Share

Masa Depan Adalah Takdir

Penulis: PlutoPen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 00:17:18

Keenan harus mengakui kemampuan bela diri Yoshiro. Karena laki-laki muda itu berhasil membuat kedua anak buah kepercayaannya terkapar di tanah, setelah melakukan pertarungan sengit.

Yoshiro mendapatkan luka lebam akibat pertarungan itu. Namun Yoshiro terlihat masih memiliki tenaga untuk bertarung melawan Keenan.

"Haruskah kita menyelesaikan ini?" tanya Yoshiro dengan tatapan tajam ke arah Keenan.

"Bukankah semua yang sudah dimulai harus diselesaikan?" tanya Keenan melepaskan jas hitam miliknya. Menyisakan kemeja putih.

Keenan menerjang maju. Dengan kecepatan yang sangat cepat. Selama ini tidak ada orang yang bisa memperhitungkan kapan Keenan akan mendaratkan kakinya dan di mana Keenan akan muncul setelah bergerak dengan kecepatan tinggi seperti itu.

Namun Yoshiro bisa. Tinju keras Keenan yang seharusnya mengenai kepala Yoshiro, melenggang begitu saja karena Yoshiro menggeser kepalanya menjauh dari jalur lintas kepalan tangan Keenan.

"Di mana kamu belajar ilmu bela diri?" tanya Keenan dengan kondisi belum menarik tangannya kembali.

"Aku tidak pernah belajar," balas Yoshiro menarik tangannya dan mulai menyerang Keenan.

Keenan yang tadinya mengambil posisi menyerang, kini berubah menjadi posisi bertahan. Menahan segala pukulan Yoshiro yang mengarah pada tubuhnya.

Cukup keras. Namun sama sekali tidak menghasilkan apa pun. Yoshiro yang menyadari itu pun menghentikan pergerakannya dan melangkah mundur satu langkah.

"Pergerakanmu tadi membuktikan perkataanmu. Jika kamu memang belajar bela diri, kamu pasti tidak akan menyerang seperti itu. Membuang banyak tenaga saat kamu sendiri tau bahwa tenagamu hanya tersisa sedikit," balas Keenan menatap ke arah bagian pergelangan tangannya yang terlihat mulai memerah.

"Apakah memang semua mafia banyak bicara sepertimu? Bukankah seharusnya mereka diam dan bergerak secepat mungkin untuk menyingkirkan musuhnya?" tanya Yoshiro.

"Aku tidak menyelesaikan ini dengan cepat. Karena aku tau kamu tidak akan pergi dari tempat ini. Bukan karena kamu tidak bisa melarikan diri. Kamu bisa saja pergi daritadi. Tapi kamu memilih untuk tetap berada di sini. Bertarung. Untuk melindungi orang yang ada di rumah sakit itu. Kamu khawatir bahwa aku akan menyeret ibumu dalam masalah bukan?"

"Benar-benar merepotkan. Bagaimana orang sepintar dirimu bisa berada di organisasi kotor seperti itu?"

"Kita sama. Hanya saja kamu belum mengerti saja betapa mengerikannya dunia ini. Jika kamu tumbuh lebih besar sedikit lagi, kamu pasti akan mengerti bahwa tindakanku kali ini adalah hal yang benar."

Pertarungan kembali terjadi. Yoshiro dan Keenan saling menyerang satu sama lain. Keenan benar-benar terlihat mendominasi. Walau Yoshiro memiliki beberapa kali kesempatan untuk menyerang, semua serangan Yoshiro benar-benar tidak memberikan luka yang berarti.

Berbanding terbalik dengan Keenan yang bisa langsung memberikan rasa sakit yang benar-benar tak tertahankan hanya dengan sekali pukulan.

Yoshiro ambruk ke tanah. Keenan menggunakan kesempatan itu untuk menekan dada Yoshiro menggunakan kakinya. Hanya saja Yoshiro sempat menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sehingga menghalangi kaki Keenan menyentuh dadanya.

