Share

7. Kotor

Author: pramudining
last update Last Updated: 2023-05-18 08:14:53

Happy Reading

*****

Dirga berjalan cepat menangkap tubuh lemah perempuan itu yang sudah tak sadarkan diri. Septi dan Lingga saling pandang, arah mata mereka terus saja menatap Hanum. Seperti tengah berbicara dari dalam hati, kedua orang tua Aryan itu menganggukkan kepala, entah apa yang dipikirkan.

"Kenapa kamu gampang sekali pingsan. Ada apa denganmu?" Dirga masih saja heran, Hanum yang dia kenal sudah banyak berubah. Perempuan itu menjadi sangat ringkih sekarang, tidak seperti dulu selalu kuat dan optimis menghadapi masalah hidup.

Lelaki itu, lalu menatap Lingga dan Septi bergantian. "Telpon anak manja kalian. Suruh dia datang dan bertanggung jawab dengan keadaan Hanum saat ini."

"Kenapa harus telpon Aryan? Dia pasti sedang sibuk dengan bayi dan juga istrinya," kata Septi. Perempuan itu masih saja angkuh, tidak mau anaknya disalahkan atas kejadian yang menimpa karyawan suaminya.

"Telpon dia seorang atau aku akan mengobrak-abrik rumah ini. Sekalian saja hancur. Apa perlu aku panggil semua warga dan membeberkan seberapa busuknya keluarga Lingga di hadapan semua orang? Bukankah itu akan sangat mempengaruhi omset garment dan semua usaha kalian yang lain?" Dirga sudah meletakkan Hanum pada ranjang. Matanya nyalang menatap kedua orang tersebut. Tidak takut sama sekali walau Lingga adalah atasannya.

Seperti ketakutan dengan delikan yang diberikan Dirga, Septi gegas mencari ponsel dan menghubungi Aryan. Namun, lagi-lagi putranya tidak menjawab panggilan. Hal itu sungguh membuat perempuan yang telah melahirkan Aryan mengumpat dalam hati. Putranya itu memang selalu membuat masalah.

Sebenarnya, sebelum datang ke rumah tersebut, Dirga sempat menghubungi Aryan, tetapi tidak pernah diangkat. Geram sekali dengan anak semata wayang Lingga dan Septi, maka Dirga mendatangi kediaman mereka. Sesungguhnya sangat malas untuk mendatangi rumah ini.

"Kenapa tidak memanggil dokter saja?" tanya Lingga pada sang istri yang sudah menyerah untuk menghubungi putranya.

Septi mengajak suaminya keluar kamar. Tak jelas apa yang dibicarakan. Dirga juga penasaran mengapa Lingga tidak memanggilkan dokter untuk Hanum. Apakah mereka takut jika orang lain mengetahui bahwa putra mereka sudah menyakiti seorang gadis dan menyebabkannya terluka saat ini.

Namun, Dirga tak mau ambil pusing dengan bertanya. Lelaki itu fokus agar Hanum segera siuman. Mencoba membalurkan minyak kayu putih pada telapak kaki sang wanita, kini Dirga merangkak ke atas dan meletakkan botol tersebut dekat dengan hidung.

Beberapa menit kemudian, Hanum mencium aroma minyak kayu putih di dekat hidungnya. Kelopak matanya mulai bergerak, tetapi belum terbuka. Masih mengumpulkan segenap kesadaran.

"Mas, panggilkan dokter, ya, Num. Supaya tahu kamu sakit apa," kata Dirga setelah melihat gadis di depannya membuka mata. Lelaki itu juga ingin mengetahui apa yang menyebabkan Hanum sampai pingsan dua kali.

"Nggak usah, Mas. Tolong antar aku pulang saja. Aku cuma kecapean, tadi juga belum sempat makan sejak pagi. Tidur sebentar di kosan pasti sudah baikan." Hanum berusaha bangun dan duduk dengan benar. Mencoba membuat dirinya kuat agar Dirga tidak terlalu curiga akan penyakitnya. 

