvaro dan Jessica sebagai raja dan ratu hari ini. Selena hanya memutar bola mata malas. Ia tahu, suaminya itu pasti dalam mode cemburu. "Sayang, aku punya mata. Dan kau sangat tahu apa gunanya mata, kan? Untuk apa punya mata, jika tak digunakan dengan baik?" jawab Selena sehalus mungkin. "Tapi, memandang seperti itu, apakah itu cara yang baik?" protes Daniel kembali membuat Selena menarik napas panjang. Apa salahnya melihat pasangan yang menikah itu sedang berbahagia? "Apa aku tak boleh melihatnya? Apa aku harus ke kamar saja?" kesal Sel

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 95. Before Wedding

    Selena mengeratkan pegangannya pada gelas. Ia sudah menduga bahwa Daniel akan berpikir demikian. Salahnya sendiri, kenapa ia menampilkan sikap yang aneh. "Daniel... Aku tidak...""Aku tidak apa-apa, Selena. Aku sangat tahu hatimu. Wajar saja jika kau...""Aku tidak cemburu, Daniel. Aku hanya heran saja, mereka,... Alvaro sangat cepat dekat dengan Jessica. Juga, Jessica..."Selena menggantungkan ucapannya. Ia menyadari jika maksud dari ucapannya juga masih mengandung maksud yang dikatakan Daniel. Daniel segera menangkap kegelisahan istrinya itu. Ia menghampiri Selena, dan meletakkan gelas yang dibawa olehnya. "Tak perlu kau menjelaskan, aku sudah paham. Aku tahu. Sangat tahu. Memang tidak mudah melupakan seseorang yang pernah mengisi hati kita. Namun, harus selalu kau ingat, bahwa ada aku, di sisimu," ujar Daniel meletakkan sebelah tangan Selena di dadanya. Selena tersenyum lega. Sebelumnya ia takut, jika Daniel akan salah sangka padanya. Namun, siapa yang menyangka jika suaminya s

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 94. Apa kau cemburu?

    "Daniel?! Kau?! Bagaimana kau bisa ada di sini?" pekik Alvaro yang segera beranjak dan berhadapan dengan Daniel. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Al?!""Kau pun tak menghiraukan pertanyaanku, Niel!" kesal Alvaro kemudian. Keduanya mendengkus kesal bersamaan. Membuat Daniel tersenyum geli melihatnya. Ia sadar, dirinya dan adiknya adalah dua orang yang hampir sama memiliki sifat. Yaitu tidak sabaran, dan mungkin mau menang sendiri. "Oke, fine! Tadi aku mengikutimu dari belakang karena...""Dasar penguntit!" kesal Alvaro dan Daniel tercengang mendengarnya. "Dengarkan aku dulu, Adik laknat!" maki Daniel yang terpancing kesal. Alvaro hanya mendengus kasar dan membuang muka. Ia enggan bertatap muka dengan kakaknya itu. "Aku hanya menghawatirkanmu. Jadi aku mengikutimu. Apa aku salah?" "Salah! Karena kau plin plan dengan ucapanmu!" ketus Alvaro beranjak keluar dari kamarnya. Ia tak ingin istirahat Jessica terganggu. "Plin plan? Apa maksudmu?" tanya Daniel heran. Ia mengikuti langkah a

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 93. Jessica muntah-muntah

    Sejak kepergian Alvaro saat mereka berpisah di Bandara, sejak itu pula Jessica merasakan kegelisahan. Gelisah karena sepertinya perutnya mulai mengalami rasa tidak nyaman seperti beberapa terakhir yang ia alami. Namun, kembali Jessica mengingat apa yang diucapkan Alvaro tadi, ia memejamkan mata dan mengingat pelukan Alvaro serta mengingat aroma tubuh calon Ayah dari anaknya itu. Sungguh, dia bukan wanita mesum selama ini. Namun, entah kenapa pikirannya tentang Alvaro sedikit membantu mengusir rasa tidak nyaman seperti mual yang ia alami. "Huufftt. Bagus, seperti itu Jessica. Kau pasti bisa," gumam Jessica terus menerus mensugesti dirinya sendiri agar tak menuruti rasa mualnya. Setibanya di apartemen Alvaro, Jessica menemukan kamar Alvaro dengan khas aroma laki-laki itu. Membuatnya merasa senang karena sepertinya ia bisa merasakan kehadiran Alvaro di sini. "Aku akan tidur di kamar ini, Anna. Bolehkah?" tanya Jessica sedikit takut. "Tentu saja, Nona. Tuan Alvaro memberiku pesan unt

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 92. Baik-baik saja.