"Jangan berpikir kamu bisa mengalahkan ku anak kecil. Aku sudah berada di jalanan sebelum kamu lahir. Kamu tidak akan bisa mengalahkan ku dengan kemampuan selemah itu," ujar Keenan menguatkan pijakan kaki kanannya.

"Bodoh sekali. Aku tidak peduli kapan kamu mulai bertarung di jalan. Aku akan tetap melawan siapa pun orang yang harus aku lawan," balas Yoshiro memperkuat kedua tangannya.

"Lihatlah kenyataannya baik-baik. Tidak peduli seberapa banyak pekerjaan yang kamu ambil. Tidak peduli seberapa lama kamu habiskan waktumu untuk bekerja. Kamu tidak akan mendapatkan apa pun. Uang yang kamu kumpulkan tidak akan bisa membayar biaya rumah sakit ibumu."

"Benar. Aku tau itu. Maka dari itu, aku berusaha. Setidaknya dengan begini, aku bisa terlihat hebat di depan ibuku. Kalau pun dia memang harus pergi setelah ini, setidaknya aku bisa menghadiri pemakamannya tanpa ada rasa penyesalan."

Keenan tersenyum mendengar itu. Ia mengubah posisi kakinya. Yang tadinya menginjak kini menendang. Berhasil. Membuat tubuh Yoshiro terpental sampai ke membentur tembok.

Lalu seperti dugaannya, Yoshiro kembali berdiri. Ya, laki-laki itu akan selalu kembali berdiri bagaimana pun kondisi tubuhnya. Sebelum jantungnya berhenti berdetak, laki-laki itu akan tetap bertarung.

"Apakah kamu rela masa depanmu rusak hanya untuk masa depan ibumu yang sudah pasti akan tiada? Bahkan jika memang dia bisa disembuhkan, pasti suatu saat nanti dia akan tiada karena umurnya. Berbeda denganmu yang masih muda. Kamu akan hancur dengan kondisimu yang seperti ini," tanya Keenan menggenggam tangannya di balik badan.

"Aku tidak peduli dengan masa depanku. Aku hanya ingin melakukan segala hal yang aku bisa. Apa pun yang terjadi padaku di masa depan, itu adalah takdir. Yang terpenting adalah masa sekarang," balas Yoshiro.

Keenan kembali menerjang Yoshiro. Mengarahkan pukulan ke arah kepala Yoshiro. Yoshiro pun melakukan hal yang sama. Ia berlari ke arah Keenan dengan tangan bersiap memukul bagian perut Keenan.

Keenan unggul salam kekuatan dan kecepatan. Keenan bisa mudah dalam adu pukulan itu. Hanya saja Keenan melakukan kesalahan. Keenan menutup matanya tidak lama setelah melepaskan pukulannya.

Membuat pukulan Keenan tidak mengenai tubuh Yoshiro. Dan pukulan Yoshiro mengenai perut Keenan. Dengan segala kekuatan yang tersisa membuat Keenan berlutut dan ambruk di tanah.

Bab terkait

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Dua Kemungkinan

    Brian berdiri di dalam kelas XI-A. Kelas yang memang diisi oleh murid-murid yang berasal dari keluarga kolongmerat. Tidak ada satu pun murid miskin di sana. Semua yang masuk ke sana sudah dipastikan memiliki uang jajan harian yang melebihi gaji para guru yang ada di sekolah. Brian menatap bingung Yoshiro yang sedang terlihat mendorong kursi roda Serena. Dan sepertinya ingin membawa perempuan itu ke ruang makan. Tidak lama pandangan Brian beralih menatap ke seorang wanita yang tiba-tiba saja datang dan berdiri di sisinya. Mingzu. "Apakah kamu sudah makan? Kebetulan keluargaku membeli sebuah restoran besar di pusat kota. Maukah kamu ke sana bersamaku? Aku ingin meminta penilaianmu terhadap rasa makanan di restoran keluargaku," tanya Mingzu dengan penuh semangat. "Tidak bisa. Temanku sudah menyewa sirkuit dan kami akan berlomba di sana. Aku ingin mencoba seberapa kencang mobil baruku," tolak Brian. "Bagaimana kalau setelah itu?" "Aku akan memikirkannya nanti." Mingzu sangat tero

