SelenaTak pernah terpikirkan olehku, tentang semua yang terjadi sekarang. Semua terjadi begitu cepat. Dan seakan aku tak bisa lagi mengubahnya. Aku hanya bisa menjalaninya tanpa bisa lagi berkata tidak. Aku pasrah. Aku lelah terus memberontak dan memendam benci pada orang yang sebenarnya tak sepenuhnya jahat. Bukan salah Daniel yang menyeretku dalam kehidupannya. Aku yang menerima pernikahan kontrak ini dan menyetujui persyaratannya. Lagipula, aku tak pernah melihat Daniel memperlakukanku dengan buruk. Karena yang kulihat akhir-akhir ini, hanya ada rasa cinta dan sayang yang ditunjukkan oleh Daniel. Apa aku salah? Alvaro. Mendengar nama laki-laki itu rasanya hatiku kembali patah melihat dengan apa yang menimpa pada kami. Hubungan kami dulu yang begitu manis, lenyap begitu saja sejak kecelakaan kedua orang tuaku. Aku sakit hati? Kecewa? Pasti. Karena aku sudah menyayanginya selama bertahun-tahun bersamanya. Dan sekarang, aku sedang menuju ke tempatnya. Dimana kata Daniel mengatakan
Daniel.Aku mengepalkan tangan erat begitu mendengar penjelasan Dokter. Alvaro sudah terjangkit Narkoba dengan dosis yang lumayan tinggi. Hingga membuat Alvaro mengalami sakau dan seakan tak bisa terkendali. Dokter menyarankan agar Alvaro segera melakukan rehabilitasi agar tak berakibat lebih fatal dari ini. Karena Alvaro masih sangat baru mengenal obat terlarang itu, sehingga Dokter mengatakan akan lebih cepat proses pemulihannya. "Baik, Dok. Lakukan yang terbaik untuk adik saya. Lebih cepat lebih baik. Saya yakin, Alvaro pasti bisa melewati ini semua," kataku sebelum benar-benar pamit dari sana. Yang membuatku heran adalah, darimana Alvaro mengenal barang terlarang itu. Adikku satu itu bukan anak berandal yang mau saja memakai obat terlarang itu. Apalagi, sejak dia ke luar negeri, aku tidak melihat tanda-tanda dia seperti orang yang depresi atau hal semacamnya yang membuat ia harus lari pada obat-obatan terlarang. Hal ini menjadi tugasku untuk mencari tahu sebabnya. Apalagi, Kak
Mobil yang kutumpangi berhenti di depan sebuah gedung tinggi nan megah. Jujur saja, ini adalah kali pertama aku ke luar negeri. Katakanlah aku gadis kampung. Melihat semua hal begini saja membuatku sangat takjub. Sebenarnya, sejak pertama kali menginjakkan kaki di rumah mewah Daniel, sejak itulah aku baru menyadari jika di dunia ini benar-benar ada orang-orang kaya seperti dalam film atau novel yang aku baca. "Anda bisa tidur di kamar ini, Nona. Ah ya, aku akan mengambilkan selimut untukmu. Jika malam semakin larut, di sini akan terasa semakin dingin," ucap Anna yang sibuk menyiapkan segala sesuatu untukku. Membuatku merasa tidak nyaman karena harus merepotkan wanita yang lebih tua dariku itu. "Anna, kau tak perlu repot untukku. Aku bisa meminta tolong padamu, jika aku membutuhkannya nanti. Kau istirahatlah, wajahmu terlihat lelah," kataku mencegahnya pergi untuk mengambilkan selimut. Dia menghela napas lelah, "benar. Sedari semalam aku tak bisa tidur karena memikirkan Tuan Alvaro.