    Daniel memutar tubuhnya dan memeluk erat tubuh Selena. Ia seakan siap membiarkan pisau yang dipegang Angel untuk menusuk tubuhnya. Namun, sepersekian detik, ia masih tak merasakan apapun juga."Alvaro!" histeris Selena. Sontak membuat Daniel menoleh ke belakang.Ia terkejut melihat adiknya terkulai lemas dan melihat darah dari punggungnya. Daniel tercengang. Ia masih tidak percaya bahwa Alvaro menggantikan dirinya ditikam oleh Angel. Segera ia menghampiri tubuh Alvaro dan menopangnya. "Tidak! Boy? Kau tidak apa-apa, kan?" ucap Arkanta yang juga segera menghampiri Alvaro. Darah yang terlihat di tangan Daniel membuat amarahnya mencuat. "Brengsek!" Daniel menarik kerah baju Arkanta dan...Bug"Lihat ulahmu, Brengsek!" Arkanta jatuh tersungkur akibat pukulan keras dari Daniel. Bahkan, laki-laki itu lupa akan status Arkanta yang sebagai Ayahnya. Namun, Daniel sudah tidak peduli. Bahkan, bertahun-tahun lalu ia sudah tak menganggapnya sebagai seorang Ayah.Setelah melukai dan mengurung

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 91. Penyerangan

    Dua insan yang sedang dimabuk gairah itu sedang berada dalam ruangan dan tengah memadu kasih layaknya pasangan suami istri. Lenguhan, desahan terdengar hebat menggema di ruangan yang cukup besar milik Arkanta. Untung saja, Arkanta membuat ruangan itu kedap suara, karena memang itulah tujuannya ia mendirikan kamar itu. Kegiatan panas Arkanta dan Angel terhenti ketika ketukan pintu terdengar keras dan menuntut untuk segera dibuka. Bahkan, Arkanta menggeram marah dan berjanji akan membunuh siapa saja yang mengganggu aktifitasnya. "Brengsek! Apa yang kalian lakukan!" marah Arkanta saat telah membuka pintu kamarnya. Bahkan, ia tak sempat memakai pakaiannya, hanya sehelai handuk yang menutupi bagian bawah. Arkanta benar-benar marah. Bagaimana tidak, gairahnya sedang diubun-ubun, tapi semua harus terhenti karena pengawalnya datang."Bos! Ada yang datang menyerbu markas kita!" seru salah seorang pengawal membuat Arkanta mendelikkan mata tidak percaya."Apa?!" Deru napas Arkanta makin membur

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 90. Aksi Penyelamatan Selena

    Dulu, saat Selena dan Alvaro masih menjadi sepasang kekasih, hanya dengan isyarat mata saja mereka seolah mengerti maksudnya. Seperti saat ada kuliah yang terasa membosankan, Alvaro hanya mengisyaratkan mata pada Selena dengan maksud keluar dari kelas. Mereka sangat terpingkal setelah keluar dari kelas dimana jam kuliah yang bagi mereka terasa membosankan. Kini, mungkin karena tak lagi bersama, atau mungkin cinta Selena telah hilang dan sirna dari hatinya, hingga lupa tentang isyarat mata yang sering mereka lakukan di kampus. "Baiklah, Boy! Malam ini kita istirahat dulu. Aku sudah mempersiapkan kepergian kita besok. Jadi bersiaplah. Dan jangan mengelabuhiku," ucap Arkanta yang menghentikan isyarat mata Alvaro pada Selena. Untung saja Arkanta tidak melihatnya. "Baiklah, Ayah! Aku sangat senang sekali dengan rencanamu. Sepertinya, malam ini aku akan mimpi indah karena mendapat kejutan darimu," sahut Alvaro yang diakhiri dengan tawa menggelegarnya berharap apa yang dilakukannya diperc

DMCA.com Protection Status