"Hei! Hello, Friend! Long time no see," sapa seseorang yang langsung aku tatap tajam dirinya. "Aku tak mau berbasa-basi, Nick! Kenapa kau lakukan itu pada adikku?!" geramku menatap wajah yang sudah lama tak kutemui. Nick tertawa sebelum menjawab pertanyaanku. Dan aku sungguh muak mendengarnya. "Ayolah, Friend! Aku hanya sedikit bermain-main dengannya," jawabnya dengan santai yang semakin membuatku marah. "Kau pikir ini sebuah lelucon?!" Aku menarik kerah bajunya dengan geram."Itu karena ulahmu sendiri, Niel! Kau yang menolak adikku waktu itu! Kau juga menolak bermain bersamaku!" jawabnya membuatku menghempaskannya kasar."Dasar bodoh! Perasaan itu tidak bisa dipaksa, Nick! Dan kau pikir, menggunakan barang terlarang itu sebuah permainan bagimu?!" kesalku dengan menatapnya tajam. "Angel sudah memberikan banyak waktu untukmu, Niel! Tidak bisakah kau memberinya kesempatan?!""Aku hanya menganggapnya teman, Nick!""Dan kau memberi perhatian padanya, Niel!""Mustahil aku memperlakuka
"Ini kan...?" Aku terkejut saat melihat foto Daniel yang ditunjukkan oleh seorang wanita cantik dengan gaya elegant dan semua barang mahal yang melekat di tubuhnya. Aku menatapnya sebentar, lalu hendak bertanya, tapi Anna lebih dulu mengeluarkan suara. "Kalau boleh saya tahu, anda siapa, Nona? Ada keperluan apa anda mencari Tuanku?" tanya Anna dan wanita itu menampilkan senyum indahnya. Ah, rasanya siapapun yang melihatnya pasti akan terpukau. Dia, sangat cantik. "Benarkah? Akhirnya, aku menemukannya! Sudah dua bulan ini aku mencarinya, tapi Daniel tak pernah ada di tempat biasa kita bertemu. Sedangkan aku tidak tahu rumahnya. Bisa panggilkan Daniel untuk menemuiku sekarang?" tanyanya membuatku terdiam dan tetap mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari bibir manis itu. Sayang sekali. Dia cantik, tapi sikapnya sedikit, tidak sopan."Anda belum menjawab pertanyaan saya, Nona? Ada keperluan apa, anda dengan Tuan Daniel?" tanya Anna lagi. "Aku kekasihnya. Jadi, tolong panggilkan Da
Aku sangat terkejut melihat Angel yang sedang bersama Selena dan berlari menghampiriku. Semakin tidak percaya saat Angel memelukku dan aku melihat raut wajah Selena yang menampilkan ketidaksukaannya. Bagaimana bisa Angel tahu, jika aku ada di sini?"Daniel, aku merindukanmu," ucapnya dan memelukku erat. Satu hal yang tak aku suka dari Angel adalah, dia selalu seenaknya sendiri. Bahkan, aku tahu jika sikapnya seperti ini bukan hanya padaku saja. Melainkan pada setiap teman prianya. Wajar saja karena ia tinggal di luar negeri. "Apa yang kau lakukan di sini, Angel?!" tegasku padanya dan melepas kasar pelukan Angel dari pinggangku."Daniel, aku sudah lama mencarimu kemana-mana. Kau tak pernah memberitahu alamatmu padaku," ujarnya dengan manja dan aku hanya mendengus kesal. "Dengar, Angel! Satu hal yang harus kau tahu. Aku, sudah menikah. So, jaga sikapmu ini!""Menikah? Kau jangan berbohong padaku, Niel! Siapa wanita itu? Siapa?!" teriak Angel yang tak aku hiraukan. Aku berlari mengeja
Ada pepatah mengatakan, jika cinta datang karena terbiasa bertemu. Sebuah kata-kata yang baru saja aku pikirkan dan tak pernah kubayangkan akan muncul dalam benakku. Dulu, aku mengira, mengenal Alvaro dan mencintainya adalah sesuatu hal terbesar yang terjadi dalam hidupku. Disaat diriku hanyalah orang biasa yang hidup di kalangan orang kurang berada, tapi merasa istimewa karena mendapat cinta yang tulus darinya. Aku kira, Alvaro adalah cinta pertama dan terakhirku. Namun, siapa yang mengira jika pada akhirnya, hatiku menjadi aneh setelah beberapa hal yang terjadi belakangan ini. Ada apa dengan hatiku?Berada di dekat Daniel baru-baru ini membuatku merasa aneh. Apalagi setelah mendengar perkataannya tadi, "tidak bisakah kau percaya, bahwa aku benar-benar mencintaimu?" katanya. Dan kata-kata itu seolah menggema dan terus terngiang di telingaku. BRUK!"Daniel?!" pekikku melihat Daniel jatuh tersungkur ketika aku membuka pintu kamar. "Arrghh!" Daniel meringis dan sepertinya dia benar