"Hei! Hello, Friend! Long time no see," sapa seseorang yang langsung aku tatap tajam dirinya. "Aku tak mau berbasa-basi, Nick! Kenapa kau lakukan itu pada adikku?!" geramku menatap wajah yang sudah lama tak kutemui. Nick tertawa sebelum menjawab pertanyaanku. Dan aku sungguh muak mendengarnya. "Ayolah, Friend! Aku hanya sedikit bermain-main dengannya," jawabnya dengan santai yang semakin membuatku marah. "Kau pikir ini sebuah lelucon?!" Aku menarik kerah bajunya dengan geram."Itu karena ulahmu sendiri, Niel! Kau yang menolak adikku waktu itu! Kau juga menolak bermain bersamaku!" jawabnya membuatku menghempaskannya kasar."Dasar bodoh! Perasaan itu tidak bisa dipaksa, Nick! Dan kau pikir, menggunakan barang terlarang itu sebuah permainan bagimu?!" kesalku dengan menatapnya tajam. "Angel sudah memberikan banyak waktu untukmu, Niel! Tidak bisakah kau memberinya kesempatan?!""Aku hanya menganggapnya teman, Nick!""Dan kau memberi perhatian padanya, Niel!""Mustahil aku memperlakuka
"Ini kan...?" Aku terkejut saat melihat foto Daniel yang ditunjukkan oleh seorang wanita cantik dengan gaya elegant dan semua barang mahal yang melekat di tubuhnya. Aku menatapnya sebentar, lalu hendak bertanya, tapi Anna lebih dulu mengeluarkan suara. "Kalau boleh saya tahu, anda siapa, Nona? Ada keperluan apa anda mencari Tuanku?" tanya Anna dan wanita itu menampilkan senyum indahnya. Ah, rasanya siapapun yang melihatnya pasti akan terpukau. Dia, sangat cantik. "Benarkah? Akhirnya, aku menemukannya! Sudah dua bulan ini aku mencarinya, tapi Daniel tak pernah ada di tempat biasa kita bertemu. Sedangkan aku tidak tahu rumahnya. Bisa panggilkan Daniel untuk menemuiku sekarang?" tanyanya membuatku terdiam dan tetap mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari bibir manis itu. Sayang sekali. Dia cantik, tapi sikapnya sedikit, tidak sopan."Anda belum menjawab pertanyaan saya, Nona? Ada keperluan apa, anda dengan Tuan Daniel?" tanya Anna lagi. "Aku kekasihnya. Jadi, tolong panggilkan Da
Aku sangat terkejut melihat Angel yang sedang bersama Selena dan berlari menghampiriku. Semakin tidak percaya saat Angel memelukku dan aku melihat raut wajah Selena yang menampilkan ketidaksukaannya. Bagaimana bisa Angel tahu, jika aku ada di sini?"Daniel, aku merindukanmu," ucapnya dan memelukku erat. Satu hal yang tak aku suka dari Angel adalah, dia selalu seenaknya sendiri. Bahkan, aku tahu jika sikapnya seperti ini bukan hanya padaku saja. Melainkan pada setiap teman prianya. Wajar saja karena ia tinggal di luar negeri. "Apa yang kau lakukan di sini, Angel?!" tegasku padanya dan melepas kasar pelukan Angel dari pinggangku."Daniel, aku sudah lama mencarimu kemana-mana. Kau tak pernah memberitahu alamatmu padaku," ujarnya dengan manja dan aku hanya mendengus kesal. "Dengar, Angel! Satu hal yang harus kau tahu. Aku, sudah menikah. So, jaga sikapmu ini!""Menikah? Kau jangan berbohong padaku, Niel! Siapa wanita itu? Siapa?!" teriak Angel yang tak aku hiraukan. Aku berlari mengeja
Ada pepatah mengatakan, jika cinta datang karena terbiasa bertemu. Sebuah kata-kata yang baru saja aku pikirkan dan tak pernah kubayangkan akan muncul dalam benakku. Dulu, aku mengira, mengenal Alvaro dan mencintainya adalah sesuatu hal terbesar yang terjadi dalam hidupku. Disaat diriku hanyalah orang biasa yang hidup di kalangan orang kurang berada, tapi merasa istimewa karena mendapat cinta yang tulus darinya. Aku kira, Alvaro adalah cinta pertama dan terakhirku. Namun, siapa yang mengira jika pada akhirnya, hatiku menjadi aneh setelah beberapa hal yang terjadi belakangan ini. Ada apa dengan hatiku?Berada di dekat Daniel baru-baru ini membuatku merasa aneh. Apalagi setelah mendengar perkataannya tadi, "tidak bisakah kau percaya, bahwa aku benar-benar mencintaimu?" katanya. Dan kata-kata itu seolah menggema dan terus terngiang di telingaku. BRUK!"Daniel?!" pekikku melihat Daniel jatuh tersungkur ketika aku membuka pintu kamar. "Arrghh!" Daniel meringis dan sepertinya dia benar
"Keadaan di sini mulai tidak kondusif, Niel. Satu kantor mulai membicarakan tentangmu, karena ada wacana dari sebuah postingan tak bernama yang mengulas tentang dirimu. Aku tidak yakin para atasan di sini masih bisa menerimamu, Niel," ujar Sandy melalui telepon. Aku sedang bersiap untuk mengadakan meeting virtual malam ini. Juga mengklarifikasi dari postingan di website perusahaan yang aku duga adalah ulah Joshua. Laki-laki itu masih tak diam saja karena aku sudah punya kartu As dari dirinya. "Baiklah, San. Setelah meeting selesai kita lakukan rencana pertama untuk memberi peringatan Joshua. Dia pikir aku main-main dengan ancamanku," ucapku mengakhiri panggilan dengan Sandy. Lalu mulai menghadap laptop-ku, karena akan segera mulai meeting. Namun, pendengaranku sedikit menangkap suara dari arah dapur. Dan benar saja, Selena masih terjaga. Aku menahan Selena agar tak kembali ke kamarnya, dan menyuruhnya mendampingi meetingku dengan dalih aku tak bisa mencatat poin-poin penting dalam