Perempuan itu tidak ingin siapa pun mengetahui keresahan hatinya. Jika diperiksa dan dokter, tentu akan diketahui penyakitnya. Sementara Hanum belum siap akan hal itu.

Tak lama kemudian, Septi dan Lingga masuk ke kamar yang ditempati Hanum. Perempuan paruh baya itu memberikan amplop cokelat. Diperkirakan isinya uang. Kening si gadis berkerut. Sementara Dirga mulai mengepalkan tangan, siap menghajar dua orang paruh baya tersebut jika sampai menghina Hanum kembali.

"Pake ini untuk pengobatanmu. Saya harap kamu melupakan Aryan. Dia sudah bahagia bersama dengan istri dan anaknya yang baru lahir," kata Septi. Jelas nada suaranya begitu merendahkan Hanum.

Belum cukup kejutan yang diberikan tadi, kini Septi menambahkan berita baru pada Hanum. Sungguh, karyawan itu makin merasa kotor dengan perbuatannya bersama Aryan. Mengapa ... mengapa dia tidak berhati-hati saat menjatuhkan rasa pada seorang lelaki. Apalagi lelaki itu adalah atasan dengan segala kekuasaan uang yang bisa kapan saja merendahkan harga dirinya. Seperti saat ini.

"Bu, tidak perlu merendahkan Hanum seperti ini. Sebagai teman, saya masih bisa membantunya," sahut Dirga tidak suka. Lelaki itu berdiri siap memasang badan untuk membela Hanum.

"Sudahlah, Dirga. Biarkan Hanum mengambil uang itu. Kamu sendiri harus berjuang untuk mencukupi semua kebutuhanmu tidak perlu sok untuk membantunya. Bukankah mamamu sangat membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatannya, makanya kamu rela melakukan ..." tambah Lingga.

"Cukup, Pak. Jangan sampai mulutmu yang kotor menyebut nama Mama." Dirga sudah mengangkat tangan kanannya, tetapi Hanum segera memegang.

Malas mendengar perdebatan lagi, Hanum mengambil amplop cokelat pemberian Septi dengan cepat. "Terima kasih atas perhatiannya, Pak, Bu."

Perempuan itu menelan salivanya susah payah. Dia sudah seperti wanita penjaja cinta yang baru saja menyelesaikan tugas dan mendapat imbalan. Harga diri serta kehormatannya benar-benar hancur sekarang. Jika dia terus mendebat dan menolak pemberian itu, tentu akan semakin lama pulang ke kos. Sementara ada sesuatu yang harus dipastikan dengan segera.

"Ayo antar aku pulang, Mas. Rasanya semakin pusing aku berada di sini. Bukankah aku sudah dapat uang sebagai kompensasi kesakitan ini?" sindir Hanum pada dua orang paruh baya di depannya. Dirga mengangguk patuh dan membawa gadis itu keluar dari rumah Aryan.

Sepenjang perjalanan pulang mengantar Hanum, Dirga memikirkan perkataan Lingga. Lelaki paruh baya itu bersama istrinya sempat menduga bahwa Hanum hamil. Semoga Hanum dan Aryan tidak berbuat jauh yang akan menyebabkan. Wajah lemah, pucat dan beberapa kali melihat Hanum muntah serta pingsan membuat dada Dirga sesak.

"Jangan sampai terjadi. Aku yakin Hanum masih menjaga kesuciannya," kata Dirga dalam hati. Fokusnya kini terpecah saat berkendara.

Sesampainya di kos, Hanum langsung masuk tanpa mengucapkan apa pun pada Dirga. Terlalu banyak pikiran dan kekecewaan dalam hatinya saat ini.

"Besok periksalah ke dokter, Num. Mas takut kamu kenapa-kenapa," kata Dirga sebelum perempuan itu menutup pintu kamar kos.

"Nggak perlu mengkhawatirkan keadaanku, Mas. Aku baik-baik saja cuma kelelahan sedikit."

Meskipun menganggukkan kepala, tetapi pikiran Dirga masih berkelana jauh. Sejak Aryan mengatakan tertarik pada Hanum, lelaki itu selalu was-was. Ingin melarang si gadis, tetapi dia tidak memiliki hak apa pun juga. Jika sudah begini, sesal di hati Dirga membiarkan orang yang selama ini disukainya jatuh pada pesona Casanova seorang Aryan.