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Sedikit Mencair

    Serena menatap segala hidangan yang ada di meja makannya. Meja makan mewah dengan taplak berwarna putih dengan corak emas. Pelayan yang membawakan hidangan itu ke meja Serena. Lalu pandangan Serena beralih menatap seorang laki-laki yang duduk di hadapannya. Seorang laki-laki yang sedang sibuk dengan kotak makan kecil yang berisikan telur goreng serta nasi.Berbanding terbalik dengan makanan milik Serena."Aku dengar kamu juga bekerja di sebuah cafe," tanya Serena mengambil garpu dan pisau."Benar. Aku bekerja di cafe malam hari," balas Yoshiro setelah membuka tutup kotak makannya."Apakah kamu tidak belajar?""Aku belajar hanya saat aku ingin belajar."Serena diam. Menurut data yang ia terima dan baca, seluruh nilai laki-laki itu selalu sempurna. Tidak ada satu pun kesalahan saat ujian diadakan. Menandakan bahwa memang otak laki-laki itu bekerja dengan benar. "Aku dengar kamu pintar memainkan piano," tanya Yoshiro menatap ke arah Serena."Sedikit," balas Serena."Bagaimana caranya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tawaran Pihak Lain

    Yoshiro yang sedang sibuk membersihkan meja pun langsung berdiri tegap untuk menyapa orang yang baru saja memasuki cafe tempatnya bekerja."Selamat malam," ujar Yoshiro dengan ragu menatap ke arah seorang gadis yang terlihat sangat elegan itu.jas, jam tangan, dan tas kecil. Semua barang-barang itu saja sudah menunjukkan betapa kayanya perempuan itu."Bisakah aku memesan sesuatu?" tanya tanya perempuan itu duduk di salah satu meja kosong."Silahkan," balas Yoshiro menaruh buku menu pada meja perempuan itu."Apakah memang selalu seperti ini? Sepi.""Selalunya tempat ini ramai. Kebetulan Anda datang lima menit sebelum cafe tutup. Jadi kondisinya memang hanya tersisa saya sekarang.""Di mana teman-temanmu?""Mereka sudah pulang duluan. Saya diminta untuk membuang sampah dan mengunci beberapa pintu.""Ah, begitu."Suasana hening. Yoshiro menatap secara saksama perempuan itu. Yoshiro mengetahui siapa perempuan itu.Ivona Olivia. Atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Olivia. Pendiri se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Penjahat Kelamin

    Kelas XI-A. Hanya berisi sebelas murid saja. Murid-murid di sana adalah murid istimewa yang memang memiliki keluarga terpandang. Atau lebih tepatnya, murid-murid yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan. Brian, Mingzu, dan Serena adalah sedikit contohnya. Lalu juga ada salah satu laki-laki berambut pirang. Berbadan kekar. Bernama Ven Cloris. Sama seperti Mingzu, ayah Ven memiliki kursi di dewan perwakilan rakyat pada periode sekarang. Membuat Ven bisa melakukan segala hal yang ia inginkan tanpa harus mengkhawatirkan apa pun. Berbanding terbalik dengan Brian yang tidak terlalu banyak berinteraksi. Ven selalu berinteraksi. Hanya saja dengan para wanita. Dengan tujuan untuk meniduri wanita itu. Sudah lebih dari seratus wanita yang sudah ditiduri oleh Ven. Lalu dibuang begitu saja. "Apakah kamu membutuhkan bantuan?" tanya Ven berdiri di samping kursi roda Serena. "Tidak. Terima kasih," balas Serena menutup seluruh buku yang ada di meja belajarnya. Percakapan antara Ve