"Keadaan di sini mulai tidak kondusif, Niel. Satu kantor mulai membicarakan tentangmu, karena ada wacana dari sebuah postingan tak bernama yang mengulas tentang dirimu. Aku tidak yakin para atasan di sini masih bisa menerimamu, Niel," ujar Sandy melalui telepon. Aku sedang bersiap untuk mengadakan meeting virtual malam ini. Juga mengklarifikasi dari postingan di website perusahaan yang aku duga adalah ulah Joshua. Laki-laki itu masih tak diam saja karena aku sudah punya kartu As dari dirinya. "Baiklah, San. Setelah meeting selesai kita lakukan rencana pertama untuk memberi peringatan Joshua. Dia pikir aku main-main dengan ancamanku," ucapku mengakhiri panggilan dengan Sandy. Lalu mulai menghadap laptop-ku, karena akan segera mulai meeting. Namun, pendengaranku sedikit menangkap suara dari arah dapur. Dan benar saja, Selena masih terjaga. Aku menahan Selena agar tak kembali ke kamarnya, dan menyuruhnya mendampingi meetingku dengan dalih aku tak bisa mencatat poin-poin penting dalam
Mimpi sialan! Bagaimana bisa aku bermimpi dengan Daniel seolah sedang bercinta. Apa yang merasukimu, Selena! Dan lelucon Daniel benar-benar membuatku bodoh, seakan percaya dengan ucapannya. Mimpiku dan ucapan Daniel seolah membuat otakku membenarkan jika semalam terjadi sesuatu pada kami. Padahal aku hanya mimpi. Mimpi saling mengucap kata cinta. Sialan!Hari ini, Daniel mengajakku berjalan-jalan ke pusat kota. Ia bilang sebagai permintaan maaf karena mengerjaiku pagi ini. Aku mengiyakan saja, karena aku pikir, aku butuh hiburan di tempat asing ini. Keadaan kota di sini sangat bersih. Lalu lalang kendaraan rasanya tak terlalu penuh seperti di Indonesia. Membuatku merasa tenang dan damai di sini. "Kau suka memasak?" tanya Daniel tiba-tiba memecah keheningan beberapa saat kami di dalam mobil. "Kurasa begitu," jawabku sekenanya dengan terus menatap jalan raya. "Apa kau bisa membuat schotel?" tanyanya membuatku menoleh ke arahnya. "Makaroni?" "Ya. Tiba-tiba saja, aku ingin makan it
Bagai sebuah keajaiban datang pada hidupku. Seperti, Tuhan sudah mengabulkan inginku. Komunikasiku dengan Selena akhir-akhir ini terasa menyenangkan. Terlebih lagi, dia tak sekasar dulu padaku. Serta, ia tak lagi memberikan tatapan tajam seakan menyimpan dendam padaku. Mungkin benar dengan pepatah mengatakan 'Cinta datang karena terbiasa.' Selena seakan melunak hatinya. Sikap dinginnya seakan mencair dengan kebersamaan kami setiap hari. Membuat senyumku tak pernah hilang dari wajah ini. Seperti sekarang, kami menghabiskan waktu sebentar untuk berjalan-jalan ke Mall. Aku tahu, Selena merasa jenuh di tempat yang baru baginya. Sebelum besok kami kembali mengurus Alvaro, aku menyempatkan waktu ini sebaik mungkin untuk mendekatkan diri dengan Selena. Dan sepertinya, ini semua sedikit berhasil. Ketika langkah kami menuju Kasir, aku seperti melihat seseorang yang aku kenal. Karena penasaran dengan apa yang aku lihat, aku segera menghampiri orang tersebut dan menyuruh Selena pergi ke kasir
Cemburu itu datang, ketika kau memiliki rasa. Rasa yang benar-benar hadir seperti yang kau sangkakan selama ini. Selena merasa senang, saat Daniel datang membela dirinya. Terlebih lagi pria itu mengakui dirinya sebagai istri dihadapan semua orang. Namun, perasaannya semakin ragu dengan ucapan Daniel yang mencintainya akhir-akhir ini. Karena ia melihat seorang wanita selain Angel sedang bersama Daniel. "Rupanya, kau punya wanita lagi selain Angel?" lirih Selena seraya membuang muka. Kehadiran Angel kemarin saja sudah memporak-porandakan hatinya. Namun, kini datang lagi wanita cantik di samping Daniel. Daniel mengerutkan dahinya bingung akan pertanyaan Selena. "What?!" Daniel menoleh ke arah Jessica, lalu tersenyum, baru menyadari arti ucapan Selena."Maksudmu, wanita ini? Ba... Bagaimana bisa kau punya pikiran seperti itu, Selena. Aku bahkan tidak tahu... Selena! Tunggu!" pekik Daniel mengejar Selena yang sudah pergi meninggalkannya. Namun, Jessica juga ikut membuntuti kedua orang