Mendengar motor milik Dirga menjauh dari kosnya, Hanum melongokkan kepala diambang pintu. Dia mengambil kembali tasnya dan melangkah pergi menuju suatu. Ada yang ingin dipastikan sebelum semuanya terlambat.

"Mbak, beli test pack 3, ya?" ucap Hanum lirih. Mengenakan kacamata hitam, masker dan kerudung, gadis itu pergi ke apotik.

"Yang biasa apa yang bagus, Mbak."

"Biasa dua yang bagus satu saja," tambah Hanum. Kepalanya menengok kanan kiri. Takut juga jika sampai ada yang melihat serta mendengar pembicaraannya.

Tak butuh waktu lama, pegawai apotik segera mencarikan pesanan Hanum. Kurang dari tiga menit, karyawan itu sudah menyerahkan barang yang dibutuhkan. Setelah menyebut nominal uang yang harus di bayar, Hanum dengan cepat menyerahkan lembar biru uang pecahan kertas dan pergi dari tempat itu.

Napas yang memburu membuat Hanum mengambil segelas air putih dan meminumnya sampai tandas. Tanpa menunggu esok hari untuk mengetahui hasilnya, dia segera menggunakan alat yang baru saja dibeli. Sebelum masuk kamar mandi, si gadis berdoa semoga apa yang ditakutkan tidak terjadi.

Menunggu beberapa menit hasil dari tes urin yang dilakukan, keringat mulai membasahi wajah gadis berkulit kuning langsat dengan rambut lurus melebihi bahu. Satu garis merah terlihat, Hanum tersenyum karena apa yang dipikirkan tidak terjadi. Namun, detik berikutnya matanya membulat sempurna.

Related chapters

  • Bukan Perawan Kegatalan   8. Hancur

    Happy Reading*****Masih menatap benda yang dicelupkan pada urine miliknya, Hanum menatap dengan linangan air mata. Tubuhnya bergetar hebat kalau melihat garis dua warna merah yang masih samar. Segala ketakutan membayang. Kemarahan ibunya yang menaruh harapan begitu besar. Impian untuk menjadi sarjana demi kesejahteraan ekonomi keluarga. Semua impian dan harapan itu akan kandas jika hamil tanpa suami saat ini."Ya Allah. Mungkinkah ini benar adanya? Mengapa ... mengapa harus berakhir begini? Masih banyak impianku yang belum tercapai. Bagaimana jika Ibu tahu aku hamil?" Semua pertanyaan-pertanyaan itu, Hanum gunakan sendirian di dalam kamar mandi kosnya.Tubuh Hanum meluruh di lantai kamar mandi. Memegang kepala serta meremas rambut, menyalurkan semua kekecewaan. Sungguh, penyesalan itu kini terjadi. Mengapa dia harus terlena dengan segala bujuk rayu dan menuruti nafsu yang menguasai sesaat. Tidakkah yang dirugikan adalah dirinya jika sudah seperti ini?Tangan Hanum memukul kuat tembo

    Last Updated : 2023-05-18
  • Bukan Perawan Kegatalan   9. Tak Sanggup

    Happy Reading*****Tidak ada harapan bagi Hanum bahwa alat yang dilihatnya kemarin hanyalah mimpi. Benda bulat lonjong yang dibelinya, semua menunjukkan dua garis walau tidak pekat. Hari ini, si perempuan berencana untuk mengecek langsung pada dokter. Sebelum berangkat menuju klinik, Hanum menyempatkan diri melihat saldo tabungannya. "Jika aku berhenti bekerja, sepertinya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai satu tahun ke depan. Ya Allah, aku harus bagaimana," keluh Hanum sendirian ketika dia menunggu ojek online datang menjemput.Dua menit kemudian, ojek yang ditunggu datang. Niat semula akan ke dokter untuk pemeriksaan kepastian tentang keadaannya, kini malah berubah arah. Perempuan itu mendapat panggilan dari bagian event dan promosi bahwa hari ini dia ada pemotretan produk baru untuk tamu Australia.Sangat terpaksa Hanum mengubah arah tujuannya setelah meminta maaf pada sopir ojek online. Jika saja tahu dari awal akan ke garment tentunya Hanum tidak perlu memesan oje