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Jangan Kembali Padaku

    Serena telah selesai memeriksakan kondisi kakinya di rumah sakit. Dokter yang menangani kakinya, mengatakan bahwa hanya butuh waktu sekitar satu bulan lagi untuk Serena bisa lepas dari kursi rodanya.Serena menunggu di ruang tunggu obat. Bersama dengan Yoshiro. Mereka masih sama-sama menggunakan almamater High School Scarlt. Mereka tidak menunggu obat. Tanpa perlu ditunggu pun Serena bisa mendapatkan obatnya. Itu sudah diurus oleh anak buah ayahnya. Yang Serena tunggu adalah ayahnya yang akan datang menjemputnya."Pergi saja," usir Serena."Aku tidak menunggumu. Aku memang ingin berada di sini," jawab Yoshiro menyandarkan punggungnya pada kursi."Untuk apa kamu di sini? Ibumu saja tidak dirawat di sini. Tidak ada alasan untukmu tetap berada di sini.""Berbicaralah sesukamu. Tugasku sebagai pengawalmu hanya saat berada di sekolah. Saat di luar sekolah, aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Tanpa harus menuruti kemauanmu."Serena melirik ke arah Yoshiro. Laki-laki itu hanya diam. Me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Salah Ayah

    Serena kembali dengan Honpil menggunakan mobil sport milik Honpil. Sedangkan Yoshiro kembali ke cafe untuk menjadi pelayan di sana. Honpil cukup senang saat mendengar laporan dari dokter bahwasannya keadaan kaki Serena mulai membaik. Hanya butuh sedikit waktu lagi untuk Serena bisa lepas dari kursi rodanya."Bagaimana di sekolah? Apakah kamu mulai bisa terbiasa dengan kondisi yang sekarang?" tanya Honpil masih fokus dengan kondisi jalan di depannya."Baik-baik saja. Tapi akan lebih baik jika Ayah memperingati laki-laki bodoh itu untuk tidak menyerang semua orang yang dia lihat," balas Serena menatap ke arah luar kaca mobil di sampingnya."Yoshiro? Apakah dia melakukan sesuatu yang di luar perjanjian?""Dia menyerang Mingzu dan Ven. Dua orang yang jelas-jelas anak dari dewan perwakilan rakyat. Jika saja kedua orang itu ingin melaporkan kejadian itu kepada kedua orang tuanya, maka kita juga akan terlibat dalam masalah.""Benarkah? Apakah dia benar-benar melakukan itu? Kenapa tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Pengajuan Kesepakatan

    Yoshiro berada di dalam mobil sport mewah. Keluaran terbaru. Berwarna putih. Yang terparkir jelas di depan cafe tempatnya bekerja.Tentu saja itu bukanlah miliknya. Melainkan milik seorang laki-laki yang satu sekolah dengannya. Seorang laki-laki yang tidak pernah ia sangka akan menemuinya dan mengajaknya untuk berbicara empat mata.Brain Mcknight. "Bukankah sangat aneh? Murid dari sekolah paling mahal di negeri ini bekerja paruh di cafe kecil seperti ini?" tanya Brain menatap secara saksama cafe tempat Yoshiro bekerja."Jangan samakan aku denganmu. Aku bukan anak pejabat atau anak pemilik perusahaan besar," balas Yoshiro."Lalu bagaimana bisa kamu masuk ke sana? Apakah ada orang yang mendaftarkanmu menggunakan nama keluarganya? Keluarga Mith contohnya?""Bukankah itu sudah sangat jelas? Lalu untuk apa kamu menanyakan itu padaku?""Begitu, 'ya? Mereka memintamu untuk menjaga Serena. Sebagai gantinya, mereka membayarmu untuk hal itu."Alasan yang sudah sangat jelas. Membuat Yoshiro tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tidak Pernah Takut