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bukan Perawan Kegatalan   10. Kepergianmu

    Happy Reading*****Hampir sebulan, Dirga tidak mendengar kabar tentang Hanum. Gadis itu menghilang bak ditelan bumi. Tempat tinggalnya sudah pindah entah ke mana demikian juga dengan nomer ponsel. Dirga benar-benar kehilangan jejak di gadis. Seseorang yang sempat membantunya untuk mengawasi Hanum juga kehilangan jejak bahkan gadis itu belum pulang ke kampung halamannya.Dua bulan pasca kejadian menghilangnya Hanum, Aryan kembali ke pulau Dewata. Berkumpul dengan sang istri dan juga keluarganya. Saat ini, lelaki itu mendatangi Dirga di ruangannya."Apa kabar Pak Kepala Produksi?" sapa Aryan. Dirga yang tengah mengecek berkas-berkas produksi mendongakkan kepala. Lelaki itu berdiri dan mencengkeram kerah leher Aryan dengan kuat. "Berani kamu menampakkan wajah setelah merusak seluruh hidup Hanum?" ucapnya keras penuh kemarahan. Wajahnya memerah menahan amarah sejak lama."Heh," sindir Aryan, sangat meremehkan lawannya. "Gadis seperti itu yang kamu cintai dan bela. Gadis yang dengan suka

    Last Updated : 2023-05-19
  • Bukan Perawan Kegatalan   11. Mencarimu

    Happy Reading*****Dirga tak kan pernah menyerah untuk menemukan sang pujaan. Meski sempat mendapat SP 3 dari pihak garment. Namun, lelaki itu tidak putus asa bahkan meski jabatannya menjadi taruhan. Dia sudah tak peduli. Dirga mulai muak dengan sikap Aryan yang seenaknya saja ketika bekerja bahkan sikap playboy tak juga hilang dalam dirinya.Sang lelaki yang digadang-gadang akan menjadi pengganti Lingga itu masih terus menggoda para karyawan wanita terutama para model. Dirga cuma bisa menggelengkan kepala saja melihat tingkahnya tersebut.Pergi ke kampus dan meminta data lengkap Hanum, juga sudah dilakukan lelaki itu. Enam bulan lalu, si perempuan sudah menyelesaikan kuliah. Walau begitu, Dirga tidak pernah bertemu dengannya sekalipun. Mengunjungi rumah yang berada di kampung pun sudah dilakukan. Ibunya Hanum, mengatakan jika putrinya sudah lama tidak pulang. Terakhir kali datang ketika mengatakan bahwa setahun ke depan, perempuan itu tidak bisa mudik karena banyak pekerjaan yang

    Last Updated : 2023-05-30
  • Bukan Perawan Kegatalan   12. Lelaki itu

    Happy Reading*****"Kenapa, Num?" tanya Lathif. Tangan kanan Hanum tanpa sengaja meremas tangan lelaki paruh baya itu. Jelas, ada yang tidak beres pada anak angkatnya sekarang, tetapi Lathif tidak tahu sebabnya.Hanum diam saja, dia bahkan menyerahkan sang buah hati pada lelaki tersebut. "Pa, aku mau ke toilet sebentar. Pembicaraan selanjutnya, tolong Papa yang handle saja, ya.""Oh, jadi kamu kebelet. Ya, sudah sana. Biar Papa yang bereskan semua." Setengah berlari, Hanum menuju toilet. Berharap bahwa Aryan tidak melihatnya tadi. Sungguh, perempuan itu belum sanggup bertemu dengan lelaki yang sudah menjungkirbalikkan kehidupannya. Namun, semua angan itu hanyalah semu ketika Hanum mendapati sosok perempuan yang menemani Aryan tadi. "Hai, boleh kenalan?" tanya Meilia. Sorot matanya meneliti tampilan Hanum dari atas sampai ke bawah. Dalam hati bertanya-tanya, apa menariknya perempuan itu."Maaf, saya nggak punya banyak waktu. Permisi." Hanum nyelonong pergi meninggalkan Meilia, ma