    Kazue menghadap ke arah sebuah dermaga pelabuhan yang sudah dikosongkan. Bersama beberapa polisi khusus yang sudah berada di titik-titik persembunyian siap dengan sniper mereka.Kazue memiliki firasat bahwa dermaga itu adalah tempat di mana Honpil dan Serena dibawa. Kazue menatap ke arah sebelah kiri. Memandang sebuah mobil sport yang baru saja berhenti di sana. Lalu muncul dua orang yang Kazue cukup kenal. Yoshiro dan Brain."Anak kecil tidak boleh ke sini. Pergilah dan bermain bersama dengan orang yang seusia kalian," usir Kazue takut jika kedua orang itu akan merepotkannya."Saya anak dari perdana menteri. Saya datang karena melihat berita tentang teman satu kelas saya yang terlibat penculikan dan kemungkinan berada di sini," jawab Brain."Lalu? Kenapa kamu berada di sini? Ini sudah sepenuhnya urusan kepolisian. Yang tidak berkepentingan tidak boleh mendekat ke area ini," balas Kazue."Kamu pun sama. Pergilah. Ini bukan tugasmu," balas Kazue menatap ke arah Yoshiro. "Siapa kamu?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Sedikit Kesal

    Yoshiro bersantai di dalam bathtub yang berisikan dengan air hangat. Menatap ke arah televisi berukuran 43 inci yang terpasang di dinding. Menyimak berita siaran ulang tentang Ivona yang mengadakan konferensi pers terkait pemecatan Nova Wesl. Yoshiro belum bertemu dengan Ivona sehingga Yoshiro belum tau alasan pasti mengapa perempuan itu mengambil tindakan itu. Yoshiro menatap ke arah pintu masuk yang jaraknya cukup jauh dari bathtub saat mendengar suara gagang pintu. Dan secara kebetulan perempuan yang muncul di siaran ulang, kini muncul di hadapannya. Mengunci pintu kamar mandi dari dalam. Melepaskan sepatu hak tinggi dan segala pakaian kerjanya. "Di mana ibumu?" tanya Ivona menyalakan shower dan membasahi seluruh tubuhnya. "Saya tidak tau. Tapi kemungkinan ibu saya sedang keluar untuk membeli bahan makanan makan malam," jawab Yoshiro menyalakan suara televisi sekeras mungkin supaya suara mereka tidak keluar dari luar. "A

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Mengganti Kesepakatan

    Kemampuan bertahan milik Yuki. Teknik pukulan milik Aewon. Dan teknik tendangan milik Keenan. Martin melihat itu semua pada diri Yoshiro saat ini. Membuat Martin merasa sedikit tertarik dengan bakat yang dimiliki oleh anak muda itu.Meniru kemampuan beladiri orang lain dan menyempurnakan semua teknik dari berbagai orang dalam satu tubuh. Itu bukanlah sesuatu yang mudah. Dan Martin tidak pernah melihat itu sebelumnya.Sedangkan di satu sisi lain, Keenan merasa ada yang aneh. Yoshiro terlihat seperti bergerak di luar kendali. Seakan-akan ada yang mendorongnya untuk segera menyelesaikan pertarungan itu dengan cepat. Tidak seperti Yoshiro biasanya yang selalu menikmati segala pertarungan dan suka mengulur waktu."Hujan, 'ya? Apakah karena ini?" tanya Keenan menatap ke arah luar kaca. Atau lebih tepatnya ke arah air hujan yang turun sangat deras.Semua orang yang mafia, Yakuza, ataupun kelompok pembunuh bayaran tau bahwa Aewon sangat berbahaya saat huj

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tidak Sengaja Menciptakan Iblis Baru

    Martin menatap secara saksama pertarungan yang terjadi di gedung olahraga. Yoshiro menggunakan tangan kosong. Dan Galil menggunakan pedang katana. Keuntungan penuh ada di sisi Galil. Hanya saja Martin merasa bahwa pertarungan yang ada tidak berjalan sesuai dengan keinginan Galil. Seakan-akan Galil bertarung sesuai dengan kemauan Yoshiro. Semua orang yang ada di sana pun menyadarinya bahkan Yoshiro tidak sama sekali merasakan tekanan atas kondisi yang menguntungkan Galil. Tidak ada satupun tebasan Galil yang dapat mengenai titik vital Yoshiro. Dan Yoshiro terus bisa bergerak ke sana ke mari sesuka hatinya. "Apa yang sedang dia lakukan?" tanya Martin pada Aewon. "Mengulur waktu. Dia selalu seperti itu. Bertarung sesuka hatinya di awal. Dan mulai serius setelah mendapatkan luka fatal," balas Aewon mengamati pergerakan Martin. "Bukankah kamu sudah pernah bertarung dengannya sebelumnya? Lalu mengapa dia masih ber

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Rencana Mengorbankan

    Yuri masuk ke dalam ruangan kerja Ivona setelah menjawab sebuah sambungan telepon. "Yoshiro bertemu dengan perdana menteri dan memprovokasinya," ujar Yuri melaporkan keadaan yang ada.Ivona diam sejenak. Ia mengenal baik bagaimana sikap Martin. Tidak mungkin orang sepertinya akan meladeni tingkah anak kecil seperti Yoshiro. Sehingga Ivona yakin kalaupun memang ada pertarungan di sana, maka yang akan bertarung bukanlah Martin ataupun orang bawaan Martin."Siapa yang akan dilawan oleh Yoshiro?" tanya Ivona mengambil ponselnya."Galil Fal. Pengawal dari Keluarga Wesl," jawab Yuri. "Wesl? Bukankah kepala keluarga mereka anggota partaiku?" "Benar. Nova Wesl. Dan anaknya Ethan Wesl."Ivona bukanlah tipe ketua partai yang sering menghabiskan waktu bersama dengan anggota partainya. Apalagi dengan anggota partainya yang berjenis kelamin laki-laki. Ivona bahkan tidak pernah mau datang jika seandainya ada undangan minum yang ber

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Kesepakatan Yang Salah

    Pertemuan antara orang tua dilaksanakan di sekolah. Untuk membahas beberapa hal termasuk progam studi lanjutan, serta penerimaan hasil laporan sementara terkait nilai siswa.Itu dilaksanakan di dua hari yang berbeda. Hari pertama akan didatangi oleh orang tua dari murid kelas elite. Sedangkan hari kedua didatangi oleh orang tua dari murid kelas beasiswa.Hari ini adalah hari di mana para orang tua murid kelas elite menampilkan kekayaaan yang mereka punya. Mereka membawa mobil yang sangat mahal. Menggunakan setelan jas serta barang-barang mewah. Serta membawa pengawal dengan nama besar.Martin Mcknight. Seorang perdana menteri datang dan menjadi pusat perhatian. Tubuh laki-laki itu benar-benar besar, melebihi tubuh orang pada umumnya. Serta dipenuhi oleh otot. Membuat semua orang yang melihat kedatangan perdana menteri itu tidak berani bertindak macam-macam."Sepertinya baru kali ini kita bertemu setelah sekian lama," ujar Martin menatap seorang la

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Datang Saat Dipanggil

    Kazue dan Serena berdiri di sisi danau. Menikmati hawa dingin dari angin malam. Serena baru saja selesai melakukan pemeriksaan rutin. Ia tidak mau langsung pulang ke rumah karena di rumah tidak ada siapa pun. Ayahnya sedang ada tugas di luar. Sehingga Serena meminta Kazue untuk membawanya ke danau yang pernah dikunjunginya bersama Yoshiro. Jika saja saat itu Yoshiro tidak membawanya ke sana, Serena tidak akan tau bahwa ada danau dengan pemandangan sebagus itu sampai detik ini. "Dari mana Nona Muda tau tentang danau ini?" tanya Kazue berdiri di belakang kursi roda Serena. "Yoshiro pernah membawaku ke sini," balas Serena. "Sepertinya pengetahuannya tentang tempat-tempat sepi seperti ini cukup bagus." "Tempat ini lebih bagus jika datang sesaat sebelum matahari terbenam." "Benarkah? Saya akan datang lain waktu untuk memeriksanya." Suasana hening. Serena menikmati keindahan air danau