    Last Updated : 2023-05-30
  • Bukan Perawan Kegatalan   13. Pertemuan

    Happy Reading*****Dirga diam menunggu si lelaki menjauh dari sosok perempuan yang diikutinya tadi. Sampai pada keyakinan hati bahwa siluet perempuan yang dilihatnya adalah Hanum, Dirga tersenyum."Mataku masih cukup baik untuk mengenali dirimu, Num. Sekalipun, hanya punggung yang aku lihat tadi," gumam Dirga. Lelaki itupun menunggu di sebuah meja dalam restoran. Sesekali mengamati ke mana Hanum bergerak.Sementara itu perempuan yang diamati sama sekali tidak terganggu. Dia tetap saja beraktifitas memberi perintah pada para karyawannya. Dirga gemas sendiri jadinya. Bagaimana perempuan itu bertransformasi sedemikian rupa sekarang. Makin cekatan dan sangat pandai mengatur banyak orang."Apa posisimu di tempat ini, Num?" Gumam Dirga sendirian sambil menikmati minuman yang sempat diambilnya tadi sebelum duduk mengamati.Sebuah tepukan terasa di bahu Dirga, lelaki itu menoleh dan terperanjat melihat sosok di depannya."Datang sama siapa, Ga?" sapa seorang perempuan paruh baya seumuran den

    Last Updated : 2023-05-30
  • Bukan Perawan Kegatalan   14. Penjelasan

    Happy Reading*****"Suruh masuk saja, Sayang," kata lelaki di samping Hanum. Tangan Dirga terkepal. Dia begitu marah atas panggilan sayang lelaki paruh baya di depannya. Rasa panas menjalar di setiap nadi. Padahal siapalah dia bagi Hanum, hanya seorang rekan kerja dan kebetulan posisinya lebih tinggi di garment."Kita bicara di dalam, Mas. Silakan," ajak Hanum setelah mengurai pelukan sang lelaki tadi.Masuk ruang tamu, Dirga duduk di sofa tunggal. Hanum duduk di seberangnya dan lelaki paruh baya tadi pamit ke dalam terlebih dahulu. "Jadi, kamu menikah dengan lelaki itu, Num? Kenapa tidak meminta pertanggungjawaban dari Aryan." Teramat kecewa, Dirga berkata demikian. Padahal hatinya akan jauh lebih sakit jika orang yang dicintai menikah dengan lelaki play boy itu.Hanum mendengkus. "Dari mana Mas Dirga tahu, aku hamil anaknya Mas Aryan? Jangan berspekulasi sendiri, Mas. Bukankah Mas Dirga percaya bahwa aku gadis baik yang bisa mempertahankan kehormatan.""Maaf, jika apa yang Mas ka

    Last Updated : 2023-06-06
  • Bukan Perawan Kegatalan   15. Nasihat

    Happy Reading*****Mengabaikan semua gosip tentang sahabatnya, lelaki itu pergi menemui Dirga di kamar yang sudah disebutkan. Dirga membukakan pintu ketika ada suara ketukan. Setelah mengakhiri panggilan telepon tadi, dia segera mandi untuk bersiap menemui sahabatnya yang sudah lama tak bertemu. Pintu dibuka dan terlihatlah seorang lelaki tampan dengan potongan rambut rapi dan pakaian resmi. Sepertinya lelaki itu langsung menemui Dirga setelah bekerja."Boleh masuk tidak ini? Bengong saja, seperti melihat hantu."Dirga tersenyum, menampilkan deretan gigi putihnya. "Masuk, dong. Sudah lama tak tunggu. Makin ganteng saja temenku ini," goda Dirga."Apaan, sih, Ga. Geli tahu dengarnya. Kalau yang ngomong cewek mungkin seneng, ya. Lha ini yang ngomong cowok, apa tidak disangka belok aku." Lelaki itu tersenyum diikuti oleh Dirga. "Duduk deh. Sudah makan belum?" Dirga juga mendaratkan bobot tubuhnya di samping sang sahabat. Melihat gelengan kepala dari lelaki di sampingnya, tangan Dirga b

    Last Updated : 2023-06-06

Latest chapter

  • Bukan Perawan Kegatalan   120. Indah Kebersamaan

    Happy Reading*****"Apakah saya harus keluar," tanya Dirga. Dia sendiri bingung harus berbuat apa jika tetap di dalam. Namun, untuk meninggalkan sang istri yang tengah berjuang melahirkan buah hatinya yang diprediksi perempuan, dia tidak sanggup."Sebaiknya di sini saja, Pak. Bu Hanum lebih membutuhkan kehadiran Pak Dirga," ucap sang dokter.Keluar dan memanggil para perawat serta bidan. Beberapa saat kemudian, mereka semua masuk dan langsung menangani Hanum. Dirga bahkan diminta untuk berada di belakang sang istri dan membantu proses persalinan.Tak terhitung berapa banyak ketegangan yang kini dialami lelaki yang akan segera menjadi ayah yang sebenarnya dari putri kandungnya sendiri. Bulir-bulir keringat mulai turun. Andai bisa menggantikan posisi Hanum saat ini, tentu sudah lelaki itu lakukan. Hanum begitu banyak mengeluarkan tenaga demi menghadirkan buah hati mereka ke dunia ini. Kedua tangannya mencengkeram erat pergelangan Dirga hingga lelaki itu juga merasakan kesakitan. Namun

  • Bukan Perawan Kegatalan   119. Panik Lagi

    Happy Reading*****"Ma, Bunda kenapa?" tanya Azri yang ikut-ikutan panik ketika mengetahui Hanum memegangi perutnya. Tak jarang wanita berperut buncit itu mendesis kesakitan."Bunda sakit perut, Sayang. Kayaknya dedek mau minta keluar," jelas Sabrina, "Mbak, bisa minta tolong panggilkan orang rumah.""Manggil siapa, Bu?" tanya si Mbak yang membantu menjaga Azri selama Sabrina dinyatakan hamil."Siapa saja boleh. Papa kan selalu ada di rumah. Katakan pada beliau jika Mbak Hanum mulai merasakan sakit perut. Kalau ada Mas Dirga malah lebih bagus."Si Mbak mengangguk. "Bagaimana sama Mas Azri, Bu?""Azri biarkan sama saya dulu. Cepat, Mbak. Kasihan Mbak Hanum. Kita harus bawa dia ke rumah sakit," suruh wanita bercadar tersebut. Melihat si Mbak yang menjaga Azri berlari menuju rumah mereka, Sabrina membawa kakak iparnya untuk duduk. "Sakit sekali, ya, Mbak? Sabar, ya. Bentar lagi Papa atau mas Dirga pasti datang. ucapkan istighfar setiap kali sakitnya terasa," saran Sabrina.Patuh, Hanum

  • Bukan Perawan Kegatalan   118. Bahagi Sesungguhnya

    Happy Reading*****Sang dokter cum tersenyum dengan perkataan si sulung. Keluarga Lingga semuanya masuk ke ruang perawatan Sabrina.Perempuan bercadar itu tengah berbaring. Melihat seluruh keluarganya datang menjenguk, senyumnya tampak. Sewaktu diperiksa tadi, Aryan memang membuka cadar yang dikenakan sang istri. "Bagaimana keadaanmu, Yang?" tanya Aryan. mencium kening perempuan yang sudah memberikan begitu banyak kebahagiaan padanya.Sabrina mengambil tangan kanan sang suami, lalu menciumnya penuh hormat dan bahagia. Menatap satu per satu seluruh keluarganya. "Alhamdullilah keadaanku sangat baik, Mas.""Apa kata dokter, Nak?" tambah Septi."Kamu pasti kelelahan menjaga Azri yang sangat aktif. Padahal aku sudah ngasih saran. Sebaiknya, kita nyari orang untuk menemani Azri. Eh, kamu malah nggak mau. Aku jadi nggak enak kalau kamu sampai sakit gini, Bi," kata Hanum. Terlalu lama duduk menyebabkan wanita hamil itu memegang pinggangnya."Aku tidak sakit, lho. Cuma tadi mencium aroma so