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Terasa Hangat

    Ivona bangun dalam kondisi terkejut saat melihat ada seorang perempuan melintas di hadapannya. Ia memegang dengan sempurna selimut yang menutupi tubuhnya. Ia teringat bahwa ia sedang berada di apartemen Yoshiro.Selama ini, ia berada di apartemen Yoshiro untuk tidur bersama laki-laki itu. Menghabiskan malam bersama sampai lupa waktu. Ia berpikir bahwa ia ketiduran saat sedang melakukan itu bersama dengan Yoshiro. Dan masih dalam kondisi telanjang. Namun ternyata tidak. Ia masih menggunakan kemeja putih miliknya. Terkejutnya Serena membuat Sheila dan Yoshiro yang berada di sana pun ikut terkejut. "Kenapa? Apakah ada yang salah?" tanya Sheila menatap Ivona dengan cemas."Tidak. Aku hanya bermimpi buruk," balas Ivona memegang keningnya. Yoshiro datang membawa sebotol air mineral dingin yang ia ambil dari kulkas dan memberikannya pada Ivona. Ia tidak tau apa yang terjadi pada perempuan itu. Namun setidaknya dengan seteguk air putih bisa me

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Berbicara Santai

    Sheila baru saja kembali dari supermarket untuk membeli beberapa sayur dan daging menggunakan kartu kredit milik Yoshiro. Ia berniat untuk memasak sebelum Yoshiro datang. Anaknya itu akan datang sedikit lebih malam karena pekerjaannya ada yang belum selesai. Saat sampai di unit apartemen milik Yoshiro, Sheila mendapati pintu apartemennya terbuka sedikit. Ia berpikir bahwa mungkin saja Yoshiro datang lebih awal. Namun setelah ia masuk dan menutup pintu rapat-rapat, ia mendapati sepatu hak tinggi berwarna hitam. Itu bukan miliknya ataupun milik Yoshiro. Menandakan bahwa ada orang lain di dalam sana. Sheila masuk ke area ruang tamu. Ia mendapati seorang wanita yang sangat cantik sedang duduk di sofa. Seorang wanita dengan kulit seputih salju. Rambut hitam berkilau sepanjang pinggang. Dan badan ideal yang terlihat jelas walau sedang menggunakan kemeja berwarna putih. "Siapa?" tanya Sheila setelah sadar dari lamunannya. "Ah, ini

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Cukup Kuat

    Brain dan Ethan duduk di kursi VVIP pada gedung sikuit balap milik Keluarga Mcknight. Mereka menatap ke arah lintasan kosong tanpa mobil balap. Mereka hanya ingin menghabiskan waktu di sana. Dengan makanan dan minuman yang menumpuk di meja depan mereka. Dan Aewon serta Galil yang berdiri di belakang kursi mereka. "Siapa laki-laki itu?" tanya Ethan masih mempertanyakan siapakah sebenarnya laki-laki yang tadi menjemput Serena."Yoshiro. Aku lupa nama panjangnya. Tapi yang jelas, dia pengawal Serena sampai kaki Serena bisa berjalan lagi," balas Aewon."Apakah dia memang menjengkelkan seperti itu?" "Terkadang. Tapi dia juga sudah beberapa kali membantuku. Aku rasa dia tidak terlalu buruk."Aewon masih belum mengerti Yoshiro sepenuhnya. Karena memang laki-laki itu datang dan pergi sesuka hatinya sendiri. Aewon tidak pernah benar-benar memiliki waktu untuk mengenal lebih dalam siapakah Yoshiro sebenarnya."Apa dia memang sekuat itu s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status