  • Bukan Perawan Kegatalan   117. Panik

    Happy Reading *****Secepat mungkin, Aryan menghubungi Dirga dan meminta saudaranya itu menjemput dengan kendaraan roda empat. Papa kandung Azri itu juga meminta si sulung untuk memanggil dokter ke rumah mereka."Ar, kelamaan kalau kita panggil dokter ke rumah. Minta masmu untuk mengantar ke klinik terdekat saja," sahut Septi.Menganggukkan kepala, Aryan meminta Dirga untuk segera datang dan membawa mereka ke klinik terdekat. "Kenapa kamu, Bi. Padahal tadi baik-baik saja," gumam Aryan.Melihat para orang dewasa kebingungan, Azri menarik-narik ujung kaos yang digunakan oleh kakeknya. Mukanya menatap penuh tanya pada Lingga."Mama lagi sakit, Nak. Azri diam dulu, ya. Sebentar lagi, Ayah datang menjemput." Lingga mencoba memberi pengertian pada bocah kecil itu."He em," ucap si kecil sambil menganggukkan kepala.Tak berselang lama, Dirga sudah datang bersama dengan Hanum. Mereka berdua turun dari mobil dan menghampiri Aryan yang sudah mengangkat istrinya di sebuah bangku taman."Kenapa

  • Bukan Perawan Kegatalan   116. Panik

    Happy Reading*****Waktu berjalan begitu cepat, kandungan Melati dan Hanum kini sudah memasuki bulan ke tujuh. Aryan dan keluarga juga sudah kembali ke Indonesia setelah pengobatan panjang yang harus dia jalani.Perlahan, tetapi pasti. Kesehatan suami Sabrina itu berangsur membaik. Aryan sudah mulai hidup normal selayaknya dulu sebelum kecelakaan walau benih yang dihasilkan masih belum bagus. Semua berkat ketelatenan Sabrina. Setiap sesi pengobatan Aryan, perempuan bercadar itu ikut dan bertanya ini itu. Sama sekali tidak malu sekalipun yang perempuan itu tanyakan sedikit vulgar menurut suaminya.Antara bangga dan juga malu, tentu dirasakan Aryan. Mungkin perbedaan kultur yang membuat perempuan itu menjadi lebih terbuka membicarakan masalah seks. Setiap kali sang suami bertanya mengapa dia berani bertanya pada dokter. Jawaban Sabrina adalah karena apa yang ditanyakan bukanlah menjurus pada mesum, tetapi ilmu yang harus dia pelajari demi kesembuhan Aryan.Pagi ini, Aryan berjanji pada

  • Bukan Perawan Kegatalan   115. Rendah Diri

    Happy Reading*****Mendapat kabar gembira dari sang istri, Dirga segera menelepon orang tuanya yang masih berada di luar negeri menemani Aryan. Berkali-kali Hanum mendapat selamat dan juga ciuman baik dari ibu, adik maupun sang suami. Mereka semua sangat bahagia mendapat kabar kehamilan perempuan itu.Panggilan terangkat oleh Septi, wajah perempuan paruh baya itu terlihat. "Ya, Mas. Apa kabar? bagaimana keadaan cucu Mama? Apa dia sehat-sehat saja."Selalu saja, para orang tua tiap kali menelepon atau ditelepon pertama kali yang ditanyakan adalah keadaan Azri. sepenting itu memang bocah gembul yang sudah bisa berjalan itu."Azri baik, Ma. Gimana kabar Mama sama Papa?""Papa baik, Mas," jawab Lingga. Wajahnya sudah muncul di layar ponsel milik Septi. "Mas, kameranya arahin ke Azri, dong. kangen nih," sahut Aryan yang hanya terdengar suaranya saja.Dirga mengarah kamera pada Azri yang tengah berjalan dengan ditemani sang adik ipar. bocah gembul itu tertawa-tawa ketika bisa mencapai ad

  • Bukan Perawan Kegatalan   114. Rejeki Tidak Terduga

    Happy Reading*****Lingga menepuk bahu putranya. "Tidak perlu bersedih. Mas Dirga sama Hanum masih muda dan bisa mencoba lagi nanti.""Bener, Ga. Lagian kalian berdua kan baru menikah. Nikmati waktu berduaan dulu, biar Papa sama Mama yang momong Azri. Kalian bertiga pergilah berlibur ke mana gitu," tambah Lathif."Hmm, kalau itu tidak bisa, Pak Lathif. Aryan harus menjalani proses pengobatannya. Mungkin, Mas Dirga sama Kaisar saja yang pergi berlibur," saran Septi.Dirga tersenyum kecut, lalu meraup tubuh sang istri ke pelukannya. "Tidak masalah buat Mas, Yang. Kita masih bisa mencoba lagi seperti kata Papa. Jangan sedih, dong. Hari ini adalah hari bahagia buat kita semua. Jadi, senyum." Si sulung menaikkan garis bibir sang istri menggunakan jempol dan jari telunjuknya."Aku cuma takut Mas kecewa saja." Mengerjakan mata beberapa kali, Hanum pun tersenyum lega ketika melihat kepala Dirga menggeleng."Sudahlah, lupakan kejadian ini. Sebaiknya, kamu istirahat, Nak," kata Saras, "biarka

  • Bukan Perawan Kegatalan   113. Gagal Semua

    Happy Reading*****Melati menatap sedih pada sang suami. "Maaf, Bang. Pas mau berangkat tadi, aku dapat tamu bulanan.""Hmm. Ya, sudah." Kaisar melepas pelukannya. "Kita makan saja. Mau di kamar atau ke restoran bawah?""Aku mandi dulu saja, ya." Melati memasang wajah paling imut untuk menarik simpati si Abang yang mukanya manyun. Satu kecupan di bibir. Akan tetapi hal yang dilakukannya malah membuat bibir sang suami maju beberapa senti."Jangan mancing-mancing kalau pada akhirnya tidak bisa menuntaskan.""Nanti, pasti aku bantu menuntaskan, tapi mandi dulu, ya.""Hmm," jawab Kaisar malas, "jadi, mau makan di mana, Honey?""Terserah Abang saja." Setelah itu, Melati memberi kecupan ke udara."Nakal," kata Kaisar.Memegang gagang telepon, dia menghubungi pihak layanan hotel. Sepertinya makan di kamar lebih menyenangkan. Dirinya dan sang istri memerlukan banyak ruang untuk berduaan. Mengingat sudah bertahun-tahun lamanya Kaisar tidak berjumpa dengan Melati.Di kamar berlainan, Sabrina d

  • Bukan Perawan Kegatalan   112. Pernikahan

    Happy Reading*****Mendengar perdebatan anaknya, Lingga kembali merebut ponsel miliknya dari tangan si putra bungsu. "Ma, ada apa sebenarnya? Kenapa lama sekali kalian datang. Sudah telat setengah jam ini," kata Lingga tak sabaran."Pa, ada sedikit masalah dengan gaunnya Sabrina. Tadi kami sudah akan berangkat, tapi mendadak tamu bulanan Bina datang dan menyebabkan gaun putih yang dia kenakan ada bercak darah. Jadi, kami harus membersihkan dulu karena tidak ada gaun pengganti lagi," jelas Septi begitu lancar ketika sang suami yang bertanya.Namun, dia tidak bisa menjelaskan yang sebenarnya kepada sang putra tadi. Tentunya karena alasan tidak ingin mengecewakan Aryan."Mama, kirain ada apa sampai tidak bisa menjelaskan tentang keadaan Sabrina padaku. Ternyata cuma masalah datang bulan," sahut Aryan. Ternyata Lingga mengeraskan suara ponselnya dengan menghidupkan ikon loud speaker. "Hmm, Papa sengaja men-loud speaker suara Mama, ya?""Iya, habisnya Mama terdengar takut dan khawatir p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status